d xz akan berkurang karena kurang tolakan dengan ligan. Orbital d z dan d x − y yang
2 2 2
berada pada tingkat yang lebih tinggi dinamakan orbital eg sedangkan orbital d xy,
d yz , d xz yang memiliki energi yang lebih rendah dinamakan orbital t2g.
(a) (b)
Gambar 2 (a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks oktahedral;
(b) pola pembelahan pada oktahedral (Kunarti,2007)
b. Tetrahedral
Pada tetrahedral, orbital d xy,d yz ,d xz lebih berinteraksi langsung dibandingkan
dengan d z dan d x − y sehingga energi orbital d xy,d yz ,d xz akan naik sedangkan
2 2 2
(a) (b)
Gambar 3 orientasi orbital d dan ligan pada kompleks tetrahedral; (b)
pola pembelahan pada tetrahedral (Kunarti, 2007)
Teori medan kristal dalam bahasa inggris Crystal Field Theory disingkat CFT,
adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam
transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil
menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur
spinel senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk
menjelaskan ikatan kimia. CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans
Bethe dan John Hasbrouck Van Vleck pada tahun 1930. CFT pada akhirnya
digabungkan dengan teori orbital molekul, membentuk teori medan ligan yang
lebih akurat dan menjelaskan proses ikatan kimia pada senyawa kompleks logam
transisi (Himawan, 2012).
(Saputro, 2015).
3. Pengukuran Harga 10 Dq
Teori medan kristal tentang kompleks mengusulkan bahwa interaksi yang terjadi
antar ion logam (ion pusat) dengan ligan dalam pembentukan kompleks merupakan
interaksi elektrostatik (ionik). Misalkan ada enam ligan yang berasal dari arah titik
oktahedral berinteraksi dengan ion pusat maka lima orbital d ion pusat akan
mengalami interaksi dengan ion pusat maka lima orbital d ion pusat akan mengalami
interaksi yang berbeda. Tentu saja orbital yang berhadapan langsung dengan ligan
akan terpengaruh medan ligan lebih besar daripada orbital lain. Akibatnya orbital
pertama akan meningkat tingkat energinya. Atau dengan kata lain lima orbital d akan
terbelah menjadi dua tingkat energi. Dua orbital dengan tingkat energi lebih tinggi
dikenal dengan orbital eg dan tiga orbital lainnya disebut t2g (Tim Anorganik, 2018).
Bahan :
1. Larutan CuSO4 0,1 M 6 mL
2. Larutan NH4OH 1 M 7,5 mL
3. Aquades secukupnya
VII. Alur Percobaan
1. Labu I
20 mL larutan Cu2+ 0,1 M
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
Ditambahkan aquades sampai tanda batas
Diamati serapannya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada λ 700-800 nm
Nilai Absorbansi
Dilakukan pengenceran jika A > 1
Nilai Absorbansi 1
Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada
absorbansi maksimum
λ pada A max
Nilai Absorbansi
Dilakukan pengenceran jika A > 1
Nilai Absorbansi 1
Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada
absorbansi maksimum
λ pada A max
Nilai Absorbansi
Dilakukan pengenceran jika A > 1
Nilai Absorbansi 1
Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada
absorbansi maksimum
λ pada A max
Absorbansi blanko
VIII. Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1. Labu ukur 1 - Larutan Cu2+ : - Larutan Cu2+ + Cu2+ + 6H2O Berdasarkan hasil percobaan
Larutan Cu2+ 0,1 M sebanyak 2 mL larutan aquades : larutan [Cu(H2O)6]3+(aq) yang telah dilakukan dapat
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL, berwarna biru berwarna biru muda disimpulkan bahwa pada
kemudian ditambahkan aquades sampai muda + - Absorbansi : 0,2440 tabung 1 dengan larutan
tanda batas. Kemudian diamati serapan - Aquades : - λ: 811,00 nm Cu2+ + aquades dihasilkan
menggunakan spektofotometri UV Vis cairan tidak - Dq = 35,2547
10 absorbansi = 0,2440 pada λ:
pada panjang gelombang 100-800 nm. berwarna kkal/mol 811,00 nm, sehingga
Setelah diperoleh nilai absorbansimaksimal diperoleh 10Dq sebesar
dan panjang gelombang maksimal. 35,2547 kkal/mol
2. Labu ukur 2 - Larutan Cu2+ : - Larutan Cu2+ + Cu2+(aq) + 6H2O(l) Berdasarkan hasil percobaan
Larutan Cu2+ 0,1 M sebanyak 2 mL larutan larutan ammonium: [Cu(H2O)6]2+ yang telah dilakukan dapat
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL, berwarna biru larutan berwarna (aq) disimpulkan bahwa pada
kemudian ditambahkan larutan NH4OH - Larutan biru (++) [Cu(H2O)6]2+(aq) + tabung 2 dengan larutan
sebanyak 5 mL. Kemudian ditambahkan ammonium : - Ditambah aquades : 2NH3 (aq) Cu2+ + aquades dihasilkan
aquades sampai tanda batas. Selanjutnya larutan tidak larutan berwarna [Cu(H2O)4 absorbansi = 0,456 pada λ:
diambil larutan campuran sebanyak 5mL berwarna biru tua (NH3)2]2+(aq) 609,50 nm, sehingga
kemudian ditambahkan aquades sebanyak - Aquades : - Absorbansi= 0,456 diperoleh 10Dq sebesar
5mL. Kemudian larutan diamati serapan cairan tidak - λ: 609,50 nm 46,94 kkal/mol
menggunakan spektofotometri UV Vis
pada panjang gelombang 350-700 nm. berwarna - Dq = 46,94
10
maksimal. kkal/mol
IX. Analisis dan Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada hari Senin tanggal 18 November 2019 di
Laboratorium Kimia Anorganik Unesa, berjudul “Kekuatan Medan Ligan”. Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan
ammonium dan air, mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi
maksimum dan mengenal variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum.
Pengukuran absorbansi untuk menentukan panjang gelombang maksimum dalam
percobaan ini menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis
memiliki 2 sinar yakni sinar ultraviolet dan sinar tampak. Pada sinar ultraviolet
memiliki panjang gelombang antara 200-400 nm. Sedangkan pada sinar tampak berkisar
antara 400-800 nm (Day, 2002). Sebelum melakukan praktikum, alat dan bahan yang
akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu, alat-alat tersebut dicuci dan
dibersihkan agar tidak ada kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil praktikum.
Praktikum ini terdiri dari 3 sub-judul antara lain :
1. Labu ukur I (larutan Cu2+ dan aquades)
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 2 mL
larutan CuSO4 0,1 M (berupa larutan berwarna biru muda +) menggunakan pipet
gondok atau pipet volum agar volume yang digunakan lebih akurat. Lalu dimasukkan
ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan dengan aquades (berupa cairan tak
berwarna) sampai tanda batas menghasilkan larutan berwarna biru pudar. Aquades
berfungsi sebagai penyedia ligan H2O, dimana volume akuades yang digunakan
dalam proses pengenceran berkaitan dengan banyaknya ligan yang akan disubtitusi
oleh logam Cu. Larutan yang terbentuk adalah senyawa kompleks [Cu(H2O)6]2+ atau
heksaquotembaga(II) dimana atom pusatnya adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah
H2O, sesuai persamaan reaksi berikut:
Cu2+(aq) + 6H2O(aq) → [Cu(H2O)6]2+ (aq)
Konfigurasi elektron atom Cu yaitu :
10 1
29Cu : [Ar] 3d 4S
Dalam hal ini Cu berada dalam bentuk ionnya yakni Cu2+ sehingga konfigurasinya :
2+ 9 0
29Cu : [ Ar] 3d 4S
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑
3d9 4s0
Logam Cu bertindak sebagai atom pusat dan air sebagai ligan. Hibridisasi jenis
ini adalah oktahedral dan hibridisasi senyawa kompleks tersebut menurut VBT
(Valence Bond Theory) dengan 6 ligan H2O adalah sp3d2.
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ H2O H2O H2O H2O H2O H2O
3d9 2s 2p 4d
↑↓ ↑
eg
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ 10 Dq
3d9
↑↓ ↑↓ ↑↓
t2g
Setelah itu larutan tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis
dengan rentan panjang gelombang 500-900 nm. Ketika absorbansi lebih dari 1 maka
larutan tersebut harus diencerkan sampai menghasilkan absorbansi maksimum 1.
Namun pada percobaan ini tidak dilakukan pengenceran dikarenakan absorbansinya
tidak lebih dari 1. Didapatkan absorbansi sebesar 0,2440 dan panjang gelombang
maksimum sebesar 811,00 nm. Hasilnya sesuai dengan teori dimana komplemen warna
biru-hijau memiliki rentang panjang gelombang 610-800 nm. Setelah itu hasil analisis
tersebut digunakan untuk mencari nilai energinya (10Dq) menggunakan rumus
berikut :
1 1 kkal/mol
10 Dq = ×
λ 349,75 cm−1
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai 10 Dq sebesar 35,2547 kkal/mol. Dalam
deret spektrokimia H2O merupakan ligan yang lebih lemah dibanding NH 3. Ligan
lemah akan mengisi orbital t2g dan eg walaupun tidak terisi penuh. Adanya elektron
yang mengisi orbital t2g dan eg menyebabkan kedua orbital mengalami interaksi
sehingga jarak 10 Dq menjadi lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara 10 Dq dengan kekuatan medan ligan berbending lurus. Jika ligannya lemah
maka gaya tarik antara inti atom pusat dengan ligan semakin lemah, sehingga 10 Dq
semakin rendah. 10 Dq juga berbanding lurus dengan absorbansi, jika absorbansinya
rendah maka 10 Dq yang dihasilkan juga rendah, sedangkan panjang gelombang
yang dihasilkan tinggi. Hal ini sesuai dengan rumus untuk menghitung nilai 10 Dq.
Teori medan kristal menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara 10 Dq dengan
muatan ion kompleks. Dalam ion kompleks ada dua jenis interaksi elektrostatik,
salah satunya ialah tarik menarik antara ion logam positif dengan ligan yang
bermuatan negatif. Tetapi dalam praktikum ini muatan ion kompleks hanya
dipengaruhi oleh atom pusat karena ligan yang diikat merupakan ligan netral atau
tidak bermuatan. Hubungan 10 Dq dengan muatan ion kompleks yaitu semakin besar
10 Dq maka muatan ion kompleks juga semakin besar karena gaya tarik ion pusat
terhadap ligan-ligan yang ada disekitarnya menjadi semakin besar.
2. Labu Ukur II (Cu2+ + ammonium 5 mL + aquades)
Langkah pertama yang dilakukan yakni mengambil 2 mL larutan CuSO4 0,1 M
(berupa larutan berwarna biru muda (+)) menggunakan pipet gondok atau pipet
volum agar volume yang digunakan lebih akurat. Setelah itu dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL, lalu ditambahkan 5 mL larutan amonium 1M (berupa larutan tak
berwarna) menghasilkan larutan berwarna biru tua (++). Selanjutnya ditambahkan
aquades sampai tanda batas, hasilnya berupa larutan berwarna biru tua. Aquades
berfungsi sebagai penyedia ligan H2O, dimana volume akuades yang digunakan
dalam proses pengenceran berkaitan dengan banyaknya ligan yang akan disubtitusi
oleh logam Cu. Larutan yang terbentuk adalah senyawa kompleks
tetraamindiaquotembaga(II) atau [Cu(H2O)2(NH3)4]2+. Dimana Cu bertindak sebagai
atom pusat sedangkan NH3 dan H2O bertindak sebagai ligan, persamaan reaksinya:
Cu2+(aq) + 6H2O(aq)→[Cu(H2O)6]2+(aq)
[Cu(H2O)6]2+(aq)+ 4NH3(aq)→[Cu(H2O)2(NH3)4]2+(aq) + 4H2O(l)
Logam Cu bertindak sebagai atom pusat sedangkan NH3 dan H2O sebagai ligan.
Hibridisasi jenis ini adalah oktahedral dan hibridisasi senyawa kompleks tersebut
menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 2 ligan H2O dan 4 ligan NH3 adalah
sp3d2.
Logam Cu bertindak sebagai atom pusat sedangkan NH3 dan H2O sebagai ligan.
Hibridisasi jenis ini adalah oktahedral dan hibridisasi senyawa kompleks tersebut
menurut VBT (Valence Bond Theory) dengan 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3 adalah
sp3d2.
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
550 600 650 700 750 800 850
Panjang Gelombang (nm)
Absorbansi
300000
200000
100000
0
35.25 46.94 46.94
10Dq (kkal/mol)
10 Dq Vs Panjang Gelombang
900
800
panjang gelombang (nm)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
550 600 650 700 750 800 850
Panjang Gelombang (nm)
5. Hitunglah besar energi 10 Dq ketiga larutan tersebut (gunakan persamaan 1, lihat contoh
perhitungan energi kompleks Ti)!
Jawab :
Diketahui :
Dijawab :
Larutan uji I
1 1 kkal/mol
10Dq = ❑ x
max 349,75 Cm−1
1 1 kkal/mol
10Dq = −7
x −1
811 x 10 Cm 349,75 Cm
10 Dq = 35,25 kkal/mol
Larutan uji II
1 1 kkal/mol
10Dq = ❑ x −1
max 349,75 Cm
1 1 kkal/mol
10Dq = x
609,5 x 10 Cm 349,75 Cm−1
−7
10 Dq = 46,94 kkal/mol
Larutan uji II
1 1 kkal/mol
10Dq = ❑ x
max 349,75 Cm−1
1 1 kkal/mol
10Dq = x
609,5 x 10 Cm 349,75 Cm−1
−7
10 Dq = 46,94 kkal/mol