Anda di halaman 1dari 54

Teori Medan Kristal

Teori medan kristal dikembangkan oleh dua


orang ahli fisika H.Bethe (1929) dan J.H. Van
Vlekck (1923) dan digunakan pertama kali oleh
mereka dan para pakar fisika lainnya untuk
menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-
garam logam transisi terhidrat. Khususnya yang
memiliki ion logam dengan orbital d yang belum
terisi sepenuhnya.

Pakar kimia koordinasi baru menerapkan teori medan kristal pada awal tahun
1950, yaitu setelah diketahui bahwa teori ikatan valensi tidak dapat digunakan untuk
menjelaskan perubahan kemagnetan karena perubahan temperature dan warna
senyawa koordinasi
Asumsi-Asumsi Teori Medan Kristal

 Ligan-ligan
diperlakukan sebagai titik
bermuatan.
 Interaksiantara ligan n atom pusat mrpkn
interaksi elektrostatik (ionik), jika ligan netral
dipol, ujung negatif diarahkan ke atom pusat.
 Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari
ion logam dgn orbital-orbital dari ion ligan.
Bentuk-bentuk orbital d
Kompleks oktahedral

Gambar. Interaksi antara 6 ligan yg sama


dengan orbital d dari ion logam oktahedral
Pemisahan (splitting) 5 orbital d ion
logam pada medan oktahedral
Orbital-orbital dxy, dxz dan dyz secara keseluruhan disebut orbital t2g sedangkan
orbital-orbital dx2-y2 dan dz2 disebut orbital eg. Perbedaan tingkat energi kedua
kelompok orbital-orbital tersebut dinyatakan dengan harga 10 Dq atau ΔO.
Pengukuran harga 10 Dq
 Pengukuran harga 10 Dq adalah cukup rumit terutama bila orbital d
terisi lebih dari satu elektron. Pengukuran yang paling mudah adalah
bila orbital d hanya terisi sebuah elektron seperti yang terdapat pada
ion kompleks [Ti(H2O)6]3+ dengan ion pusat Ti3+.

Elektron tersebut dapat mengadakan


transisi ke orbital eg

t2g1 eg0  t2g0 eg1


 Untuk ion-ion kompleks dengan orbital d ion
pusat terisi lebih dari satu elektron maka pola
transisinya menjadi lebih rumit karena adanya
interaksi antara elektron-elektron pada
orbital-orbital d tersebut, sehingga
pengukuran harga 10 Dq menjadi lebih sukar.
Sifat magnetik kompleks oktahedral

Gambar dua kemungkinan penempatan elektron


keempat pada kompleks oktahedral dengan atom
pudat d4
 Apabilaelektron keempat menempati orbital
eg maka diperlukan energi sebesar 10 Dq,
sedangkan apabila berpasangan dengan salah
satu elektron yang telah ada diorbital t2g
diperlukan energi pemasangan elektron(P).
Dipilihnya salah satu dari dua kemungkinan di
atas tergantung pada perbedaan besarnya
harga 10 Dq dan P
Gambar kompleks ktahedrah dengan atom pusat d4 pada
(a) medan lemah , (b) medan kuat
[CoF6]3- (paramagnetik) dan [Co(NH3)6]3+
(diamagnetik)
[Fe(H2O)6]3+ (high spin complex) dan
[Fe(CN)6]3- (low spin complex)
Kompleks tetrahedral

 Pemecahan tingkat energi orbital d pada


kompleks tetrahedral merupakan kebalikan
dari kompleks oktahedral, dengan lebar Δo
yang hanya ± setengahnya.
 Pemecahan tingkat energi orbital d pada
kompleks tetrahedral merupakan kebalikan
dari kompleks oktahedral, dengan lebar Δo
yang hanya ± setengahnya.
Splitting orbital d atom pusat
struktur tetrahedral
[FeCL4]2- dan [CoCl4]2-
bersifat paramagnetik
Kompleks bujur sangkar

 Kompleks bujur sangkar dapat dianggap sebagai turunan dari


kompleks oktahedral. Pembentukan kompleks bujur sangkar
(ML4] dari kompleks oktahedral [ML6] ditunjukkan pada gambar
dibawah.
Splitting orbital d atom pusat
struktur bujur sangkar
[Ni(CN)4]2- dan [Cu(NH3)4]2+
Kompleks Linear
Kompleks linear dapat dianggap
sebagai turunan dari kompleks
octahedral yaitu apabila dua
pasang ligan yang posisinya
berlawanan pada sumbu x dan y
. dijauhkan dari atom pusat sampai
jarak tak berhingga.
Putusnya ikatan antara atom pusat dan
Pembentukan kompleks linear (M) dengan 4 ligan L pada sumbu x dan
(ML2) dari kompleks octahedral y menyebabkan hilangnya interaksi
(ML6) ditunjukkan pada gambar antara elektron-elektron pada orbital –
7.25 orbital d atom pusat dengan ligan –
ligan yang searah dengan sumbu x dan
y.
Perubahan tingkat
energy orbital –
orbital d dari medan
octahedral ke medan
linear ditunjukkan
dengan Gambar 7.26
Kompleks Trigonal
Planar

Contoh – contoh senyawa kompleks dengan struktur


trigonal planar, umumnya dalam bentuk terdistorsi
adalah [AgX(Pcy3)2] (X = Cl, Br, I ), [AgX(Pcy3)2] (X =
Cl,Br, I, SCN, NCO,) dan [AgX(Ascy3)2] ( X = Cl, Br, I,
CN, NCO). Contoh lain adalah [CuCl3]- dan [Pt(PPh3)3].
Senyawa – senyawa kompleks tersebut adalah tidak
berwarna karena memiliki orbital – orbital d yang
terisi penuh elektron.
Kompleks Trigonal
Bipiramida

Beberapa contoh kompleks trigonal bipiramidal yang


telah dilaporkan adalah [CuCl5]3-, [CdCl5] 3- dan
[Fe(CO)5]. Kompleks [Fe(CO)5] berwarna kuning dan
bersifat diamagnetic. Atom pusatnya adalah Fe dengan
konfigurasi elektron Fe = [Ar] 3d8 sebagai hasil eksitasi
elektron dari orbital 4s ke orbital 3d.
Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kekuatan
Medan Kristal

Jumlah ligan Jenis – Jenis Jenis Ion Pusat


Muatan Atom
dan Geometri Ligan
Pusat
dari Kompleks
Muatan Atom
Pusat

Bertambahnya muatan atom pusat


akan menyebabkan gaya tarik
elektrostatik antara atom pusat maka
medan Kristal yang timbul makin kuat
dan harga 10Dq makin besar.
Jumlah Ligan dan
Geometri Kompleks

Semakin banyak jumlah ligan yang terikat


pada atom pusat maka medan Kristal yang timbul
makin kuat dan harga 10Dq makin besar. Untuk
atom pusat dan jenis ligan yang sama, kekuatan
medan Kristal kompleks oktahedral adalah lebih
dari 2 kali lipat kekuatan medan Kristal kompleks
tetrahedral
Jenis-Jenis Ligan

Pada ligan – ligan netral ada kecenderungan bahwa


bila atom – atom donor dalam berikatan dengan
atom pusat menggunakan orbital – orbital hibrida
Ligan-ligan yang berbeda akan yang sama, maka kemudahan atom donor dalam
menghasilkan kekuatan medan Kristal mendonorkan pasangan elektron bebas (PEB)
yang berbeda pula dipengaruhi oleh keelektronegatifannya. Semakin
tinggi keelektronegatifan atom donor, semakin
sulit PEB pada atom donor tersebut untuk
didonorkan pada atom pusat.
Jenis Ion Pusat
Dalam satu golongan untuk ion – ion dengan muatan
yang sama kekuatan medan yang timbul akibat
interaksi antara ion pusat dengan ligan – ligan yang
sama bertambah dengan bertambahnya periode. Hal
ini disebabkan karena dalam satu golongan, dari atas
kebawah, terjadi kenaikan muatan inti efektif dengan
bertambahnya periode
Energi Penstabilan
Medan Kristal
Jari-Jari Atom
Untuk sejumlah kompleks dengan struktur dan ligan-ligan yang sama, adanya
penstabilan ditunjukkan dengan berkurangnya panjang ikatan antara atom pusat dan
atom donor. Berkurangnya panjang ikatan tersebut disebabkan oleh berkurangnya jari-
jari atom pusat.
Pada kompleks octahedral medan lemah dengan pusat ion M 2 (M = Ca sampai Zn),
perubahan jari-jari ion M 2 akibat perubahan jumlah electron pada orbital d ion
tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini
Untuk kompleks octahedral medan kuat dengan pusat ion 𝑀   3+¿¿ (M = Sc
  3+¿¿. Akibat perubahan jumlah
sampai Ga) , perubahan jari-jari ion 𝑀
electron pada orbital d ion
Entalpi Hidrasi
Di dalam larutan dengan pelarut air, ion-ion logam transisi deret pertama dapat dianggap
membentuk ion kompleks aqua dengan geometri octahedral. Untuk ion kompleks dengan tingkat
oksidasi +2 (ion M 2 ), kompleks yang terbentuk dapat dianggap merupakan kompleks octahedral
dengan medan lemah di mana energy pembentukannya sama dengan energy hidrasinya.

M 2 + 6H 2O   M ( H 2O) 6 
2
H Hidrasi  0

Reaksi di atas merupakan reaksi eksotermik karena terjadi pembentukan ikatan kovalen
koordinasi antara atom pusat dengan ligan-ligan. Pada reaksi tersebut energy yang dibebaskan
semakin besar dengan semakin kecilnya jari-jari ion M 2 , atau harga H Hidrasi semakin negative
dengan semakin kecilnya jari-jari ion M 2 . Sebaliknya, harga H Hidrasi semakin kurang negative
dengan bertambah besarnya jari-jari ion M 2 .
Kestabilan Kompleks dengan Atom Pusat
yang Memiliki Biloks tertentu
Distorsi pada
Kompleks Oktahedral
Distorsi Tetragonal

Distorsi ini disebut distorsi


tetragonal karena adanya tidak
mengubah luas bujur sangkar
atau tetragonal yang terbentuk
dari empat ligan yang terletak
pada sumbu x dan sumbu y.
Pada umumnya distorsi ini tidak menguntungkan karena akan mengurangi
energy ikatan yang ada, akan tetapi pada situasi tertentu distorsi ini justru
menguntungkan . Distorsi ini lebih dikenal sebagai distorsi Jahn-Teller. Teorema
Jahn-Teller menyatakan bahwa untuk molekul non linier pada keadaan elektronik
yang degenerate, suatu distorsi harus timbul untuk menghasilkan system dengan
energy yang lebih rendah. Akibat distorsi ini simetri system menjadi lebih rendah
dan tingkat degenerasinya berkurang.
 Distorsi trigonal
 Distorsi trigomal ditandai dengan bertambah atau berkurangnya jarak antara
dua muka oktahedral, yang berupa segitiga, yang posisiya sejajar seperti
ditunjukkan pada gambar 7.43 . perpanjangan atau perpendekan jarak antara
dua segitiga yang berposisi sejajar . distorsi trigonal yang ditandai dengan
berkurangnya jarak antara dua segitiga sejajar disebut dengan kompresi,
sedangkan yang ditandai dengan bertambahnya jarak antara dua segitiga
sejajar disebut dengan elongasi.
 Distorsi pelintir
Distorsi pelintir terjadi ketika salah satu segitiga, misalnya segitiga bawah
terpelintir seperti pada gambar 7.46 dengan sudut pelintir setelah distorsi
besarnya adalah nol sampai kurang dari enam puluh derajat.
Gambar 7.46
 Distorsi pelintir dengan sudut pelintir sebesar nol derajat akan menghasilkan
struktur prisma trigonal seperti yang teramati pada senyawa kompleks
tris(cis-1,2-difeniletena-1,2-ditiolato-SS’) renium, [Re(S2C2Ph2)3] seperti yang
ditunjukkan pada gambar 7.47
Gambar 7.47
 Saling silang spin
 Atom pusat yang sama dapat membentuk kompleks oktahedral dengan medam
lemah dan kompleks oktahedral dengan medan kuat. Misalnya ion Co 3+ (d6)
dengan ligan F- membentuk kompleks [CoF6 ] 3- yang merupakan kompleks
oktahedral dengan medan lemah, sedangkan dengan ligan NH3 membentuk
kompleks [Co(NH3)6]3+ yang merupakan kompleks oktahedral dengan medan
kuat. Titik saling silang terjadi pada saat tingkat energi atau CSFE kompleks
dengan medan kuat sama dengan CFSE kompleks dengan medan lemah. Titik
saling silang dapat dilihat pada gambar 7.48 . Gejala sling-silang spin banyak
terjadi pada kompleks dengan atom pusat memiliki enam elektron pada
orbital d nya khususnya pada kompleks dengan atom pusat Fe 2+ dan Co3+.
 Warna senyawa kompleks
Bila berkas sinar putih yang sejajar didatangkan pada sebuah prisma dari glass
maka selain mengalami pembiasan, berkas sinar tersebut akan diuraikan menjadi
berbagai warna dengan warna utama merah, jingga, kuning, hijau, biru dan
ungu. Jika sinar yang keluar dari prisma tersebut ditangkap pada sebidang layar
maka akan tampaksuatu pita berwarna pada layar tersebut. Susunan warna pada
pita sinar tersebut disebut dengan spektrum sinar tampak. Warna-warna pada
spektrum sinar tampak beserta warna komplementernya diberikan pada tabel 7.8
Tabel 7.8
Apabila atom menyerap sinar dengan frekuensi tertentu, elektron-elektron yang
ada dapat mengalami transisi dari tingkat energi terendah (keadaan dasar) ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada elektron-
elektron yang terdapat dalam senyawa kompleks. Suatu kompleks akan berwarna
apabila transisi elektron tersebut memerlukan radiasi yang termasuk dalam
spektrum sinar tampak. Warna yang tampak dalam suatu kompleks merupakan
warna komplementer dari warna yang diserap oleh kompleks tersebut. Misalnya
ion [Ti(H2O)6]3+ berwarna violet karena ion tersebut menyerap warna kuning
sampai hijau dari spektrum sinar tampak.
 Kelemahan teori medan kristal
Teori medan kristal dapat menjelaska tentang
pembentukan senyawa kompleks, sifat magnetik dan
perubahannya karena pengaruh temperatur serta kestabilan
dari senyawa kompleks kelemahan teori ini adalah berkenaan
dengan asumsi yang mendasarinya, yaitu interaksi antara
atom pusat dan ligan-ligan sepenuhnya merupakan interaksi
elektrostatik. Berdasarkan asumsi ini maka :
1. Medan yang ditimbulkan oleh ligan negatif seharusnya
lebih kuat dibandigkan medan yang ditimbulkan oleh ligan
netral. Misalnya untuk ligan OH- dan H2O seharusnya medan
yang ditimbulkan oleh OH lebih kuat dibanding medan yang
ditimbulkan oleh H2O karena ligan OH- bermuatan negatif
sedangkan H2O netral. Dalam kenyataan terjadi keadaan
sebaliknya.
2. Ligan yang memiliki momen dipol yang lebih besar
seharusnya menimbulkan medan yang lebih kuat
dibandingkan dengan ligan yang momen dipolnya lebih kecil.
Misalnya untuk ligan NH3 dengan µ= 4,90.10-30 cm dan ligan
H2O dengan µ= 6,17.10-30 cm, seharusnya medan yang
ditimbulkan oleh H2O adalah lebih kuat dibandingkan NH3.
Dalam kenyataan terjadi sebaliknya.
3. Senyawa kompleks dengan atom pusat memiliki bilangan
oksidasi nol dan ligan netral seperti [Ni(CO)4] seharusnya
tidak mungkin terbentuk karena tidak terjadi interaksi
elektrostatik antara atom pusat dengan ligan-ligan. Dalam
kenyataannya senyawa tersebut dapat terbentuk dan stabil.

Anda mungkin juga menyukai