Anda di halaman 1dari 17

TUGAS REVIEW MATERI NON AQUEOUS MEDIA

Dosen Pengampu : Dr.rer.nat. Witri Wahyu Lestari, S.Si, M.Sc.

Kelompok :5

Anggota :

Galang Andreanto (M0316033)

Hana Catur Wulandari (M0316035)

Indri Sri Cahyani (M0316037)

Khoirul Jamaluddin (M0316039)

Linda Purwanti (M0316041)

Lutfia Nurdiana Hapsari (M0316043)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
I. Permitivitas Relatif

1.1.Pengertian Permitivitas Relatif


Permitivitas relatif atau konstanta dielektrik merupakan rasio antara permitivitas
dalam medium ϵ terhadap dalam vakum ϵ0.
Dalam elektromagnet, permitivitas merupakan cara untuk mengukur tingkat
resistensi yang dialami setiap kali adanya medan listrik di dalam medium. Dengan
kata lain, permitivitas dapat digambarkan sebagai perhitungan yang terkait dengan
bagaimana pengaruh medan listrik yang dipengaruhi medium dielektrik. Dalam satuan
SI, permitivitas dinilai dalam farad per meter.

Permitivitas dari isolator, atau bahan dielektrik, yang biasa dilambangkan


dengan huruf epsilon Yunani, ε; permitivitas vakum, atau ruang hampa, dilambangkan
ε0; dan rasio ε / ε0, disebut konstanta dielektrik (q.v.), dilambangkan dengan huruf
Yunani kappa, κ. Besarnya permitivitas vakum dari ε0 adalah 8,854 × 10-12. Dalam
sistem mks, permitivitas ε dan konstanta dielektrik κ berdimensi secara resmi berbeda
dan terkait dengan permitivitas ε0 ruang hampa; ε = κε0.Energi coulomb dalam kondisi
vakum adalah = e2 /4 ε0r.

Tabel. 1.1 Permitivitas Relatif (dielectric konstan) nilai di 298K (kecuali


dinyatakan lain) untuk air dan pelarut organik yang dipilih.
Permitivitas relatif menunjukkan kemampuan senyawa melarutkan/solvasi
kation.Permitivitas relatif DMF adalah 36,7; εetilasetatsebesar 6,2 ; dan ε Ethanolsebesar
24,3.dan ε 2-propanol sebesar 20,1. Kemampuan disolvasi DMF adalah paling besar
dibanding ketiga solven tersebut dikarenakan permitivitas relatif nya yang tinggi.

2. Energi Untuk Transfer Garam Ionik Dari Air Ke Pelarut Organik

Tabel 1.2Tinjauan termodinamika nilai-nilai Hotransfer danGotransfer untuk transfer ion


dari air ke pelarut organik pada 298 K.

Berdasarkan tabel diatas, semakin kecil atau negatif nilai Gotransfer maka semakin
besar kemungkinan transfer ion itu terjadi. Pada ion [Ph4As]+ atau [BPh4]- , nilai
Gotransfer nya adalah paling kecil menunjukkan bahwa dalam keempat solven tersebut
(metanol,formamida,DMF,dan acetonitrile), ion tersebut mobilitas nya tinggi
sehingga lebih tersolvasi daripada menggunakan pelarut air.

II. Sifat Asam-Basa dalam solven non air


2.1. Kekuatan Asam- Basa
HX (aq) + H2O (l)H3O+(l) + X-(aq)
Asam HX tergantung pada kemampuan proton donor relatif HX dan H3O+ nilai-nilai
Ka/Kb umumnya mengacu pada ionisasi asam dalam pelarut air,sehingga HCl akan
sebagai asam kuat dalam media berair. Hal ini dikarenakan adanya efek ion. Jika HCl
dilarutkan dalam asam asetat, tingkat ionisasi kurang dalam air dan HCl akan
bertindak sebagai asam lemah. Pelarut non-air yang berperan sebagai akseptor proton
yang baik (misalnya NH3) memungkinkan asam tersebut terionisasi. Dalam pelarut,
semua asam kuat, tetapi pelarut akan menunjukkan efek perataanpada asam, karena
kekuatan asam terlarut tidak bisa melebihi dari pelarut terprotonasi. Dalam pelarut air,
tidak ada spesies asam bisa melebihi asam kuat dari H3O+ .
Perilaku semacam ini telah menyebabkan klasifikasi asam dan basa Lewis
menjadi kategori "hard(keras)" dan "soft(lunak)", asam keras bereaksi secara khusus
dengan basa keras begitu juga dengan asam lunak bereaksi dengan basa lunak. Istilah
keras dan lunak dipilih untuk menunjukkan bahwa struktur atom yang terkait dengan
asam keras dan basa bersifat kaku dan tidak dapat ditembus, sedangkan yang
berasosiasi dengan asam lunak dan basa lebih mudah dideformasi. Contoh asam keras
yaitu natrium, kalsium, dan ion aluminium, dan ion karbonium. Sedangkan asam
lunak antara lain tembaga, perak, dan halogen. Basa lunak yang khas adalah iodida,
tiosianat, sulfida, dan trifenilfosfin; sedangkan basa keras yaitu hidroksida, fluorida,
dan oksianion.

2.2. Asam Dalam Pelarut Asam


Pengaruh melarutkan suatu 'asam' dalam pelarut non-air asam bahwa hanya
karena suatu senyawa 'asam', tidak mungkin berperilaku sebagai salah satu media
non-air.

HNO3 + 2H2SO4[NO2]+ + [H3O]+ + 2[HSO4]-


Reaksi tersebut jika di uraikan menjadi :
HNO3 + H2SO4 [H2NO3]+ + [HSO4]-
[H2NO3]+ [NO2]+ + H2O
H2O + H2SO4[H3O]+ + [HSO4]-

2.3. Asam dan Basa : Definisi pelarut


Pelarut self ionisasi merupakan sebuah asam yang dapat menghasilkan
kation dan anion berkarakteristik pelarut.
2H2O [H3O]+ + [OH]- 2NH3[NH4]+ + [NH2]-
Pelarut non air yang mengalami self ionisasi ini dikelompokkan menjadi dua:
1. Proton (NH3, HF, H2SO4, HOSO2F)
2. Aprotik (BrF3, N2O4)
Selain itu dinitrogen tetraokside, (N2O4 ) juga mengalami self-ionisasi:
N2O4[NO]+ + [NO3]-
Dalam pelarut tersebut garam nitrosil berperan sebagai asam dan nitrat sebagai
basa.
2.3.1 Pelarut Aprotik
Istilah aprotik digunakan untuk pelarut yang tidak dapat kehilangan proton,
meskipun memiliki sifat dasar yang lemah. Beberapa dari pelarut aprotik ini memiliki
konstanta dielektrik yang tinggi (misalnya, N, N-dimetilformamida, dimetil
sulfoksida, dan nitrobenzena) dan merupakan pelarut yang bagus untuk berbagai zat.
Hal ini dikarenakan memiliki efek pembeda yang kuat pada sifat asam dan basanya.
Secara khusus, anion tidak terlarut dengan baik dalam pelarut-pelarut ini sehingga
berperan sebagai basa yang sangat kuat misalnya, natrium metoksida yang dilarutkan
dalam dimetil sulfoksida menghasilkan larutan 109 kali lebih kuat seperti dalam
metanol.
III. Liquid Ammonia , NH3
Reaksi dalam liquid NH3didasarkan pada self-ionisasi dari NH3. Reaksi self-ionisasi
dari NH3 ditunjukkan oleh persamaan (3.1) berikut (Housecroft dan Sharpe , 2014).
NH3 (l) ⇌NH4+(aq) + NH2- (aq) ....(3.1)
Kation yang terbentuk merupakan asam dan anion nya adalah basa. Semua asam yang
dilarutkan dalam liquid ammonia akan terionisasi sempurna daripada dalam air. Contohnya
adalah asam asetat, jika dalam air akan terionisasi menjadi spesi [CH3COO]- dan [H3O]+
sedangkan jika dilarutkan dalam liquid NH3 akan menghasilkan NH4 +yang merupakan asam
sebagai bukti bahwa asam asetat bersifat asam, relatif terhadap NH3 .Reaksi asam asetat
dalam liquid ammonia ditunjukkan oleh persamaan (3.2) berikut (Housecroft dan Sharpe ,
2014).
CH3COOH(aq) + NH3 (l) ⇌[CH3COO]- (aq) + [NH4]+ (aq) ....(3.2)
Berdasarkan persamaan (2) dapat disimpulkan bahwa senyawa yang mengandung NH4 relatif
asam terhadap NH3 dan senyawa yang mengandung NH2bersifat relatif basa terhadap NH3
.Suatu asam yang direaksikan dengan basa pada liquid NH3menghasilkan garam dan NH3.
Contohnya adalah reaksi pada persamaan (3.3) ,(3.4) , dan (3.5) berikut
NH4Br (asam ) + KNH2 (basa)  KBr + 2NH3 ....(3.3)
H2NSO2OH (asam) + 2KNH2(basa)  K2[HNSO2O] + 2NH3 ....(3.4)
2NH4+ (asam) + [Zn(NH2)4]2+ (basa)  [Zn(NH2)2]2+ +4NH3 ....(3.5)
Larutan ammonium halida dalam liquid NH3 bertindak sebagai asam. Contohnya ada pada
pembuatan silane dan arsane.Reaksi pembuatan silane SiH4 dan arsane AsH3 dalam liquid
NH3 berturut-turut ditunjukkan oleh persamaan (3.6) dan (3.7) sebagai berikut.

Mg2Si + 4NH4Br Liquid NH3 SiH4+ 2MgBr2 + 4NH3....(3.6)

Na3As + 3 NH4Br Liquid NH3 AsH3 + 3NaBr+ 3NH3 ....(3.7)

Logam yang dapat membentuk senyawa hidroksida dapat bereaksi dengan liquid
NH3membentuk endapan amida dan jika direaksikan lagi dengan NH2 berlebih akan
terbentuk garam amida yang mudah larut dalam air seperti persamaan reaksi (3.8) berikut.

Zn2+ +2[OH]- Zn(OH)2 [OH]- berlebih [Zn(OH)4]2+

Zn2+ +2[NH2]-  Zn(NH2)2 [NH2]- berlebih [Zn(NH2)4]2+ ....(3.8)

Selain Zn2+ , logam Mg2+ dan Ca2+ dapat bereaksi dengan NH3 membentuk kompleks
[Mg(NH3)6]2+dan Ca(NH3)6]2+. Liquid NH3 mempengaruhi konduktivitas molar dari larutan
logam blok-s.Semakin tinggi konsentrasi logam blok-s ,maka konduktivitas molar berkurang
ketika direaksikan dalam NH3.Hal ini karena penambahan logam blok-s mengganggu
pembentukan ikatan hidrogen pada pelarut NH3. Larutan Li-NH3bergeometri tetraheral
sedangkan K-NH3 bergeometri oktahedral.
Permitivitas relatif dari NH3 kurang dari H2O sehingga kemampuan mensolvasi kation
menjadi lebih rendah (Farazandehet al., 2017). Garam iodida dan garam nitrat sangat mudah
larut dalam liquid NH3.Kation dari garam tersebut akan terendapkan dan anionnya akan
larut. Contohnya ditunjukkan pada persamaan (3.9) berikut (Housecroft dan Sharpe , 2014).

2AgNO3(aq)+ BaCl2 (aq) Liquid NH3 2 AgCl (s)+ Ba(NO3)2(aq) ....(3.9)

Oksigen yang direaksikan dengan Na pada liquid NH3akan menghasilkan superoksida dan
jika direaksikan lagi dengan Na pada liquid NH3akan menghasilkan peroksida sesuai reaksi
yang ditunjukkan oleh persamaan (3.10) dan (3.11) berikut.

O2+ Na, Liquid NH3 [NaO2] superoksida ....(3.10)

O2+ 2Na, Liquid NH3 [Na2O2] peroksida ....(3.11)

IV. Liquid Hidrogen Fluorida (HF)


Reaksi dalam liquid HFdidasarkan pada self-ionisasi dari HF. Reaksi self-ionisasi dari
HF ditunjukkan oleh persamaan (4.1) berikut (Housecroft dan Sharpe , 2014).
3HF (l) ⇌[H2F]+(aq) +[HF2]- (aq) ....(4.1)
Seperti halnya self-ionisasi pada liquid NH3 , kation yang dihasilkan dari self-ionisasi liquid
HF bersifat asam dan anion nya adalah basa. Contohnya adalah suatu asam lemah direaksikan
dengan liquid HF akan menghasilkan anion [HF2]– (persamaan reaksi 4.2) dan suatu asam
yang kekuatannya lebih besar relatif terhadap HF akan menghasilkan kation [H2F]
+
(persamaan reaksi 4.3) sebagai berikut.
CH3COOH (asam lemah)+ HF [CH3COOH2]++ [HF2]- ....(4.2)
HOSO2F (asam kuat )+ HF [H2F] ++[SO2F]- ....(4.3)
Pada suatu periode, dari unsur B ,P, dan Br, dalam persenyawaan dengan F , yaitu BF3, PF5 ,
dan BrF3, jika direaksikan dengan HF akan menghasilkan ion yang sifat keasamaannya
berkurang dari urutan B ke Br. Pada golongan VA, dari unsur atas ke bawah, jika unsur
tersebut membentuk senyawaan dengan F ,yakni , PF5, AsF5, dan , SbF5 jika ketiga senyawa
ini direaksikan dengan HF maka terbentuk ion yang keasamaan nya semakin besar.Hal ini
dijelaskan melalui persamaan reaksi (4,4) , (4.5) , (4.6), (4.7), dan (4.8) berikut.
SbF5 + 2HF ⇌[H2F]+ + [SbF6]-(superasam) ....(4.4)
+ -
AsF5 + 2HF ⇌[H2F] + [AsF6] (asam yang kuat) ....(4.5)
+ -
BF3 + 2HF ⇌[H2F] + [BF4] (asam yang lemah) ....(4.6)
+ -
PF5 + 2HF ⇌[H2F] + [PF6] (asam yang paling lemah) ....(4.7)
BrF3 + 2HF ⇌[HF2]- + [BrF2]+(basa lemah) ....(4.8)
+
Berdasarkan kelima reaksi tersebut, senyawa yang menghasilkan [H2F] adalah senyawa
yang keasamannya lebih kuat relatif terhadap HF dan senyawa yang dihasilkan adalah asam.,
sedangkan senyawa yang menghasilkan [HF2]- adalah senyawa yang sifat basa nya lebih kuat
relatif terhadap HF.
Senyawa superasam adalah senyawa yang sifat keasamannya melebihi H2SO4.
Salah satu sifat HF adalah mampu mengikis gelas silika, sehingga penyimpanan HF tidak
boleh pada botol silika karena akan bereaksi membentuk SiF4 sesuai persamaan reaksi 4.9.
Solusi mengatasi permasalahan ini adalah dengan menyimpan HF pada botol
PTFE(politetrafluoroetena) atau dengan wadah dari Cu atau logam Monel yang merupakan
paduan Ni-Cu.
4HF + SiO2 SiF4 + 2H2O ....(4.9)
V. Sulfuric Acid

Asam sulfat murni tidak dapat ditemukan secara alami di bumi karena asam sulfat
memiliki sofat higroskopis. Namun, asam sulfat adalah komponen utama dalam terjadinya
proses hujan asam, karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air. Asam
sulfat terbentuk alami melalui proses oksidasi mineral sulfida. Reaksi hidrasi pada asam
sulfat adalah reaksi eksotermis Apabila dalam prosesnya air dalam asam sulfat pekat, maka
akan mendidih. Reaksi hidrasi ditunjukkan oleh persamaan 5.1 sebagai berikut (Olson, 2007).

H2SO4 + H2O→ H3 O+ + HSO4-....(5.1)

Asam sulfat adalah agen pengering yang baik, dan digunakan dalam proses
pengolahan buah-buahan kering. Pada saat gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia
membentuk H2 S2 07 . Atau dapat disebut asam fuming.Pada atmosfer bumi, zat ini merupakan
bahan kimia yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Adapun sifat - sifat kimia dan fisika
dari asam sulfat sendiri adalah sebagai berikut (Olson, 2007).Sifat kimia dari asam sulfat
diantaranya adalah apabila di alam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam
(HA) dan air, yang berperan sebagai basa. Reaksinya ditunjukkan oleh persamaan 5.2
sebagai berikut (Olson, 2007).

HA + H2 O ⇌ A− + H3 O+....(5.2)

Sifat kimia yang kedua dari asam sulfat adalah dimana asam sulfat termasuk ke dalam
asam kuat yang mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di
kanan, terdapat banyak H3 O+ ; sehingga hampir seluruh asam terurai dengan sempurna).
Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl) adalah sebesar 107.Sedangkan Asam lemah
memiliki nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersama-
sama dalam larutan; sejumlah kecil H3 O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian
saja). Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat hanyalah sebesar 1,8 × 10-5 (Tierney, 2004).

Sifat fisika dari asam sulfat dari asam sulfat diantaranya adalah memiliki titik leleh
sebesar 10°C, titik didih sebesar 290°C, tekanan uap sebesar 1 mmHg pada suhu 146 °C,
memiliki berat jenis cairan sebesar 1,84 dan berat jenis uap sebesar 3,4 (udara = 1). Asam
sulfat pada umumnya digunakan untuk pembersih toilet, pembersih logam, cairan baterai
pada otomotif, amunisi dan pupuk.Asam sulfat memiliki wujud cairan yang tidak berwarna
dan sangat korosif, dapat bereaksi juga dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik.asam
sulfat pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran apabila terjadi kontak
dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Asam sulfat sangat reaktif apabila
bereaksi dengan bubuk zat organik. Konsentrasi asam sulfat lebih kental dan padat
dibandingkan air (Tierney, 2004).

Asam sulfat dapat membahayakan kesehatan namun tergantung pada konsentrasi


larutannya, apabila kurang dari 10% bersifat iritan dan lebih dari 10% akan bersifat korosif
dan sangat membahayakan kesehatan. Asam sulfat merupakan bahan kimia yang sangat kuat
yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan rasa terbakar yang sangat parah dan kerusakan
jaringan pada tubuh pada saat kontak dengan kulit atau membran mukosa.Sumber dari asam
sulfat adalah unsur belerang. Belerang yang ada di alam terdapat pada kulit bumi
presentasenya adalah sebesar 0,1% dari massa kulit bumi. Belerang yang ada di bumi dalam
keadaan unsur bebas ataupun dalam bentuk senyawa sulfida. Pada saat pembuatan
H2 SO4 pada konsentrasi sedang dari SO2 yang dibuat melalui pembakaran pirit (Martini dkk.,
2009).

Pembuatan asam sulfat melalui proses kamar timbel adalah cara yang pertama kali
dilakukan. Dalam proses tersebut, asam sulfat yang dihasilkan hanya mencapai kadar yakni
sebesar 80%, sedangkan saat ini penggunaaan asam sulfat dalam industri adalah dengan
kadar yang sangat tinggi yakni adalah sebesar 98%. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
asam sulfat dengan kadar 98% tidak dimungkinkan dengan cara proses kamar timbel, tetapi
diperoleh dengan menggunakan proses kontak (Martini dkk., 2009).

VI.Asam Fluorosulfat

Fluorosulfuric acid merupakan senyawa anorganik yang memiliki rumus kimia


HSO3F. Fluorosulfuric acid memiliki nama IUPAC yakni sulfurofluoridic acid.Senaywa ini
adalah salah satu dari asam terkuat yang tersedia secara komersial. Rumus fluorosulfuric acid
HSO3F menekankan hubungannya dengan asam sulfat atau H2SO4. Fluorosulfuric acid
memiliki molekul tetrahedral yang memiliki wujud cairan yang tidak berwarna, meskipun
sampel komersial sering berwarna kuning (Tabel dkk., 2005).

Fluorosulfuric acid memiliki beberapa sifat kimia dan fisika diantaranya adalah
massa molar sebesar 100.06 g · mol – 1. Penampilan dari fluorosulfuric acid adalah cairan tak
berwarna dengan densitas sebesar 1.726 g cm – 3, titik lebur sebesar −87.5 ° C dalam
Fahrenheit adalah sebesar −125.4 ° F dan dalam suhu Kelvin sebesar 185,7 K. Titik didih dari
fluorosulfuric acid adalah sebesar 165,4 ° C (Olah dkk., 2001).

Fluorosulfuric acid larut dalam pelarut organik polar (misalnya nitrobenzena, asam
asetat, dan etil asetat), tetapi kurang larut apabila dilarutkan dalam pelarut nonpolar seperti
alkana. Karena sifat keasamannya yang kuat, ia melarutkan hampir semua senyawa organik
yang merupakan akseptor proton yang lemah. HSO3F dapat menghidrolisis seacara perlahan
menjadi HF dan asam sulfat atau H2SO4 (Cotton dan Wilkinson ,1980).

VII. Superacid

Superacid merupakan istilah bahasa Inggris untuk larutan superasam. Larutan


superasam merupakan larutan sejenis asam yang mempunyai keasaman lebih besar daripada
100% asam sulfat (H2SO4) dan yang mempunyai fungsi keasaman Hammett (H0) sebesar
−12. Istilah superasam pertama kali diciptakan oleh James Bryant Conant pada tahun 1927
untuk menjelaskan asam-asam yang memiliki keasaman lebih besar dari asam
mineral.Kemudian pada tahun 1994, George A. Olah diberikan penghargaan Nobel atas
penelitiannya terhadap superasam dan penggunaannya dalam pemantauan karbokation. Hasil
penelitiannya tersebut diberi nama "Asam ajaib" atau “magic acid”, dinamakan demikian
karena kemampuannya menyerang hidrokarbon, dihasilkan dengan mencampur antimon
pentafluorida (SbF5) dan asam fluorosulfat. Antimon pentafluorida (SbF5) merupakan asam
Lewis kuat dan membentuk distribusi dengan F- (dari HF) atau [SO3F]- (dari HSO3F).
Reaksinya ditunjukkan oleh persamaan 7.1.sebagai berikut.

2HSO3F + SbF5⇌ [H2SO3F]+ + [F5SbOSO2F]-....(7.1)

Persamaan tersebut merupakan penyederhanaan dari sistem SbF5-HSO3. Hasil dari reaksi
atau produk tergantuk pula pada rasio atau perbandingan dari SbF5 dan HSO3, pada
konsentrasi SbF5 yang lebih tinggi akan terkandung [SbF6]- , [Sb2F11]2- HS2O6F dan HS3O9F.
Superasam yang paling kuat (magic acid) dihasilkan dari kombinasi asam Lewis kuat dan
asam Brønsted kuat. Superasam yang paling kuat, asam fluoroantimonat, adalah kombinasi
dari hidrogen florida dan SbF5. Dalam sistem ini, HF melepaskan unsur seiring proton (H+)
dengan pengikatan F− oleh antimon pentafluorida. Anion yang dihasilkan (SbF6−) merupakan
nukleofil yang lemah sekaligus basa lemah. Pada media superasam, hidrokarbon bertindak
sebagia basa, dan berikut merupakan reaksi atau jalur pada pembentukan ion karbanium:

[CH3]3CH + [HSO3F]+⇌[CH3C]+ + H2 + HSO3F ....(7.2)

Basa konjugasi dari superasam memiliki karakteristik sangat mengoksidasi dan sangat
nukleofilik.

VIII. Bromin trifluorida,BrF3

8.1.Sifat Fisik

Bromin Trifluorida (BrF3) adalah pelarut anorganik pengion yang kuat dan
merupakan padatan berwarna kuning pada suhu kamar atau 298 K. Senyawa ini memiliki titik
leleh pada suhu 281,8 K serta titik didih 408 K. BrF3 hanya terdapat pada pelarut aprotik
untuk dipostulasikan secara ionisasi pada BrF3 yang didukung oleh isolasi dan karakterisasi
dengan difraksi sinar-X asam dan basa, dan menggunakan titrasi konduktimetrik pada BrF3.
Konduktifitas tertentu dari BrF3 adalah 8 x 10-3 ohm-1 cm-1 pada 250C. Permitivitas relatif
sekitar 107. Proses ionisasi terjadi sesuai dengan persamaan 8.1 sebagai berikut :

2BrF3↔ [BrF2]+ + [BrF4]- ....(8.1)

Menggunakan definisi asam basa, asam pada BrF3 merupakan spesies yang menghasilkan
[BrF2]+ dan basa merupakan spesies yang menghasilkan [BrF4]-. Walaupun tidak seperti air,
banyak garam fluorida mudah larut dalam larutan bromin trifluorida dan akan bereaksi
membentuk basa konjugasi. Jadi, di dalam BrF3, suatu basa adalah garam yang menyediakan
ion F-.

8.2. Karakteristik garam fluorida dan molekul fluorida pada BrF3

Bromin trifluorida bertindak sebagai asam Lewis yang menerima F-.Ketika dilarutkan
fdalam BrF3, logam alkali fluorida, BaF2, dan AgF bereaksi dengan solven membentuk
[BrF4]-. Di sisi lain, apabila galam fluorida merupakan akseptor F- yang lebih kuat dari garam
BrF3 maka akan dihasilkan [BrF2]+. Berikut persamaan reaksinya:
KF + BrF3 → K+ + [BrF4]-....(8.2.1)
SBF3 + BrF3 → [BrF2]+ + [SbF6]- ....(8.2.2)
SnF4 + 2BrF3 → 2[BrF2]+ + [SnF6]-. ...(8.2.3)
AuF3 + BrF3 → [BrF2]+ + [AuF4]- ....(8.2.4)

Pengukuran konduktivitas larutan yang terdiri dari (BrF2)[SbF6] dan AgBrF4 atau
(BrF2)2[SnF6] dan KBrF4 yang menunjukkan nilai minimum pada reaksi 1:1 dan 1:2. Dari
perbandingan molar tersebut dengan demikian dapat mendukung rumus reaksi netralisasi
sebagai berikut :

(BrF2)+[SbF6]- + Ag+BrF4- → Ag+[SbF6]- +2BrF3....(8.2.5)


(BrF2)2+[SnF6]2- + 2K+BrF4-→ K2+[SnF6]2- + 4BrF3 ...(8.2.6)

8.3. Reaksi pada BrF3

Umumnya reaksi yang menggunakan media BrF3 melibatkan reaksi fluorinasi. Contoh
Ag[SbF6] dapat dipreparasi dalam larutan BrF3 dengan rasio molar Agdan Sb 1:1 . Selain itu,
K2[SnF6] dihasilkan ketika KCl dan SN dikombinasikan pada rasio molar 2:1 dalam larutan
BrF3. Berikut persamaan reaksinya:

Ag + Sb → Ag[SbF6] ...(8.3.1)
2KCl + Sn → K2[SnF6] ...(8.3.2)
Ag + Au → Ag[AuF4] ...(8.3.3)
KCl + VCl4 → K[VF6] ...(8.3.4)

Beberapa senyawa yang dapat dihasilkan dalam BrF3 juga dapat dibuat menggunakan
F2 sebagai agen fluorinasi. Namun umunya menggunakan F2 membutuhkan suhu reaksi yang
lebih tinggi dan reaksi tersebut tidak selalu menghasilkan produk spesifik. Pelarut non-air
yang memiliki sifat dan karakteristik yang serupa dengan BrF3 dimana dapat mengoksidasi
dengan baik dari agen fluorinasi adalah ClF3, BrF5, IF5.

IX. Liquid N2O4

Dinitrogen tetroxide (N2O4) adalah reagen yang berguna dalam sintesis kimia yang
membentuk campuran kesetimbangan dengan nitrogen dioksida.Dinitrogen tetroxide
termasuk oksidator kuat yang hipergolik (spontan bereaksi) setelah kontak dengan berbagai
bentuk hidrazin (N2H4)

9.1.Sifat fisika dinitrogen tetroxide (N2O4)

[Et4N] [NO3] (memiliki energi kisi yang sangat rendah) larut dalam N2O4, pertukaran
ion[NO3] antara zat terlarut dan pelarut terjadi sangat cepat. Sehingga [NO3] dapat
terbentuk dalam N2O4 cair. Dalam reaksi N2O4terjadi pembentukan [NO3] dan [NO]+.
N2O4⇌ [NO]++ [NO3]- ....(9.1.1)
Jadi, kesetimbangan reaksi diatas merupakan reaksi dalam N2O4 cair.

9.2. Produksi N2O4

Nitrogen tetroksida dapat dibuat oleh oksidasi katalitik amonia:


 Pada langkah pertama, amonia teroksidasi menjadi oksida nitrat:
4NH3 + 5O2 → 4NO + 6H2O
 Oksida nitrat yang dihasilkan dioksidasi menjadi nitrogen dioksida, yang kemudian
mengalami dimerisasi menjadi nitrogen tetroksida:
2NO + O2 → 2NO2
2NO2⇌ N2O4
Dinitrogen tetroksida dapat juga dibuat melalui reaksi asam nitrat pekat dan logam
tembaga. Oksidasi tembaga oleh asam nitrat merupakan reaksi kompleks yang
membentuk nitrogen oksida dengan berbagai stabilitas yang tergantung pada konsentrasi
asam nitrat, keberadaan oksigen, dan faktor lainnya. Spesies yang tidak stabil selanjutnya
bereaksi untuk membentuk nitrogen dioksida yang kemudian dimurnikan dan
dikondensasi untuk membentuk dinitrogen tetroksida.

9.3 Reaksi dalam N2O4

Logam elektropositif seperti Li bereaksi dengan N2O4yang membebaskan NO.


Li + N2O4 LiNO3 + NO
Logam yang kurang reaktif dapat bereaksi dengan cepat jika direaksikan dengan ClNO,
[Et4N] [NO3], MeCN. Pengamatan dapat dijelaskan dalam reaksi berikut.

 Sn + 2C1NO in liquid N O SnCl2 + 2NO


2 4

 Zn + 2[Et4N] [NO3] + 2N2O4 Et4N]2 [Zn(NO3)4] + 2NO


 Cu + 3N2O4 in presence of MeCN
[NO][Cu(NO3)3] + 2NO

9.4 Kegunaan N2O4

Liquid N2O4berguna sebagai bahan bakar dalam misi Apollo


Selama misi Apollo Moon, bahan bakar yang dipilih adalah campuran cairan N2O4 dan
turunan hidrazin (N2H4). Dinitrogen tetraoksida adalah agen pengoksidasi kuat apabila
kontak dengan MeNHNH2 (sangat beracun) menyebabkan oksidasi secara langsung.
5N2O4+ 4MeNHNH2 9N2 +12H2O + 4CO2
Reaksinya sangat eksotermik dan semua produk adalah gas.

X. Supercritical Fluids

10.1 Pengenalan Cairan Superkritis

Supercritical Fluids (SCF) adalah suatu zat pada suhu dan tekanan di atas titik
kritisnya, di mana fasa cair dan gas yang berbeda tidak ada. Perubahan kecil dalam
tekanan atau suhu menghasilkan perubahan besar dalam kerapatannya. Cairan superkritis
cocok sebagai pengganti pelarut organik dalam berbagai proses industri dan laboratorium.
Karbon dioksida dan air adalah cairan superkritis yang paling umum digunakan, misalnya
untuk dekafeinasi dan pembangkitan listrik, serta dapat digunakan dalam teknologi
pembersih.

Di atas suhu kritis, gas tidak bisa lagi dicairkan. Jikasampel diamati ketika titik kritis
tercapai, di mana fase cair dan gas menghilang menjadi fase superkritis tunggal,
menandakan bahwa tidak ada lagi perbedaan antara dua fase. Pada suhu dan tekanan di
atas titik kritis, suatu zat menjadi cairan superkritis.Kenaikan kecil pada tekanan
menyebabkan peningkatan besar dalam kepadatan fase superkritis. Berikut adalah
diagram fase suhu tekanan sederhana untuk sistem satu komponen.

Cairan superkritis memiliki sifat-sifat pelarut yang menyerupai cairan, tetapi juga
menunjukkan sifat mirip gas. Jadi, cairan superkritis dapat melarutkan zat terlarut, juga
dapat larut dengan gas biasa dan dapat menembus pori-pori dalam zat padat. Cairan
superkritis menunjukkan viskositas yang lebih rendah dan koefisien difusi yang lebih
tinggi daripada cairan. Kepadatan cairan superkritis meningkat ketika tekanan meningkat,
dan ketika densitas meningkat.

10.2 Contoh Cairan Superkritis


Secara umum, cairan superkritis memiliki sifat antara gas dan cairan. Pada Tabel
berikut sifat-sifat penting dalam beberapa komponen, yang umumnya digunakan sebagai
cairan superkritis.
9.3 Penggunaan Cairan Superkritis.

Cairan superkritis biasanya digunakan untuk mengekstraksi kolesterol, kuning telur dan putih
telur, dan zat aktif atau zat yang beraroma untuk parfum dari tanaman.

XI. Ionic Liquids

11.1 Pengertian

Ionic Liquids (ILs) yang juga disebut dengan ‘garam cair’. Down Process yang
termasuk pembuatan IL terjadi pada suhu sangat tinggi.Dalam suhu ambien, IL yang
digunakan pada suhu ruang adalah suatu garam organik yang berbentuk cair (liquid) di
bawah suhu 100 ˚C.Keunggulan dari ILs adalah tidak mudah terbakar, tidak mudah
menguap, dan dapat didaur ulang. Sifat ILs dapat diatur sesuai kecocokan anion dan
kationnya. Hal ini menjadikan IL dikategorikan sebagai salah satu green solvent.

11.2 Jenis-jenis

ILs biasanya dikategorikan menjadi empat jenis berdasarkan segmen kationnya,


yakni:

a) alkylammonium

b) dialkylimidazolium

c) phosphonium

d) N-alkylpyridinium

Gambar 2.1. Kation-kation alkylammonium, phosphonium, dialkylimidazolium, dan N-alkylpyridinium

IL yang pertama disintesis adalah suatu IL ammonium (ethanolammonium nitrat,


EOAN).IL ini memiliki sifat stabilitas elektrokimia katoda yang baik, titik lebur dan
kekentalan yang rendah, sehingga telah digunakan secara luas sebagai elektrolit dalam
perangkat elektrokimia energi tinggi.

IL Immidazolium adalah IL yang populer dan yang paling banyak dipelajari.IL ini
dipilih sebagai cincin kation karena kestabilan dalam kondisi oksidatif dan reduktif,
kekentalan yang rendah, dan sintesisnya yang mudah.IL immidazolium biasa digunakan
sebagai katalis untuk mempercepat waaktu reaksi, meningkatkan kemoselektivitas dan
meningkatkan jumlah produk reaksi organik.

ILs berbahan dasar piridinium adalah IL yang lebih baru dibanding IL berbahan
dasar Immidazolium.IL ini kurang cocok dalam reaksi Diels-Alder, tetapi hampir
sempurna digunakan dalam reaksi Friedel-Crafts dan Grignard. Dan juga sangat bagus
digunakan dalam sintesis farmasi, seperti: 1,4-dihydropyridine, beberapa
dihydropyrimidinon, dan turunan 3,5-bis(dodecyloxycarbonyl) -1,4-dihydropyridine.

ILs berbahan dasar Phosponium adalah lebih baru dibandingkan berbahan dasar
imidazolium dan pyridinium. IL ini lebih stabil dalam hal suhu(digunakan dapt mencapai
suhu 400 oC). Dengan sifatnya yang luar biasa ini, cocok digunakan untuk reaksi di atas
100 oC.IL jenis ini telah digunakan sebagai katalis dan pelarut dalam hidroformilasi,
reaksi Hech terkatalis palladium, dan reaksi kopling silang Suzuki termediasi palladium.
Dan juga dapat digunakan sebagai Phase-Transfer Catalyst (PTC) untuk reaksi Halex,
penangkap CO2, serta sebagai monomer dalam sintesis kopolimer acak yang berisi
phosponium. IL phosponium ini tidak berreaksi dengan radikal bebas, dan stabil dalam
suasana basa.

11.3. Reaksi Sintesis

Beberapa IL dapat dibentuk dengan reaksi searah basa yang mengandung N- atau P-
dengan sebuah agen alkilasi, kemudian dilanjutkan pembentukan counter ion.

Gambar 11.3. Contoh reaksi pembuatan IL


11.4. Contoh Ionic Liquids

Contoh-contoh IL adalah sebagai berikut:

Gambar 11.4. Contoh senyawa IL


11.5 Aplikasi

Aplikasi dari IL secara luas dirangkum dalam gambar di bawah ini.

Gambar 5.1. Aplikasi IL


Referensi :

Cotton, F. A., Wilkinson, G.1980. Advanced Inorganic Chemistry 4th Edition. New York:

Wiley.246-247.

Catherine, H and Sharpe, G.S. 2013. Inorganic Chemistry 4th Edition. Canada. Person

Education Canada Inc.

Farazandeh,R., Rounaghi,G. H. , Ebrahimi,M., dan Basafa,S. 2017.Solvent Influence on


ComplexFormation between Cd2+ and 2-Hydroxy-1,4-naphthoquinone in Binary
Mixed NonaqueousSolvents at 15–45°C .Russian Journal of Physical Chemistry A,
91(4) :678–684.

Martini H. Fredric et al. 2009.Pearson International edition - Fundamentals of Anatomy &

Physiology 8 th Edition.893.

Olah, G. A., Prakash, G. K., Wang, Q., Li, X.Y 2001. Fluorosulfuric Acid. Encyclopedia of

Reagents for Organic Synthesis. Encyclopedia of Reagents for Synthesis. John Wiley

& Sons.

Olson, K. R.2007. Poisoning and Drug Overdose 5th Edition. McGraw-Hill Inc. 157-159.

Tabel, Erhardt., Zirngiebl, Eberhard., Maas, Joachim.2005.Fluorosulfuric Acid in Ullmann's

Encyclopedia of Industrial Chemistry Wiley-VCH Weinheim.

Tierney, L.M. 2004.Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd Edition. McGraw-Hill
Inc.

https://www.britannica.com/science/acid-base-reaction/Aprotic-solvents, diakses pada 8 Juni


2018 pukul 09.00 W.I.B.

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brominetrifluoride , diakses pada 9 Juni 2018 pukul 11.00


W.I.B.

www.chemistryblog.net/bromine-trifluorid..htmldiakses pada 9 Juni 2018 pukul 11.00 W.I.B.

Anda mungkin juga menyukai