Kelompok :5
Anggota :
Berdasarkan tabel diatas, semakin kecil atau negatif nilai Gotransfer maka semakin
besar kemungkinan transfer ion itu terjadi. Pada ion [Ph4As]+ atau [BPh4]- , nilai
Gotransfer nya adalah paling kecil menunjukkan bahwa dalam keempat solven tersebut
(metanol,formamida,DMF,dan acetonitrile), ion tersebut mobilitas nya tinggi
sehingga lebih tersolvasi daripada menggunakan pelarut air.
Logam yang dapat membentuk senyawa hidroksida dapat bereaksi dengan liquid
NH3membentuk endapan amida dan jika direaksikan lagi dengan NH2 berlebih akan
terbentuk garam amida yang mudah larut dalam air seperti persamaan reaksi (3.8) berikut.
Selain Zn2+ , logam Mg2+ dan Ca2+ dapat bereaksi dengan NH3 membentuk kompleks
[Mg(NH3)6]2+dan Ca(NH3)6]2+. Liquid NH3 mempengaruhi konduktivitas molar dari larutan
logam blok-s.Semakin tinggi konsentrasi logam blok-s ,maka konduktivitas molar berkurang
ketika direaksikan dalam NH3.Hal ini karena penambahan logam blok-s mengganggu
pembentukan ikatan hidrogen pada pelarut NH3. Larutan Li-NH3bergeometri tetraheral
sedangkan K-NH3 bergeometri oktahedral.
Permitivitas relatif dari NH3 kurang dari H2O sehingga kemampuan mensolvasi kation
menjadi lebih rendah (Farazandehet al., 2017). Garam iodida dan garam nitrat sangat mudah
larut dalam liquid NH3.Kation dari garam tersebut akan terendapkan dan anionnya akan
larut. Contohnya ditunjukkan pada persamaan (3.9) berikut (Housecroft dan Sharpe , 2014).
Oksigen yang direaksikan dengan Na pada liquid NH3akan menghasilkan superoksida dan
jika direaksikan lagi dengan Na pada liquid NH3akan menghasilkan peroksida sesuai reaksi
yang ditunjukkan oleh persamaan (3.10) dan (3.11) berikut.
Asam sulfat murni tidak dapat ditemukan secara alami di bumi karena asam sulfat
memiliki sofat higroskopis. Namun, asam sulfat adalah komponen utama dalam terjadinya
proses hujan asam, karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air. Asam
sulfat terbentuk alami melalui proses oksidasi mineral sulfida. Reaksi hidrasi pada asam
sulfat adalah reaksi eksotermis Apabila dalam prosesnya air dalam asam sulfat pekat, maka
akan mendidih. Reaksi hidrasi ditunjukkan oleh persamaan 5.1 sebagai berikut (Olson, 2007).
Asam sulfat adalah agen pengering yang baik, dan digunakan dalam proses
pengolahan buah-buahan kering. Pada saat gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia
membentuk H2 S2 07 . Atau dapat disebut asam fuming.Pada atmosfer bumi, zat ini merupakan
bahan kimia yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Adapun sifat - sifat kimia dan fisika
dari asam sulfat sendiri adalah sebagai berikut (Olson, 2007).Sifat kimia dari asam sulfat
diantaranya adalah apabila di alam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam
(HA) dan air, yang berperan sebagai basa. Reaksinya ditunjukkan oleh persamaan 5.2
sebagai berikut (Olson, 2007).
HA + H2 O ⇌ A− + H3 O+....(5.2)
Sifat kimia yang kedua dari asam sulfat adalah dimana asam sulfat termasuk ke dalam
asam kuat yang mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di
kanan, terdapat banyak H3 O+ ; sehingga hampir seluruh asam terurai dengan sempurna).
Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl) adalah sebesar 107.Sedangkan Asam lemah
memiliki nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersama-
sama dalam larutan; sejumlah kecil H3 O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian
saja). Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat hanyalah sebesar 1,8 × 10-5 (Tierney, 2004).
Sifat fisika dari asam sulfat dari asam sulfat diantaranya adalah memiliki titik leleh
sebesar 10°C, titik didih sebesar 290°C, tekanan uap sebesar 1 mmHg pada suhu 146 °C,
memiliki berat jenis cairan sebesar 1,84 dan berat jenis uap sebesar 3,4 (udara = 1). Asam
sulfat pada umumnya digunakan untuk pembersih toilet, pembersih logam, cairan baterai
pada otomotif, amunisi dan pupuk.Asam sulfat memiliki wujud cairan yang tidak berwarna
dan sangat korosif, dapat bereaksi juga dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik.asam
sulfat pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran apabila terjadi kontak
dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Asam sulfat sangat reaktif apabila
bereaksi dengan bubuk zat organik. Konsentrasi asam sulfat lebih kental dan padat
dibandingkan air (Tierney, 2004).
Pembuatan asam sulfat melalui proses kamar timbel adalah cara yang pertama kali
dilakukan. Dalam proses tersebut, asam sulfat yang dihasilkan hanya mencapai kadar yakni
sebesar 80%, sedangkan saat ini penggunaaan asam sulfat dalam industri adalah dengan
kadar yang sangat tinggi yakni adalah sebesar 98%. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
asam sulfat dengan kadar 98% tidak dimungkinkan dengan cara proses kamar timbel, tetapi
diperoleh dengan menggunakan proses kontak (Martini dkk., 2009).
VI.Asam Fluorosulfat
Fluorosulfuric acid memiliki beberapa sifat kimia dan fisika diantaranya adalah
massa molar sebesar 100.06 g · mol – 1. Penampilan dari fluorosulfuric acid adalah cairan tak
berwarna dengan densitas sebesar 1.726 g cm – 3, titik lebur sebesar −87.5 ° C dalam
Fahrenheit adalah sebesar −125.4 ° F dan dalam suhu Kelvin sebesar 185,7 K. Titik didih dari
fluorosulfuric acid adalah sebesar 165,4 ° C (Olah dkk., 2001).
Fluorosulfuric acid larut dalam pelarut organik polar (misalnya nitrobenzena, asam
asetat, dan etil asetat), tetapi kurang larut apabila dilarutkan dalam pelarut nonpolar seperti
alkana. Karena sifat keasamannya yang kuat, ia melarutkan hampir semua senyawa organik
yang merupakan akseptor proton yang lemah. HSO3F dapat menghidrolisis seacara perlahan
menjadi HF dan asam sulfat atau H2SO4 (Cotton dan Wilkinson ,1980).
VII. Superacid
Persamaan tersebut merupakan penyederhanaan dari sistem SbF5-HSO3. Hasil dari reaksi
atau produk tergantuk pula pada rasio atau perbandingan dari SbF5 dan HSO3, pada
konsentrasi SbF5 yang lebih tinggi akan terkandung [SbF6]- , [Sb2F11]2- HS2O6F dan HS3O9F.
Superasam yang paling kuat (magic acid) dihasilkan dari kombinasi asam Lewis kuat dan
asam Brønsted kuat. Superasam yang paling kuat, asam fluoroantimonat, adalah kombinasi
dari hidrogen florida dan SbF5. Dalam sistem ini, HF melepaskan unsur seiring proton (H+)
dengan pengikatan F− oleh antimon pentafluorida. Anion yang dihasilkan (SbF6−) merupakan
nukleofil yang lemah sekaligus basa lemah. Pada media superasam, hidrokarbon bertindak
sebagia basa, dan berikut merupakan reaksi atau jalur pada pembentukan ion karbanium:
Basa konjugasi dari superasam memiliki karakteristik sangat mengoksidasi dan sangat
nukleofilik.
8.1.Sifat Fisik
Bromin Trifluorida (BrF3) adalah pelarut anorganik pengion yang kuat dan
merupakan padatan berwarna kuning pada suhu kamar atau 298 K. Senyawa ini memiliki titik
leleh pada suhu 281,8 K serta titik didih 408 K. BrF3 hanya terdapat pada pelarut aprotik
untuk dipostulasikan secara ionisasi pada BrF3 yang didukung oleh isolasi dan karakterisasi
dengan difraksi sinar-X asam dan basa, dan menggunakan titrasi konduktimetrik pada BrF3.
Konduktifitas tertentu dari BrF3 adalah 8 x 10-3 ohm-1 cm-1 pada 250C. Permitivitas relatif
sekitar 107. Proses ionisasi terjadi sesuai dengan persamaan 8.1 sebagai berikut :
Menggunakan definisi asam basa, asam pada BrF3 merupakan spesies yang menghasilkan
[BrF2]+ dan basa merupakan spesies yang menghasilkan [BrF4]-. Walaupun tidak seperti air,
banyak garam fluorida mudah larut dalam larutan bromin trifluorida dan akan bereaksi
membentuk basa konjugasi. Jadi, di dalam BrF3, suatu basa adalah garam yang menyediakan
ion F-.
Bromin trifluorida bertindak sebagai asam Lewis yang menerima F-.Ketika dilarutkan
fdalam BrF3, logam alkali fluorida, BaF2, dan AgF bereaksi dengan solven membentuk
[BrF4]-. Di sisi lain, apabila galam fluorida merupakan akseptor F- yang lebih kuat dari garam
BrF3 maka akan dihasilkan [BrF2]+. Berikut persamaan reaksinya:
KF + BrF3 → K+ + [BrF4]-....(8.2.1)
SBF3 + BrF3 → [BrF2]+ + [SbF6]- ....(8.2.2)
SnF4 + 2BrF3 → 2[BrF2]+ + [SnF6]-. ...(8.2.3)
AuF3 + BrF3 → [BrF2]+ + [AuF4]- ....(8.2.4)
Pengukuran konduktivitas larutan yang terdiri dari (BrF2)[SbF6] dan AgBrF4 atau
(BrF2)2[SnF6] dan KBrF4 yang menunjukkan nilai minimum pada reaksi 1:1 dan 1:2. Dari
perbandingan molar tersebut dengan demikian dapat mendukung rumus reaksi netralisasi
sebagai berikut :
Umumnya reaksi yang menggunakan media BrF3 melibatkan reaksi fluorinasi. Contoh
Ag[SbF6] dapat dipreparasi dalam larutan BrF3 dengan rasio molar Agdan Sb 1:1 . Selain itu,
K2[SnF6] dihasilkan ketika KCl dan SN dikombinasikan pada rasio molar 2:1 dalam larutan
BrF3. Berikut persamaan reaksinya:
Ag + Sb → Ag[SbF6] ...(8.3.1)
2KCl + Sn → K2[SnF6] ...(8.3.2)
Ag + Au → Ag[AuF4] ...(8.3.3)
KCl + VCl4 → K[VF6] ...(8.3.4)
Beberapa senyawa yang dapat dihasilkan dalam BrF3 juga dapat dibuat menggunakan
F2 sebagai agen fluorinasi. Namun umunya menggunakan F2 membutuhkan suhu reaksi yang
lebih tinggi dan reaksi tersebut tidak selalu menghasilkan produk spesifik. Pelarut non-air
yang memiliki sifat dan karakteristik yang serupa dengan BrF3 dimana dapat mengoksidasi
dengan baik dari agen fluorinasi adalah ClF3, BrF5, IF5.
Dinitrogen tetroxide (N2O4) adalah reagen yang berguna dalam sintesis kimia yang
membentuk campuran kesetimbangan dengan nitrogen dioksida.Dinitrogen tetroxide
termasuk oksidator kuat yang hipergolik (spontan bereaksi) setelah kontak dengan berbagai
bentuk hidrazin (N2H4)
[Et4N] [NO3] (memiliki energi kisi yang sangat rendah) larut dalam N2O4, pertukaran
ion[NO3] antara zat terlarut dan pelarut terjadi sangat cepat. Sehingga [NO3] dapat
terbentuk dalam N2O4 cair. Dalam reaksi N2O4terjadi pembentukan [NO3] dan [NO]+.
N2O4⇌ [NO]++ [NO3]- ....(9.1.1)
Jadi, kesetimbangan reaksi diatas merupakan reaksi dalam N2O4 cair.
X. Supercritical Fluids
Supercritical Fluids (SCF) adalah suatu zat pada suhu dan tekanan di atas titik
kritisnya, di mana fasa cair dan gas yang berbeda tidak ada. Perubahan kecil dalam
tekanan atau suhu menghasilkan perubahan besar dalam kerapatannya. Cairan superkritis
cocok sebagai pengganti pelarut organik dalam berbagai proses industri dan laboratorium.
Karbon dioksida dan air adalah cairan superkritis yang paling umum digunakan, misalnya
untuk dekafeinasi dan pembangkitan listrik, serta dapat digunakan dalam teknologi
pembersih.
Di atas suhu kritis, gas tidak bisa lagi dicairkan. Jikasampel diamati ketika titik kritis
tercapai, di mana fase cair dan gas menghilang menjadi fase superkritis tunggal,
menandakan bahwa tidak ada lagi perbedaan antara dua fase. Pada suhu dan tekanan di
atas titik kritis, suatu zat menjadi cairan superkritis.Kenaikan kecil pada tekanan
menyebabkan peningkatan besar dalam kepadatan fase superkritis. Berikut adalah
diagram fase suhu tekanan sederhana untuk sistem satu komponen.
Cairan superkritis memiliki sifat-sifat pelarut yang menyerupai cairan, tetapi juga
menunjukkan sifat mirip gas. Jadi, cairan superkritis dapat melarutkan zat terlarut, juga
dapat larut dengan gas biasa dan dapat menembus pori-pori dalam zat padat. Cairan
superkritis menunjukkan viskositas yang lebih rendah dan koefisien difusi yang lebih
tinggi daripada cairan. Kepadatan cairan superkritis meningkat ketika tekanan meningkat,
dan ketika densitas meningkat.
Cairan superkritis biasanya digunakan untuk mengekstraksi kolesterol, kuning telur dan putih
telur, dan zat aktif atau zat yang beraroma untuk parfum dari tanaman.
11.1 Pengertian
Ionic Liquids (ILs) yang juga disebut dengan ‘garam cair’. Down Process yang
termasuk pembuatan IL terjadi pada suhu sangat tinggi.Dalam suhu ambien, IL yang
digunakan pada suhu ruang adalah suatu garam organik yang berbentuk cair (liquid) di
bawah suhu 100 ˚C.Keunggulan dari ILs adalah tidak mudah terbakar, tidak mudah
menguap, dan dapat didaur ulang. Sifat ILs dapat diatur sesuai kecocokan anion dan
kationnya. Hal ini menjadikan IL dikategorikan sebagai salah satu green solvent.
11.2 Jenis-jenis
a) alkylammonium
b) dialkylimidazolium
c) phosphonium
d) N-alkylpyridinium
IL Immidazolium adalah IL yang populer dan yang paling banyak dipelajari.IL ini
dipilih sebagai cincin kation karena kestabilan dalam kondisi oksidatif dan reduktif,
kekentalan yang rendah, dan sintesisnya yang mudah.IL immidazolium biasa digunakan
sebagai katalis untuk mempercepat waaktu reaksi, meningkatkan kemoselektivitas dan
meningkatkan jumlah produk reaksi organik.
ILs berbahan dasar piridinium adalah IL yang lebih baru dibanding IL berbahan
dasar Immidazolium.IL ini kurang cocok dalam reaksi Diels-Alder, tetapi hampir
sempurna digunakan dalam reaksi Friedel-Crafts dan Grignard. Dan juga sangat bagus
digunakan dalam sintesis farmasi, seperti: 1,4-dihydropyridine, beberapa
dihydropyrimidinon, dan turunan 3,5-bis(dodecyloxycarbonyl) -1,4-dihydropyridine.
ILs berbahan dasar Phosponium adalah lebih baru dibandingkan berbahan dasar
imidazolium dan pyridinium. IL ini lebih stabil dalam hal suhu(digunakan dapt mencapai
suhu 400 oC). Dengan sifatnya yang luar biasa ini, cocok digunakan untuk reaksi di atas
100 oC.IL jenis ini telah digunakan sebagai katalis dan pelarut dalam hidroformilasi,
reaksi Hech terkatalis palladium, dan reaksi kopling silang Suzuki termediasi palladium.
Dan juga dapat digunakan sebagai Phase-Transfer Catalyst (PTC) untuk reaksi Halex,
penangkap CO2, serta sebagai monomer dalam sintesis kopolimer acak yang berisi
phosponium. IL phosponium ini tidak berreaksi dengan radikal bebas, dan stabil dalam
suasana basa.
Beberapa IL dapat dibentuk dengan reaksi searah basa yang mengandung N- atau P-
dengan sebuah agen alkilasi, kemudian dilanjutkan pembentukan counter ion.
Cotton, F. A., Wilkinson, G.1980. Advanced Inorganic Chemistry 4th Edition. New York:
Wiley.246-247.
Catherine, H and Sharpe, G.S. 2013. Inorganic Chemistry 4th Edition. Canada. Person
Physiology 8 th Edition.893.
Olah, G. A., Prakash, G. K., Wang, Q., Li, X.Y 2001. Fluorosulfuric Acid. Encyclopedia of
Reagents for Organic Synthesis. Encyclopedia of Reagents for Synthesis. John Wiley
& Sons.
Olson, K. R.2007. Poisoning and Drug Overdose 5th Edition. McGraw-Hill Inc. 157-159.
Tierney, L.M. 2004.Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd Edition. McGraw-Hill
Inc.