Anda di halaman 1dari 23

PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM

YANG HALUS DAN HOMOGEN

I. TUJUAN
Mempelajari cara mensintesa senyawa kompleks nikel dimetilglioksim yang
halus dan homogen.

II. TEORI
2.1 Pengertian Senyawa Kompleks
Senyawa koordinasi adalah salah satu senyawa yang memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia. Senyawa ini terbentuk karena adanya ikatan antara
ligan yang berperan sebagai donor pasangan elektron (basa lewis) dengan ion
pusat (logam) yang berperan sebagai akseptor pasangan elektron (asam lewis).
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks terbentuk karena adanya ion logam
yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi (Frank, 1995).
Senyawa koordinasi secara umum dapat dikatakan sebagai senyawa yang
pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi. Dalam
konteks yang lebih khusus, senyawa koordinasi merupakan senyawa yang
pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion
logam atau atom logam dengan atom nonlogam. Senyawa koordinasi lebih
dikenal dengan nama senyawa kompleks (Effendy, 2007).
Senyawa kompleks merupakan senyawa netral seperti [Ni(CO)4] atau
senyawa kompleks ionik seperti [Ag(NH3)2]Cl. Senyawa kompleks ionik terdiri
atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Pada senyawa kompleks ionik
salah satu dari ion tersebut atau keduanya dapat menjadi ion kompleks (Effendy,
2007).
Atom logam atau ion logam dalam pembentukan senyawa kompleks netral
atau ionik disebut sebagai atom pusat. Atom yang dapat mendonorkan elektronnya
ke atom pusat disebut sebagai atom donor. Atom donor terdapat pada suatu ion
atau molekul netral. Ion atau molekul netral yang memiliki atom donor yang dapat
dikoordinasikan dengan atom pusat disebut sebagai ligan (Effendy, 2007).
2.2 Klasifikasi Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks memiliki banyak jenis dalam pengelompokan, senyawa
koordinasi pun mengalami berbagai kesulitan. Pada kenyataannya belum ada satu
pun metoda yang tepat untuk mengklasifikasikan senyawa koordinasi ini. Paling
tidak ada manfaatnya untuk memeriksa beberapa metoda klasifikasi karena dapat
membantu untuk memahami ruang lingkup senyawa koordinasi (Svehla, 1985).
1. Mengklasifikasi berdasarkan bilangan koordinasi ion pusat. Atom pusat
pada senyawa kompleks rata-rata memiliki bilangan koordinasi 6 dan 4,
mengingat semua ion logam menunjukkan salah satu atau kedua bilangan
koordinasi tersebut dalam beberapa senyawa kompleksnya.
2. Senyawa kompleks ditinjau dari segi jenis atom logam pusatnya.
3. Senyawa kompleks atas dasar jenis ligan.
4. Senyawa kompleks atas dasar jenis ikatan koordinat yang terbentuk.
5. Senyawa kompleks berdasarkan patokan yaitu, tatanan elektron atau ion
logam yang bersangkutan (Svehla, 1985).
Pada setiap tatanan elektron atau ion logam yang bersangkutan terdapat tiga
kategori yaitu :
1. Kategori I. Dalam kategori ini semua ion kompleksnya memiliki kelopak
valensi dengan tatanan gas lembam, yaitu 1s2 atau ns2np6, dimana n
memiliki nilai dari 2 sampai 6. Ion-ion ini semuanya simetris bola, dengan
unsur berada pada tatanan tertinggi.
2. Kategori II. Dalam kategori ini ion logam memiliki tatanan gas lembam-
samar yaitu (n-1)d10, dimana n adalah 4,5, atau 6. Atom pusat jenis ini
adalah simetris bola dan termasuk dalam beberapa logam dengan tatanan
oksidatif negatif.
3. Kategori III. Dalam kategori ini ion logam mempunyai konfigurasi gas
lebam , (n-1)d10ns2, dimana n adalah 4,5, atau 6. Atom-atom ini sangat
menarik karena berbentuk simetris bola (Svehla, 1985).

2.3 Konsep Nomor Atom Efektif (NAE)


Ikatan kovalen terbentuk dari pasangan elektron yang berasal dari satu pihak
untuk dimiliki bersama oleh kedua belah pihak atom untuk mengadakan suatu
ikatan, contohnya NH3. Hal inilah yang mendasari pembentukan ikatan dalam
senyawa kompleks dengan ligan yang bertindak sebagai basa lewis atau sebagai
atom donor pasangan elektron terhadap atom pusat (Kristian,2011).
Banyak senyawa kompleks dari logam-logam transisi pertama dengan
jumlah elektron 36 di seputar atom pusat dan jumlah ini disebut sebagai nomor
atom efektif (NAE). Beberapa contoh senyawa kompleks dengan NAE 36
[Co(NH3)6]Cl3 dan K4[Fe(CN)6] (Kristian,2011).
2.4 Teori Ikatan Valensi (Valence Bond Theory, VBT)
Teori ikatan valensi dengan konsep hibridisasi untuk menjelaskan bentuk
geometri molekul maupun sifat magnetik senyawa kompleks, konsep hibridisasi
ini dapat menunjukan kemungkinan konfigurasi elektron menghasilkan kompleks
spin rendah, spin bebas dan spin tinggi. Namun demikian teori ini tidak
menjelaskan pemilihan hibridisasi sehingga menghasilkan kedua macam
kompleks tersebut (Kristian,2011).
2.5 Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory, CFT)
Teori ini mengamsumsikan bahwa dalam senyawa kompleks, atom pusat dan
ligan-ligan dipandang sebagai titik-titik yang bermuatan listrik. Dengan demikian
prinsip interaksi elektrostatik yaitu tolak menolak antara elektron-elektron orbital
d atom pusat dengan elektron-elektron atom donor dalam ligan mengambil
peranan penting (Kristian,2011).
2.6 Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat dapat ditempa dan
sangat kukuh. Logam ini melebur pada suhu 55 ◦C dan bersifat para magnetis.
Nikel dapat larut dalam pelarut asam, beberapa diantaranya yaitu asam klorida
(pekat atau encer) dan asam sulfat encer dalam keadaan panas, serta asam nitrat
encer dalam keadaan dingin (Kristian,2011).
Garam- garam nikel(II) yang stabil diturunkan dari Nikel(II)oksida, NiO,
yang merupakan zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut berwarna
hijau karena warna kompleks heksakuonikelat(II). Nikel(III)oksida, Ni2O3,
warnanya hitam kecoklatan (Kristian,2011).
Kajian dan penelitian tentang sintesis senyawa koordinasi semakin beragam.
Salah satunya adalah penelitian tentang senyawa kompleks sebagai katalis. Dari
beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa senyawa kompleks nikel telah terbukti
dapat digunakan pada proses katalitik dalam beberapa reaksi organik (Sabine,
2006).
Senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat
yang stabil. Salah satu senyawa kompleks yang sangat stabil adalah senyawa
kompleks yang membentuk khelat. Salah satu senyawa kompleks yang memiliki
tingkat kestabilan cukup tinggi adalah senyawa kompleks Nikel(II)-EDTA yang
dapat dimanfaatkan sebagai katalis (Underwood, 2002).
2.7 Manfaat Senyawa Kompleks secara Umum
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan ligan.
Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Senyawa
kompleks dapat digunakan dalam analisis kualitatif sebagai pengembangan
prosedur analisis logam berat dan dapat dianalisis secara spektrofotometri (Andi,
2017).
Penelitian tentang senyawa kompleks baik di bidang sintesis maupun
identifikasi sifat-sifatnya menarik untuk dibicarakan karena warna-warna yang
terjadi pada pembentukan senyawa kompleks. Penelitian tentang senyawa
kompleks terus berkembang pesat sejalan dengan perkembangan IPTEK
(Sugiyarto,2012).
Sintesis senyawa kompleks dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
cara antara lain dengan pencampuran larutan pada berbagai perbandingan mol
logam : mol ligan dalam berbagai pelarut tanpa pemanasan atau pencampuran
larutan disertai pemanasan pada berbagai temperatur (Sariyanto, 2010).
Biji nikel merupakan salah satu sumber saya mineral yang melimpah di
Indonesia. Banyak bahan paduan yang dibuat berbasis bahan nikel karena
memiliki kekuatan strukutru terhadap proses creep, fatigue, dan kestabilan
permukaan (oksidasi dan korosi) pada suhu tinggi seperti digunakan pada mesin
pesawat dan turbin gas pembangkit listrik. Mayoritas sumber nikel dunia yang
telah diketahui mengandung laterit (Pan, 2013).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi

No Alat Fungsi
1. Hot plate Untuk memanaskan larutan
2. Erlenmeyer 100 mL Untuk wadah larutan
3. Kertas saring Untuk menyaring endapan
4. Beaker gelas Untuk wadah larutan
5. Corong Untuk memindahkan larutan
6. Magnetik bar Untuk menghomogenkan larutan

3.1.2 Bahan dan Fungsi


No Bahan Fungsi
1. Dimetilglioksim Sebagai sumber ligan (dimetilglioksim)
2. Asam Klorida Sebagai pemberi suasana asam dan pemutus
ikatan
3. NiSO4.6H2O Sebagai sumber atom pusat Ni+2
4. Urea Sebagai pembentuk endapan yang halus dan
homogen
5. Akuades Sebagai pelarut
6. NH4OH Sebagai penetral pH
3.2 Cara Kerja
Sebanyak 2,5 gram nikel sulfat dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL
kemudian ditambahkan 50 mL akuades dan diaduk sampai semua larut.
Selanjutnya diatur pH larutan menjadi 5 dengan menambahkan HCl. Kemudian
ditambahkan sebanyak 15 mL larutan dimetilglioksim 1% dan dilanjutkan
dengan penambahan 5 gram urea, dipanaskan campuran sampai suhu sekitar 80-
90⁰C selama 1 jam dan diamati endapan yang terbentuk. Apabila selama 15 menit
tidak terdapat endapan yang terbentuk maka ditambahkan sedikit lagi ureanya,
kemudian didinginkan campuran dan diperiksa pH larutan dengan kertas pH, jika
pH kecil dari 7 maka ditambahkan ammonium hidroksida sampai pH 7.
Selanjutnya endapan disaring dan dicek larutan yang telah dipisahkan dengan
menambahkan sekitar 2-3 mL larutan dimetilglioksim apabila masih terbentuk
endapan, maka dilanjutkan dengan pemanasan selama 15 menit. Disaring
endapan yang terbentuk dan dikumpulkan semua endapan itu kemudian dicuci
endapan dengan air dingin sebanyak 2 kali dan dikeringkan dengan oven pada
suhu 110⁰C dan ditentukan rendemen yang didapatkan.
3.3 Skema Kerja

2,5 gram NiSO4.6H2O

- dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 mL


- ditambahkan 50 mL akuades sampai semua
padatan larut
- diatur pH sampai 5 dengan penambahan HCl
- ditambahkan 15 mL dimetilglioksim 1%
- ditambahkan 5 gram urea

Campuran

- dipanaskan selama 1 jam pada suhu 80-90⁰C


- diamati endapan yang terbentuk
- didinginkan
- diperiksa pH larutan
- ditambahkan ammonium hidroksida sampai
larutan netral (pH=7)
- disaring endapan yang terbentuk

Filtrat Endapan

- ditambahkan 2-3 mL larutan dimetilglioksim


- dipanaskan selama 15 menit
- disaring

Endapan

- dihitung rendemen
Hasil
3.4 Skema Alat

57

3
6

1 1

7
4

Keterangan :
1. Erlenmeyer
2. Larutan
3. Magnetik bar
4. Hot plate
5. Kertas saring
6. Corong
7. Filtrat
IV. DATA DAN PERHITUNGAN
4.1 Data
Massa NiSO4.6H2O = 2,5 gram
Massa urea = 5 gram
Volume DMG = 15 mL
Mr NiSO4.6H2O = 262,86 gram/mol
Mr Ni(DMG)2 = 288,65 gram/mol
Massa kertas saring = 1,35 gram
Massa Ni(DMG)2 + kertas saring = 3,94 gram
Massa Ni(DMG)2 = 2,59 gram

4.2 Perhitungan
1 mol NiSO4.6H2O ̴ 1 mol Ni(DMG)2
5 gram
mol NiSO4.6H2O =
262,86 gram/mol
= 0,0095 mol
masa teori Ni(DMG)2 :
288,65 gram
gram NiSO4.6H2O = 0,0095 mol ×
1 mol
= 2,7458 gram

masa percobaan
% rendemen = × 100%
masa teori

2,59 gram
= × 100%
2,7458 gram
= 94,32%

4.3 Reaksi
NiSO4.6H2O + H2O → [Ni(H2O)7] +2 + SO42-
[Ni(H2O)7] +2 + HCl → Ni+2 + Cl- + 7H2O
Ni+2 + 2DMG → [Ni(DMG)2]
NiSO4.6H2O + H2O + 2DMG → [Ni(DMG)2] + SO42- + 7H2O
V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Langkah Kerja
No. Langkah Kerja dan Reaksi Foto Pengamatan Analisa

1. Sebanyak 2,5 gram nikel larutan Tujuan dilarutkan dalam akuades yaitu
sulfat dilarutkan dengan 50 berwarna hijau untuk memperluas permukaan dari nikel
mL akuades di dalam sulfat dan membentuk senyawa
erlenmeyer hingga semua intermediet sebelum membentuk
padatanya larut senyawa komplek yang diinginkan, hal
NiSO4.6H2O + H2O → ini ditandai dengan perubahan warna
[Ni(H2O)7] +2 + SO42- menjadi hijau pada larutan
2. Diatur pH larutan 5 dengan Larutan Tujuan penambahan dimetilglioksim
menambahkan HCl, berwarna yaitu sebagai sumber ligan, dilakukan
kemudian ditambahkan 15 merah pada pH 5 karena pada pH tersebut
mL larutan dimetilglioksim terbentuk endapan secara maksimal dan
1% dan dilanjutkan dengan penambahan urea sebagai stabilizer
penambahan 4-5 gram urea untuk membentuk endapan yang halus
Ni+2 + 2DMG- → dan homogen
Ni(DMG)2
3. Dipanaskan campuran pada Terbentuk Tujuan dipanaskan pada suhu 80-90⁰C
suhu 80-90⁰C selama 1 jam endapan yaitu untuk meningkatkan energi
sambil diaduk dengan berwarna kinetik larutan sehingga frekuensi
menggunakan magnetik merah tabrakan antar molekul semakin banyak
stirrer dan diamati endapan sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
yang terbentuk
4. Didinginkan campuran dan Endapan pH larutan harus bersifat netral, hal ini
diperiksa pH larutan dengan berwarna bertujuan agar endapan yang dihasilkan
kertas pH, jika pH kecil dari merah bersifat stabil sehingga tidak mudah
7 maka ditambahkan terurai kembali ke bentuk semula atau
ammonium hidroksida bereaksi dengan unsur lain. Penyaringan
sampai pH 7. Disaring bertujuan untuk memisahkan endapan
endapan yang terbentuk dengan filtratnya.
5. Dicek filtrat yang telah Endapan Filtrat yang berwarna biru menunjukan
dipisahkan dengan berwarna masih mengandung nikel sehingga
menambahkan 2-3 mL merah dan untuk mengoptimumkan komplek
larutan dimetilglioksim, jika filtrat Ni(DMG)2 maka filtrat ditambahkan
masih terbentuk endapan, berwarna lagi dengan DMG
maka dipanaskan larutan hijau
selama 15 menit

6. Disaring endapan yang Didapatkan Pencucian dengan air panas bertujuan


terbentuk dan dikumpulkan endapan menghilangkan pengotor yang terdapat
semua endapan. Dicuci senyawa pada endapan dan dioven pada suhu
endapan dengan air dingin kompleks 110⁰C agar air yang terdapat pada
sebanyak dua kali dan [Ni(DMG)2] endapan dan kertas saring dapat
dikeringkan dengan oven dihilangkan dan didapatkan endapan
pada suhu 110⁰C. [Ni(DMG)2] murni
Ditentukan rendemen yang
didapatkan
5.2 Tabel Hasil
Produk Foto Sifat Fisik Analisa
- Kompleks Ni(DMG)2 Kompleks [Ni(DMG)2]
Nikel dimetilglioksim Ni(DMG)2 memiliki kristal memiliki kristal berwarna
H
O O berwarna merah merah karena adanya splitting
N N
- Kompleks Ni(DMG)2 pada orbital d. Kompleks
H3C CH3
Ni memiliki kristal [Ni(DMG)2] memiliki kristal
bersifat halus dan bersifat halus dan homogen
N N
H3C CH3 homogen karena dilakukan dengan
O O
proses stirrer secara kontinu
H dan pada suhu tinggi.
2
28 Ni : [Ar] 4S 3d 8 Kompleks [Ni(DMG)2]
Ni+2 : [Ar] 4S0 3d8 memiliki jenis hibridisasi
dsp2 karena ligan
dimetilglioksim
Keadaan dasar menyumbangkan 4 PEB
kepada atom pusat dan
memiliki stuktur geometri
square plannar. Kompleks
4s 4p [Ni(DMG)2] merupakan inner
Eksitasi 3d sphare karena PEB mengisi
dd
dd orbital d pada bagian dalam.
d Kompleks [Ni(DMG)2]
3d 4s 4p memiliki sifat magnet
dd diamagnetik karena semua
dd elektron pada orbital
d 4p memiliki pasangan. Diperoleh
3d 4s
dd % rendemen sebesar 94,32%,
dd nilai rendemen yang tinggi
d menunjukan bahwa
percobaan yang dilakukan
telah terlaksana dengan baik.
Hibridisasi
Masuk 4 PEB dari ligan DMG

.. .. .. ..
- Jenis hibridisasi dsp2
- Stuktur geometri square plannar
- Bersifat diamagnetik
- Termasuk inner sphare
5.3 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu mengenai pembuatan partikel nikel
dimetilglioksim yang halus dan homogen yang bertujuan untuk mengetahui cara
mensintesa senyawa kompleks nikel dimetilglioksim sehingga dihasilkan komplek
yang halus dan homogen. Metoda yang digunakan dalam percobaan ini adalah
kristalisasi, sehingga pada akhir percobaan diperoleh kompleks nikel
dimetilglioksim dalam bentuk kristal.
Bahan yang digunakan dalam proses sintesa kompleks nikel
dimetilglioksim adalah nikel sulfat, nikel sulfat digunakan sebagai sumber atom
pusat yang merupakan asam lewis karena menerima PEB dari ligan yang akan
berikatan dengan atom pusat dan sebagai sumber ligan adalah dimetilglioksim
yang merupakan basa lewis karena mendonorkan PEB pada aom pusat.
Nikel sulfat yang berwujud padat dilarutkan dengan akuades yang
bertujuan untuk memperluas permukaan nikel sulfat sehingga mudah bereaksi
apabila direaksikan dan untuk membentuk senyawa intermediet [NiSO4(H2O)7] ,
sebelum membentuk senyawa kompleks nikel dimetilglioksim. Peningkatan pH
menjadi 5 dengan menggunakan HCl sebagai pemberi suasana asam bertujuan
agar kompleks nikel dimetilglioksim terbentuk secara maksimal, terbentuknya
kompleks nikel dimetilglioksim saat penambahan senyawa dimetilglioksim
ditandai dengan perubahan warna dari biru menjadi berwarna merah karena
terjadinya splitting elektron pada orbital d, serta penambahan urea secara
perlahan-lahan bertujuan untuk membentuk endapan kompleks nikel
dimetilglioksim yang stabil dan sempurna.
Walaupun sudah terbentuk kompleks nikel dimetilglioksim pada campuran
perlu dilakukan pemanasan pada suhu 80-90⁰C selama 1 jam sambil diaduk
dengan menggunakan magnetik stirrer, hal ini bertujuan agar campuran
mengalami peningkatan energi kinetik sehingga mempercepatlaju reaksi
pembentukan kompleks.
Campuran didinginkan untuk menurunkan energi kinetik kemudian
dinetralkan dengan menggunakan ammonium hidroksida yang bersifat basa,
karena pH netral dapat membentuk kompleks nikel dimetilglioksim yang stabil
sehingga tidak mudah terurai menjadi ion pembentuknya , namun apabila
pHcampuran <7 maka kompleks yang terbentuk mudah terurai atau tidak stabil
dan jika >7 maka pada akan terbentuk pengotor pada campuran sehingga
mengurangi jumlah komplek yang terbentuk.
Filtrat yang berwarna biru hasil penyaringan endapan kompleks nikel
dimetilglioksim menunjukan masih terdapat ion nikel dalam larutan maka perlu
ditambahkan kembali dengan senyawa dimetilglioksim untuk mengoptimalkan
senyawa kompleks nikel dimetilglioksim yang terbentuk.
Endapan senyawa kompleks nikel dimetilglioksim dicuci dengan air panas
untuk menghilangkan pengotor yang menempel pada endapan dan di oven pada
suhu 110⁰C untuk menguapkan air yang terdapat pada endapan dan kertas saring
sehingga pada hasil akhir percobaan didapatkan endapan senyawa kompleks nikel
dimetilglioksim murni.
Berdasarkan percobaan didapatkan endapan senyawa kompleks nikel
dimetilglioksim seberat 2,59 gram dengan % rendemen adalah 94,32%.
Rendemen yang diperoleh pada percobaan tinggi hal ini menunjukan bahwa
ketelitian dan keakuratan dalam percobaan terlaksana dengan baik.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaann yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa kompleks yang didapatkan pada percobaan adalah senyawa
kompleks nikel dimetilglioksim [Ni(DMG)2].
2. Senyawa kompleks [Ni(DMG)2] diperoleh dengan mereaksikan
NiSO4.6H2O dan dimetilglioksim yang menghasilkan endapan berwarna
merah.
3. Metoda yang digunakan pada percobaan adalah kristalisasi.
4. Massa endapan kompleks yang diperoleh yaitu 2,59 gram dan rendemen
sebesar 94,32%

6.2 Saran
Saran agar percobaan berikutnya menjadi lebih baik :
1. Teliti dalam melakukan penimbangan senyawa nikel sulfat dan dalam
memipet senyawa dimetilglioksim.
2. Hati-hati saat melakukan pemanasan campuran, Lakukan penstirreran
dengan kontinu.
3. Dijaga pH larutan agar reaksi dapat berjalan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Kusyanto dan Kristian H. Sugiyarto. 2017. Sintesis dan Karakterisasi


Senyawa Kompleks Besi (III) dengan Ligan 1,10-Fenantrolin dan
Anion Trifluorometanasulfonat. Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. Volume 6 : 51-58.

Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi. Jurusan Kimia FMIPA


Universitas Negeri Malang. Bayumedia Publishing. Malang.
Frank Albert Cotton, Geoffrey Wilkinson, Paul L. Gaus. 1995. Basic inorganic
chemistry, John Wiley.

Kristian, H. Sugiyarto.2011.Dasar-Dasar Kimia Anorganik Transisi. Graham


Ilmu. Yogyakarta.

Pan, C. X. Lv., BaiC., LiuX. D. Li, MinJ. 2013. Melting featuresand viscosity of
Si-O2-CaO-MGO-Al2O3-FeO nickelslag inlateritemetallurgy. J. Min
Metall. Sect. B-Metall.49(1)B: 9-12.

Sabine Schimpf, Catherine Louis, Peter Claus. 2006. Ni/SiO2 catalysts prepared
with ethylenediamine nickel precursors: Influence of the pretreatment on
the catalytic properties in glucose hydrogenation, Applied Catalysis A:
General, 318, (2007) 45-53.

Sariyanto, Lanjar. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Kromium (III)


dengan Benzokain. Skripsi. Surakarta: Univesitas Sebelas Maret.

Sugiyarto, Kristian H dan Retno Suyanti. 2012. Dasar-dasar Kimia Anorganik


Transisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Svehla,G. 1985. buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro.
PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Underwood, A. L. & Day, R.A, (2002), Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lampiran 1 . STRUKTUR SENYAWA
No. Nama Senyawa Struktur

1. Dimetilglioksim CH3
(C4H8N2O2)
N OH
OH
N

CH3

2. Asam Klorida H Cl

(HCl)

3. Nikel Sulfat O-
Ni
(NiSO4) S O

4. Nikel nitrat O-
(NiNO3)
Ni N O

5. Urea O
(CH4N2O)
C

H2N NH2

6. Akuades
(H2O) H O H

Anda mungkin juga menyukai