SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2015/2016
II. TEORI
2.1 Senyawa Kompleks
Dalam semua senyawa koordinasi, kation dikelilingi oleh anion atau molekul netral.
Gugus yang langsung mengelilingi suatu kation disebut ligan dan cabang kimia
anorganik yang membahas perilaku gabungan kation dan ligannya disebut kimia
koordinasi (Cotton, 2013).
Senyawa CoCl3.6NH3, CoCl3.5NH3, CoCl3.4NH3 merupakan senyawa
koordinasi, dimana CoCl3 dan NH3 bergabung atau berkoordinasi menjadi senyawa
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Penulisan yang lebih baik dari senyawa-
senyawa ini adalah:
[Co(NH3)]6Cl3 [Co(NH3) 5Cl]Cl2 [Co(NH3) 4Cl2]Cl
(a) (b) (c)
dimana gugus yang terikat pada ion logam pusat disebut ligan, dan gabungan ion
pusat dengan ligan yang terikat adalah suatu ion kompleks. Gambaran tersebut
dapat menolong menjelaskan pengamatan percobaan yaitu, jika ketiga senyawa
tersebut direaksikan dengan AgNO3(aq) berlebih, dihasilkan 3,2, dan 1 AgCl per mol
senyawa koordinasi. Tetapi rumus-rumus ini tidak dapat menerangkan mengapa
senyawa (a) berwarna kuning, senyawa (b) berwarna ungu, dan senyawa (c)
mempunyai dua bentuk (isomer), satu violet dan satu hijau (Petrucci, 1993).
Ion besi(II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi(III), maka merupakan zat
pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan iu, semakin nyatalah efek ini,
dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan
ion besi(II). Maka larutan besi(II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk
waktu yang agak lama (Svehla, 1985).
Garam-garam besi(III) (atau feri) diturunkan dari oksida besi(III), Fe2O3.
Mereka lebih stabil daripada garam besi(II). Dalam larutannya, terdapat kation-
kation Fe3+ yang berwarna kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna
menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi(III) menjadi besi(II)
(Svehla, G. 1985).
No
Bahan Fungsi
.
1. Garam Mohr sebagai sumber Fe2+
2. Kalium Oksalat sebagai sumber kalium
4. Asam sulfat 6M sebagai pemberi suasana asam
5. Akuades sebagai pelarut
6. H202 3 % sebagai oksidator
7. Asam Oksalat sebagai sumber ligan
8. Etanol 95 % seabagai pengendap senyawa-senyawa
pengotor
9. NaCl jenuh sebagai penjenuh larutan
10. H3PO4 sebagai larutan penguji
diaduk dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu, filtrat dibuang dan endapan
dibiarkan dalam gelas piala. Ditambahkan air panas sebanyak 20 mL pada endapan
sambil diaduk dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah endapan turun semua,
maka filtratnya dibuang. Setelah itu, endapan ditambahkan larutan K2C2O4 jenuh
dan dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 40oC serta ditambahkan 20 mL H2O2
3% secara perlahan dengan menggunakan buret. Larutan dipanaskan hingga
mendidih dan ditambahkan 8 mL asam oksalat 1 M ke dalam larutan ketika hendak
mendidih. Kemudian larutan disaring dan didinginkan. Setelah dingin,
ditambahkan etanol 96% sebanyak 11 mL dan dipanaskan kembali untuk
menguapkan endapan yang terbentuk. Campuran dibiarkan selama satu malam.
Kemudian, endapan yang terbentuk disaring. Setelah itu, dikeringkan dan
ditimbang massa endapan. Rendemen dihitung berdasarkan penimbangan massa
endapan.
Endapan Filtrat
- ditambahkan 20 mL air panas
- diaduk dan dipanaskan
Endapan Filtrat
- ditambahkan K2C2O4 jenuh
- dipanaskan hingga 40oC
- ditambahkan 20 mL H2O2 3% sambil diaduk
- dipanaskan hingga mendidih
- ditambahkan 8 mL asam oksalat 1 M sebelum mendidih
- disaring dan didinginkan
Endapan Filtrat
- ditambahkan 11 mLetanol 95%
- didiamkan selama satu malam
Endapan
- disaring dan dikeringkan
Rendemen dihitung
Sampel
- disiapkan sampel sebanyak 5 mL
Hasil
3.3.3 Analisis Kuantitatif Kompleks Kalium Trioksalatoferrat(III)
0,5 g Fe(III)
- dilarutkan kedalam 20 mL asam sulfat 6 N
- dipanaskan larutan kira-kira 60°C dan dititrasi saat
panas dengan permanganat 0,02 M
- hasil titrasi dijaga untuk penentuan besi
- larutan permanganat distandarisasi dengan natrium
oksalat
- ditimbang dengan teliti 2 gram natrium oksalat
kedalam erlenmeyer
- dilarutkan dalam air, diasamkan dengan larutan asam
sulfat
- dititrasi dengan permanganat pada suhu 60°C
Hasil
Keterangan :
1. Standar
2. Klem
3. Buret
4. Hot plate
5. Gelas piala
6. Magnetic bar
7. Termometer
8. Corong
9. Erlemeyer
Mbesi = 0,0185 M
0,00185M
% kesalahan = x 100%
0,02M
= 9,25%
3. Ditambahkan air panas Endapan yang Penambahan air panas bertujuan untuk
sebanyak 20 mL pada endapan dipisah kan menghilangkan pengotor pada endapan sehingga
sambil diaduk dan dipanaskan berbentuk serbuk didapatkan FeC2O4.2H2O. Pengadukan dan
hingga mendidih. Endapan dan berwarna kuning. pemanasan bertujuan untuk menghomogenkan
larutan dipisahkan campuran tersebut.
4. Ditambahkan larutan K2C2O4 Terbentuk endapan Asam oksalat berfungsi sebagai ion K+. Dipanaskan
jenuh 10mL dan dilanjutkan orange pada suhu 40oC agar K+ tidak rusak pada suhu
dengan pemanasan pada suhu tinggi. Warna endapan berubah menjadi oren, pada
40oC saat ini kompleks telah terbentuk tetapi ion pusatnya
2FeC2O4 + 4 K2C2O4 + 2H+ + belum Fe3+, karena Fe2+ belum dioksidasi menjadi
H2O → 2 K3[Fe(C2O4)3] + H2O Fe3+
6. Larutan dipanaskan hingga Warna larutan Penambahan oksalat untuk mengikat Fe3+. Pada
mendidih dan ditambahkan 8 berubah dari coklat tahap ini, terjadi proses penggantian ligan OH-
mL asam oksalat 1 M ke dalam menjadi hijau dengan oksalat. Perubahan warna terjadi pada saat
larutan ketika hendak penambhan asam oksalat
mendidih. Kemudian larutan
disaring dan didinginkan.
8. Endapan yang terbentuk Didapatkan endapan Penyaringan dilakukan untuk memisahkan endapan
disaring. Lalu, endapannya atau serbuk dari larutan.Terbentuk kristal berwarna hijau.
dicuci dengan etanol : air (1:1) berwarna hijau
sebanyak 2 kali. Setelah itu,
dikeringkan dan ditimbang
massa endapan, rendemen
dihitung
1. Kompleks Fe(III) oksalat Perubahan warna dari Digunakan asam sulfat sebagai pelarut untuk
ditimbang 0,15 gram dan kuning menjadi kompleks Fe(III) oksalat karena asam sulfat
dilarutkan dalam 20 mL asam lembayung. merupakan pelarut yang baik untuk senyawa
sulgat 6N. Dipanaskan dan kompleks. Dilakukan titrasi saat panas untuk
dititrasi dengan permanganat mencegah oksidasi permanganat. Didapatkan
dalam keadaan panas. konsentrasi Fe(III)oksalat sebesar 0,019 M
Keadaan dasar
Keadaan tereksitasi
Hibridisasi
Ligan Oksalat
Pada keadaan dasar Fe memiliki
orbital 3d5, dimana elektron mengisi
setengah orbital d. Pada keadaan
terkesitasi, dua elektron pada orbital
3d berpasangan karena di dorong
ligan oksalat yang merupakan ligan
kuat. Pada keadaan hibridisasi ligan
oksalat masuk sebagai ligan bidentat
yang menyumbangkan dua pasang
elektron bebas.
Hibridisasi : d2sp3
Geometri : oktahedral
sifat : diamagnetik
5.3 Pembahasan
Percobaan mengenai sifat elemen kompleks koordinasi dari Fe(III) dalam kalium
trioksaltoferrat(III) pada percobaan ini menggunakan prinsip rekristalisasi
Dari percobaan yang telah dilakukan, yakni kompleks koordinasi besi (kalium
trioksalatoferrat(III)), dilarutkan 5 gram ferroamonium sulfat 6 hidrat yang
berfungsi sebagai sumber asam pusat (Fe) dalam 15 mL air untuk mengionkan
kompleks membentuk Fe2+. Reaksi yang terjadi yaitu : (NH4)2SO4.FeSO4.6H2O +
H2O → 2NH4+ + Fe2+ + 2SO42- + 7H2O
Pada saat garam mohr dilarutkan dalam air larutan bewarna hijau. Selanjutnya
ditambahkan H2SO4 6N yang berfungsi sebagai katalis dan pemberi suasana asam,
karena reaksi ionisasi lebih cepat terjadi pada suasana asam. Pada saat ditambahkan
H2SO4 6N larutan berwarna hijau. Kemudian dipanasakan pada suhu 60°-80°C
untuk mempercepat reksi, jiaka suhunya terlalu tinggi akan membentuk senyawa
lain.
Selanjutnya ditambahkan 25 mL asam oksalat 1M sambil diaduk dan
dipanaskan hingga mendidih. Hal ini bertujuan untuk menstabilkan ikatan ligannya
dengan atom pusat. Reaksi yang terjadi yaitu: 2Fe2+ + 2H2O + H2C2O4 →
2FeC2O4.2H2O + 2H+.
Pada saat ini terbentuk larutan bewarna kuning. Senyawa kompleks yang
terbentuk yaitu Fe(II) oksalat. Kemudian selanjutnya ditambahkan air panas 20 mL
pada endapan yang telah dipisahkan yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor
yang ada pada endapan. Pada saat penambahan air panas endapan berubah warna
menjadi kecolatan.
Larutan kalium oksalat hidrat jenuh dibuat dengan melarutkan 4 gram k2C2O4
dalam10 mL air yang berfungsi sebagai sumber ion K+ atau (kation) . Larutan
K2C2O4 jenuh ditambahkan kedalam endapan Fe(II) oksalat sehingga terbentuk
larutan bewarna oren. Campuran dipanaskan hingga suhu 40°C untuk mempercepat
reaksi dan ditambahkan 20 mL H2O2 3% yang berfungsi sebagai oksidator sehingga
biloks Fe naik dari Fe2+ menjadi Fe3+, campuran bewarna merah bata dengan reaksi
: 2FeC2O4.2H2O + 4C2O4 2- + H2O2 + 2H+ → 2Fe(C2O4)3)3-+ OH-.
Selanjutnya campuran didihkan dan ditambahkan 5 mL asam oksalat untuk
membentuk endapan karena efek ion senama. Larutan disarimg untuk mendapatkan
endapan. Endapan ditambahkan etanol 95% sebanyak 10 mL yang bertujuan untuk
menghilangkan pengotor yang terdapat pada endapan., larutan yang terbentuk
bewarna coklat kehijauan. Lalu didiamkan selama satu malam pada suhu kamar
agar didapatkan rendemen sesuai dengan yang diharapkan dan didapatkan kristal
berwarna hijau. Reaksi yang terjadi yaitu : 3K+ + [Fe(C2O4)3]3- + 3H2O →
K3[Fe(C2O4)3].3H2O.
Massa yang diperoleh pada percobaan ini sebesar 2,97 gram dengan
rendemen 47,44% dan persen kesaahan sebesar 52,56%. Kecilnya rendemen yang
didapatkan disebabkan karena pemanasan pada suhu yang tidak sesuai dan ketidak
telitiaan pada saat penyaringan.
6.2 Saran
Agar praktikum selanjutnya berjalan dan mendapatkan hasil yang baik, maka
disarankan kepada pratikan selanjutnya:
1. Perlahan – lahan dalam penambahan atau pencampuran larutan agar
mendapatkan senyawa yang diinginkan
2. Perhatikan suhu saat pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H. 1993. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
2 Kalium oksalat O
KO C
C OK
O
3 NaCl Na Cl
4 H2SO4 O
HO S OH
O
5 H2O2 H H
O O
6 H3PO4 O
P OH
HO
HO
7 Asam Oksalat O
HO C
C OH
O
8 Etanol H2
C
H3C OH
9 Fe(NO3)3 O
N
O O
Fe3+
O O
O O
N N
O O
10 Kalium tiosianat K C
S N