PERCOBAAN V
OLEH :
KELOMPOK : VI (ENAM)
LABORATORIUM KIMIA
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam yang begitu
melimpah, salah satunya kristal. nilai efisiensi kristal diindonesia sangat tinggi dan
mempunyai daya guna yang tinggi. Kristal dapat diartikan sebagai padatan yang
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
konsentrasi bahan terlarut (solute) menjadi lebih besar daripada pelarutnya (solvent)
pada temperatur yang sama adalah kristalisasi. Proses pembentukannya adalah larutan
dibiarkan sampai suhu tertentu (suhu kritis), larutan akan menjadi jenuh kemudian
kristal dari larutan tersebut akan mulai terbentuk. Tahap pembentukan kristal meliputi
(growth). Proses penjenuhan berakhir pada suatu titik dimana pada titik tersebut tidak
ada lagi bahan pelarut yang dilarutkan pada titik jenuh. Contoh dari zat mengkristal
adalah terusi.
Terusi dengan nama lain senyawa trivia CuSO4 (tembaga sulfat) yang
memiliki bentuk kristal kebiruan. Peran terusi sangat banyak sekali selain untuk
bahan kimia kolam renang juga dapat digunakan untuk pabrik pupuk dengan
menggunakan dosis tertentu. Terusi dapat dibuat menjadi garam kompleks tetra amin
B. Rumusan Masalah
proses pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat
(Cu(NH3)4SO4.H2O)?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin Tembaga (II)
D. Manfaat Percobaan
dapat mengetahui gambaran proses pembuatan kompleks tetra amin tembaga (II)
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan
Ni, secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-
yang menghasilkan emisi Pb anorganik. Logam berat telah banyak terdeteksi pada
sayuran, terutama yang ditanam dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara,
antara lain yang berasal dari asap pabrik maupun asap kendaraan bermotor (Pasaribu
dkk., 2017).
adalah struktur yang terdiri dari atom pusat (atau) ion (logam) yang terikat dengan
koordinasi. Orbital d yang terisi sebagian dalam logam transisi memberikan sifat
elektronik yang menarik yang dapat bertindak sebagai probe yang sesuai dalam
penting dalam desain senyawa koordinasi, mengingat bahwa hal itu memungkinkan
partisipasi dalam kimia redoks biologis dan memainkan peran yang berpengaruh
dalam dosis optimal dan bioavailabilitas agen yang diberikan (Baile dkk., 2015).
Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang berkaitan dengan
pembentukan struktur matriks Kristal. Prinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa
padat akan mudah terlarut dalam pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang
lebih dingin. Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas
dan kemudian didinginkan senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai
mengendap membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Ini disebabkan
oleh pertumbuhan kristal zat terlarut, sehingga zat-zat ini dapat dipisahkan dari
di industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai
organik, pelapisan anti fokling pada kapal dan sebagai kabel tembaga. Kristal
CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan
tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga
terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O
juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang
simplisia awal, dan juga di artikan sebagai perbandingan jumlah (kuantitas) yang
pembatas, semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak
1. Alat
Amin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) adalah gelas kimia 250
mL, gelas ukur 100 mL, spatula, timbangan analitik, corong, batang pengaduk, gegep,
2. Bahan
4. Setelah terbenuk kristal, saring dengan kertas saring whatmann dan keringkan
koordinasi atau garam kompleks. Garam kompleks merupakan garam yang tersusun
dari atom pusat (logam transisi) yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul
netralnya. Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi antara
asam lewis (yang berupa atom logam atau ion logam) dengan basa lewis (yang
merupakan ligan netral atau ligan negatif). Dalam senyawa kompleks atom logam
atau ion logam berfungsi sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh ligan-ligan yang
ada.
Garam kompleks dibuat dari tembaga yang berasal dari terusi (CuSO4.5H2O).
Ion tembaga (II) memiliki satu elektron yang tidak berpasangan pada orbital d dan
diharapkan dapat membentuk kompleks. Pada percobaan ini garam kompleks dibuat
mengikat pasangan elektron bebas dari amonia dan membentuk garam koordinasi
atau garam kompleks. Adanya penambahan dari ammonia ini bertujuan untuk
membentuk ligan amin (NH3) pada kompleks yang akan terbentuk. Hasil reaksi ini
menguap. Selain itu, kristal tersebut dijaga agar tidak terlalu digoyang-goyangkan.
Hal ini dikarenakan agar larutan tersebut cepat membentuk kristal. Pada perlakuan ini
dilakukan proses pendinginan saat etanol dimasukan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya penguapan serta membantu proses pembentukan Kristal. Secara umum, zat
cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,
hasilnya berupa kristal tunggal. Kristal yang terbentuk pada percobaan ini, dipisahkan
dari larutannya dengan cara disaring serta didinginkan pada suhu kamar.
Percobaan yang dilakukan ini menghasilkan Kristal berwarna biru yang lebih
pekat setelah dilarutkan dalam ammonia, air dan ditambahkan sedikit demi sedikit
etanol. Hal ini menandakan bahwa telah terbentuk garam kompleks Cu(NH3)4SO4.
H2O. Berat kristal yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 6,79 dan persen
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
mereaksikan terusi (CuSO4.5H2O) dengan larutan NH3, akuades dan etanol. Berat
garam kompleks yang diperoleh yaitu 6,79 dengan rendamen sebesar 92,2 %.
DAFTAR PUSTAKA
Dwinata, R. A., Rusdi E., Sal P. Y. S., 2016. Rancang Bangun Aplikasi Tabel
Periodik Unsur dan Perumusan Senyawa Kimia dari Unsur Kimia Dasar
Berbasis Android. Jurnal Rekursif. 4(2).
Fitrony, Rizky, F., Lailatul, Q., Mahfud, 2013, Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat
Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik
Pomits. 2(1).
Prosedur kerja
Terusi (CuSO4.5H2O)
Terbentuk kristal
- disaring
Kristal Filtrat
- dikeringkan
- ditimbang
- dihitung randemennya
Rendemen : 92,2 %
LAMPIRAN II
Hasil Pengamatan
1. Analisis Data
7,5 g
= 249,603 g/mol
= 0,03 mol
= 15 M . 11, 3 mL
= 15 M . 0,0113 L
= 0, 17 mol
= 7, 365 g
berat kristal secara praktek
Rendamen = × 100%
berat kristal secara teori
6, 79 g
= × 100 %
7,365 g
= 92.2 %
2. Reaksi