Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN V

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II)

SULFAT MONOHIDRAT (Cu(NH3)4SO4.H2O)

OLEH :

NAMA : NURUL HASANA AKMAR

STAMBUK : F1C1 17 024

KELOMPOK : VI (ENAM)

ASISTEN : AMRIN, S.Si

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam yang begitu

melimpah, salah satunya kristal. nilai efisiensi kristal diindonesia sangat tinggi dan

mempunyai daya guna yang tinggi. Kristal dapat diartikan sebagai padatan yang

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga

dimensi. Suatu proses pemisahan dengan jalan memekatkan larutan sampai

konsentrasi bahan terlarut (solute) menjadi lebih besar daripada pelarutnya (solvent)

pada temperatur yang sama adalah kristalisasi. Proses pembentukannya adalah larutan

dibiarkan sampai suhu tertentu (suhu kritis), larutan akan menjadi jenuh kemudian

kristal dari larutan tersebut akan mulai terbentuk. Tahap pembentukan kristal meliputi

penjenuhan (saturation), pembentukan kristal (nucleation), dan pertumbuhan kristal

(growth). Proses penjenuhan berakhir pada suatu titik dimana pada titik tersebut tidak

ada lagi bahan pelarut yang dilarutkan pada titik jenuh. Contoh dari zat mengkristal

adalah terusi.

Terusi dengan nama lain senyawa trivia CuSO4 (tembaga sulfat) yang

memiliki bentuk kristal kebiruan. Peran terusi sangat banyak sekali selain untuk

bahan kimia kolam renang juga dapat digunakan untuk pabrik pupuk dengan

menggunakan dosis tertentu. Terusi dapat dibuat menjadi garam kompleks tetra amin

tembaga (II) sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O). Garam Kompleks mengandung

ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks.


Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan percobaan tentang pembuatan

garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin

Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) adalah bagaimana gambaran

proses pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat

(Cu(NH3)4SO4.H2O)?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin Tembaga (II)

Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) adalah untuk memberi gambaran proses

pembuatan kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O).

D. Manfaat Percobaan

Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti praktikum Pembuatan Garam

Kompleks Tetra Amin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) adalah

dapat mengetahui gambaran proses pembuatan kompleks tetra amin tembaga (II)

sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar

dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan

Ni, secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-

0,001 μg/m3. Sumber pencemaran Pb terbesar berasal dari pembakaran bensin,

dimana dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl2.

Penambahan Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan terjadi

pembakaran bahan tambahan (aditif) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor

yang menghasilkan emisi Pb anorganik. Logam berat telah banyak terdeteksi pada

sayuran, terutama yang ditanam dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara,

antara lain yang berasal dari asap pabrik maupun asap kendaraan bermotor (Pasaribu

dkk., 2017).

Logam kompleks juga dikenal sebagai kompleks koordinasi. Kompleks logam

adalah struktur yang terdiri dari atom pusat (atau) ion (logam) yang terikat dengan

anion (ligan). Senyawa yang mengandung kompleks koordinasi disebut senyawa

koordinasi. Orbital d yang terisi sebagian dalam logam transisi memberikan sifat

elektronik yang menarik yang dapat bertindak sebagai probe yang sesuai dalam

desain agen antikanker. Keadaan oksidasi logam juga merupakan pertimbangan

penting dalam desain senyawa koordinasi, mengingat bahwa hal itu memungkinkan

partisipasi dalam kimia redoks biologis dan memainkan peran yang berpengaruh

dalam dosis optimal dan bioavailabilitas agen yang diberikan (Baile dkk., 2015).
Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang berkaitan dengan

pembentukan struktur matriks Kristal. Prinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa

padat akan mudah terlarut dalam pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang

lebih dingin. Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas

dan kemudian didinginkan senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai

mengendap membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Ini disebabkan

oleh pertumbuhan kristal zat terlarut, sehingga zat-zat ini dapat dipisahkan dari

pengotornya (Brilliantari dkk., 2015).

Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan

di industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai

fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau

menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa

organik, pelapisan anti fokling pada kapal dan sebagai kabel tembaga. Kristal

CuSO4.5H2O digunakan sebagai bahan aditif dalam pembuatan pupuk NPK.

CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan

tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga

terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O

juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang

diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony dkk., 2013).

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal, dan juga di artikan sebagai perbandingan jumlah (kuantitas) yang

dihasilkan, untuk mendapatkan rendemen persentase, kalikan rendemen fraksional


dengan 100%. Rendemen teoritisnya dihitung berdasarkan jumlah mol pereaksi

pembatas, semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak

yang dihasilkan semakin banyak (Wijaya dkk., 2018).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin Tembaga (II) Sulfat

Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) dilaksanakan pada Hari Kamis, 20 Desember 2018

Pukul 07.30-09.55 WITA di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra

Amin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) adalah gelas kimia 250

mL, gelas ukur 100 mL, spatula, timbangan analitik, corong, batang pengaduk, gegep,

statif, klem, stainless steel dan pipet tetes.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra

Amin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) adalah terusi

(CuSO4.5H2O), amonia (NH3), etanol (C2H5OH), alumminium foil, akuades (H2O)

dan kertas saring.


C. Prosedur Kerja

Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4. H2O

1. Ditimbang 7,5 gram CuSO4.5H2O (terusi)

2. Dilarutkan dalam campuran 11, 3 mL ammoia pekat dan 7,5 mL akuades.

3. Ditambahkan 11,3 mL etanol dan didinginkan dengan es batu

4. Setelah terbenuk kristal, saring dengan kertas saring whatmann dan keringkan

kristal pada suhu kamar.


IV. PEMBAHASAN

Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa

koordinasi atau garam kompleks. Garam kompleks merupakan garam yang tersusun

dari atom pusat (logam transisi) yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul

netralnya. Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi antara

asam lewis (yang berupa atom logam atau ion logam) dengan basa lewis (yang

merupakan ligan netral atau ligan negatif). Dalam senyawa kompleks atom logam

atau ion logam berfungsi sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh ligan-ligan yang

ada.

Garam kompleks dibuat dari tembaga yang berasal dari terusi (CuSO4.5H2O).

Ion tembaga (II) memiliki satu elektron yang tidak berpasangan pada orbital d dan

diharapkan dapat membentuk kompleks. Pada percobaan ini garam kompleks dibuat

dengan terusi yang direaksikan dengan amonia, sehingga senyawa CuSO4.5H2O

mengikat pasangan elektron bebas dari amonia dan membentuk garam koordinasi

atau garam kompleks. Adanya penambahan dari ammonia ini bertujuan untuk

membentuk ligan amin (NH3) pada kompleks yang akan terbentuk. Hasil reaksi ini

krmudian ditambahkan etanol sebagai penghambat agar ammonia tidak habis

menguap. Selain itu, kristal tersebut dijaga agar tidak terlalu digoyang-goyangkan.

Hal ini dikarenakan agar larutan tersebut cepat membentuk kristal. Pada perlakuan ini

dilakukan proses pendinginan saat etanol dimasukan yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya penguapan serta membantu proses pembentukan Kristal. Secara umum, zat
cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,

hasilnya berupa kristal tunggal. Kristal yang terbentuk pada percobaan ini, dipisahkan

dari larutannya dengan cara disaring serta didinginkan pada suhu kamar.

Percobaan yang dilakukan ini menghasilkan Kristal berwarna biru yang lebih

pekat setelah dilarutkan dalam ammonia, air dan ditambahkan sedikit demi sedikit

etanol. Hal ini menandakan bahwa telah terbentuk garam kompleks Cu(NH3)4SO4.

H2O. Berat kristal yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 6,79 dan persen

randemen sebesar 92,2 %. .


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa garam kompleks (Cu(NH3)4SO4.H2O dapat diperoleh dengan cara

mereaksikan terusi (CuSO4.5H2O) dengan larutan NH3, akuades dan etanol. Berat

garam kompleks yang diperoleh yaitu 6,79 dengan rendamen sebesar 92,2 %.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, T. 2017. Penyehatan udara. Yogyakarta. ANDI (Anggota IKAPI).

Dwinata, R. A., Rusdi E., Sal P. Y. S., 2016. Rancang Bangun Aplikasi Tabel
Periodik Unsur dan Perumusan Senyawa Kimia dari Unsur Kimia Dasar
Berbasis Android. Jurnal Rekursif. 4(2).

Fitrony, Rizky, F., Lailatul, Q., Mahfud, 2013, Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat
Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik
Pomits. 2(1).

Hermawati, E. S., Suhartana, Taslimah. 2016. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa


Kompleks Zn(II)-8Hidroksikuinolin. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi.19(3).

Kulkarni, S. J. 2015. A Review On Studies And Research On Crystallization.


International Journal Of Research & Review. 2(10).

Saleh, A. P., Amal B. 2018. Energi dan Eletrofikasi pertanian. Yogyakarta.


Deepublish.

Saputro, A. N. C. 2013. Konsep Dasar Kimia Koordinasi. Yogyakarta. Deepublish.


LAMPIRAN 1

Prosedur kerja

Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4. H2O

Terusi (CuSO4.5H2O)

- ditimbang 7,5 gram


- dimasukkan dalam gelas kimia 250 mL
- ditambahkan 11,3 mL ammonia dan 7,5
mL akuades
- ditambahkan etanol dan didinginkan
dengan es batu

Terbentuk kristal

- disaring

Kristal Filtrat

- dikeringkan
- ditimbang
- dihitung randemennya

Berat kristal : 6,79 g

Rendemen : 92,2 %
LAMPIRAN II

Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar


1. CuSO4.5H2O 10 gram + Berwarna biru
aquades 10 mL

2. Ditambahkan ammonia pekat 6 Berwarna biru


gram + diaduk hingga lebih pekat
homogen

3. Ditambahkan etanol 10 mL, Larutan terbentuk


lalu disaring dua fasa

4. Disaring, residu diambil Berat kristal = 6,79


kemudian ditimbang. gram
LAMPIRAN III

1. Analisis Data

Massa CuSO4. 5H2O = 7,5 g

Volume NH3 pekat = 11,3 mL

Konsentrasi NH3 pekat = 15 M

Massa kristal Cu(NH3)4SO4.H2O = 6, 79 g

Massa kristal secara teoritis


massa
Mol CuSO4. 5H2O = Mr

7,5 g
= 249,603 g/mol

= 0,03 mol

Mol (NH3) = M.V

= 15 M . 11, 3 mL

= 15 M . 0,0113 L

= 0, 17 mol

CuSO4 5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4. H2O + 4H2O

Mula-muka :0,03 mol 0,17 mol

Bereaksi :0,03 mol 0,12 mol 0,03 mol 0,12 mol

Setimbang : - 0,05 mol 0,03 mol 0,12 mol

Massa Cu(NH3)4SO4. H2O = mol × Mr

= 0,03 mol × 245, 5 g/mol

= 7, 365 g
berat kristal secara praktek
Rendamen = × 100%
berat kristal secara teori

6, 79 g
= × 100 %
7,365 g

= 92.2 %

2. Reaksi

CuSO4 5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4. H2O + 4H2O

Anda mungkin juga menyukai