Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

SINTESIS GARAM RANGKAP


MgCu(SO4)2.6H2O

AIDUL
H031 17 1008

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESIS GARAM RANGKAP


MgCu(SO4)2.6H2O

Disusun dan diajukan oleh

AIDUL
H031 17 1008

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 26 Maret 2019

Asisten Praktikan

Nia Kurnia Aidul


H311 16 316 H031 17 1314
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini

disebut reaksi netralisasi. Jika sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalennya

dicampur, lalu larutannya diuapkan oleh suatu zat kristalin tertinggal, maka akan

menghasilkan zat yang bukan merupakan jenis asam ataupun basa. Pembentukan

garam ini merupakan hasil dari suatu proses kimia (Svehla, 1979). Garam merupakan

salah satu kebutuhan yang pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber

elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim dan

memiliki potensi sebagai penghasil garam yang cukup besar, namun usaha

meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan

kualitasnya. Di lain pihak, kebutuhan garam kualitas baik seperti garam beriodium

serta garam industri banyak diimpor dari luar negeri (Purbani, 2012).

Garam rangkap merupakan suatu garam yang terbentuk dari kristalisasi

larutan campuran antara sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu, misalnya

FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Menurut Khunur dkk. (2012),

garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan

perbandingan molekul tertentu. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi

menjadi ion-ion komponennya, misal FeSO4(NH4)SO4.6H2O akan terion menjadi

Fe2+, SO42- dan NH4+. Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan

mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat

pentahidrat, besi sulfat heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Berdasarkan hal

di atas, maka dilakukanlah percobaan sintesis garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Mempelajari dan memahami sintesis garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menyintesis garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O.

2. Menghitung rendamen garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O.

1.3 Prinsip percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah menyintesis garam rangkap

MgCu(SO4)2.6H2O dengan cara pencampuran padatan MgSO4 dengan padatan

CuSO4 dalam akuades panas, pengkristalan, dan penyaringan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Garam rangkap merupakan garam yang di dalam kisi kristalnya mengandung

dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Proses pembentukan dari garam

rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan


molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama

dengan struktur garam komponennya. Salah satu contoh garam rangkap adalah tawas

aluminium. Tawas atau alum adalah termasuk kelompok garam rangkap berhidrat

berupa kristal dan isomorf. Kristal tawas mudah larut dalam air, dan kelarutannya

tergantung pada jenis logam dan temperatur. Alum merupakan salah satu senyawa

kimia yang dibuat dari Al2(SO4)3. Alum kalium, mempunyai nama dagang dengan

nama alum, mempunyai rumus yaitu K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Alum kalium

merupakan salah satu alum yang sangat penting. Alum kalium adalah senyawa yang

tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium

sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum

kalium tersebut bersifat asam dan sangat larut dalam air yang bersuhu tinggi.

Kristalin alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara kimia, dan sebagian

garam yang terdehidrasi terlarut dalam air (Syaiful dkk., 2014).

Tawas (kalium aluminium sulfat) adalah mordan yang sangat baik untuk

pengubaran atau pencelupan sendiri karena tidak berbahaya kecuali bila termakan

dalam jumlah besar. Bentuknya kristal atau bubuk putih. Tawas ini paling baik jika

digunakan sebagai mordan pendahuluan, dan cocok untuk semua jenis serat.

Pengaruhnya terhadap warna biasanya kecil. Karena pemakaian tawas terlalu banyak

cenderung membuat benang menjadi kaku, maka tawas sering dicampur dengan krim

tartar. Sifat-sifat kimia tawas adalah larut dalam air (gugus hidroksil), tidak larut

dalam etanol dan aseton dapat menjernihkan air, sebagai campuran bahan celup. Zat

warna yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat warna rhodamin b yang

mempunyai sifat larut dalam etanol. Sedangkan sifat kimia tawas tidak larut dalam

etanol. Untuk mengatasi hal tersebut zat warna rhodamin b dilarutkan terlebih
dahulu dengan etanol, setelah itu dimasukkan ke dalam air panas. Etanol

dapat melebur ke dalam air apabila air tersebut dalam keadaan panas.

Rhodamin b merupakan pewarna untuk serat wol sehingga pada serat

selulosa untuk membantu penyerapan diperlukan soda abu (Khusniyah dan

Yulistiana, 2014).

Menurut teori medan kristal, ikatan antara atom pusat dan ligan dalam

kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya

elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion

lawan atau molekul-molekul yang mempunyai momen dipol permanen. Medan listrik

atau ion pusat akan mempengaruhi ligand-ligand sekelilingnya, sedang medan

gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat dan

ion kompleks dari logam. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, terutama pada

kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligan-ligan dalam kompleks

(Waizumi dkk., 1991).

Magnesium adalah ion paling umum ketiga yang dijumpai dalam air

laut setelah natrium dan klorida. Walaupun magnesium sangat reaktif,

kereaktifannya tidak seperti yang diharapkan berdasarkan nilai potensial

reduksinya. Kurangnya kereaktifan magnesium ini disebabkan oleh cepatnya

pembentukan oksidanya yang membungkus permukaan logam ini sehingga

melindungi kontak lebih lanjut dengan oksigen udara. Di alam, magnesium

didapatkan sebagai salah satu komponen dari sejumlah campuran garam seperti

karnalit, MgCl2.KCl.6H2O dan dolomit MgCO3.CaCO3. Senyawa-senyawa ini

sesungguhnya bukan sekedar campuran garam rangkap, melainkan kristal-kristal

ionik murni. (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).


Magnesium dapat diperoleh melalui proses Dow. Proses Dow menggunakan

reagen pengendap berupa kalsium hidroksida untuk memperoleh endapan

magnesium hidroksida. Dengan penambahan reagen ini magnesium mengendap

dalam bentuk magnesium hidroksida sehingga dapat mengalami proses lebih lanjut

hingga menghasilkan logam magnesium. Selain menggunakan kalsium

hidroksida sebagai agen pengendap, proses elektrolisis air garam atau air laut

juga dapat menghasilkan endapan berupa padatan magnesium hidroksida atau

Mg(OH)2 (Rakhmawati dan Suprapto, 2013).

Logam magnesium bewarna putih keperakan dan permukaannya dioksidasi di

udara. Pada suhu tinggi magnesium terbakar di udara dan bereaksi dengan nitrogen

menghasilkan nitrida, Mg3N2. Logam magnesium terbakar dengan nyala yang sangat

terang dan sampai saat ini masih digunakan sebagai lampu blitz. Paduannya dengan

aluminum bersifat ringan dan kuat dan digunakan sebagai bahan struktural dalam

mobil dan pesawat. Mg2+ merupakan ion pusat dalam cincin porfirin dalam khlorofil,

dan memainkan peran dalam fotosintesis. Reagen Grignard, RMgX, yang disintesis

tahun 1900, adalah senyawa organologam khas logam golongan utama dan

digunakan dengan luas dalam reaksi Grignard. Reagen ini sangat bermanfaat untuk

reaksi organik dan untuk konversi halida logam menjadi senyawa organologam.

Magnesium dapat bereaksi dengan logam Cu melalui anion yang sama, contohnya

anion SO42- (Saito, 1996).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu padatan MgSO4,

padatan CuSO4, akuades, dan kertas saring Whatman No.42.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 50 mL,

sendok tanduk, neraca analitik, pipet volume 10 mL, bulb, hot plate, batang

pengaduk, erlenmeyer 100 mL, corong, labu semprot, cawan petri, tabung reaksi, dan

desikator.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Sintesis Garam Rangkap MgCu(SO4)2.6H2O

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang 1,2 gram serbuk MgSO4 dan 2,495 gram

serbuk CuSO4. Kemudian dilarutkan dalam 10 mL akuades yang sementara

dipanaskan pada gelas kimia 50 mL. Lalu dilajutkan pemanasan sampai campuran

larut sempurna. Setelah itu, dibiarkan larutan tersebut dingin pada suhu kamar

sampai terbentuk kristal (diamkan selama 1 hari). Disaring larutan untuk

memisahkan kristal dari larutan. Kemudian kristal didinginkan dalam desikator.

Setelah itu, ditimbang kristal menggunakan neraca analitik. Kemudian hitung

rendamennya.

3.3.1 Identifikasi Garam Rangkap MgCu(SO4)2.6H2O

Ditimbang 0,1 gram sampel garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O, kemudian

dilarutkan ke dalam 10 mL akuades, dihomogenkan. Setelah itu, larutan diukur

absorbansinya pada λmaks (600-700 nm) untuk identifikasi Cu (tembaga) dan pada λmaks
(200-400 nm) untuk identifikasi Mg (magnesium) menggunakan Spektronik 20D +.

Dicatat hasil yang didapat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Massa MgSO4 tertimbang : 1,2 gram

Massa CuSO4 tertimbang : 2,495 gram

Massa kertas saring : 1,2 gram

Massa kristal + kertas saring : 3,38 gram

Massa rendamen : 2,08 gram

Tabel 1. Hasil pengamatan sisntesis garam rangkap.


Perlakuan Pengamatan
Dicampur kedua serbuk dalam 10 mL akuades Larutan berwarna biru.

panas
Didiamkan pada suhu kamar 2 jam Larutan berwarna biru bening dan

terbentuk kristal biru yang masih

sedikit.
Didiamkan pada suhu kamar 24 jam Larutan berwarna biru bening dan

terbentuk kristal biru yang

banyak.
Disaring Kristal lunak, berwarna biru.
Didinginkan dalam desikator selama 24 jam Kristal mulai mengeras, berwarna

biru muda.
Ditimbang Kristal keras, berwarna biru

muda.

4.2 Reaksi

H2O
MgSO4 + CuSO4. 5H2O MgCu(SO4)2. 6H2O
4.3 Perhitungan Rendamen

H2O
MgSO4 + CuSO4. 5H2O MgCu(SO4)2. 6H2O

M: 0,01 mol 0,01 mol -

R: 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol

H: - - 0,01 mol

Massa MgCu(SO4)2.6H2O = n MgCu(SO4)2.6H2O × Mr MgCu(SO4)2.6H2O

= 0,01 mol × 387,5 g/mol

= 3,875 gram

berat praktek
×100%
% Rendamen = berat teori

2, 08 gram
= 3,875 gram × 100%

= 53,67%

4.4 Pembahasan

Garam rangkap merupakan perpaduan dari suatu senyawa koordinasi yang

terikat oleh sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap terbentuk apabila dua garam

mengkristal secara bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam

rangkap yang disintesis pada percobaan ini adalah MgCu(SO4)2.6H2O.

Garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O disintesis dengan mereaksikan MgSO4

dengan CuSO4 yang dilarutkan ke dalam 10 mL akuades yang sementara dipanaskan

pada gelas kimia 50 mL. Kemudian pemanasan dilanjutkan sampai campuran larut

sempurna. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi. Selanjutnya larutan

tersebut didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Semakin lama
didiamkan maka kristal yang terbentuk semakin banyak, oleh karena itu pada

percobaan ini digunakan waktu satu hari. Kristal yang terbentuk kemudian disaring

dengan corong dan didinginkan dalam desikator selama 24 jam. Tujuannnya adalah

menghilangkan kadar air yang ada dalam kristal. Setelah kering, kristal ditimbang

dan dihitung rendamennya.

Pada proses percobaan, ketika masing-masing padatan garam dicampurkan di

dalam akuades yang dipanaskan, dihasilkan larutan yang berwarna biru. Kemudian

setelah didiamkan selama dua jam terbentuk larutan berwarna biru bening dan

terbentuk kristal biru yang masih sedikit dan kristal terbentuk banyak setelah

didiamkan selama 24 jam. Pada saat penyaringan didapat kristal lunak berwarna

biru, dan pada saat dikeringkan dalam desikator terbentuk kristal keras berwarna biru

muda. Hal ini disebabkan karena hilangnya kadar air yang ada dalam kristal sehingga

terjadi perubahan warna dari biru gelap menjadi biru muda.

Pada saat kristal ditimbang diperoleh berat sebesar 2,08 gram sedangkan

bobot secara teori yang harusnya diperoleh ialah 3,875 gram. Hal ini kemungkinan

disebabkan kristal yang larut dalam air pada proses penyaringan ataupun pada saat

pencampuran kedua padatan garam dalam akuades tidak larut sempurna. Adapun

rendamen didapatkan sebesar 53,67%.

Kemudian untuk identifikasi garam rangkap yang disisntesis, sebanyak

0,1 gram sampel garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O dilarutkan ke dalam akuades.

Setelah itu, larutan diukur absorbansinya pada λmaks (600-700 nm) untuk identifikasi

Cu dan pada λmaks (200-400 nm) untuk identifikasi Mg menggunakan Spektronik

20D+. Dari hasil analisis didapat panjang gelombang 650 nm dan 245 nm yang
membuktikan bahwa garam rangkap yang dibentuk murni mengandung logam nikel

dan magnesium.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O dapat disintesis dari garam MgSO4 dan

CuSO4.5H2O.

2. Persentase rendamen dari garam rangkap MgCu(SO4)2.6H2O sebesar 53,67 %

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya alat-alat dan bahan yang akan digunakan diperiksa terlebih dahulu

apakah masih bisa digunakan atau tidak sehingga ketika melakukan percobaan

praktikum dapat memperoleh hasil yang maksimal dan akurat.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya bahan-bahan yang telah digunakan agar ditutup kembali untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan mencuci alat-alat yang telah

digunakan sebelum disimpan kembali.


DAFTAR PUSTAKA

Khunur, M.M., Wardhani, S., Purwonugroho, D., Darjito, Tjahjanto, R.T., dan
Pranato, Y.P., 2012, Diktat Praktikum Kimia Anorganik, Universitas
Brawijaya, Malang.

Khusniyah dan Yulistiana, 2014, Pengaruh Tawas dan Soda Abu Terhadap Hasil
Pewarnaan Terhadap Biji Buah Melon dengan Zat Warna Rhodamine B
Sebagai Bahan Kerajinan Bando, Jurnal Teknik Kimia, 3(1): 65-70.

Purbani, D., 2012, Proses Pembentukan Kristalisasi Garam, Jurnal Riset Budaya
Laut dan Sumber Daya Non Hayati, 1(1): 1-17.

Rakhmawati, F. dan Suprapto, 2013, Pengendapan Magnesium Hidroksida pada


Elektrolisis Larutan Garam Industri, Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(2):
2337-3520.

Sugiyarto, K.H. dan Suyanti, R.D., 2010, Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Svehla, G., 1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Bagian II, PT. Kalman
Media Pustaka, Jakarta.

Syaiful, M., Intan, A. dan Andriawan, D., 2014, Efektivitas Alum dari Kaleng
Minuman Bekas Sebagai Koagulan untuk Penjernihan Air, Jurnal Teknik
Kimia, 20(4): 39-45.

Waizumi, K., Masuda, H., Ohtaki, H., Scripkin, M.Y., dan Burkov, K.A., 1991,
Crystallographic Investigations of [Mg(H2O)6XCl3 Double Salts (X+ = K+,
Rb+, Cs+, NH+); Crystal Structure of [Mg(H2O)6CsCl3, American
Mineralogist, 76(1): 1884-1888.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Sintesis Garam Rangkap MgCu(SO4)2.6H2O

1,2 gram MgSO4 2,495 gram CuSO4.5H2O

- Dilarutkan dalam 10 mL akuades yang sementara dipanaskan pada

gelas kimia 50 mL.

- Dilanjutkan pemanasan sampai campuran larut sempurna.

- Dibiarkan larutan tersebut dingin pada suhu kamar sampai terbentuk

kristal selama 24 jam.

- Disaring larutan untuk memisahkan kristal dari larutan.

- Kristal didinginkan dalam desikator selama 24 jam.

- Ditimbang kristal.

Hasil

2. Identifikasi Garam Rangkap MgCu(SO4)2.6H2O

0,1 gram MgCu(SO4)2.6H2O

- Dilarutkan dalam 10 mL akuades.


Larutan MgCu(SO4)2.6H2O

- Diukur absorbansinya pada λmaks (600-700 nm) untuk identifikasi

Cu.

- Diukur absorbansinya pada λmaks (200-400 nm) untuk identifikasi

Mg.

- Dicatat hasil yang didapat.

Data
Lampiran 2. Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai