AIDUL
H031 17 1008
AIDUL
H031 17 1008
Asisten Praktikan
PENDAHULUAN
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini
disebut reaksi netralisasi. Jika sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalennya
dicampur, lalu larutannya diuapkan oleh suatu zat kristalin tertinggal, maka akan
menghasilkan zat yang bukan merupakan jenis asam ataupun basa. Pembentukan
garam ini merupakan hasil dari suatu proses kimia (Svehla, 1979). Garam merupakan
salah satu kebutuhan yang pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber
elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim dan
memiliki potensi sebagai penghasil garam yang cukup besar, namun usaha
kualitasnya. Di lain pihak, kebutuhan garam kualitas baik seperti garam beriodium
serta garam industri banyak diimpor dari luar negeri (Purbani, 2012).
larutan campuran antara sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu, misalnya
Fe2+, SO42- dan NH4+. Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan
mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat
pentahidrat, besi sulfat heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Berdasarkan hal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Proses pembentukan dari garam
dengan struktur garam komponennya. Salah satu contoh garam rangkap adalah tawas
aluminium. Tawas atau alum adalah termasuk kelompok garam rangkap berhidrat
berupa kristal dan isomorf. Kristal tawas mudah larut dalam air, dan kelarutannya
tergantung pada jenis logam dan temperatur. Alum merupakan salah satu senyawa
kimia yang dibuat dari Al2(SO4)3. Alum kalium, mempunyai nama dagang dengan
merupakan salah satu alum yang sangat penting. Alum kalium adalah senyawa yang
tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium
sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum
kalium tersebut bersifat asam dan sangat larut dalam air yang bersuhu tinggi.
Kristalin alum kalium dipanaskan terjadi pemisahan secara kimia, dan sebagian
Tawas (kalium aluminium sulfat) adalah mordan yang sangat baik untuk
pengubaran atau pencelupan sendiri karena tidak berbahaya kecuali bila termakan
dalam jumlah besar. Bentuknya kristal atau bubuk putih. Tawas ini paling baik jika
digunakan sebagai mordan pendahuluan, dan cocok untuk semua jenis serat.
Pengaruhnya terhadap warna biasanya kecil. Karena pemakaian tawas terlalu banyak
cenderung membuat benang menjadi kaku, maka tawas sering dicampur dengan krim
tartar. Sifat-sifat kimia tawas adalah larut dalam air (gugus hidroksil), tidak larut
dalam etanol dan aseton dapat menjernihkan air, sebagai campuran bahan celup. Zat
warna yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat warna rhodamin b yang
mempunyai sifat larut dalam etanol. Sedangkan sifat kimia tawas tidak larut dalam
etanol. Untuk mengatasi hal tersebut zat warna rhodamin b dilarutkan terlebih
dahulu dengan etanol, setelah itu dimasukkan ke dalam air panas. Etanol
dapat melebur ke dalam air apabila air tersebut dalam keadaan panas.
Yulistiana, 2014).
Menurut teori medan kristal, ikatan antara atom pusat dan ligan dalam
kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya
elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion
lawan atau molekul-molekul yang mempunyai momen dipol permanen. Medan listrik
gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat dan
ion kompleks dari logam. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, terutama pada
Magnesium adalah ion paling umum ketiga yang dijumpai dalam air
didapatkan sebagai salah satu komponen dari sejumlah campuran garam seperti
dalam bentuk magnesium hidroksida sehingga dapat mengalami proses lebih lanjut
hidroksida sebagai agen pengendap, proses elektrolisis air garam atau air laut
udara. Pada suhu tinggi magnesium terbakar di udara dan bereaksi dengan nitrogen
menghasilkan nitrida, Mg3N2. Logam magnesium terbakar dengan nyala yang sangat
terang dan sampai saat ini masih digunakan sebagai lampu blitz. Paduannya dengan
aluminum bersifat ringan dan kuat dan digunakan sebagai bahan struktural dalam
mobil dan pesawat. Mg2+ merupakan ion pusat dalam cincin porfirin dalam khlorofil,
dan memainkan peran dalam fotosintesis. Reagen Grignard, RMgX, yang disintesis
tahun 1900, adalah senyawa organologam khas logam golongan utama dan
digunakan dengan luas dalam reaksi Grignard. Reagen ini sangat bermanfaat untuk
reaksi organik dan untuk konversi halida logam menjadi senyawa organologam.
Magnesium dapat bereaksi dengan logam Cu melalui anion yang sama, contohnya
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 50 mL,
sendok tanduk, neraca analitik, pipet volume 10 mL, bulb, hot plate, batang
pengaduk, erlenmeyer 100 mL, corong, labu semprot, cawan petri, tabung reaksi, dan
desikator.
Disiapkan alat dan bahan, ditimbang 1,2 gram serbuk MgSO4 dan 2,495 gram
dipanaskan pada gelas kimia 50 mL. Lalu dilajutkan pemanasan sampai campuran
larut sempurna. Setelah itu, dibiarkan larutan tersebut dingin pada suhu kamar
rendamennya.
absorbansinya pada λmaks (600-700 nm) untuk identifikasi Cu (tembaga) dan pada λmaks
(200-400 nm) untuk identifikasi Mg (magnesium) menggunakan Spektronik 20D +.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
panas
Didiamkan pada suhu kamar 2 jam Larutan berwarna biru bening dan
sedikit.
Didiamkan pada suhu kamar 24 jam Larutan berwarna biru bening dan
banyak.
Disaring Kristal lunak, berwarna biru.
Didinginkan dalam desikator selama 24 jam Kristal mulai mengeras, berwarna
biru muda.
Ditimbang Kristal keras, berwarna biru
muda.
4.2 Reaksi
H2O
MgSO4 + CuSO4. 5H2O MgCu(SO4)2. 6H2O
4.3 Perhitungan Rendamen
H2O
MgSO4 + CuSO4. 5H2O MgCu(SO4)2. 6H2O
H: - - 0,01 mol
= 3,875 gram
berat praktek
×100%
% Rendamen = berat teori
2, 08 gram
= 3,875 gram × 100%
= 53,67%
4.4 Pembahasan
terikat oleh sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap terbentuk apabila dua garam
pada gelas kimia 50 mL. Kemudian pemanasan dilanjutkan sampai campuran larut
tersebut didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Semakin lama
didiamkan maka kristal yang terbentuk semakin banyak, oleh karena itu pada
percobaan ini digunakan waktu satu hari. Kristal yang terbentuk kemudian disaring
dengan corong dan didinginkan dalam desikator selama 24 jam. Tujuannnya adalah
menghilangkan kadar air yang ada dalam kristal. Setelah kering, kristal ditimbang
dalam akuades yang dipanaskan, dihasilkan larutan yang berwarna biru. Kemudian
setelah didiamkan selama dua jam terbentuk larutan berwarna biru bening dan
terbentuk kristal biru yang masih sedikit dan kristal terbentuk banyak setelah
didiamkan selama 24 jam. Pada saat penyaringan didapat kristal lunak berwarna
biru, dan pada saat dikeringkan dalam desikator terbentuk kristal keras berwarna biru
muda. Hal ini disebabkan karena hilangnya kadar air yang ada dalam kristal sehingga
Pada saat kristal ditimbang diperoleh berat sebesar 2,08 gram sedangkan
bobot secara teori yang harusnya diperoleh ialah 3,875 gram. Hal ini kemungkinan
disebabkan kristal yang larut dalam air pada proses penyaringan ataupun pada saat
pencampuran kedua padatan garam dalam akuades tidak larut sempurna. Adapun
Setelah itu, larutan diukur absorbansinya pada λmaks (600-700 nm) untuk identifikasi
20D+. Dari hasil analisis didapat panjang gelombang 650 nm dan 245 nm yang
membuktikan bahwa garam rangkap yang dibentuk murni mengandung logam nikel
dan magnesium.
BAB V
5.1 Kesimpulan
CuSO4.5H2O.
5.2 Saran
Sebaiknya alat-alat dan bahan yang akan digunakan diperiksa terlebih dahulu
apakah masih bisa digunakan atau tidak sehingga ketika melakukan percobaan
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan mencuci alat-alat yang telah
Khunur, M.M., Wardhani, S., Purwonugroho, D., Darjito, Tjahjanto, R.T., dan
Pranato, Y.P., 2012, Diktat Praktikum Kimia Anorganik, Universitas
Brawijaya, Malang.
Khusniyah dan Yulistiana, 2014, Pengaruh Tawas dan Soda Abu Terhadap Hasil
Pewarnaan Terhadap Biji Buah Melon dengan Zat Warna Rhodamine B
Sebagai Bahan Kerajinan Bando, Jurnal Teknik Kimia, 3(1): 65-70.
Purbani, D., 2012, Proses Pembentukan Kristalisasi Garam, Jurnal Riset Budaya
Laut dan Sumber Daya Non Hayati, 1(1): 1-17.
Sugiyarto, K.H. dan Suyanti, R.D., 2010, Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Svehla, G., 1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Bagian II, PT. Kalman
Media Pustaka, Jakarta.
Syaiful, M., Intan, A. dan Andriawan, D., 2014, Efektivitas Alum dari Kaleng
Minuman Bekas Sebagai Koagulan untuk Penjernihan Air, Jurnal Teknik
Kimia, 20(4): 39-45.
Waizumi, K., Masuda, H., Ohtaki, H., Scripkin, M.Y., dan Burkov, K.A., 1991,
Crystallographic Investigations of [Mg(H2O)6XCl3 Double Salts (X+ = K+,
Rb+, Cs+, NH+); Crystal Structure of [Mg(H2O)6CsCl3, American
Mineralogist, 76(1): 1884-1888.
Lampiran 1. Bagan Kerja
- Ditimbang kristal.
Hasil
Cu.
Mg.
Data
Lampiran 2. Foto Percobaan