Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

SINTESIS GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S)

AIDUL
H031 17 1008

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESIS GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S)

Disusun dan diajukan oleh:

AIDUL
H031 17 1008

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 23 April 2019

Asisten Praktikan

AFHDHALIATUL KHUMAIRAH AIDUL


NIM. H311 16 304 NIM. H031 17 1314
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha pertambangan terutama pada kegiatan penambangan adalah kegiatan

yang mempunyai resiko yang sangat besar. Pada tambang batubara bawah tanah,

potensi kecelakaan kerja lebih besar bila dibandingkan dengan pada tambang

batubara terbuka. Besarnya potensi kecelakaan kerja itu juga sejalan dengan besarnya

kerusakan atau kerugian yang dapat ditimbulkan oleh kecelakaan kerja itu. Salah satu

potensi bahaya dalam proses penambangan batu bara bawah tanah adalah komposisi

gas-gas yang bisa saja berkurang bahkan berlebih (Marlina dkk., 2013).

Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah

terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis

ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas

anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul

pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam. Penelitian yang

sudah dirintis beberapa tahun lalu ada beberapa kegunaan hidrogen sulfida di dalam

tubuh. Di antaranya, gas tersebut berperan dalam mengatur tekanan darah dan

mencegah terjadinya pembengkakan (Herlianty dan Dewi, 2013).

Para peneliti dari Peninsula Medical School dan Kings College di London

telah berhasil mengetahui mekanisme peran gas hidrogen sulfida dalam pengaturan

tekanan darah. Gas tersebut bekerja dengan melonggarkan jaringan pembuluh darah

serta meningkatkan kelenturan pembuluh vena dan arteri. Akibatnya, peredaran darah
dalam tubuh lebih lancar. Berdasarkan hal itulah dilakukan percobaan sintesis gas

sulfida untuk mengetahui proses pembentukan gas tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

sintesis gas hidrogen sulfida (H2S).

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Membuat gas H2S dari reaksi Na2S dengan HCl.

2. Mengidentifikasi gas H2S dengan uji nyala.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah membuat gas H2S dari reaksi Na2S

dengan HCl dengan cara pereaksian serbuk Na2S dengan HCl untuk menghasilkan

gas, serta mengidentifikasi gas H2S dengan uji nyala.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hidrogen adalah unsur tersederhana terdiri atas satu proton dan satu elektron,

dan paling melimpah di alam semesta. Di bumi kelimpahannya ketiga setelah

oksigen dan silikon, sekitar 1% massa semua unsur di bumi. Karena kepolarannya

dapat berubah dengan mudah antara hidrida (H-), atom (H), dan proton (H +),

hidrogen juga membentuk berbagai senyawa dengan banyak unsur termasuk oksigen

dan karbon. Oleh karena itu, hidrogen sangat penting dalam kimia (Saito, 1996).

Hidrogen dapat digunakan sebagai alternatif untuk gas alam untuk pemanas

ruangan, pemanas air dan gas untuk memasak. Ada banyak faktor rekayasa yang

menentukan kompatibilitas peralatan dengan berbagai jenis gas, dengan sederhana

yang paling umum digunakan adalah perbandingan metric indeks Wobbe. Sifat fisik

dan kimia hidrogen yang baik dipahami dan standar keselamatan di tempat untuk

proses industri. Sebaliknya, ada pengetahuan yang sangat terbatas dari resiko yang

terkait dengan hidrogen sebagai bahan bakar. Resiko keseluruhan hidrogen pada

pengapian dalam bangunan lebih tinggi dari gas alam. Selain itu, hidrogen yang tidak

berbau dan api hidrogen tidak terlihat belum dikembangkan (Doods dkk., 2015).

Hidrogen dihasilkan di laboratorium atau pada skala industri dari bahan

bakar fosil. Hidrogen ditemukan di lautan, mineral dan dalam semua bentuk

kehidupan. Penipisan parsial unsur hidrogen dari bumi mencerminan volatilitas

selama pembentukan planet. Bentuk stabil unsur hidrogen dalam kondisi normal

adalah dihidrogen (H2) yang terjadi pada tingkat di atmosfer yang lebih rendah bumi
(0,5 ppm) dan pada dasarnya merupakan satu-satunya komponen dari atmosfer

terluar yang sangat tipis (Atkins dkk., 2010).

Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk, sekalipun gas ini

bersifat iritan bagi paru-paru tetapi digolongkan ke dalam asphyxiant karena efek

utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan. Kematian disebabkan oleh

terhentinya pernapasan. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal dan

menghitamkan berbagai material, karena H2S lebih berat dari udara, maka H2S sering

terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan sering didapat di sumur-sumur

terbuka, saluran air buangan dan biasanya ditemukan bersama-sama gas beracun

lainnya seperti metana dan karbon dioksida (Sianipar, 2009).

Hidrogen sulfida merupakan gas yag memiliki karakteristik berbau telur

busuk, tidak berwarna, beracun dan sangat mudah terbakar. Gas ini dogolongkan ke

dalam asphyxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan. Gas

hidrogen sulfida dari usaha peternakan ayam broiler, berupa emisi feses ayam broiler

yang pada saat penumpukan terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme

membentuk gas sulfida. Pada berbagai konsentrasi hidrogen sulfida memberikan

dampak bagi kesehatan manusia yaitu pada konsentrasi 2,8 mg/m 3 dapat

meningkatkan gangguan pernapasan pada penderita asma. 5,0 mg/m 3 meningatkan

gangguan pada mata. Sekitar 7-14 mg/m3 peningkatan konsentrasi laktat dalam darah

dan penurunan penyerapan oksigen. Sekitar 5-29 mg/m 3 menyebabkan iritasi pada

mata. Pada 28 mg/m3 kelelahan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, kelumpuhan

indra penciuman, gangguan pernapasan dan pada konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan kematian. Dari hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada

sektor peternakan memberikan dampak pencemaran lingkungan karena adanya gas

hidrogen sulfida. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengukur konsentrasi H2S

(Damayati dkk., 2017).


Gas hidrogen sulfida merupakan senyawa yang secara alami terikut dalam

kegiatan eksplorasi gas alam dan minyak bumi. Gas hidrogen sulfida adalah gas yang

tidak berwarna, berbau seperti telur busuk, beracun dan bersifat korosif. Pada

konsentrasi rendah bau dapat dicium dan pada konsentrasi tinggi bau tidak dapat

dicium karena syaraf penciuman sudah dimatikan dan dapat menyembakan kematian

dalam waktu yang singkat. Bio-desulfurisasi merupakan proses penghilangan gas

hidrogen sulfida dengan memanfaatkan mikroorganisme yaitu dengan mengubah

hidrogen sulfida menjadi sulfur erlementer dengan katalis enzim hasil metabolisme

mikroorganisme sulfur jenis tertentu. Tanpa mengubah senyawa hidrokarbon dalam

aliran proses. Reaksi bio-desulfurisasi berjalan secara aerobik yang dilakukan pada

kondisi lingkungan yang teraerasi (Munir dkk., 2010).

Hidrogen sulfida atau asam sulfid merupakan suatu gas yang tidak berwarna,

sangat berbau, beracun, mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk.

Bau adalah pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan secara fisik,

psikologis, sosial dan perilaku berupa stress pada manusia. Ada beberapa penelitian

yang pernah dilakukan di berbagai negara maju termasuk Indonesia terkait dengan

H2S di udara ambien dan pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan

manusia. Peneliti melakukan kajian mengenai dampak hidrogen sulfida berdasarkan

perepsi masyarakat di sekitar semburan lumpur lapindo yang memberikan hasil dan

jawaban berupa iritasi mata dan sakit kepala (Herlianty dan Dewi, 2013).

Pengukuran konsentrasi H2S dilakukan di setiap lokasi penelitian dengan

menggunakan peralatan fixed detector monitoring system yang telah terpasang di

lokasi penelitian dan menggunakan metode basah sesuai prosedur yang tertera pada

determination of hydrogen sulfide content of the atmosphere. Metode ini

menggunakan alat berupa midget impinge diberikan larutan absorban berupa flow
meter untuk mengatur kecepatannya. Midget impinge diberikan larutan absorban

berupa campuran CdSO4 dan NaOH (Herlianty dan Dewi, 2013).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah HCL 4 N, serbuk Na 2S,

akuades dan balon.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer 50 mL, gelas

kimia, gelas ukur, pipet volume, dan bulb.

3.3 Prosedur Percobaan

Dimasukkan 7,8 gram Na2S ke dalam balon, kemudian isi erlenmeyer dengan

15 mL HCl 4 N. Rangkaikan alat dengan menyambungkan mulut erlenmeyer dengan

balon, kemudian tuang Na2S ke dalam erlenmeyer didiamkan selama 1 menit hingga

terbentuk gelembung yang mengakibatkan balon mengembang terisi gas yang

diharapkan. Untuk uji identifikasi lepaskan balon yang berisi gas dengan bagian

ujung balon ditutup, kemudian siapkan bara api. Keluarkan sedikit demi sedikit gas

H2S dalam balon dekat bara api. Jika bara api membesar maka gas yang dihasilkan

adalah gas H2S.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil pengamatan.


Pengamatan
No. Zat Yang Beraksi Gas yang
Warna Gelembung Panas/tidak
terbentuk
1. N2S dengan HCl Kecokelatan +++ Tidak H2S
2. H2S dengan api - - Tidak -

4.2 Reaksi

Na2S + 2HCl 2NaCl + H2S

4.3 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 7,8 g Na2S ke dalam

balon, kemudian mengisi erlenmeyer dengan 15 mL HCl 4 N. Kemudian dirangkai

alat dengan menyambungkan mulut erlenmeyer dengan balon lalu dituang Na 2S ke

dalam erlenmeyer dan didiamkan selama 1 menit. Na 2S saat direaksikan dengan HCl

membentuk gelembung-gelembung gas. Hal itu menyebabkan balon yang terpasang

pada Erlenmeyer perlahan-lahan mengembang karena terisi oleh gas yang dihasilkan

dari reaksi Na2S dengan HCl.

Ketika tidak terjadi lagi reaksi antara Na2S dengan HCl dengan tidak adaya

lagi gelembung-gelembung gas yang terbentuk, balon yang berisi gas diangkat

dengan cara memutar ujung balon agar tidak keluar gas pada balon tersebut.
Kemudian, dilakukan uji nyala pada gas yang terdapat pada balon tersebut dengan

cara mendekatkan ujung balon yang dibuka sedikit demi sedikit ujungnya kemudian

dikenai pada lidi yang terdapat bara api pada salah satu ujungnya. Dari hasil

percobaan didapatkan bahwa bara api yang terdapat pada salah satu ujung semakin

membesar yang menandakan bahwa gas tersebut adalah H2S.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gas

H2S dapat disintesis dengan mereaksikan Na2S dengan HCl. Gas H2S dapat

diidentifikasi melalui reaksi uji nyala.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya penyediaan alat laboratorium dilengkapi dan diperiksa kembali

kelengkapannya sebelum praktikum dilakukan. Serta memperbaiki atau mengganti

alat yang rusak terutama dalam percobaan ini dimana adaptor yang digunakan kurang

baik.

5.2.2 Saran untuk Praktikum

Saran untuk percobaan, sebaiknya digunakan metode yang lain untuk

identifikasi gas H2S yang terbentuk. Supaya praktikan lebih banyak pengetahuan

mengenai percobaan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P., Overom, T., Roule, J., Weller, M., Amstrong, F., dan Magerman, M.,
2010, Inorganic Chemistry Edisi Kelima, Oxford University Press, Great
Briton.

Damayati, D.S., Basri, S. dan Sartika, D., 2017, Analisis Risiko Paparan H 2S pada
Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, Jurnal
Higiene, 3(1): 1-9.

Doods, P.E., Staffel, I., Hawkes, A., Li, F., Grunewald, P., McDowal, P., dan Ekins,
P., 2015, Hydrogen and Fuel Cell Technologies for Heating, International
Journal of Hydrogen Energy, 40(1): 2065-2083.

Herlianty, S. dan Dewi, K., 2013, Potensi Gangguan Bau Gas Hidrogen Sulfida di
Lingkungan Kerta PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, Jurnal Teknik
Lingkungan, 5(2): 196-204.

Marlina, E., Wahyudi, S. dan Yuliati, L., 2013, Produksi Browns Gas Hasil
Elektrolisis H2O dengan Katalis NaHCO3, Jurnal Rekayasa Mesin, 4(1):
52-58.

Munir, M., Haryanto, K., Ih, N., Mariena, B., dan Indrati, 2010, Pemilihan Sulfur
dari Gas Buang yang Mengandung Hidrogen Sulfida dari Kegiatan PLTP
dengan Proses Bio Disulfurisasi, Jurnal Riset Industri, 4(3): 1-9.

Saito, T., 1996, Inorganic Chemistry, Iwanami Shoten, Tokyo.

Sianipa, R., 2009, Analisis Risiko Paparan H2S pada Masyarakat Sekitar TPA
Sampah Terjun Kacamatan Medan Marelan, Universitas Sumatra Utara,
Medan.
Lampiran 1. Bagan Kerja

Sintesis Gas H2S

7,8 gram Na2S

- Dimasukan ke dalam balon, kemudian disambungkan pada mulut

erlenmeyer yang sebelumnya telah dimasukkan 15 mL HCL 4 N.

- Dituang ke dalam erlenmeyer tadi.

- Didiamkan selama 1 menit sampai balon mengembang.

- Lepas balon yang berisi gas dengan bagian ujung balon ditutup.

- Siapkan bara api, untuk identifikasi gas.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai