Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

IDENTIFIKASI KATION DENGAN UJI NYALA DAN IDENTIFIKASI KATION


DENGAN MUTU BORAKS

Nama Kelompok:

Ni Made Megantari NIM. 1613031018

A.A. Istri Diah Berlianthy NIM. 1613031027

Ayu Putu Arya Mega Utami NIM. 1613031043

I Ketut Semarayanta NIM. 1613031044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2019
I. Judul Percobaan
Identifikasi Kation Dengan Uji Nyala dan Identifikasi Kation Dengan Mutu Boraks
II. Tujuan Percobaan
a. Mengamati dan membedakan warna nyala dari beberapa jenis kation
b. Mengamati dan membedakan warna mutu boraks dari beberapa jenis kation
c. Mengamati dan membedakan warna nyala dan warna mutu boraks pada sampel
unknown.
III. Dasar Teori
Teknik analisis kualitatif merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi komponen-komponen yang terkandung dalam suatu zat. Analisis
kualitatif ini dapat dilakukan dengan du acara yaitu cara basah dan cara kering.
Identifikasi dengan cara kering dilakukan untuk zat padat dengan mengamati perubahan-
perubahan baik sifat fisika maupun sifat kimia zat yang disebabkan oleh pengaruh-
pengaruh luar. Identifikasi cara kering dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
diantaranya dengan pemanasan, uji warna nyala, uji pipa tiup, uji spektroskopi, dan uji
mutu. Walaupun hasil pengamatan dari analisis pendahuluan cara kering belum dapat
digunakan untuk mengambil kesimpulan, namun hasilnya sudah dapat dipakai sebagai
orientasi untuk pengerjaan selanjutnya (Selamat, dkk, 2001).
Uji yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu uji nyala dan uji mutu boraks. Pada
uji nyala digunakan nyala api Bunsen yang berwarna biru. Nyala api Bunsen memiliki
struktur nyala yang khas seperti pada gambar dibawah ini:
C
Keterangan:
a = daerah suhu rendah
D b = daerah nyala paling panas
c = daerah oksidasi bawah
d = daerah oksidasi atas
e = daerah reduksi atas
f = daerah reduksi bawah
A B

Gambar 1. Struktur nyala api Bunsen (Selamat, dkk, 2001)

Secara garis besar nyala api Bunsen terdiri atas tiga bagian yaitu
a. Kerucut dalam ADB yang berwarna biru. Pada kerucut dalam ini sebagian besar
terdiri atas gas-gas yang tidak terbakar;
b. Ujung terang D yang hanya tampak bila lubang udara sedikit ditutup;
c. Kerucut luar ACBD sebagai tempat terjadinya pembakaran sempurna.
Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Bagian Daerah Nyala Api Bunsen dan Fungsinya
Bagian Daerah Fungsinya
Nyala Api Bunsen
a: daerah suhu rendah Menguji zat-zat yang mudah menguap.
b: daerah nyala Menguji sifat peleburan suatu zat dan melengkapi
terpanas /daerah daerah suhu rendah dalam menguji kemudahan relatif
peleburan suatu zat untuk menguap.
c: daerah oksidasi Mengoksidasi zat-zat yang larut dalam mutu boraks,
bawah fosfat, dan karbonat.
d: daerah oksidasi Mengoksidasi zat-zat yang tidak memerlukan suhu
atas tinggi. Warna nyala tidak berwarna dan nyalanya tidak
sepanas di daerah oksidasi bawah.
e: daerah reduksi atas Mereduksi oksida-oksida berupa kerak menjadi logam.
Pada daerah ini banyak mengandung karbon berpijar
dan berupa kerucut berwarna biru.
f: daerah reduksi Mereduksi boraks lelehan.
bawah

Walaupun dalam teori uji nyala menggunakan nyala api Bunsen, tetapi pada
percobaan ini nyala api yang digunakan berasal dari nyala api kompor gas. Hal ini
terjadi karena keterbatasan alat yang ada didalam lab. Namun demikian, uji nyala tetap
dapat dilakukan dan sesuai dengan kajian teori yang ada.
Uji nyala ini umumnya dipakai untuk mengidentifikasi logam-logam dari
golongan alkali (IA) dan alkali tanah (IIA). Kedua golongan ini mempunyai beberapa
sifat baik sifat fisika maupun sifat kimia yang dapat membedakannya dengan unsur dari
golongan lain. Salah satu sifat khas dari golongan alkali dan alkali tanah adalah warna
nyala dari garam-garam alkali dan alkali tanah ketika dibakar dalam nyala api Bunsen.
Warna-warna yang terbentuk disebabkan atom-atom dari unsur logam tersebut mampu
menyerap sejumlah energi panas untuk membentuk atom logam berenergi tinggi
(keadaan tereksitasi). Pada keadaan tersebut atom logam tersebut sifatnya tidak stabil
sehingga mudah kembali ke keadaan semula (berenergi rendah) dengan cara
memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk cahaya (hv). Berdasarkan hal
inilah uji nyala dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur logam golongan
IA dan IIA.

Besarnya jumlah energi yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom
unsur logam adalah khas. Hal ini dapat dibuktikan dari warna nyala atom-atom logam
yang mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Warna nyala khas dari
beberapa atom unsur logam ditunjukkan pada Tabel 2. dibawah ini:
Tabel 2. Warna Nyala Khas dari Beberapa atom Unsur Logam
Logam Warna Nyala Warna yang Menembus Kaca Kobalt
Natrium Kuning emas Tak ada warna
Kalium Lembayung (nila) Merah tua agak keunguan
Kalsium Merah bata Hijau muda
Stronsium Merah tua agak keunguan Ungu
Barium Hijau kekuningan Hijau kebiruan
(Sumber: Selamat dkk,2001)
Logam-logam alkali lebih mudah menguap daripada logam alkali tanah. Hal
tersebut menyebabkan pada saat pengujian logam-logam golongan alkali tanah maka
panaskan pada daerah peleburan atau nyala paling panas. Untuk golongan alkali
dipanaskan pada daerah oksidasi bawah. Agar mendapatkan hasil pengamatan yang
lebih baik maka dapat digunakan kaca kobalt untuk menyerap polutan cahaya.
Uji nyala biasanya digunakan untuk mengidentifikasi logam-logam dari
golongan alkali dan alkali tanah. Untuk mengidentifikasi logam-logam transisi biasanya
digunakan uji mutu boraks. Sifat-sifat dari logam transisi ini umumnya berbeda bila
dibandingkan dengan unsur golongan alkali dan alkali tanah. Hal ini disebabkan oleh
electron valensi dari unsur-unsur transisi bukan hanya dari elektron terluarnya saja
tetapi juga elektron yang menempati subkulit d. Adanya elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada orbital-orbital subkulit d menyebabkan unsur-unsur transisi memiliki
beberapa karakteristik seperti senyawa-senyawanya bersifat paramagnetic, memiliki
titik leleh yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan unsur-unsur golongan utama,
dalam bentuk senyawanya sebagian besar memiliki beberapa bilangan oksidasi, serta
senyawa-senyawanya dapat bertindak sebagai katalis.
Prinsip dasar dari uji mutu boraks hampir sama dengan uji nyala. Namun, terdapat
perbedaan pada daerah nyala yang digunakan. Uji mutu boraks ini biasanya dipanaskan
pada daerah nyala oksidasi dan daerah nyala reduksi. Reaksi mutu boraks dilakukan
dengan cara membuat mutu boraks dalam lubang cincin pada sebatang kawat platinum
atau nikrom, dengan mencelupkan kawat panas ke dalam boraks kemudian dipanaskan
sampai tak berwarna dan menjadi tembus cahaya (Selamat, dkk, 2001).
Terbentuknya mutu boraks ketika serbuk garam natrium boraks (Na2B4O7.10H2O)
dipanaskan pada bagian yang paling panas dari nyala api. Terbentuknya mutu
disebabkan oleh adanya pelepasan air kristal hingga terbentuknya mutu (manik) yang
transparan seperti kaca. Mutu yang terbentuk adalah campuran natrium metaborat
(NaBO2) dan anhidrida boraks (B2O3).

Na2B4O7.10H2O → 2 NaBO2 + B2O3 + 10 H2O

Natrium metaborat atau boraks anhidrida tersebut jika bereaksi dengan senyawa
garam (oksidasi asam) akan bereaksi menghasilkan senyawa metaborat yang berwarna
khas untuk setiap logamnya. Mutu boraks yang berwarna terjadi karena terbentuknya
senyawa-senyawa boraks yang berwarna. Perbedaan warna dari mutu terjadi dalam
nyala api oksidasi dan reduksi, dimana senyawa boraks mengikuti logam dalam tahap-
tahap oksidasi.

Pemanasan mutu dengan senyawa garam (oksida logam) akan bereaksi


menghasilkan senyawa metaborat yang memiliki warna khas untuk setiap logamnya.
Senyawa garam tersebut pada umumnya adalah unsur-unsur golongan transisi antara
lain tembaga (Cu), besi (Fe), krom (Cr) , mangan (Mn), nikel (Ni), dan kobalt (Co).
Karakteristik warna tersebut dapat dilihat seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Warna Nyala Khas dari Beberapa Unsur Logam Transisi
Logam Daerah Nyala Oksidasi Daerah Nyala Reduksi

Panas Dingin Panas Dingin

Cu hijau biru tidak berwarna Merah

Fe coklat kuning hijau Hijau

Cr kuning tua hijau hijau Hijau

Mn violet violet tidak berwarna tidak berwarna

Co biru biru biru Biru

Ni - coklat merah - abu-abu, hitam


IV. Alat dan Bahan
Tabel 4. Alat Praktikum

No Nama Alat Jumlah


1 Kompor Gas 1 buah
2 Kaca Kobalt 1 buah
3 Penjepit 1 buah
4 Gelas Kimia 50 mL 1 buah
5 Pipet Tetes 2 buah
6 Spatula 1 buah
7 Plat Tetes 2 buah
8 Kawat Platina nikrom 1 buah
9 Gelas Kimia 250 mL 1 buah

Tabel 5. Bahan Praktikum

No Nama Bahan Jumlah


1 HCl Pekat 50 mL
2 NaCl Secukupnya
3 KCl Secukupnya
4 CaCl2 Secukupnya
5 BaCl2 Secukupnya
6 SrCl2 Secukupnya
6 3 Sampel Unknown (D,E,F) Secukupnya
7 Na2B4O.10H2O (boraks) Secukupnya
8 CuO Secukupnya
9 MnO2 Secukupnya
10 Fe2O3 Secukupnya
11 CoO Secukupnya
V. Prosedur Kerja
a. Uji Nyala
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu sebelum dilakukan percobaan.
2. Sampel padat dari garam-garam klorida (garam Na, Ba, Ca, dan K) diletakkan
secukupnya pada plat tetes kemudian diberi label nama sesuai dengan nama
garam tersebut.
3. Kompor gas dinyalakan dengan memutar pelatuk kompor dan atur besarnya api
hingga nyala nampak berwarna biru.
4. Ujung kawat nikrom dibersihkan dengan menggunakan HCl pekat dan dibakar
dalam nyala api kompor. Warna yang dihasilkan dari pembakaran ini diamati dan
proses ini dilakukan berulang-ulang sampai warna nyala api kompor berwarna
biru dan stabil (tidak berubah-ubah).
5. Ujung kawat nikrom yang sudah bersih ditempelkan bagian ujungnya ke dalam
sampel garam Na dan dibakar dalam nyala api kompor.
6. Diamati dan dicatat warna nyala yang ditimbulkan baik menggunakan mata
telanjang maupun kaca kobalt.
7. Pengerjaan di atas dilakukan berulang-ulang sampai warna nyala yang diamati
dapat diketahui kekhasannya secara jelas. Warna nyala yang didapat
dibandingkan dengan yang tertera pada tabel di atas.
8. Dibersihkan kembali kawat nikrom untuk praktikum sampel garam berikutnya.
9. Dilakukan pengulangan langkah 3 sampai 6 di atas untuk sampel yang
mengandung unsur logam Ba, Ca,dan K.
10. Hal yang sama dilakukan untuk dua sampel unknown (D dan E) yang telah
dipersiapkan oleh laboran dan ditentukan unsur logam penyusun sampel unknown
tersebut.
b. Uji Mutu Boraks
1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan percobaan.
2. Sampel padat yang mengandung logam (logam Cu, Fe, Mn, dan Co) diletakkan
secukupnya pada plat tetes kemudian diberi label nama sesuai dengan nama
senyawanya.
3. Kompor gas dinyalakan dengan memutar pelatuk kompor dan atur besarnya api
hingga nyala nampak berwarna biru.
4. Ujung kawat nikrom dibersihkan dengan menggunakan HCl pekat dan dibakar
dalam nyala api kompor. Warna yang dihasilkan dari pembakaran ini diamati dan
proses ini dilakukan berulang-ulang sampai warna nyala api kompor berwarna
biru dan stabil (tidak berubah-ubah).
5. Ujung kawat dipanaskan hingga memijar dan segera dimasukkan ke dalam serbuk
boraks. Pemanasan dilakukan secara perlahan-lahan sehingga terjadi suatu mutu
yang jernih seperti kaca.
6. Mutu yang terbentuk dimasukkan dalam keadaan panas ke dalam serbuk sampel
Cu yang dibuat halus dibakar dalam nyala api kompor.
7. Diamati dan dicatat warna mutu yang ditimbulkan baik dalam keasaan panas
maupun keadaan dingin.
8. Dibersihkan kembali kawat nikrom untuk praktikum sampel garam berikutnya.
9. Pengerjaan di atas dilakukan berulang-ulang sampai warna nyala yang diamati
dapat diketahui kekhasannya secara jelas. Warna mutu yang didapat
dibandingkan dengan yang tertera pada tabel di atas.
10. Dilakukan pengulangan langkah 4 sampai 8 di atas untuk sampel yang
mengandung unsur logam (Fe, Mn, dan Co)
11. Hal yang sama dilakukan untuk sampel unknown F yang telah dipersiapan oleh
laboran dan ditentukan unsur logam penyusun sampel unknown tersebut.

VI. Hasil Pengamatan


Tabel 6. Hasil Pengamatan Identifikasi Kation dengan Uji Nyala
Warna Nyala
Tanpa Kaca Dengan
No Unsur Gambar
Kobalt Kaca
Kobalt
1. Natrium (Na) Kuning -

Gambar 1. Uji Nyala Natrium


tanpa kaca kobalt
Gambar 2. Uji Nyala Natrium
dengan kaca kobalt
2. Kalium (K) Merah Merah
Padam

Gambar 3. Uji Nyala Kalium


tanpa kaca kobalt

Gambar 4. Uji Nyala Kalium


dengan kaca kobalt
3. Kalsium (Ca) Merah Bata Hijau muda
Gambar 5. Uji Nyala Kalsium
tanpa kaca kobalt

Gambar 6. Uji Nyala Kalsium


dengan kaca kobalt
4. Barium (Ba) Hijau Hijau
kekuningan kebiruan

Gambar 7. Uji Nyala Barium


tanpa kaca kobalt

Gambar 8. Uji Nyala Barium


dengan kaca kobalt
5. Stronsium Merah Ungu
(Sr)
Gambar 9. Uji Nyala Stronsium
tanpa kaca kobalt

Gambar 10. Uji Nyala Stronsium


tanpa kaca kobalt
6. Sampel Kuning -
unknown D

Gambar 11. Uji Nyala sampel


unknown D tanpa kaca kobalt

Gambar 12. Uji Nyala Sampel


unknown D dengan kaca kobalt
7. Sampel Merah Bata Hijau muda
unknown E
Gambar 13. Uji Nyala Sampel
unknown E tanpa kaca kobalt

Gambar 14. Uji Nyala Sampel


unknown E dengan kaca kobalt

Tabel 7. Hasil Pengamatan Identifikasi Logam dengan Mutu Boraks


No Logam Warna Pada Warna Gambar
. Nyala Api Pada Nyala
Panas Api Dingin
1. Tembaga(II) Hijau Biru
Oksida
(CuO)

Gambar 15. Warna CuO pada nyala api


panas dan dingin
2. Besi(III) Coklat Kuning
Oksida
(Fe2O3)

Gambar 16. Warna Fe2O3 pada nyala api


panas dan dingin
3. Kobalt(II) Biru Biru
Oksida
(CoO)

Gambar 17. Warna CoO pada nyala api


panas dan dingin
4. Mangan(IV) Ungu Ungu
Oksida
(MnO2)

Gambar 18. Warna MnO2 pada nyala api


panas dan dingin
5. Sampel Hijau Biru
unknown F

Gambar 19. Warna Sampel unknown F


pada nyala api panas dan dingin

VII. Pembahasan

Uji nyala adalah salah satu bagian dari analisis kualitatif cara kering Pada praktikum
ini dilakukan terhadap beberapa jenis kation golongan IA dan IIA yaitu natrium, barium,
kalium, kalsium dan stronsium dalam bentuk garam kloridanya. Praktikum ini dilakukan
menggunakan nyala api dari kompor yang berwarna biru untuk memudahkan dalam melakukan
pengamatan warna nyala terhadap kation-kation golongan IA dan IIA selama pembakaran.
Nyala api kompor tidak sepenuhnya sama dengan nyala api lampu Bunsen karena nyala api
kompor cendrung melebar sedangkan nyala api lampu Bunsen cendrung ke arah atas. Selain
itu, dalam nyala apu kompor sulit untuk menentukan daerah (bagian) dari nyala api seperti
nyala api Bunsen.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan kawat nikrom dengan
mencelupkan ujung kawat nikrom ke dalam HCl pekat untuk membersihkan kawat nikrom
karena HCl pekat akan menghasilkan warna nyala yang sama pada nyala api kompor gas yakni
tidak berwarna dan juga dapat melarutkan zat-zat pengontor atau kontaminan yang masih
melekat pada kawat nikrom yang kemudian akan membuat pengotor mudah menguap dari
kawat, sehingga kawat dapat dikatakan benar-benar bersih.

Selanjutnya, sampel padat (yang mengandung Na, K, Ba, Ca, dan Sr) ditempatkan
dalam plat tetes kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl pekat yang berfungsi untuk
menghasilkan sampel yang kental agar lebih mudah menempel pada kawat nikrom. Sampel-
sampel logam natrium dan kalium yang dipanaskan pada daerah oksidasi bawah karena bersifat
lebih mudah menguap sedangkan untuk logam stronsium, barium, dan kalsium dipanaskan
pada daerah peleburan karena lebih sukar menguap. Sifat ini berkaitan dengan titik uap dari
logam alkali dan alkali tanah yang berkaitan juga dengan kekuatan ikatan logam yang terjadi.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan relatif ikatan logam
adalah banyaknya elektron-elektron yang terdelokalisasi disekitar inti atom logam tersebut,
semakin banyak elektron yang mengelilingi pusat atom logam tersebut maka gaya tarik antara
inti atom logam tersebut dengan elektron-elektron akan semakin kuat sehingga ikatan
logamnya semakin kuat maka semakin tinggi pula titik uapnya.

Identifikasi kation dengan uji nyala diawali dengan pemanasan sampel, kemudian
sampel akan terurai menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas atau uap.
Selanjutnya atom-atom unsur logam tersebut mampu menyerap sejumlah energi panas atau
membentuk atom logam yang berenergi tinggi (keadaan tereksitasi). Dalam keadaan demikian,
logam tersebut sifatnya tidak stabil sehingga mudah kembali ke keadaan semula (energi
rendah) dengan cara memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk cahaya. Oleh karena
itu, dapat terlihat warna nyala dari masing-masing logam tersebut karena merupakan hasil
pemancaran energi yang diserapnya. Untuk memperjelas warna nyala dari logam-logam
tersebut kami melakukan pengamatan dengan menggunakan bantuan kaca kobalt.

Perbedaan warna nyala yang dihasilkan oleh garam-garam klorida alkali dan alkali
tanah disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan atom-atom tiap logam untuk menyerap
energi dalam bentuk panas. Ketika atom menyerap energi, maka atom dalam keadaan
tereksitasi. Pada situasi tersebut, atom logam berada dalam keadaan yang tidak stabil atau
dengan kata lain mudah kembali ke keadaan semula dengan cara memancarkan energi yang
diserap dalam bentuk cahaya (nyala).

Sebagai contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur
1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke
orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi, misalnya berpindah ke orbital 7s atau 6p
atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh elektron
tertentu dari nyala. Karena elektron-elektron sudah berada pada level yang lebih tinggi dan
lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level
dimana sebelumnya elektron tersebut berada, tapi tidak harus secara bersamaan. Sebagai akibat
dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan dihasilkan.

Besarnya lompatan atau perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion logam
ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola garis-
garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda pula (www.chem-is-try.org).

Warna nyala yang ditimbulkan oleh logam natrium adalah kuning dan ketika dilihat
dengan menggunakan kaca kobalt, warna kuning dari logam natrium akan terserap oleh kaca
kobalt sehingga warnanya mengikuti warna api kompor. Warna nyala dari logam kalium adalah
merah. Ketika dilihat dengan menggunakan kaca kobalt warna nyala menjadi merah padam.
Warna nyala yang ditimbulkan oleh logam kalsium adalah merah bata dan ketika dilihat dengan
menggunakan kaca kobalt berwarna hijau muda. Warna nyala dari barium adalah hijau
kekuningan dan ketika dilihat dengan menggunakan kaca kobalt berwarna hijau kebiruan.
Warna nyala yang dihasilkan dari logam stronsium adalah merah dan ketika dilihat dengan
menggunakan kaca kobalt berwarna ungu.

Sampel unknown yakni sampel D,E, dan F (yang telah disiapkan oleh laboran) hanya
sampel D,E yang dapat diidentifikasi dengan uji nyala, ketika diidentifikasi diperoleh warna
nyala sampel D yakni kuning dan ketika dilihat dengan kaca kobalt tidak menimbulkan warna
(warna terserap oleh kaca kobal sehingga menyerupai nyala api kompor). Sampel D tersebut
dapat disimpulkan merupakan logam natrium. Warna nyala dari Sampel E adalah merah bata
dan ketika dilihat dengan kaca kobalt berwarna hijau muda. Dapat disimpulkan bahwa sampel
E adalah logam kalsium. Untuk sampel F akan diidentifikasi dengan uji mutu boraks.

Uji mutu boraks adalah salah satu bagian dari analisis kualitatif secara kering yang
bersifat orientatif (mencari kemungkinan unsur-unsur yang menyusun suatu cuplikan). Pada
praktikum uji mutu boraks ini hampir mirip dengan uji nyala namun pada uji mutu boraks ini
digunakan senyawa boraks NaB4O7.10H2O yang digunakan sebagai bahan pembuat mutu
(manik) boraks. Pada praktikum kali ini dilakukan terhadap beberapa kation yaitu Cu, Fe, Co
dan Mn dari garam oksidanya. Pada uji mutu boraks ini juga menggunakan kawat nikrom yang
dibengkokkan ujungnya hingga membentuk sebesar kepala korek api. Kemudian, dibersihkan
menggunakan HCl pekat dengan fungsi yang sama seperti pada uji nyala.

Setelah kawat nikrom bersih, maka dibuat mutu dengan cara memanaskan terlebih
dahulu ujung kawat platina dan segera dimasukkan ke dalam garam boraks Na2B4O7.10H2O
yang kemudian dipanaskan kembali pada daerah peleburan hingga terbentuk mutu (manik yang
transaran). Mutu ini terbentuk karena garam Na2B4O7.10H2O akan mengembang sehingga air
terlepas dan mengkerut mmbentuk mutu. Mutu ini terdiri dari campuran natrium metaborat
(NaBO2) dan anhidrad boraks (B2O3) sesuai persamaan reaksi berikut.

Na2B4O7.10H2O  2NaBO2 + B2O3 + 10H2O


Selanjutnya mutu yang terbentuk dicelupkan ke dalam serbuk sampel. Sampel yang
melekat pada mutu boraks diusahakan tidak terlalu banyak agar mutu tidak menjadi gelap atau
kabur pada waktu pemanasan sehingga dapat mengganggu proses pengamatan. Mutu dan
sampel unknown yang menempel dipanaskan pada nyala api reduksi bawah kemudian
dilanjutkan dengan pemanasan di daerah oksidasi bawah, terbentuknya warna diamati pada
keadaan panas dan dingin. Warna yang terbentuk pada daerah oksidasi dan reduksi biasanya
berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan spektrum emisi yang dipancarkan oleh
logam tersebut pada saat oksidasi dan pada saat reduksi.
Pada umumnya digunakan logam-logam transisi karena logam transisi memiliki tingkat
energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan logam golongan lainnya. Warna manik boraks
akan berbeda ketika dalam keadaan panas dan dingin. Manik boraks berwarna karena
terbentuknya borat berwarna dimana warna tersebut akan berlainan bila dipanaskan dalam
nyala reduksi dengan nyala oksidasi. Tapi karena pada percobaan ini kami menggunakan nyala
api kompor gas jadi kami tidak dapat mengamati perbedaan warna tersebut (dalam nyala
reduksi dengan nyala oksidasi).
Berdasarkan hasil pengamatan warna oksida logam dari tembaga (Cu), besi (Fe), kobalt
(Co), dan mangan (Mn) adalah :
1. Tembaga (Cu)
Pada saat garam tembaga dipanaskan dalam nyala api kompor gas akan terjadi
reaksi berikut :
Na2B4O7  2NaBO2 + B2O3
CuO + B2O3  Cu(BO2)2 tembaga (II) metaborat
Reaksi lain yang mungkin terjadi :
CuO + NaBO2  NaCuBO3 ortoborat
warna api dihasilkan dalam nyala api kompor saat panas berwarna hijau, setelah
didinginkan mutu boraks berubah menjadi berwarna biru.
2. Besi (Fe)
Pada saat garam besi (Fe) dipanaskan pada nyala api kompor saat panas
berwarna coklat, dan setelah dibiarkan sampai keadaannya dingin mutu boraks
warnanya berubah menjadi kuning. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi pada
proses pemanasan.
Fe2O3 + NaBO2  Fe(BO2)2 + Na2B4O7
3. Kobalt (Co)
Pada saat garam kobalt (Co) dipanaskan pada nyala api kompor saat panas
berwarna biru setelah didinginkan mutu boraks tetap berwarna biru.
4. Mangan (Mn)
Pada saat garam mangan (Mn) dipanaskan pada nyala api kompor saat panas berwarna
ungu, dan setelah didinginkan mutu boraks tetap berwarna ungu.

Sampel unknown yakni sampel F yang diidentifikasi menggunakan uji mutu boraks
pada nyala api oksidasi ketika panas mutu boraks berwarna hijau, ketika didinginkan berubah
warna menjadi biru maka dapat disimpulkan dari pengamatan pada mutu boraks bahwa sampel
F merupakan logam tembaga/Cu (CuO).

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa

1. Beberapa jenis kation golongan alkali dan alkali tanah dapat dibedakan dengan
warnanya melalui uji nyala dengan menggunakan prinsip perbedaan energi yang
dipancarkan oleh setiap atom jumlahnya tertentu dalam bentuk spektrum emisi,
sebagian anggota spektrum akan terlihat di daerah tampak yang akan memberikan
warna-warna yang jelas dan khas untuk setiap atom. Berikut adalah hasil uji nyala
kation golongan alkali dan alkali tanah.
No. Kation Warna Uji Nyala Warna dengan
Kaca Kobalt
1. Natrium (Na) Kuning -
2. Kalium (K) Merah Merah Padam
3. Kalsium (Ca) Merah Bata Hijau Muda
4. Barium (Ba) Hijau kekuningan Hijau kebiruan
5. Stronsium (Sr) Merah Ungu
2. Beberapa jenis kation dari logam transisi dapat diamati dari uji mutu boraks
karena memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan logam-
logam lainnya. Berikut adalah hasil uji mutu boraks pada kation golongan logam
transisi.

No. Logam Warna Mutu Warna Mutu


Boraks Pada Nyala Boraks Pada
Api Panas Nyala Api Dingin
1. Tembaga (Cu) Hijau Biru
2. Besi (Fe) Coklat Kuning
3. Kobalt (Co) Biru Biru
4. Mangan (Mn) Ungu Ungu

3. Berdasarkan dari praktikum untuk sampel D, E, dan F, diperoleh hasil sebagai


berikut.
Uji Nyala

No. Sampel Warna Uji Nyala Warna Kation


dengan Kaca
Kobalt
1. D Kuning - Natrium (Na)
2. E Merah Bata Hijau Muda Kalsium (Ca)

Uji Mutu Boraks

No. Sampel Warna Mutu Warna Mutu Logam


Boraks Pada Boraks Pada
Nyala Api Panas Nyala Api
Dingin
1. F Hijau Biru Tembaga (Cu)
Jawaban Pertanyaan
Identifikasi Kation dengan Uji Nyala
1. Mengapa hanya atom unsur natrium, kalium, kalsium, stronsium dan barium yang umum
diidentifikasi dengan uji nyala?
Jawab :
Atom unsur natrium, kalium, kalsium, stronsium, dan barium yang umum diidentifikasi
dengan uji nyala karena atom-atom tersebut berasal dari golongan alkali tanah. Golongan
alkali dan alkali tanah ini memiliki elektron valensi pada sub kulit S dengan elektron
valensi masing-masing 1 dan 2, sehingga golongan alkali dan golongan alkali tanah
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melepaskan elektronnya. Ketika diberikan
pengaruh panas logam-logam pada golongan alkali dan alkali tanah akan melepaskan
elektronnya dan membentuk atom logam berenergi tinggi atau dalam keadaan tereksitasi.
Dalam keadaan tereksitasi ini atom logam pada golongan alkali dan alkali tanah bersifat
tidak stabil sehingga akan mudah kembali ke keadaan semula dengan cara memancarkan
energi yang diserapnya dalam bentuk spektrum emisi yang terdiri atas beberapa garis
warna dengan panjang gelombang yang khas untuk setiap unsurnya untuk logam-logam
alkali dan alkali tanah. Unsur-unsur pada golongan alkali dan alkali tanah digunakan dalam
identifikasi uji nyala karena memiliki warna yang khas dan mudah diamati dengan mata
telanjang.
2. Mengapa dalam percobaan ini digunakan HCl untuk membersihkan kawat nikrom dan
dipakai agar sampel menjadi kental?
Jawab :
Dalam percobaan yang telah dilakukan digunakan HCl pekat untuk membersihkan kawat
nikrom karena HCl yang bersifat asam dapat melarutkan pengotor-pengotor yang
menempel pada kawat nikrom. Selain itu HCl digunakan karena klorida yang terkandung
dalam HCl merupakan senyawa yang sangat mudah menguap dan pada saat dibakar tidak
menunjukkan warna nyala, sehingga pada saat pembakaran yang terlihat hanya warna
nyala dari unsur logam penyusun sampel tersebut. Penambahan HCl pekat kedalam sampel
hingga sampel menjadi kental bertujuan untuk membuat sampel menjadi lebih mudah
menempel pada kawat nikrom.
3. Dalam prosedur analisis secara umum (kualitatif dan kuantitatif) haruskah dilakukan uji
nyala? Jelaskan!
Jawab :
Dalam prosedur analisis secara umum (kualitatif dan kuantitatif) tidak harus dilakukan
dengan uji nyala, uji nyala hanya dilakukan apabila senyawa-senyawa yang ingin diketahui
penyusunnya mampu menunjukkan warna yang khas. Analisis kualitatif dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering, tergantung dari wujud zat yang nantinya
akan dianalisis. Secara umum analisis cara kering dilakukan dengan beberapa teknik
diantaranya dengan cara pemanasan, uji nyala, uji pipa tiup, uji spektroskopi dan uji mutu.
Uji nyala juga dapat dilakukan pada sampel yang berwujud cair dengan cara mengubah
wujud sampel terlebih dahulu menjadi padat.
Identifikasi Logam dengan Mutu Boraks
1. Jelaskan karakteristik uji mutu boraks dan bandingkan dengan uji nyala api!
Jawab :
Karakteristik dari uji mutu boraks yang telah dilakukan yaitu, pada saat melakukan
percobaan digunakan mutu dalam bentuk garam natrium tetraboraks (Na2B4O7.10H2O)
yang dipanaskan terlebih dahulu hingga terbentuk mutu yang bening seperti kaca, lalu
mutu yang terbentuk ini kemudian di tempelkan pada sampel. Selain itu dalam uji mutu
boraks ini nyala api yang digunakan untuk membakar ada dua jenis, yaitu nyala apa reduksi
bawah dan nyala api oksidasi bawah sehingga warna yang ditimbulkan pada setiap sampel
ini akan berbeda-beda. Sedangkan pada percobaan uji nyala tidak menggunakan boraks,
melainkan sampel yang sudah menempel pada kawat nikrom langsung dibakar pada nyala
api yang berwarna biru, warna nyala api inilah yang akan menunjukkan jenis dari sampel
yang akan diidentifikasi pada uji nyala.
2. Selain untuk oksida logam diatas, apakah mungkin dapat mengidentifikasi oksida lain
dengan mutu boraks?
Jawab :
Selain untuk oksida yang diuji pada saat praktikum, oksida yang lainnya juga dapat
diidentifikasi dengan mutu boraks seperti oksida pada logam Ni, Bi, dan Cr, hal ini
dikarenakan oksida-oksida pada logam tersebut juga mampu menghasilkan warna yang
spesifik. Tetapi untuk logam yang lainnya akan sedikit sulit diidentifikasi dengan uji mutu
boraks karena logam lain tidak menunjukkan warna yang spesifik. Uji nyala boraks
umumnya dilakukan pada logam-logam transisi, karena logam transisi untuk mencapai
keadaan tereksitasi memerlukan energi yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Sastrawidana, I Dewa Ketut., I Nyoman Selamat., dan I Gusti Lanang Wiratma. 2001. Buku
Penuntun Belajar Kimia Analitik Kualitatif. Singaraja : Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja

Selamat, I Nyoman., dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri
Singaraja

Svehla, E. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Vogel, A.I. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka
Vogel, A.I. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian II. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai