Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM BIOKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM
TITRASI POTENSIOMETRI ASAM AMINO

OLEH

PUTU CIPTAYANI PARTAMA PUTRI 1613031001

NI MADE DWI DAHLIA WATI 1613031016

KELAS VA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2018
I. JUDUL
Titrasi potensiometri asam amino

II. TUJUAN
1. Menentukan harga pKa1, pKa2, dan pI dari asam amino glisin, histidin, dan
glutamat dengan menggunakan metode titrasi potensiometri.
2. Membandingkan harga pKa1, pKa2, dan pI asam amino glisin, histidin, dan
glutamat hasil percobaan dengan teoritis.

III. DASAR TEORI


Semua asam amino mempunyai gugus ionisasi yang berperan sebagai asam dan
basa lemah, menerima dan memberikan proton pada saat perubahan pH berlangsung.
Seperti halnya ionisasi molekul yang lain, ionisasi asam amino juga mengikuti
persamaan henderson-Hasselbach:
[ 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑛𝑎𝑠𝑖(𝑏𝑎𝑠𝑎)]
pH = pKa + log [𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑡𝑒𝑟𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑛𝑎𝑠𝑖(𝑎𝑠𝑎𝑚)]

dari persamaan henderson-Hasselbach diatas dapat didefinisikan bahwa pKa adalah


nilai pH pada saat konsentrasi spesies bentuk tidak terprotonasi sama dengan spesies
bentuk terprotonasi.

Dari persamaan Henderson-Hasselbalch diatas dapat didefinisikan bahwa pKa adalah


nilai pH pada saat konsentrasi spesies bentuk tidak terprotonasi sama dengan spesies
bentuk terprotonasi.
Nilai pK dari asam-asam amino standar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Harga pK1, pK2 dan pKR dari asam amino standar
No Asam Amino pK1 pK2 pKR (rantai samping)
1 Alanin (Ala) 2,35 9,87
2 Histidin (Arg) 1,82 8,99 12,48 (guaninidino)
3 Asparagin (Asn) 2,10 8,84
4 Asam Aspartat (Asp) 1,99 9,90 3,90 (β-COOH)
5 Sistein (Cys) 1,92 10,78 8,33 (sulfidril)
6 Asam Glutamat (Glu) 2,10 9,47 4,07 (γ-COOH)
7 Glutamin (Gln) 2,17 9,13
8 Glisin (Gly) 2,35 9,78
9 Histidin (His) 1,80 9,33 6,04 (imodazol)
10 Isoleusin (Ile) 2,32 9,76
11 Leusin (Leu) 2,33 9,74
12 Lisin (Lys) 2,16 9,18 10,79 (ε-NH3)
13 Metionin (Met) 2,13 9,28
14 Fenilalanin (Phe) 2,16 9,18
15 Prolin (Pro) 2,95 10,65
16 Serin (Ser) 2,19 9,21
17 Treonin (Tre) 2,09 9,10
18 Triptofan (Thr) 2,43 9,44
19 Tirosin (Tyr) 2,20 9,11 10,13 (fenol)
20 Valin (Val) 2,29 9,74
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai pK1 dari gugus α-karboksilat adalah sekitar
2,2 sehingga pada pH 3,5 gugus ini praktis seluruhnya berada dalam bentuk ion
karboksilat. Semua gugus α-amino mempunyai nilai pK2 dekat 9,4 dan hampir
seluruhnya berada dalam bentuk ion ammonium pada pH 8,0 (Redhana & Siti, 2004).
pH dimana molekul memiliki muatan listrik neto atau sama dengan nol disebut titik
iso elektrik (pI). pI asam-asam amino dapat dihitung denga rumus :
1
𝑝𝐼 = (𝑝𝐾𝑖 + 𝑝𝐾𝑗 )
2
Dimana Ki dan Kj adalah konstanta disosiasi.Untuk asam monoamino dan
monokarboksilat Ki dan Kj masing-masing mewakili K1 dan K2. Untuk asam aspartat
dan asam glutamate, Ki dan Kj masing-masing merupakan K1 dan KR. Untuk Histidin,
histidin dan lisin, Ki dan Kj masing-masing merupakan KR dan K2.
Salah satu contoh aplikasi persamaan henderson-Hasselbach adalah pada titrasi
asam amino glisin dengan asam dan basa. Glisin memiliki dua gugus ionisasi, yaitu
gugus karboksil dan gugus amino, dengan nilai pKa masing-masing 2,4 dan 9,6. Dalam
air, pada pH 6,0, glisin berada dalam bentuk ion dipolar, atau zwitter ion, dimana gugus
karboksilnya berada dalam keadaan tidak terprotonasi (COO-) dan gugus anionnya
terprotonasi (NH3+). Penambahan asam pada larutan glisin ini akan menurunkan pH
dengan cepat, tetapi kemudian turun perlahan-lahan karena memasuki daerah buffer.
Titrasi lebih lanjut akan memprotonasi sisa karboksilat dalam larutan glisin ini akan
menurunkan pH dengan cepat, tetapi kemudian turun perlahan-lahan karena memasuki
daerah buffer. Titrasi lebih lanjut akan memprotonasi sisa karboksil dalam larutan.
Titrasi gugus amonium dengan basa mengikuti pola yang sama. Secara spesifik,
konsentrasi spesies tidak terprotonasi dan terprotonasi pada setiap ion dapat dihitung
dengan persamaan henderson-Hasselbach.Titik potong antara gugus karboksil dan
gugus amino, yaitu pada kondisi dimana glisin secara keseluruhan tidak bermuatan
(zwitter ion) disebut titik isoelektrik.
Sebagian besar asam amino yang mengandung gugus karoksil dan gugus amino
memiliki nilai pKa yang mirip dengan glisin. Disamping kedua gugus ini bebrapa asam
amino memiliki gugus ionisasi lain yang turut mempengaruhi kurva titrasi contohnya
asam amino aspartat dan asam amino glutamat, keduanya mempunyai gugus karboksil
tambahan sedangkan asam amino lisin dan asam amino Histidin memiliki gugus amino
tambahan.
Asam Amino Glisin
Asam amino glisin merupakan asam amino yang paling sederhana dari 20 asam
amino standar.Pada pH rendah, gugus amino dan karboksil dari asam amino glisin
terpotonasi sehingga berada dalam bentuk kation (+H3NCH2COOH). Jika larutan asam
amino glisin dititrasi denga basa kuat, misal NaOH, glisin akan kehilangan 2 proton.
Pertama dari gugus karboksil yang mempunyai pK1 2,35 (pH dimana gugus ini
berdisosiasi 50%) dan gugus amino mempunyai pK2 9,78. (Redhana & Siti,2004) Pada
titik isoelektrik yaitu 6,02, glisin memiliki muatan neto atau jumlah muatan yang sama
dengan nol.
Asam Amino Histidin
Asam amino histidin merupakan asam amino yang bersifat basa, yang memiliki
gugus amina tambahan (guanidine).Dalam histidin bebas, pKa dari kelompok rantai
samping imidazol adalah 6,0, yang tidak jauh dari pH fisiologis. nilai pKa untuk asam
amino tergantung pada lingkungan dan dapat berubah signifikan dalam di batas-batas
protein. Histidin dapat ditemukan dalam bentuk terprotonasi atau tidak protonasi dalam
protein, dan sifat banyak protein tergantung pada apakah individu residu histidin
bermuatan atau tidak bermuatan.
Asam Amino Glutamat
Asam amino glutamat merupakan asam amino yang bersifat asam, asam glutamat
termausk asam yang bermuatan. Ini terlihat dari dari titik isoelektrik yang rendah, yang
menandakan dia sangat mudah menangkap elektron(bersifat asam menurut lewis).
IV. ALAT DAN BAHAN
- Alat
Tabel 2. Alat

No. Nama Alat Ukuran Jumlah


1. Gelas kimia 100mL 3 buah
2. Burret 50mL 1 buah
3. Statif dan klem - 1 set
4. Magnetik stirer - 1 buah
5. pH meter - 1 buah
6. Erlenmeyer 100mL 5 buah
7. Pipet volumetrik 10mL 1 buah
8. Piller - 1 buah
9. Pipet tetes - 2 buah
10. Gelas kimia 250mL 1 buah
11. Pemanas listrik - 1 buah

- Bahan
Tabel 3. Bahan

No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah


1. Asam amino glisin - Secukupnya
2. Asam amino histidine - Secukupnya
3. Asam amino glutamat - Secukupnya
4. Larutan NaOH 2N Secukupnya
5. Larutan H2SO4 2N Secukupnya
6. Aquades - Secukupnya

V. PROSEDUR KERJA

No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


Titrasi glisin dengan H2SO4
1. Sebanyak 400 mg asam amino glisin Larutan yang dihasilkan bening tak
dilarutkan di dalam 40 mL aquades berwarna.

Gambar 1. Glisin ditimbang


2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH awal larutan glisin 7,57
menggunakan larutan H2SO4 dimana No Volume H2SO4 pH
setiap penambahan volume H2SO4 dan 1. 0,1mL 4
perubahan pH dicatat sampai pH 1,2 2. 0,2mL 2,59
3. 0,4 mL 2,34
4. 0,5mL 2,24
5. 0,6mL 2,17
6. 0,7mL 1,95
7. 0,8mL 1,90
8. 0,9mL 1,82
9. 1,0mL 1,72
10. 1,2mL 1,62
11. 1,3 mL 1,60
12. 1,4 mL 1,54
13. 1,5 mL 1,49
14. 1,6 mL 1,33
15. 1,7 mL 1,32
16. 1,8 mL 1,25
17. 2,2 mL 1,22
18. 2,3 mL 1,2

Titrasi blanko dengan asam

No Volume H2SO4 pH
1. 0 mL 5,30
2. 0,1mL 2,82
3. 0,2 mL 2,54
4. 0,4mL 2,20
5 0,5 mL 2,15
6 0,8mL 1,20
Gambar 2. Pengukuran pH

Titrasi glisin dengan NaOH


1. Sebanyak 400mg asam amino glisin Larutan yang dihasilkan bening tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna

Gambar 3. Glisin ditimbang

2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH awal larutansebelum dititrasi 7,51


menggunakan larutan NaOH dimana No Volume NaOH pH
setiap penambahan volume NaOHdan 1. 0.5mL 9,43
perubahan pH dicatat sampai pH 12 2. 1mL 9,72
3. 1,5mL 9,96
4. 2mL 10,17
5. 2,5mL 10,40
6. 3mL 10,91
7. 3,5mL 11,32
8. 4mL 11,37
9. 4,5mL 11,41
10 6mL 11,64
11 6,5mL 11,63
12 7mL 11,63
13 7,5mL 11,63
14 8mL 11,70
15 8,5mL 11,70
16 9mL 11,70
17 9,5mL 11,70
18 10mL 11,72
19 10,5mL 11,73
20 11mL 11,78
21 11,5mL 11,80
22 12mL 11,81
23 12,5mL 11,83
24 13mL 11,85
25 13,5mL 11,87
26 14mL 11,90
27 14,5mL 11,95
28 15mL 12,01

Titrasi blanko dengan basa

No Volume NaOH pH
1. 0 mL 7,35
2. 0,3 mL 8,20
3. 0,5 mL 8,98
4. 0,8 mL 9,22
5. 1,2 mL 9,43
6. 1,5 mL 10,11
7. 1,9 mL 10,30
8 2,3 mL 10,58
9. 2,7 mL 10,98
10. 3,1 mL 11,0
11. 3,5 mL 11,19
12. 3,9 mL 11,30
13. 4,4 mL 11,43
14. 4,8 mL 11,55
15. 5,3 mL 11,67
16. 5,8 mL 11,89
17. 6,2 mL 12,0

Gambar 4. Pengukuran pH
Titrasi Histidin dengan H2SO4
1. Sebanyak 400mg asam amino Histidin Larutan yang dihasilkan bening tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna

Gambar 5. Histidin ditimbang


2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH awal larutan sebelum dititrasi 8,56
menggunakan larutan H2SO4 dimana No Larutan H2SO4 pH
setiap penambahan volume H2SO4 dan 1 0,1 mL 8,21
perubahan pH dicatat sampai pH 1,2 2 0,2 mL 8,11
3 0,3 mL 7,63
4 0,5 mL 6,88
5 1,0 mL 1,67
6 1,1 mL 1,26
7 1,3 mL 1,2

Titrasi blanko dengan asam

No Volume H2SO4 pH
1. 0 mL 6,1
2. 0,1mL 2,82
3. 0,2 mL 2,54
4. 0,3 mL 2,20
5 0,4 mL 2,15
6 0,5 mL 1,20

Gambar 6. Pengukuran pH
Titrasi Histidin dengan NaOH
1. Sebanyak 400mg asam amino Histidin Larutan yang terbentuk larutan tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna
Gambar 7. Histidin ditimbang
2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH awal larutansebelum dititrasi 8,53
menggunakan larutan NaOHdimana No Volume NaOH pH
setiap penambahan volume NaOHdan 1. 0,5 mL 9,89
perubahan pH dicatat sampai pH 12 2. 1 mL 11,74
3. 1,5mL 11,85
4. 2mL 11,88
5 2,5mL 11,88
6 3 mL 11,88
7 3,5 mL 11,90
8 4 mL 11,90
9 4,5 mL 11,90
10 5mL 11,92
11 5,5mL 11,92
12 6 mL 11,92
13 6,5 mL 11,93
14 7 mL 11,95
15 7,5 mL 11,97
16 8 mL 12,01

Titrasi blanko dengan basa

No Volume NaOH pH
1. 0 mL 7,35
2. 0,5 mL 8,20
3. 0,8 mL 8,98
4. 1,2 mL 9,43
5. 1,5 mL 10,11
6. 1,9 mL 10,98
7. 2,3 mL 11,15
8 2,7 mL 11,68
9. 3,1 mL 12,0

Gambar 8. Pengukuran pH
Titrasi glutamat dengan H2SO4
1. Sebanyak 400mg asam amino glutamat Larutan yang terbentuk larutan tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna

Gambar 9. Glutamat ditimbang


2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH larutan awal 2,77
menggunakan larutan H2SO4 dimana No Larutan H2SO4 pH
setiap penambahan volume H2SO4 dan 1 0,1 mL 2,70
perubahan pH dicatat sampai pH 1,2 2 0,3 mL 2,10
3 0,5 mL 1,48
4 0,7 mL 1,35
5 1,0 mL 1,22

Titrasi blanko dengan asam

No Volume H2SO4 pH
1. 0 mL 6
2. 0,1mL 2,82
3. 0,2 mL 2,10
4. 0,3 mL 1,63
5 0,4 mL 1,20

Gambar 10. Pengukuran pH


Titrasi Glutamat dengan NaOH
1. Sebanyak 400mg asam amino glutamat Larutan tak berwarna
dilarutkan didalam 40mL aquades

Gambar 11. Glutamat ditimbang


2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH awal larutan 3,60
menggunakan larutan NaOHdimana No Larutan NaOH pH

setiap penambahan volume NaOHdan 1 0,5 mL 5,05


perubahan pH dicatat sampai pH 12 2 1,0 mL 7,95
3 1,5 mL 10,08
4 2,0 mL 10,57
5 2,5 mL 11,41
6 3,0 mL 11,85
7 3,5 mL 11,90
8 4,0 mL 11,91
9 4,5 mL 11,92
10 5.0 mL 11,92
11 5,5 mL 11,92
12 6 mL 11,94
13 6,5 mL 11,97
14 7 mL 12,0

Titrasi blanko dengan basa

No Volume NaOH pH
1. 0 mL 7,35
2. 0,5 mL 8,20
3. 0,8 mL 8,98
4. 1,2 mL 9,43
5. 1,5 mL 10,11
6. 1,8 mL 10,98
7. 2,1 mL 11,34
8 2,4 mL 11,60
9. 2,7 mL 11,89
9. 3 mL 12,0
Gambar 12. Pengukuran pH

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pH terhadap tiga asam amino yaitu
asam amino glisin, asam glutamate, dan histidin dengan menggunakan titran larutan
NaOH 2 N dan larutan H2SO4 . Penambahan asam sulfat yang bersifat asam kuat
mengakibatkan terdapat ion H+ yang berlebih. Pada saat menitrasi dengan NaOH, asam
amino akan membentuk struktur asam amino yang bersifat basa. Sebaliknya jika
dititrasi dengan H2SO4 akan membentuk struktur asam amino kation dalam keadaan
asam yang ditunjukkan oleh pH semakin kecil dari 7. Dalam keadaan ini maka gugus
karboksil lebih banyak dibandingkan dengan gugus aminonya.
Titrasi ini dilakukan untuk mencari titik isoelektrik pada asam amino, dimana
asam amino mempunyai muatan listrik netral. Jika pH yang terjadi terdapat di atas titik
isoelektriknya maka asam amino tersebut bermuatan negatif, dan jika pHnya berada
dibawah titik isoelektriknya maka asam amino tersebut akan bermuatan positif. Asam
amino mempunyai satu gugus amino dan satu gugus karboksil, apabila dilarutkan di
dalam air maka gugus karboksil tersebut akan melepaskan ion H+ sehingga membentuk
CH3COO- yang bermuatan negatif sedangkan gugus amino akan menangkap ion
H+ tersebut dan akan membentuk NH3+ yang bermuatan positif. Asam α-amino
direaksikan dengan basa kuat, NaOH maka OH- menyerang gugus COOH terbentuklah
COO- + H2O. Ketika asam amino itu direaksikan dengan asam kuat, H2SO4, ion-ion
H+ tertarik ke gugus NH2 membentuk NH3+. Bila asam amino dilarutkan dalam larutan
asam (pH rendah) akan ada perubahan proton sehingga membentuk kation. Bila pH
larutan dinaikkan (penambahan basa), kation berubah, mula-mula menjadi ion dipolar
yang netral kemudian menjadi anion.
Keelektronegatifan asam kuat lebih besar sehingga menarik ikatan elektron lebih
kuat daripada atom hidrogen, dan lebih mudah dalam pembentukan ion H+. Pengaruh
pH didasarkan pada adanya perbedaan muatan antara asam-asam amino penyusun
protein, daya tarik menarik yang paling kuat antar protein yang sama terjadi pada pH
isoelektrik. Setiap protein mempunyai kelarutan tertentu yang ditentukan oleh
komposisi larutannya. Kelarutan protein secara nyata dipengaruhi oleh pH dan
umumnya mempunyai nilai yang minimum pada pH isoelektrik. Perubahan pH akan
mempengaruhi ionisasi gugus fungsional protein sehingga muatan total protein berubah.
Pada titik isoelektrik total muatan protein sama dengan nol, sehingga interaksi antar
molekul protein menjadi maksimum.
1. Penentuan %koreksi dari volume koreksi
Titrasi potensiometri pada asam amino menggunakan dua jenis titran yaitu NaOH
dan H2SO4. Hal ini disebabkan asam amino memiliki dua konstanta disosiasi yang
terkait dengan adanya gugus amino (basa) dan gugus karboksilat (asam) pada
strukturnya. Titran yang digunakan tidak sepenuhnya diperlukan untuk mentitrasi asam
amino, namun sebagian kecil digunakan untuk mentitrasi pelarut yag digunakan yaitu
aquades. Untuk mengetahui seberapa banyak sesungguhnya jumlah titran yang
diperlukan untuk mentitrasi asam amino glisin dan Histidin perlu dihitung %koreksi
dari volume koreksi.
a. Perhitungan %koreksi dari volume koreksi pada asam amino glisin
Titrasi Glisin dengan H2SO4
V koreksi = V titran pada glisin – V titran pada air = |2,2 - 0,8| =1,4 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
2,2 − 0,8
= × 100% = 175 %
0,8

Titrasi Glisin dengan NaOH

V koreksi = V titran pada Glisin – V titran pada air = |15 – 6,2| = 8,8 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
|15 − 6,2|
= × 100% = 141,9%
6,2
b. Perhitungan %koreksi dari volume koreksi pada asam amino histidin
Titrasi Histidin dengan H2SO4

V koreksi = V titran pada Histidin – V titran pada air = |1,3 - 0,5| = 0,8 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑖𝑠𝑡𝑖𝑑𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
1,3 − 0,5
= × 100% = 160 %
0,5

Titrasi Histidin dengan NaOH

V koreksi = V titran pada Histidin – V titran pada air = | 8,0- 3,1| = 4,9 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻𝑖𝑠𝑡𝑖𝑑𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
|8,0 − 3,1|
= × 100% = 158 %
3,1

c. Perhitungan %koreksi dari volume koreksi pada asam amino glutamat


Titrasi Glutamat dengan H2SO4
V koreksi = V titran pada Glutamat – V titran pada air = |1,0 – 0,4| =0,6 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐺𝑙𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎𝑡 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
1,0 − 0,4
= × 100% = 150 %
0,4

Titrasi Glutamat dengan NaOH

V koreksi = V titran pada Glutamat – V titran pada air = |7– 3| = 4,0 mL


𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐺𝑙𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎𝑡 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
|7 − 3|
= × 100% = 133%
3
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh bahwa volume titran yang digunakan
oleh masing-masing asam amino adalah sebagai berikut, Glisin menggunakan
141,9% dari titran NaOH dan 175 % dari titran H2SO4 sedangkan Histidin
menggunakan 158 % dari titran NaOH dan 160 % dari titran H2SO4 dan
glutamat menggunakan 133% dari titran NaOH dan dari 150 % titran H2SO4.
Dari hasil ini dibuktikan bahwa titran yang digunakan tidak hanya untuk
mentitrasi asam amino tetapi juga untuk pelarut.

2. Perhitungan pH Asam Amino Glisin, Histidin dan Glutamat Secara Teoritis


Pengukuran pH pada praktikum secara praktis menggunakan pH meter. Kalibrasi
yang dilakukan pada pH meter menunjukkan terdapat sejumlah kesalahan pada
instrumentasi yang digunakan sehingga untuk menentukan pH titrat secara pasti
perlu terlebih dahulu dihitung persen kesalahan yang terjadi. Untuk menghitung
persen kesalahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
-Perhitungan pH Glisin ketika Ditambahkan H2SO4

Diketahui : massa glisin = 0,4 g

Massa molar glisin = 75 g/mol


massa glisin 0,4 𝑔
Mol glisin =Massa molar glisin = 𝑔 = 0,0053𝑚𝑜𝑙 = 5,3 𝑚𝑚𝑜𝑙
75
𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑖𝑛 0,0053 𝑚𝑜𝑙


M glisin = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 0,04 𝑚𝐿
= 0,1325𝑀

Pada titrasi, untuk mencapai pH 1,2 dibutuhkan H2SO4 2 N sebanyak 2,2 mL,
175
Volume H2SO4 yang sebenarnya digunakan 100 × 2,2 = 3,85 mL

Mol H2SO4 = 𝑀 × 𝑉 = 1 𝑀 × 3,85 𝑚𝐿 = 3,85 𝑚𝑚𝑜𝑙

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut:

2+NH3CH2COO-(aq) + H2SO4(aq)  2+NH2CH2COOH(aq) + SO42-(aq)

m: 10,6 mmol 3,85 mmol - -

b: 10,6 mmol 5,3 mmol 10,6 mmol 5,3 mmol

s: 0 mmol -145 mmol 10,6 mmol 5,3 mmol

Maka, pH dapat dicari yaitu sebagai berikut:


−145
[H+] = 43,85 = 3,306

pH = log 33,06 x 10-1

pH = 1+ log 33,06

pH = 1+1,5193

pH = 2,5

Dari perhitungan diperoleh pH glisin ketika ditambahkan H2SO4 (pKa) secara


teoritis adalah 2,5 , sedangkan pH yang terukur di pH meter sebesar 1,2 maka
kesalahan relatifnya dapat dihitung sebagai berikut :
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑝𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 2,5−1,2
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100% = | | × 100% = 52 %
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 2,5

-Perhitungan pH Glisin ketika Ditambahkan NaOH

Diketahui : massa Glisin = 0,4 g

Massa Molar Glisin = 75 g/mol


massa Glisin 0,4 𝑔
Mol Glisin = Massa Molar Glisin = 𝑔 = 0,0053𝑚𝑜𝑙 = 5,3 𝑚𝑚𝑜𝑙
75
𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑜𝑙 𝐺𝑙𝑖𝑠𝑖𝑛 0,0053 𝑚𝑜𝑙


M Glisin = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = = 0,1325𝑀
0,04 𝐿

Pada titrasi, untuk mencapai pH 12 dibutuhkan NaOH 2N sebanyak 15 mL, Volume


NaOH yang digunakan untuk mentitrasi Glisin berdasarkan %koreksi :

141,9
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × 15 = 21,285 𝑚𝐿
100
mol NaOH = 𝑁 𝑥 𝑉 = 2 𝑚𝑜𝑙/𝐿 × 21,285 𝑚𝐿 = 42,57 mmol

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut:


+
NH3CH2COO-(aq) + OH-(aq)  NH2CH2COO-(aq) + H2O(aq)

m: 5,3 mmol 42,57 mmol - -

b: 5,3 mmol 5,3 mmol 5,3 mmol 5,3 mmol

s: - 37,27 mmol 5,3 mmol 5,3 mmol


37,27
[OH-] = 61,285 = 0,6

pOH = -log 6 x 10-1

pOH = 1- 0,778 = 0,2

pH = 14-0,2 = 13,8

Dari perhitungan diperoleh pH glisin ketika ditambahkan NaOH (pKa) secara


teoritis adalah 13,8 sedangkan pH yang terukur di pH meter sebesar 12,0 maka
kesalahan relatifnya dapat dihitung sebagai berikut :
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑝𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 13,8−12,0
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100% = | | × 100% = 13,04 %
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 13,8
-Perhitungan pH Histidin ketika Ditambahkan H2SO4

Diketahui : massa Histidin = 0,4 g

Massa Molar Histidin = 174 g/mol


massa Histidin 0,4 𝑔
Mol Histidin = Massa Molar Histidin = = 0,00229 𝑚𝑜𝑙 = 2,29 𝑚𝑚𝑜𝑙
174

𝑚𝑜𝑙 ℎ𝑖𝑠𝑡𝑖𝑑𝑖𝑛 0,00248 𝑚𝑜𝑙


M Histidin = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = = 0,062 𝑀
0,04 𝐿

Pada titrasi, untuk mencapai pH 1,2 dibutuhkan H2SO4 2N sebanyak 1,3 mL,
160
Volume H2SO4 yang sebenarnya digunakan × 1,3 = 2,08 𝑚𝐿
100

𝑚𝑜𝑙
Mol H2SO4 = 𝑀 × 𝑉 = 1 × 2,08 𝑚𝐿 = 2,08 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut:

2 +NH3C5N3H11COO-(aq) + H2SO4(aq)  2+NH3C5N3H11COOH (aq) + SO42-(aq)

m: 2,29 mmol 2,8 mmol - -

b: 2,29 mmol 1,145 mmol 2,29 mmol 1,145 mmol

s: - 0,935 mmol 2,29 mmol 1,145 mmol

Maka, pH dapat dicari yaitu sebagai berikut:


0,935
[H+] = 42,08 = 0,02

pH = -log 2 x 10-2

pH = 2 – 0,3

pH = 1,7

Dari perhitungan diperoleh pH glisin ketika ditambahkan H2SO4 (pKa) secara


teoritis adalah 1,7 , sedangkan pH yang terukur di pH meter sebesar 1,20 maka
kesalahan relatifnya dapat dihitung sebagai berikut :
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑝𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 1,7−1,2
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100% = | | × 100% = 29,41%
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1,7

-Perhitungan pH Histidin ketika Ditambahkan NaOH

Diketahui : massa Histidin = 0,4 g

Massa Molar Histidin = 174 g/mol


massa Histidin 0,4 𝑔
Mol Histidin = Massa Molar Histidin = = 0,00229 𝑚𝑜𝑙 = 2,29 𝑚𝑚𝑜𝑙
174
𝑚𝑜𝑙 𝐻𝑖𝑠𝑡𝑖𝑑𝑖𝑛 0,00229𝑚𝑜𝑙
M Histidin = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = = 0,057𝑀
0,04 𝑚𝐿

Pada titrasi, untuk mencapai pH 12 dibutuhkan NaOH 2 N sebanyak 8 mL,

Volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi Histidin berdasarkan %koreksi :

158
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × 8 = 12,64 𝑚𝐿
100
𝑚𝑜𝑙
mol NaOH = 𝑁 𝑥 𝑉 = 2 × 12,64 𝑚𝐿 = 25,28 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut:


+
NH3C5N3H11COOH (aq) + OH-(aq)  +NH3C5N3H11COO -(aq) + H2O(aq)

m: 2,29 mmol 25,28 mmol - -

b: 2,29 mmol 2,29 mmol 2,29 mmol 2,29 mmol

s: 0 22,99 mmol 2,29 mmol 2,29 mmol

Maka, pH dapat dicari yaitu sebagai berikut:


22,99
[OH-] = = 0,478
48

pOH = -log 4,78 x 10-1

pOH = 1- 0,679

pH = 14-0,32= 13,68

Dari perhitungan diperoleh pH Histidin ketika ditambahkan NaOH (pKa) secara


teoritis adalah 13,68 sedangkan pH yang terukur di pH meter sebesar 12,0 maka
kesalahan relatifnya dapat dihitung sebagai berikut :
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑝𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 13,68−12,0
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100% = | | × 100% = 12,3 %
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 13,68

-Perhitungan pH Glutamat ketika Ditambahkan H2SO4

Diketahui : massa Glutamat = 0,4 g

Massa Molar Glutamat = 147 g/mol


massa Glutamat 0,4 𝑔
Mol Glutamat = Massa Molar Glutamat = = 0,0027𝑚𝑜𝑙 = 2,7 𝑚𝑚𝑜𝑙
147

𝑚𝑜𝑙 𝐺𝑙𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎𝑡 0,0027𝑚𝑜𝑙


M Glutamat = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 0,04 𝑚𝐿
= 0,0675𝑀
Pada titrasi, untuk mencapai pH 1,2 dibutuhkan H2SO4 2 N sebanyak 1,0 mL,
150
Volume H2SO4 yang sebenarnya digunakan 100 × 1 = 1,5 𝑚𝐿

𝑚𝑜𝑙
Mol H2SO4 = 𝑀 × 𝑉 = 1 × 1,5 𝑚𝐿 = 1,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut:

2+NH3CHCOOH(CH2)2COO(aq) + H2SO4(aq)  2+NH3CHCOOH(CH2)2COO (aq)

m: 2,7 mmol 1,5 mmol -

b: 2,7 mmol 1,35 mmol 2,7 mmol

s: - 0,15 mmol 2,7 mmol

Maka, pH dapat dicari yaitu sebagai berikut:


0,15
[H+] = 41,5 = 0,00036

pH = -log 3,6 x 10-4

pH = 4-log 3,6

pH = 4-0,56

pH = 3,44

Dari perhitungan diperoleh pH glisin ketika ditambahkan H2SO4 (pKa) secara


teoritis adalah 3,44, sedangkan pH yang terukur di pH meter sebesar 1,2 maka
kesalahan relatifnya dapat dihitung sebagai berikut :
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑝𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 3,44−1,2
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100% = | | × 100% =
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 3,44
13,2 (65) %

-Perhitungan pH Glutamat ketika Ditambahkan NaOH

Diketahui : massa Glutamat = 0,4 g

Massa Molar Glutamat = 147,1g/mol


massa Glutamat 0,4 𝑔
Mol Glutamat = Massa Molar Glutamat = 147,13 = 0,00272𝑚𝑜𝑙 = 2,72 𝑚𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑟𝑔𝑖𝑛𝑖𝑛 0,00272 𝑚𝑜𝑙


M Glutamat = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 0,04 𝑚𝐿
= 0,068 𝑀
Pada titrasi, untuk mencapai pH 12 dibutuhkan NaOH 2 N sebanyak 7 mL,

Volume NaOH yang digunakan untuk mentitrasi Histidin berdasarkan %koreksi :

133
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × 7 = 9,31 𝑚𝐿
100
𝑚𝑜𝑙
mol NaOH = 𝑁 𝑥 𝑉 = 2 × 9,31 𝑚𝐿 = 18,62 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿

Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut:


+
NH3CHCOOH(CH2)2COO (aq) + OH-(aq)  +NH3CHCOOH(CH2)2COO aq)

m: 2,72 mmol 18,62 mmol - -

b: 2,72 mmol 2,72 mmol 2,72 mmol

s: - 15,9 mmol 2,72 mmol

Maka, pH dapat dicari yaitu sebagai berikut:


15,9
[OH-] = 49,31 = 0,32

pOH = -log 3,2 x 10-1

pOH = 1- 0,5

pH = 14- 0,5= 13,5

Dari perhitungan diperoleh pH Histidin ketika ditambahkan NaOH (pKa) secara


teoritis adalah 13,5, sedangkan pH yang terukur di pH meter sebesar 12,0 maka
kesalahan relatifnya dapat dihitung sebagai berikut :
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑝𝐻 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 13,5−12,0
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100% = | | × 100% = 11,11 %
𝑝𝐻 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 13,5

3. Penentuan pKa1, pKa2, pI dari Asam Amino Glisin, Histidin, dan Glutamat
Berdasarkan Data Percobaan
Penentuan pKa1 dan pKa2 dapat ditentukan melalui grafik percobaan yang
diperoleh. Berikut akan ditampilkan kurva percobaan titrasi potensiometri asam
amino glisin, arginin, dan glutamat.
14

12

10

8
pH

6 pKa2

4
pKa1
2

100% 0 100%
50% 50 %
Penambahan
-4 asam
-2 sulfat 0 2 4 Penambahan
6 NaOH 8

Kurva Titrasi Asam Amino Glysin


Dari kurva diatas dapat ditentukan nilai pKa1 dan pKa2 yaitu pada titik 50% (pH
dimana gugus berdisosiasi 50%). Nilai pKa1 yang terbaca adalah 1,75 dan pKa2
adalah 5,85. Berdasarkan teori pKa1 glisin sebesar 2,35 dan pKa2 sebesar 9,78.
Perbedaan nilai yang cukup signifikan ini dapat disebabkan oleh : (1) pH pelarut
yang digunakan tidak netral. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kurva titrasi yang
diperoleh, (2) adanya faktor kesalahan (%koreksi) dari volume koreksi yang tidak
dapat dipisahkan dari kurva.
Setelah diperoleh data pKa1 dan pKa2 hasil percobaan maka pI dapat diperoleh
dengan cara :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2 1,75 + 5,85
𝑝𝐼 = = = 3,8
2 2

Secara teoritis pI asam amino glisin adalah :


𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2 2,35 + 9,78
𝑝𝐼 = = = 6,065
2 2

(𝑃𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑖𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
%Kesalahan= 𝑋 100%
𝑃𝑖 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

(6,065−3,8)
= 𝑋 100% = 37,34 %
6,065
14

12

10

8
pH

100% 0
50% 0% 50% 100%
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Penambahan asam sulfat Axis Title penambahan NaOH

Kurva Titrasi Asam Amino Histidin


Dari kurva diatas dapat ditentukan nilai pKa1 dan pKa2 yaitu pada titik 50% (pH
dimana gugus berdisosiasi 50%). Nilai pKa1 yang terbaca adalah 2,25 dan pKR
adalah 7,75. Berdasarkan teori pKa1 histidin sebesar 1,82 dan pKR sebesar 12,48.
Perbedaan nilai yang cukup signifikan ini dapat disebabkan oleh : (1) pH pelarut
yang digunakan tidak netral. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kurva titrasi yang
diperoleh, (2) adanya faktor kesalahan (%koreksi) dari volume koreksi yang tidak
dapat dipisahkan dari kurva.
Setelah diperoleh data pKa1 dan pKa2 hasil percobaan maka pI dapat diperoleh
dengan cara :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑅 2,25 + 7,75
𝑝𝐼 = = = 5,0
2 2
Secara teoritis pI asam amino arginin adalah :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2 1,82 + 12,48
𝑝𝐼 = = = 7,1
2 2
(𝑃𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑖𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
%Kesalahan= 𝑋 100%
𝑃𝑖 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

(7,1−5,0)
= 𝑋 100% = 29,57%
7,1
14

12

10

8
pH

0
100% 50% 50% 100%
-4 -2 0 2 4 6
Penambahan asam Axis Title Penambahan basa

Kurva Titrasi Asam Amino Glutamat

Dari kurva diatas dapat ditentukan nilai pKa1 dan pKa2 yaitu pada titik 50% (pH
dimana gugus berdisosiasi 50%). Nilai pKa1 yang terbaca adalah 1,75 dan pKR
adalah 6,25. Berdasarkan teori pKa1 Glutamat sebesar 2,10 dan pKR sebesar 9,47.
Perbedaan nilai yang cukup signifikan ini dapat disebabkan oleh : (1) pH pelarut
yang digunakan tidak netral. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kurva titrasi yang
diperoleh, (2) adanya faktor kesalahan (%koreksi) dari volume koreksi yang tidak
dapat dipisahkan dari kurva.
Setelah diperoleh data pKa1 dan pKa2 hasil percobaan maka pI dapat diperoleh
dengan cara :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑅 2,25 + 6,25
𝑝𝐼 = = = 4,25
2 2
Secara teoritis pI asam amino glutamat adalah :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2 2,10 + 9,47
𝑝𝐼 = = = 5,78
2 2
(𝑃𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑖𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
%Kesalahan= 𝑃𝑖 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑋 100%

(5,78−4,25)
= 5,78
𝑋 100% = 26,47 %

VII. SIMPULAN
1. Harga pKa1, pKa2, dan pI dari asam amino glisin, histidin, dan glutamate
dengan menggunakan metode titrasi potensiometri hasil percobaan diperoleh
sebagai berikut, glisin memiliki pKa1 sebesar 1,75, pKa2 sebesar 5,85, dan pI
sebesar 3,8 sedangkan arginin memiliki pKa1 sebesar 2,25, pKR sebesar 7,75,
dan pI sebesar 5,0, dan glutamat memiliki pKa1 sebesar 1,75, pKR sebesar 6,25,
dan pI sebesar 4,25.
2. Harga pKa1, pKa2, dan pI asam amino glisin, histidin, dan glutamat dari
hasil percobaan berbeda dengan harga pKa1, pKa2, dan pI asam amino
glisin dan histidin secara teoritis. Secara teoritis glisin memiliki pKa1, pKa2,
dan pI berturut turut 2,35 , 9,78 , dan 6,065. Secara praktis, glisin dari hasil
percobaan diperoleh memiliki pKa1, pKa2, dan pI berturut turut 1,75, ,5,85,
dan 3,8. Sedangkan histidin secara teoritis memiliki pKa1, pKR, dan pI
berturut turut 1,82, 12,48, dan 7,15. Secara praktis, histidin dari hasil percobaan
diperoleh memiliki pKa1, pKR, dan pI berturut turut 2,25, 7,75, dan 5,0 dan
untuk glutamat, Secara teoritis glutamat memiliki pKa1, pKa2, dan pI berturut
turut 2,10 , 9,47 , dan 5,78. Secara praktis, glutamat dari hasil percobaan
diperoleh memiliki pKa1, pKR, dan pI berturut turut 1,75, 6,25, dan 4,25.

IX. Daftar Rujukan


Nurlita, Frieda., Muderawan, I Wayan., Suja, I Wayan. (2002). Buku Ajar Kimia
Organik II. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Redhana, I Wayan., & Maryam, Siti.(2003). Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja.
Redhana, I Wayan., & Maryam, Siti. (2004). Buku Ajar Biokimia (Jilid 1). Singaraja :
IKIP Negeri Singaraja

Anda mungkin juga menyukai