LAPORAN PRAKTIKUM
TITRASI POTENSIOMETRI ASAM AMINO
OLEH
KELAS VA
JURUSAN KIMIA
SINGARAJA
2018
I. JUDUL
Titrasi potensiometri asam amino
II. TUJUAN
1. Menentukan harga pKa1, pKa2, dan pI dari asam amino glisin, histidin, dan
glutamat dengan menggunakan metode titrasi potensiometri.
2. Membandingkan harga pKa1, pKa2, dan pI asam amino glisin, histidin, dan
glutamat hasil percobaan dengan teoritis.
- Bahan
Tabel 3. Bahan
V. PROSEDUR KERJA
No Volume H2SO4 pH
1. 0 mL 5,30
2. 0,1mL 2,82
3. 0,2 mL 2,54
4. 0,4mL 2,20
5 0,5 mL 2,15
6 0,8mL 1,20
Gambar 2. Pengukuran pH
No Volume NaOH pH
1. 0 mL 7,35
2. 0,3 mL 8,20
3. 0,5 mL 8,98
4. 0,8 mL 9,22
5. 1,2 mL 9,43
6. 1,5 mL 10,11
7. 1,9 mL 10,30
8 2,3 mL 10,58
9. 2,7 mL 10,98
10. 3,1 mL 11,0
11. 3,5 mL 11,19
12. 3,9 mL 11,30
13. 4,4 mL 11,43
14. 4,8 mL 11,55
15. 5,3 mL 11,67
16. 5,8 mL 11,89
17. 6,2 mL 12,0
Gambar 4. Pengukuran pH
Titrasi Histidin dengan H2SO4
1. Sebanyak 400mg asam amino Histidin Larutan yang dihasilkan bening tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna
No Volume H2SO4 pH
1. 0 mL 6,1
2. 0,1mL 2,82
3. 0,2 mL 2,54
4. 0,3 mL 2,20
5 0,4 mL 2,15
6 0,5 mL 1,20
Gambar 6. Pengukuran pH
Titrasi Histidin dengan NaOH
1. Sebanyak 400mg asam amino Histidin Larutan yang terbentuk larutan tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna
Gambar 7. Histidin ditimbang
2. Larutan yang terbentuk dititrasi dengan pH awal larutansebelum dititrasi 8,53
menggunakan larutan NaOHdimana No Volume NaOH pH
setiap penambahan volume NaOHdan 1. 0,5 mL 9,89
perubahan pH dicatat sampai pH 12 2. 1 mL 11,74
3. 1,5mL 11,85
4. 2mL 11,88
5 2,5mL 11,88
6 3 mL 11,88
7 3,5 mL 11,90
8 4 mL 11,90
9 4,5 mL 11,90
10 5mL 11,92
11 5,5mL 11,92
12 6 mL 11,92
13 6,5 mL 11,93
14 7 mL 11,95
15 7,5 mL 11,97
16 8 mL 12,01
No Volume NaOH pH
1. 0 mL 7,35
2. 0,5 mL 8,20
3. 0,8 mL 8,98
4. 1,2 mL 9,43
5. 1,5 mL 10,11
6. 1,9 mL 10,98
7. 2,3 mL 11,15
8 2,7 mL 11,68
9. 3,1 mL 12,0
Gambar 8. Pengukuran pH
Titrasi glutamat dengan H2SO4
1. Sebanyak 400mg asam amino glutamat Larutan yang terbentuk larutan tak
dilarutkan didalam 40mL aquades berwarna
No Volume H2SO4 pH
1. 0 mL 6
2. 0,1mL 2,82
3. 0,2 mL 2,10
4. 0,3 mL 1,63
5 0,4 mL 1,20
No Volume NaOH pH
1. 0 mL 7,35
2. 0,5 mL 8,20
3. 0,8 mL 8,98
4. 1,2 mL 9,43
5. 1,5 mL 10,11
6. 1,8 mL 10,98
7. 2,1 mL 11,34
8 2,4 mL 11,60
9. 2,7 mL 11,89
9. 3 mL 12,0
Gambar 12. Pengukuran pH
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pH terhadap tiga asam amino yaitu
asam amino glisin, asam glutamate, dan histidin dengan menggunakan titran larutan
NaOH 2 N dan larutan H2SO4 . Penambahan asam sulfat yang bersifat asam kuat
mengakibatkan terdapat ion H+ yang berlebih. Pada saat menitrasi dengan NaOH, asam
amino akan membentuk struktur asam amino yang bersifat basa. Sebaliknya jika
dititrasi dengan H2SO4 akan membentuk struktur asam amino kation dalam keadaan
asam yang ditunjukkan oleh pH semakin kecil dari 7. Dalam keadaan ini maka gugus
karboksil lebih banyak dibandingkan dengan gugus aminonya.
Titrasi ini dilakukan untuk mencari titik isoelektrik pada asam amino, dimana
asam amino mempunyai muatan listrik netral. Jika pH yang terjadi terdapat di atas titik
isoelektriknya maka asam amino tersebut bermuatan negatif, dan jika pHnya berada
dibawah titik isoelektriknya maka asam amino tersebut akan bermuatan positif. Asam
amino mempunyai satu gugus amino dan satu gugus karboksil, apabila dilarutkan di
dalam air maka gugus karboksil tersebut akan melepaskan ion H+ sehingga membentuk
CH3COO- yang bermuatan negatif sedangkan gugus amino akan menangkap ion
H+ tersebut dan akan membentuk NH3+ yang bermuatan positif. Asam α-amino
direaksikan dengan basa kuat, NaOH maka OH- menyerang gugus COOH terbentuklah
COO- + H2O. Ketika asam amino itu direaksikan dengan asam kuat, H2SO4, ion-ion
H+ tertarik ke gugus NH2 membentuk NH3+. Bila asam amino dilarutkan dalam larutan
asam (pH rendah) akan ada perubahan proton sehingga membentuk kation. Bila pH
larutan dinaikkan (penambahan basa), kation berubah, mula-mula menjadi ion dipolar
yang netral kemudian menjadi anion.
Keelektronegatifan asam kuat lebih besar sehingga menarik ikatan elektron lebih
kuat daripada atom hidrogen, dan lebih mudah dalam pembentukan ion H+. Pengaruh
pH didasarkan pada adanya perbedaan muatan antara asam-asam amino penyusun
protein, daya tarik menarik yang paling kuat antar protein yang sama terjadi pada pH
isoelektrik. Setiap protein mempunyai kelarutan tertentu yang ditentukan oleh
komposisi larutannya. Kelarutan protein secara nyata dipengaruhi oleh pH dan
umumnya mempunyai nilai yang minimum pada pH isoelektrik. Perubahan pH akan
mempengaruhi ionisasi gugus fungsional protein sehingga muatan total protein berubah.
Pada titik isoelektrik total muatan protein sama dengan nol, sehingga interaksi antar
molekul protein menjadi maksimum.
1. Penentuan %koreksi dari volume koreksi
Titrasi potensiometri pada asam amino menggunakan dua jenis titran yaitu NaOH
dan H2SO4. Hal ini disebabkan asam amino memiliki dua konstanta disosiasi yang
terkait dengan adanya gugus amino (basa) dan gugus karboksilat (asam) pada
strukturnya. Titran yang digunakan tidak sepenuhnya diperlukan untuk mentitrasi asam
amino, namun sebagian kecil digunakan untuk mentitrasi pelarut yag digunakan yaitu
aquades. Untuk mengetahui seberapa banyak sesungguhnya jumlah titran yang
diperlukan untuk mentitrasi asam amino glisin dan Histidin perlu dihitung %koreksi
dari volume koreksi.
a. Perhitungan %koreksi dari volume koreksi pada asam amino glisin
Titrasi Glisin dengan H2SO4
V koreksi = V titran pada glisin – V titran pada air = |2,2 - 0,8| =1,4 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
2,2 − 0,8
= × 100% = 175 %
0,8
V koreksi = V titran pada Glisin – V titran pada air = |15 – 6,2| = 8,8 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
|15 − 6,2|
= × 100% = 141,9%
6,2
b. Perhitungan %koreksi dari volume koreksi pada asam amino histidin
Titrasi Histidin dengan H2SO4
V koreksi = V titran pada Histidin – V titran pada air = |1,3 - 0,5| = 0,8 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑖𝑠𝑡𝑖𝑑𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
1,3 − 0,5
= × 100% = 160 %
0,5
V koreksi = V titran pada Histidin – V titran pada air = | 8,0- 3,1| = 4,9 mL
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻𝑖𝑠𝑡𝑖𝑑𝑖𝑛 − 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
%𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = × 100%
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟
|8,0 − 3,1|
= × 100% = 158 %
3,1
Pada titrasi, untuk mencapai pH 1,2 dibutuhkan H2SO4 2 N sebanyak 2,2 mL,
175
Volume H2SO4 yang sebenarnya digunakan 100 × 2,2 = 3,85 mL
pH = 1+ log 33,06
pH = 1+1,5193
pH = 2,5
141,9
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × 15 = 21,285 𝑚𝐿
100
mol NaOH = 𝑁 𝑥 𝑉 = 2 𝑚𝑜𝑙/𝐿 × 21,285 𝑚𝐿 = 42,57 mmol
pH = 14-0,2 = 13,8
Pada titrasi, untuk mencapai pH 1,2 dibutuhkan H2SO4 2N sebanyak 1,3 mL,
160
Volume H2SO4 yang sebenarnya digunakan × 1,3 = 2,08 𝑚𝐿
100
𝑚𝑜𝑙
Mol H2SO4 = 𝑀 × 𝑉 = 1 × 2,08 𝑚𝐿 = 2,08 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿
pH = -log 2 x 10-2
pH = 2 – 0,3
pH = 1,7
158
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × 8 = 12,64 𝑚𝐿
100
𝑚𝑜𝑙
mol NaOH = 𝑁 𝑥 𝑉 = 2 × 12,64 𝑚𝐿 = 25,28 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿
pOH = 1- 0,679
pH = 14-0,32= 13,68
𝑚𝑜𝑙
Mol H2SO4 = 𝑀 × 𝑉 = 1 × 1,5 𝑚𝐿 = 1,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿
pH = 4-log 3,6
pH = 4-0,56
pH = 3,44
133
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 = × 7 = 9,31 𝑚𝐿
100
𝑚𝑜𝑙
mol NaOH = 𝑁 𝑥 𝑉 = 2 × 9,31 𝑚𝐿 = 18,62 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐿
pOH = 1- 0,5
3. Penentuan pKa1, pKa2, pI dari Asam Amino Glisin, Histidin, dan Glutamat
Berdasarkan Data Percobaan
Penentuan pKa1 dan pKa2 dapat ditentukan melalui grafik percobaan yang
diperoleh. Berikut akan ditampilkan kurva percobaan titrasi potensiometri asam
amino glisin, arginin, dan glutamat.
14
12
10
8
pH
6 pKa2
4
pKa1
2
100% 0 100%
50% 50 %
Penambahan
-4 asam
-2 sulfat 0 2 4 Penambahan
6 NaOH 8
(𝑃𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑖𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
%Kesalahan= 𝑋 100%
𝑃𝑖 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
(6,065−3,8)
= 𝑋 100% = 37,34 %
6,065
14
12
10
8
pH
100% 0
50% 0% 50% 100%
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Penambahan asam sulfat Axis Title penambahan NaOH
(7,1−5,0)
= 𝑋 100% = 29,57%
7,1
14
12
10
8
pH
0
100% 50% 50% 100%
-4 -2 0 2 4 6
Penambahan asam Axis Title Penambahan basa
Dari kurva diatas dapat ditentukan nilai pKa1 dan pKa2 yaitu pada titik 50% (pH
dimana gugus berdisosiasi 50%). Nilai pKa1 yang terbaca adalah 1,75 dan pKR
adalah 6,25. Berdasarkan teori pKa1 Glutamat sebesar 2,10 dan pKR sebesar 9,47.
Perbedaan nilai yang cukup signifikan ini dapat disebabkan oleh : (1) pH pelarut
yang digunakan tidak netral. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kurva titrasi yang
diperoleh, (2) adanya faktor kesalahan (%koreksi) dari volume koreksi yang tidak
dapat dipisahkan dari kurva.
Setelah diperoleh data pKa1 dan pKa2 hasil percobaan maka pI dapat diperoleh
dengan cara :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑅 2,25 + 6,25
𝑝𝐼 = = = 4,25
2 2
Secara teoritis pI asam amino glutamat adalah :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2 2,10 + 9,47
𝑝𝐼 = = = 5,78
2 2
(𝑃𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑖𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
%Kesalahan= 𝑃𝑖 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑋 100%
(5,78−4,25)
= 5,78
𝑋 100% = 26,47 %
VII. SIMPULAN
1. Harga pKa1, pKa2, dan pI dari asam amino glisin, histidin, dan glutamate
dengan menggunakan metode titrasi potensiometri hasil percobaan diperoleh
sebagai berikut, glisin memiliki pKa1 sebesar 1,75, pKa2 sebesar 5,85, dan pI
sebesar 3,8 sedangkan arginin memiliki pKa1 sebesar 2,25, pKR sebesar 7,75,
dan pI sebesar 5,0, dan glutamat memiliki pKa1 sebesar 1,75, pKR sebesar 6,25,
dan pI sebesar 4,25.
2. Harga pKa1, pKa2, dan pI asam amino glisin, histidin, dan glutamat dari
hasil percobaan berbeda dengan harga pKa1, pKa2, dan pI asam amino
glisin dan histidin secara teoritis. Secara teoritis glisin memiliki pKa1, pKa2,
dan pI berturut turut 2,35 , 9,78 , dan 6,065. Secara praktis, glisin dari hasil
percobaan diperoleh memiliki pKa1, pKa2, dan pI berturut turut 1,75, ,5,85,
dan 3,8. Sedangkan histidin secara teoritis memiliki pKa1, pKR, dan pI
berturut turut 1,82, 12,48, dan 7,15. Secara praktis, histidin dari hasil percobaan
diperoleh memiliki pKa1, pKR, dan pI berturut turut 2,25, 7,75, dan 5,0 dan
untuk glutamat, Secara teoritis glutamat memiliki pKa1, pKa2, dan pI berturut
turut 2,10 , 9,47 , dan 5,78. Secara praktis, glutamat dari hasil percobaan
diperoleh memiliki pKa1, pKR, dan pI berturut turut 1,75, 6,25, dan 4,25.