Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
ACARA III
ANALISIS KIMIA SENYAWA BERNITROGEN

OLEH

NAMA : ANA JULIANA

NIM : J1A018009

KELOMPOK : 1

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA III
ANALISIS KIMIA SENYAWA BERNITROGEN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi keasaman dan membedakan amina primer, sekunder, dan tersier.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 2 Mei 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina dapat disebut primer,
sekunder, atau tersier, bergantung pada jumlah gugus R yang melekat pada nitrogen.
Istilah primer, sekunder, atau tersier disingkat 1°, 2°, 3°. Di sini, primer, sekunder, dan
tersier mempunyai arti yang sangat berbeda dengan pada alkohol. Ingat bahwa pada
alkohol istilah ini merujuk pada jumlah gugus karbon yang melekat pada karbon
pengemban fungsi hidroksil. Sedangkan pada amina merujuk pada jumlah gugus karbon
yang melekat pada nitrogen amina. Gugus karbon yang melekat pada nitrogen mungkin
alifatik, aromatik, atau kedua-duanya (Wilbraham, 1992:163).
Klasifikasi halida dan alkohol berdasarkan banyaknya gugus yang terikat pada
karbon yang memiliki halida atau gugus hidroksil itu. Suatu nitrogen amina dapat
memiliki empat gugus atau atom yang terikat padanya, dalam hal ini nitrogen itu
merupakan bagian dari suatu ion positif. Senyawa-senyawa ion ini terbagi dalam dua
kategori. Jika satu atau lebih yang terikat ialah H, maka senyawa itu disebut garam
amina. Jika keempat gugus itu alkil atau aril (tidak ada H pada N), maka senyawa itu
disebut garam amonium kuaterner (Fessenden, 1986:212).
Amina (N-H) merupakan senyawa polar, namun kepolarannya lebih rendah dari
-OH, sehingga mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana dengan berat
molekul yang hampir sama. Seperti dengan halnya alkohol, amina dengan jumlah
karbon kurang dari 5 umumnya larut dengan air. Juga seperti alkohol, amina primer dan
skunder membentuk ikatan hidrogen yang kuat dalam kondisi cair (liquid). Amina
tersier tidak dapat membentuk ikatan rangkap dan hidrogen. Karena amina dengan berat
molekul rendah mempunyai bau (odor) yang karakteristik yaitu seperti ikan busuk
(rotting fish) (Sudarma, 2017:107).
Penentuan senyawa amina aromatik primer tidak tersulfonasi dilakukan melalui
reaksi diazotisasi dan kopling diazo dengan menggunakan senyawa garam natrium 2-
naftol-3,6 disulfonat sebagai pereaksi pengkopling. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan metode alternative pada penentuan kadar amina aromatik primer tidak
tersulfonasi dalam tatrazin, sebagai zat warna yang paling banyak digunakan di
Indonesia menggunakan 2-naftol sebagai pereaksi pengkopling (Kartasasmita, 2012).
Ketika tanaman tidak dapat mengkonversi nitrat untuk bahan organik, maka
akan diakumulasikan dipabrik peningkatan pupuk nitrogen akan meningkatkan nitrogen
nitrat dalam umbi kentang. Marphona (awal dewasa) memiliki akumulasi nitrat yang
lebih tinggi dari agria (akar matang). Hasil ini menunjukkan pengaruh jatuh tempo pada
akumulasi nitrat dalam umbi. Efek dan tingkat pupuk pada saaat ini sangat signifikan
sehingga meningkatkan nitrogen efek interaksi menunjukkan bahwa memiliki
kemampuan lebih untuk akumulasi nitrat yang merupakan sensiritas kegunaan nitrogen
yang baik (Vaezzadeh, 2012).
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi
nitrogen yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, meningkatkan jumlah
anakan dan meningkatkan jumlah bulir/rumpun serta menambah ukuran gabah padi.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis ketersediaan unsur hara N pada tanah dan
tanaman dan menghitung kebutuhan pupuk untuk meningkatkan produktivitas padi
sawah (Patti, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 30 mL
b. Gelas kimia 1000 mL
c. Pipet gondok 5 mL
d. Pipet tetes
e. Rak tabung reaksi
f. Rubber bulb
g. Sentrifugasi
h. Tabung reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Es batu (H2O(S))
c. Lakmus merah
d. Larutan asam klorida (HCl) 6N
e. Larutan benzene sulfonil klorida (C6H5SO2Cl)
f. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 10%
g. Sampel A senyawa bernitrogen (Piridin) (C5H5N)
h. Sampel B senyawa bernitrogen (Anilin) (C6H5NH2)
i. Sampel C senyawa tidak bernitrogen (Fenol) (C6H6O)

D. SKEMA KERJA
1. Pengujian pH
 Dilarutkan beberapa tetes sampel cair atau beberapa
mg sampel padat dalam air
 Untuk amina yang tidak larut dalam air, larutkan
dalam larutan ethanol-air
 Diuji dengan kertas lakmus

Hasil
Dibandingkan dengan pH senyawa lain yang tidak bernitrogen

2. Pengujian Hinsberg
5 mL NaOH 10 %
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 + 5 tetes sampel cair atau 200 mg sampel padat
 + 10 tetes Benzensulfonil Chlorida
 Ditutup tabung dengan gabus

Hasil

 Dikocok 5-10 menit dengan sentrifugasi 100 rpm


 Diamati dan dicatat perubahannya

Hasil
 Diuji menggunakan lakmus merah
 Jika tidak bersifat basa, tambahkan beberapa tetes
NaOH 10%
 Diamati dan dicatat perubahannya

Hasil

 + 5 ml air
 Dikocok
 Diamati presipitatnya

Hasil

 Jika terdapat presipitasi, + 5 ml air


 Dikocok dan diamati

Hasil

Presipitat hilang Presipitat tetap

 + HCl 6 N tetes demi tetes sampai asam

Hasil (jika terbentuk presipitat maka amina primer) Amina sekunder

E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji pH

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan

1. Tabung A
Ditambahkan beberapa tetes larutan sampel Basa
A kedalam tabung reaksi
Diuji dengan kertas lakmus merah.
2. Tabung B
Ditambahkan beberapa tetes larutan sampel B Basa
kedalam tabung reaksi
Diuji dengan kertas lakmus merah.
3. Tabung C
Ditambahkan beberapa tetes larutan sampel C Basa
kedalam tabung reaksi
Diuji dengan kertas lakmus merah.
2. Uji Hinsberg
Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan
Sampel A Sampel B

1. - Dimasukkan 5 mL Warna larutan bening Warna larutan bening


NaOH 10% Warna larutan merah Warna larutan orange
- Dimasukkan 5 tetes memiliki selaput bening, dan terdapat endapan
sampel bernitrogen tidak menyatu dan panas. coklat.
- Ditambahkan 10 tetes
benzene sulfonil klorida
- Ditutup tabung dengan
gabus
2. Dikocok 5-10 menit Terdapat sedikit endapan Terdapat banyak
endapan

3. Diuji menggunakan Basa Basa


lakmus merah
4. +5 mL air kemudian Terdapat endapan Terdapat endapan
dikocok 5-10 menit

F. ANALISIS DATA
1. Uji pH
a. Amina Tersier (Piridin) / sampel A

b. Amina Primer (Anilin) / sampel B

c. Fenol/ senyawa tidak bernitrogen


2. Uji Hinsberg
a. Reaksi sampel A (Piridin)

b. Reaksi sampel B (Anilin) dengan benzensulfonil klorida

G. PEMBAHASAN
Praktikum analisis kimia senyawa bernitrogen ini bertujuan untuk
mengidentifikasi amina primer, skunder, dan tersier. Unsur nitrogen merupakan
golongan VA yang merupakan unsur non logam. Amina adalah senyawa organik
bernitrogen turunan amoniak dimana satu atau lebih hidrogennya diganti oleh gugus
alkil atau aril. Amina merupakan senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2, -
NHR, atau -NR2). Gugus amino mengandung nitrogen terikat pada satu sampai tiga
atom karbon (tetapi bukan gugus fungsi karbonil) dan sujumlah atom nitrogen (tidak
ada, satu, atau dua). Rumus umum untuk amina yaitu R-NH2, R2-NH, R3-N dimana R
dapat berupa alkil ataupu aryl. Amina digolongkan menjadi amina primer (R-NH2),
amina skunder (R2-NH), dan amina tersier (R3-N), tergantung pada jumlah atom karbon
yang terikat pada atom nitrogen.
Percobaan ini perdapat dua pengujian yaitu uji pH dan uji Hinsberg. Pada
percobaan uji pH terdapat tiga perlakuan yaitu senyawa bernitrogen A ditambahkan
beberapa tetes larutan ethanol-air, dimana sampel A yaitu piridin, kemudian diuji
dengan kertas lakmus merah dengan warna campuran berwarna coklat dengan bau yang
menyengat dan menghasilkan warna lakmus merah tetap berwarna merah. Itu
menandakan apakah termasuk netral ataupun asam. Namun, dilihat dari hasil reaksi
yang didapatkan yaitu terdapat -OH- sehingga dapat dikatakan sifat campuran yaitu
basa. Selanjutnya, senyawa bernitrogen B (anilin) ditambahkan beberapa tetes larutan
ethanol-air, kemudian diuji dengan kertas lakmus merah. Warna sampel yaitu bening,
setelah dilakukan pencampuran warna tetap bening dan lakmus merah menjadi biru,
yang menandakan senyawa atau campuran tersebut bersifat basa. Sesuai dengan teori
amina yaitu dalam hal ini anilin dengan ring benzena dan terdapat -NH2 yang
merupakan amina primer bersifat basa. Dan juga dapat terlihat dari hasilnya yang
menghasilkan -OH- yang membuktikan campuran basa. Kemudian terdapat pula sampel
C yaitu tak bernitrogen (Fenol) yang berwarna coklat yang ditambahkan dengan
ethanol-air menjadi coklat pudar, diuji dengan kertas lakmus merah dan menghasilkan
senyawa atau campuran tersebut bersifat basa.
Percobaan kedua yaitu uji hinsberg yang dilakukan untuk membedakan antara
amina primer, skunder, dan tersie, dimana pengujian ini menujukkan hasil yang positif
untuk pengujian amina skunder. Amina primer dan skunder bereaksi dengan benzena
sulfonil klorida membentuk N tersubstitusi benzena sulfonamida, sedangkan amina
tersier tidak beraksi. Jika sulfonamida yang terbentuk, larut dalam larutan natrium
hidroksida menunjukan amina primer. Tetapi jika sulfonamida tidak larut dalam natrium
hidroksida, maka dapat dikatakan sebagai amina sekunder. Jika sulfonamida yang
terbentuk larut dalam larutan natrium hidroksida berair, maka menujukkan amina
primer. Sulfonamida dari amina primer larut dalam basa berair karena masih memiliki
sebuah hidrogen pada asam nitrogen yang bisa hilang untuk membentuk garam natrium.
Pada percobaan ini sampel direaksikan dengan larutan NaOH 10% dan benzensulfonil
klorida. Dimana hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan, kemudian untuk
menguji apakah sampel ini amina sekunder atau bukan, dilakukan pengenceran dengan
menambahkan air, jika endapan yang terbentuk tidak larut maka sampel positif dan
menunjukkan amina sekunder. Endapan yang tidak larut ini menunjukan bahwa
sulfonamida yang terbentuk tidak bereaksi dengan air. Hasil dari percobaan ini yaitu
endapan yang terbentuk tidak larut dalam air, maka hasil akhirnya adalah sampel A dan
sampel B merupakan amina sekunder karena endapan tidak hilang setelah ditambahkan
air dan dikocok. Tetapi berdasarkan teori, seharusnya sampel B adalah amina primer
karena setelah ditambahkan aquades tidak ada perubahan yang terjadi maka sampel B
adalah termasuk amina sekunder.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan prcobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, untuk
mengidentifikasi keasaman dan membedakan amina primer, sekunder, dan tersier dapat
dilakukan dengan uji pH dan uji hinsberg. Pada uji pH sampel A dan sampel B,
menghasilkan lakmus merah menjadi biru pada sampel A dan pada sampel B tetap
merah yang seharusnya biru, karena sampel A (Piridin) dan B (Anilin) bersifat basa.
Kemudian pada sampel tak bernitrogen (Fenol) juga besifat basa. Sedangkan pada uji
hinsberg sampel A dan sampel B merupakan amina sekunder karena setelah
ditambahkan air endapan tidak hilang.
DAFTAR PUSTAKA

Wilbraham, Antony C dan Michael S. Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Sudarma, I Made. 2017. Kimia Organik Jilid 2. Mataram: Universitas Mataram.

Kartasasmita, Rahmana Emran dan Inayah. 2012. Modifikasi Metode Penentuan Amina
Aromatik Primer Tidak Tersulfonasi dalam Bahan Baku Zat Warna Tetrazin Dihitung
Sebagai Anilina Secara Spektofotometri UV-Sinar Tampak. Acta Pharmaceutica
Indonesia. Vol. XXXVII (4) :123-129.

Vaezzadeh, Mohammad dan Mohamadreza Naderidarbaghshahi. 2012. The Effect Of Various


Nitrogen Fertilizer Amounts On Yield And Nitrate Accumulation In Tubers Of Two
Potato Cultivars In Cold Regions Of Isfaha (Iran). International Journal Of
Agriculture and Crop Sciences. Vol. 4 (22) : 1688-1691.

Patti, P.S, E. Kaya dan Ch. Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam Kaitannya
Dengan Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah Di Desa Waimital, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia. Vol. 2 (1) : 51-58.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai