Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

KIMIA ORGANIK

“Identifikasi Senyawa Fenol dan Eter”

Disusun Oleh :

Ervina Novitasari (31118001)

Kelas : 2A Farmasi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2020
PERCOBAAN XII

Hari/Tanggal : Jum’at, 8 Mei 2020

I. Judul
Identifikasi Fenol dan Eter
II. Tujuan
− Mengetahui identifikasi terhadap senyawa fenol dan eter.
− Mampu mengetahui reaksi yang terjadi dari senyawa fenol.
III. Tinjuan Pustaka
Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol atau air. Kekuatan asam
fenol kira-kira ditengah antara etanol dan asam asetat. Ion fenoksida merupakan asam yang
lemah dibandingkan OH, oleh karena itu,fenoksida dapat diolah dengan seuatu fenol dan
NaOH dalam air.reaktifitas ini sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat
lebih asam dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan oleh resonansi,dengan
muatan negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik. Reaksi alkohol dengan asam
kuat menghasilkan pemindahan (eliminasi gugus fungsi –OH), alkohol dan fenol adalah
asam-asam lemah,tentang keasaman ini dapat diketahui dengan penambahan karbonat dan
bikarbonat membentuk CO2.
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H,
dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air
(HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air. Eter dapat
digilongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris. Kalau dalam rumus
umum eter R = R', maka eter tersebut dinamakan eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi
bila R ≠ R', dinamakan eter campuran atau eter asimetrik. Di samping yang mempunyai
gugus alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya
dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R. Di antara eter dan alkohol terdapat isomeri
gugus fungsi dalam arti keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus
fungsinya berbeda. Contoh untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-
O-CH3 dan CH3CH2OH. Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan adanya
perbedaan sifat-sifat fisika dan kimia pada eter dan alkohol.
Struktur Eter
Eter mempunyai rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebesar 104,5º dan jarak
antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi untuk ikatan C-O sangat
kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip. Pada teori ikatan valensi,
hibridisasi oksigen adalah sp3. Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, dengan
demikian hidrogen alfa eter bersifat lebih asam daripada hidrokarbon sederhana, tetapi jauh
kurang asam dibandingkan dengan hidrogen alfa golongan karbonil (seperti aldehida dan
keton).
IV. Metode Percobaan
− Alat dan Bahan
Alat yang digunakan diantaranya : tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia,
waterbath, pH indicator, bunsen.
Bahan yang digunakan diantaranya : senyawa organic (fenol), FeCl3, KMnO4,
larutan phthalic, larutan H2SO4 pekat, larutan NaOH, kristal NaOH, aquadest.
− Prosedur Kerja
1. Uji FeCl3

Masukan 5 ml aquadest kedalam tabung reaksi, kemudian masukkan sedikit


demi sedikit larutan fenol.

Tambahkan larutan FeCl3 dan amati perubahan yang terjadi.

2. Uji KMnO4

Masukkan 5 ml larutan fenol kedalam tabung reaksi.

Tambahkan larutan KMnO4 dan amati perubahan yang terjadi.


3. Uji Keasaman

Masukkan pH indicator kedalam larutan fenol dan amati hasilnya.

4. Uji Phthlein Dye

Masukkan larutan phthalic anhidrat kedalam tabung reaksi larutan fenol.

Kemudian masukkan asam sufat pekat dan panaskan beberapa saat lalu
didinginkan .

Setelah itu, masukkan laruan campuran tadi kedalam gelas kimia yang
beroso larutan NaOH dan amati perubahan yang terjadi.

5. Uji Lieberman

Masukan kristal NaOH kedalam tabung reaksi lalu tambahkan larutan fenol.

Kemudian dipanaskan langsung dengan api bunsen dan dinginkan.


Setelah itu, tambahkan asam sulfat pekat, kemudian aquadest dan yang
terakhir ditambahkan larutan NaOH.

6. Uji NaOH

5 ml air ditambahkan dengan larutan fenol kemudian kocok.

Kemudian tambahkan larutan NaOH dan amati perubahan yang terjadi.

V. Hasil dan Pembahasan


− Hasil Pengamatan
1. Uji FeCl3
No Perlakuan Hasil Keterangan
1. Aquadest + fenol Menghasilkan warna
+ FeCl3 ungu tua kehitaman

2. Uji KMnO4
No Perlakuan Hasil Keterangan
1. Fenol + KMnO4 Menghasilkan warna
coklat
3. Uji Keasaman
No Perlakuan Hasil Keterangan
1. pH indicator dicelupkan Menghasilkan nilai
kedalam larutan fenol pH 4 yaitu asam

4. Uji Phthlein Dye


No Perlakuan Hasil Keterangan
1. Larutan phthalic anhidrat Menghasilkan warna
+ fenol + asam sulfat pekat merah muda
lalu dipanaskan dan
didinginkan kemudian
dimasukkan kedalam larutan
NaOH

5. Uji Lieberman
No Perlakuan Hasil Keterangan
1. Kristal NaOH + larutan fenol Menghasilkan warna
dipanaskan + asam sulfat hitam
pekat

2. Kemudian ditambahkan Menghasilkan warna


aquadest merah kecoklatan
3. Kemudian ditambahkan Menghasilakan
larutan NaOH warna hijau tua gelap

6. Uji NaOH
No Perlakuan Hasil Keterangan
1. Aquadest + fenol + NaOH Menghasilkan warna
kuning bening

− Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu melakukan identifikasi terhadap senyawa fenol.
Dimana pada percobaan pertama yaitu uji FeCl3. Penambahan FeCl3 digunakan
untuk mengidentifikasi adanya gugus fenolik, uji positif larutan akan berubah
warna menjadi ungu, merah jambu, ataupun hijau setelah penambahan FeCl3. Pada
percobaa, larutan yang berisi fenol terjadi perubahan warna yang semula berwarna
coklat kemerahan berubah menjadi ungu tua kehitaman setelah ditetesi dengan
FeCl3. Berarti pengujian tersebut positif terdapat gugus fenolik dalam struktur fenol
yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi ungu tua. Reaksi yang
terjadi adalah:

Kemudian pada percobaan kedua yaitu uji KMnO4, uji ini dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan gugus fenol dalam suatu senyawa. Dengan
menambahkan kalium permanganate, senyawa yang mengandung gugus fenol akan
mengalami oksidasi dan ikatan kalium permanganate mengalami reduksi menjadi
mangan oksida yang memberikan warna coklat. Hal ini sesuai dengan percobaan
yang telah dilakukan dimana larutan fenol setelah ditambah dengan kalium
permanganate berubah menjadi coklat.
Pada percobaan ketiga yaitu uji keasaman, dimana pada percobaan ini hasil
yang diperoleh sesuai dengan literatur yang mana fenol merupakan senyawa asam
yang ditunjukkan dengan hasil nilai pH yaitu 4.
Pada percobaan keempat yaitu uji phthlein dye, yang mana larutan fenol
ditambahkan dengan larutan phthalic anhidrat, kemudian ditambahkan dengan
larutan asam sulfat pekat dan dipanaskan, pada pemanasan ini fenol bereaksi
dengan phthalic anhidrat dan asam sulfat pekat membentuk kondensasi tidak
berwarna yang disebut fenolftalein. Pada reaksi selanjutnya dengan penambahan
larutan NaOH yang memberikan senyawa fluoresen berwarna merah muda.
Reaksinya adalah :

Pada percobaan kelima yaitu uji Lieberman yang dilakukan untuk


mengidentifikasi adanya gugus fenol dalam suatu senyawa. Pada percobaan ini
larutan fenol ditambahkan dengan kristal NaOH dan asam sulfat pekat kemudian
dipanaskan, akan terjadi reaksi membentuk larutan berwarna biru atau hijau.
Dimana reaksinya adalah :
Kemudian ditambahkan aquadest yang akan terjadi reaksi dimana warna biru
atau hijau tersebut berubah menjadi merah atau coklat karena pembentukkan
indophenol. Dimana reaksinya adalah :

Setelah itu, ditambahkan kembali larutan NaOH yang menyebabkan warna


merah berubah menjadi coklat atau hijau karena pembentukan anion indophenol.
Reaksinya adalah:

Pada percobaan yang terakhir yaitu uji NaOH, dimana larutan fenol
ditambahkan dengan larutan NaOH membentuk larutan berwarna kuning bening.
Hal ini terjadi disebabkan karena fenol yang lebih reaktif dan lebih asam dari pada
alcohol. Ion fenoksida merupakan basa yang lebih lemah daripada OH- oleh karena
itu fenoksida dapat dibuat dengan mereaksikan fenol dengan NaOH. Fenol diubah
menjadi anion fenoksida sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa sebagai
garam fenoksida. Sebagaimana reaksinya adalah :

VI. Kesimpulan
Fenol merupakan asam yang jauh lebih kuat daripada alcohol ataupun eter. Karena
fenol memiliki anion dengan muatan negative yang disebar oleh cincin aromatic. Hal ini
sesuai pada uji keasaman dimana diperoleh nilai pH 4.

VII. Daftar Pustaka

Fessenden, Ralph J dan Joan S, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mardzuki. 1990. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai