Disusun oleh :
Kelompok 1
3A Farmasi
TASIKMALAYA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai
oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah
ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil dalam penyimpanan, mudah
dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen, serta harganya relatif murah
(Banker dan Anderson, 1986).
Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam
pembuatan tablet, bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan pengikat dari
tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan menghancurkan
tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran pencernaan. Tablet akan hancur
menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel halus dan akhirnya obat
akan hancur (Gunsel et al, 1970).
Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada
pembuatan tablet. Salah satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum akan
melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan dari
beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau seluruh aksinya membantu
hancurnya tablet (Voigts , 1984)
Parasetamol merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgetik, antiperetik.,
efek terapi cepat dan dapat dibeli dengan harga terjangkau (Tan dan Kirana, 2002).
Toksisitas parasetamol lebih rendah dari pada aspirin dan fenasetin pada dosis normal
paracetamol bebas efek samping bermakna, sedangkan pada dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal (Mycek, 2001).
Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik,
sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat
kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan
metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan
banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat
parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.
B.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah untuk praktikum ini yaitu :
1. Bagaimana cara pembuatan tablet parasetamol dengan metode granulasi basah
yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara mengetahui penentuan kualitas dari granul dan suatu sediaan
tablet yang baik menurut pedoman ?
3. Bagaimana kriteria granul dan tablet parasetamol yang memenuhi syarat menurut
pedoman Farmakope Indonesia?
D. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui cara pembuatan tablet parasetamol dengan metode granulasi basah
yang baik dan benar.
2. Mengetahui cara mengetahui penentuan kualitas dari granul dan suatu sediaan
tablet yang baik menurut pedoman.
3. Mengetahui kriteria granul dan tablet parasetamol yang memenuhi syarat menurut
pedoman Farmakope Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak cetak dalam tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi suatu tablet berkualitas adalah kekerasan
yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama fabrikasi
pengemasan dan pengangkutan sampai pada konsumen, dapat melepaskan obatnya
sampai pada ketersediaan hayati, memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan
kandungan obatnya, mempunyai penampilan yang menyenangkan baik mengenai
bentuk, warna, dan rasa (Sheth et al, 1980).
Bahan yang akan dikempa harus memenuhi persyaratan sifat diantaranya mudah
mengalir (free flowing), agar jumlah bahan yang mengalir dari hopper kedalam ruang
cetak selalu sama untuk setiap saat. Dengan demikian bobot tablet tidak memiliki
variasi yang besar. Selain itu juga kompresibilitas yang dimaksudkan bahwa bahan
tablet akan menjadi kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang keras dalam
penyimpanan (Sheth et al, 1980).
a.
b. Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi digunakan untuk memperbesar masa tablet yang mengandung
zat aktif dalam jumlah yang sedikit, sehingga menjadi tablet yang cukup besar agar
sesuai dengan berat yang dikehendaki dan dapat dikempa dengan baik. Pada
pemilihan bahan pengisi, dipilih bahan yang dapat memperbaiki sifat ikatan antara
partikel penyusun dan sifat alir dari komponen formulasi serta bahan yang
digunakan bersifat netral (Sheth et al, 1980).
c. Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet dengan maksud untuk
meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakan
dan daya tahan tablet.
Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan menghasilkan
massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras sehingga tablet yang
dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama, sebaliknya kekurangan bahan
pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah sehingga tablet akan rapuh dan
terjadi capping (Voigt, 1984).
d. Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan tablet
dengan maksud tablet hancur menjadi bagian-bagiannya apabila berada dalam
medium air. Prinsip kerja bahan penghancur adalah melawan daya tarik bahan
pengikat dan kekuatan fisik tablet sebagai akibat dari tekanan mekanik pada proses
kompresi. Makin kuat kerja bahan pengikat, maka perlu bahan penghancur yang
lebih efektif. Pada pembuatan tablet secara granulasi, terdapat tiga cara dalam
penambahan bahan penghancur yaitu penambahan secara internal, eksternal dan
kombinasi eksternal-internal. Perbedaan antara ketiga cara penambahan tersebut
terletak pada tiga tahapan penambahannya, yaitu:
1) Internal addition, yaitu bahan penghancur ditambahkan pada proses granulasi,
bertujuan untuk menghancurkan granul menjadi partikel penyusun granul.
2) eksternal addition, yaitu bahan penghancur ditambahkan bersama bahan
pelican pada granul kering yang sudah diayak sebelum penabletan, bertujuan
untuk menghancurkan tablet menjadi granul setelah kontak dengan medium air.
3) kombinasi eksternal-internal, yaitu bahan penghancur ditambahkan pada
proses granulasi dan sebagian lagi ditambahkan pada granul kering sebelum
penabletan, bertujuan agar tablet hancur menjadi granul dan selanjutnya hancur
menjadi partikel-partikel penyusunnya (Aulton, 2002).
Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau
beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak. Mesin
pencetak tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single punch dan pencetak ganda
berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen
komponen dasar sebagai berikut:
1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul
yang akan dicetak
2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari
hopper ke dalam die (Lachman,1994).
B. Evaluasi Granul
a. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk
untuk mengalir pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya mengalir dipengaruhi
oleh bentuk partikel, sifat permukaan, ukuran partikel, penambahan bahan
pelicin dan kelembaban granul. Apabila granul mempunyai waktu alir yang
baik maka pengisian pada ruang kempa akan konstan, sehingga sediaan yang
dihasilkan mempunyai bobot yang seragam (Parrott, 1971).
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Granul atau serbuk
kualitas farmasi mempunyai sudut diam 25° – 45°, sudut yang lebih kecil
menunjukkan sifat alir yang baik (Wadke dan Jacobson, 1989).
C. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman bobot tablet
Keseragaman bobot tablet di tentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot
pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang di
tentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Anonim, 1979).
Penyimpangan yang dipersyaratkan oleh Farmakope Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Penyimpangan bobot untuk tablet tak bersalut terhadap bobot rata-rata
menurut Farmakope Indonesia edisi III.
b. Kekerasan tablet
Kekerasan tablet adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti guncangan, tekanan, dan kemungkinan terjadinya
keretakan tablet pada saat pembungkusan atau pengepakan. Tablet yang baik
mempunyai kekerasan antara 4 - 8 kg (Parrott, 1971).
c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam pengisian dan
guncangan. Besaran yang dipakai adalah persen bobot yang hilang selama pengujian
dengan alat friabilator. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapuhan antara lain
banyaknya kandungan serbuk (finnes). Kerapuhan diatas 1,0% menunjukkan tablet
yang rapuh dan dianggap kurang baik (Parrott, 1971).
d. Waktu hancur Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam medium
yang sesuai, kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk menghancurkan
kelima tablet tersebut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak
lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput (Anonim, 1979).
Tablet harus hancur dan melepaskan obatnya dalam cairan tubuh, jika obat yang
tersedia diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
waktu hancur dari tablet adalah jenis, jumlah obat yang diracik, bahan pembantu yang
ditambahkan, gaya pencetakan yang digunakan, kekerasan tablet, sifat fisika kimia
granul (Voigt, 1984).
D. Kajian Preformulasi
ZAT AKTIF
Struktur kimia
Efek samping
Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa
gejala ringan seperti pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal,
gangguan hati, reaksi alergi dan gangguan darah. Reaksi alergi dapat berupa
bintik – bintik merah pada kulit, biduran, sampai reaksi alergi berat yang
mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa perdarahan saluran cerna,
penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta gangguan sel darah putih.
Penggunaan parasetamol jangka pendek aman pada ibu hamil pada semua
trimester dan ibu menyusui.
Dosis
Untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam, dosis parasetamol
dewasa 325 – 650 mg setiap 4 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Dosis anak adalah
10 – 15 mg/kgBB , dapat diberikan setiap 4 jam (maksimal 5 dosis dalam 24
jam). Dosis maksimal akumulatif parasetamol adalah 4 gram per hari. Efek
parasetamol mulai muncul 30 – 60 menit setelah konsumsi dan bertahan selama 4
jam.
BAHAN TAMBAHAN (EXIPIENT)
Amylum
Struktur kimia
Lactosa Anhydrous
Struktur molekul
Magnesium Stearat
Struktur kimia
Dosis parasetamol dalam sediaan tablet >5% sehingga pembuatan tablet dengan
metode granulasi.
Fungsi aqua yang digunakan dalam pembuatan tablet parasetamol bukan sebagai
pelarut zat aktif tetapi untuk melarutkan zat pengikat karena zat pengikat yang
digunakan dalam formula ini larut dalam air.
Berdasarkan data stabilitas, parasetamol stabil pada temperatur 450C (dalam bentuk
serbuk) sehingga pada saat pengeringan granul dilakukan pada temperatur dibawah
450C
Bobot tablet yang dibuat 700 mg sedangkan bobot parasetamol adalah 500 mg
sehingga ditambahkan zat pengisi laktosa untuk menambah bobot tablet.
Untuk mengikat zat aktif dan zat tambahan serta agar tablet dapat dicetak maka
ditambahkan zat pengikat PVP.
Tablet merupakan sediaan solid sehingga ditambahkan penghancur atau disintegran
dengan menggunakan amilum pada fase luar dan dalam yang berfungsi untuk
memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan oleh pasien.
Untuk memperbaiki sifat alir serbuk ditambahkan talkum sebagai pelicin/ glidan
Untuk menurunkan friksi antara serbuk dan dies pada saat proses filler ditambahkan
mg stearat sebagai lubricant.
Laktosa digunakan sebagai pengisi/filler yang berfungsi untuk menambah bobot
tablet
PVP digunakan sebagai pengikat atau binder yang berfungsi untuk mengikat zat
aktif dan zat tambahan agar tablet dapat dicetak
Amilum digunakan sebagai penghancur/disintegran yang berfungsi untuk
mempermudah kehancuran tablet dalam pencernaan
Talkum digunakan sebagai pelicin/glidan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat
alir serbuk dari hoper ke die.
Mg stearat digunakan sebagai lubricant yang berfungsi untuk menurunkan friksi
antara serbuk dan die.
BAB III
METODOLOGI
Amprotab 10
×644 mg=64,4 mg ×300 tablet =19.320 mg=19,32 gram
100
PVP 5
×644 mg=32,2 mg × 300tablet =9.660mg=9,66 gram
100
Etanol 95% q.s
Penimbangan Bahan :
C. Prosedur Pengerjaan
Label
MONOMOL
Komposisi : Deskripsi :
Tiap tablet mengandung : Tablet ini merupakan tablet golongan analgetik –
Parasetamol …………………..500 mg antipiretik yang digunakan untuk menurunkan
Indikasi : TABLET PARASETAMOL demam dan meredakan nyeri
Untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri Aturan pakai :
Kontra indikasi : Anak –Anak 3-4x sehari ½ -1 tablet
Parasetamol jangan diberikan kepada penderita NETTO:100 TABLET Dewasa 3-4x sehari 1-2 tablet
PT FARMASI 3A
hipersensitivitas /alergi terhadap parasetamol, TASIKMALAYA-INDONESIA
Efek samping :
penderita gangguan fungsi hati . Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan
kerusakan hati dan reaksi hipersensitivitas
Simpan pada suhu 30ᴼC,dalam wadah tertutup No Reg : DBL20001001A1
rapat No Batch: 27112020
EXP Date: 27 november 2022
HET: Rp. 80.000
Keterangan lengkap lihat di brosur terlampir
BJ mampat BJ nyata
%K 100%
BJ mampat
2. Kecepatan aliran
Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama
waktu tertentu.
Alat : Flow Tester Manual
Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
>4 g granul adalah 1 detik.
3. Kelembaban
Tujuan : Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat
mengantisipasi masalah yang terjadi selama proses pengempaan
tablet, terutama kandungan lembab menjadi faktor penyebabnya.
Prinsip : Alat menentukan persentase massa yang hilang (air, komponen
yang mudah menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu
(70oC)
Alat : Moisture balance Balance
Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik 2-4 %
2. Keseragaman ukuran
Tujuan :Menjamin penampilan tablet yang baik
Prinsip :Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi
adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul
ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal
tablet.
Alat : jangka sorong
Penafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali
tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.
3. Keragaman bobot
Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Prinsip : (untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara
acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot
kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot rata-
rata.
Penafsiran hasil : Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari 5 %, dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.
4. Friabilitas
Tujuan :Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran.
Prinsip :Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase
bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari
ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.
Alat :Friabilator
Penafsiran hasil :
- Kehilangan bobot tidak boleh > 1%
- Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam
penimbangan tablet akhir.
- Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka
pengujian diulang 2-3 kali.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet yang
diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan kuas lalu
ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100 putaran.
Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang.
Wo−W 1
Friabilitas= ×100 %
Wo
5. Kekerasan tablet
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran
Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan
tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada tablet
sampai tablet retak kemudian pecah.
Alat : Hardness tester
Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur
berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan
dalam kg.
6. Waktu hancur
Tujuan : Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained
release).
Prinsip :Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna
dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk
tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam
monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada
kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan
dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas
permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing
tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap
menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur
hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa.
Penafsiran hasil :Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua
tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas
kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain,
waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet tidak bersalut.
BAB IV
11,87 9,31
9,79 10,4
Uji waktu alir bertujuan untuk mengetahui sifat alir dari granul yang
dinyatakan dalam kecepatan alirnya. Laju alir granul memegang peranan
penting dalam pengisian granul ke dalam die (Ruang kompresi). Granul yang
tidak dapat mengalir dengan baik tidak bisa mengisi ruang cetak secara
maksimal dan konstan sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki
keseragaman bobot yang kurang baik. Laju alir granul yang baik adalah
berkisar antara 100 gram/10detik. Granul yang mengalir baik akan mengisi
ruang cetak secara terus menerus, konstan dan maksimal sehingga tablet yang
dihasilkan dapat memenuhi keseragaman bobot yang baik.
b. Sudut Diam
Berdasarkan hasil pengujian uji sudut diam ini menggunakan alat yang
bernama flow tester dimana bila meninjau ke prinsip pengujiannya antara lain
yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng timbunan granul yang
mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang datar
Selanjutnya masuk kedalam hasil pengujian uji sudut diam nya diperoleh
data yaitu Tan α= 26,56° Dimana hasil uji tersebut menunjukan bahwa sudut
diam nya masuk kedalam rentang persyaratan karena berdasarkan penafsiran
nya dikatakan granul sangat mudah mengalir itu ada pada sudut α = 25 o-30o
sedangkan dikatakan mudah mengalir itu ada pada rentang α = 30o-38o granul
mudah mengalir sedangkan >38o bisa dikatakan granul yang kurang baik daya
alir nya, dari paparan penafsiran ini jelas berhubungan dengan hasil yang
diperoleh oleh kelompok 1 dimana uji sudut istirahat nya masuk kedalam
persyaratan, sehingga dapat diketahui bahwa granul yang diperoleh ini
memiliki daya alir yang sangat baik.
Pada pengujian bobot jenis nyata, bobot jenis mampat dilakukan untuk
menjamin aliran granul yang baik. Pengukuran Bj nyata dan Bj mampat
berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah
dimampatkan. Bobot jenis nyata merupakan bobot sampel sebanyak 50 gram
dibagi dengan volume sampel 100 ml, termasuk didalamnya ruang antar
partikel dan ruang intra partikel. Didapatkan hasil pada uji bobot jenis nyata
yaitu 0,50 g/ml. Bj mampat merupakan bobot sampel sebanyak 50 gram dibagi
dengan volume mampat 90 ml. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa bobot jenis
mampat yaitu 0,55 g/ml. Bj mampat tergantung pada bentuk partikel. Bila
ukuran granul bertambah besar, kecepatan bulk menurun. Granul kecil lebih
dapat membentuk massa yang kompak daripada granul besar (Lachman,
2008).
e. Kelembaban
2) Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Ukuran
Pada pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan mengukur
ketebalan dan diameter tablet menggunakan jangka sorong. Parameter ukuran
tablet yang baik menurut Farmakope III adalah diameter tablet tidak lebih dari
3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet. Tablet yang digunakan
untuk pengujian keseragaman tablet ini adalah sebanyak 20 tablet. Dari hasil
pengukuran didapatkan hasil bahwa semua tablet telah memenuhi syarat,
karenakan ukuran diameter tablet tidak ada yang melebihi ketentuan menurut
Farmakope edisi III yaitu diameternya melebihi 3 kalinya tebal tablet. Ukuran
dan bentuk tablet dipengaruhi oleh pemilihan mesin pencetak tablet.
b. Keseragaman Bobot
c. Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan tablet ini dilakukan pada 20 tablet yang diambil
secara acak. Uji kekerasan dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan
dan kekerasan tertentu sebagai parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan tablet pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat
bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Selain itu dengan adanya penambahan acdisol
berpengaruh menurunkan kekerasan, meningkatkan kerapuhan, meningkatkan
persen obat terlarut, dan menurunkan waktu hancur tablet. Pada umumnya
tablet dikatakan baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott,
1970). Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan
kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi biasanya tablet
yang tidak keras akan mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan
transportasi. Kekerasan tablet yang lebih dari 10 kg masih dapat diterima,
asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan disolusi
yang dipersyaratkan (Rhoihana, 2008). Alat yang digunakan untuk mengukur
kekerasan tablet adalah hardness tester.
d. Friabilitas
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum mengenai pembuatan tablet parasetamol dan evaluasi
yang dilakukan terhadap granul dan sediaan tablet parasetamol dapat ditarik beberapa
kesimpulan.
Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang
lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul
yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta bentuk partikel. Fungsi granulasi
adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari massa cetak tablet,
memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan
kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan tablet.
Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa granul dan tablet
parasetamol yang dibuat telah memenuhi syarat dari ketentuan granul dan sediaan
tablet yang baik.
B. Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan hendaknya data yang di ambil dalam
penimbangan haruslah secara sempurna. Selain itu sebelum melakukan praktikum
para praktikan sebaiknya sudah menguasai bahan-bahan materi yang akan
dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk pemahamannya. Bimbingan dari
laboran atau teknisi juga sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press.
Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Ansel,Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi
Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355
Tjay. H.T dan Rahardja, Kirana. 2003, Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
LAMPIRAN
2. Proses Pencampuran
Granul kering
Proses pengovenan granul
Hasil pengayakan dimasukan
kedalam loyang
3. Evaluasi Granul
Uji Kelembaban
Uji Daya Alir Metode Corong dan sudut diam
Kompresibilitas
Nilai Uji kekerasan Nilai Uji kekerasan Nilai Uji kekerasan Nilai Uji kekerasan
Tablet ke-1 Tablet ke-2 Tablet ke-3 Tablet ke-4
Nilai Uji kekerasan Nilai Uji kekerasan Nilai Uji kekerasan Nilai Uji kekerasan
Tablet ke-17 Tablet ke-18 Tablet ke-19 Tablet ke-20
Uji Friabilitas