Anda di halaman 1dari 39

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID PEMBUATAN TABLET KOMBINASI

PARASETAMOL DAN CTM DENGAN SODIUM STRACH GLYCOLATE


(PRIMOGEL) SEBAGAI PENGHANCUR MENGGUNAKAN
METODE GRANULASI BASAH

Disusun oleh:

Susi Oktavia (PO.71.39.1.19.128 RPL)

Kelas : RPL

Dosen Pembimbing :
Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti,Apt. M.Kes

Nilai Paraf

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
I. TUJUAN
Membuat sediaan kombinasi Parasetamol dan CTM dalam bentuk tablet dengan
metode granulasi basah.

II. PRINSIP
1. Metode granulasi basah.
2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)
 Kekerasan tablet
 Waktu hancur
 Keseragaman bobot dan bentuk
 Keseragaman ukuran
 Friabilitas
 Sifat aliran
 Kadar air
III. TEORI
A. Teori Tablet
1. Pengertian
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. (FI IV, Hal 4).
2. Bentuk dan Penggolongan
1) Tablet Oral untuk Dimakan
 Tablet Kempa atau Tablet Kempa Standar
Kebanyakan tablet jenis ini mengandung obat yang diharapkan berefek lokal
dalam saluran cerna. Obat itu merupakan bentuk obat yang tidak larut dalam air dan
obat yang termasuk dalam kategori terapi seperti itu adalah antasida.
 Tablet Kempa Ganda
Ada dua kelompok tablet yang dikempa beberapa kali yaitu tablet berlapis dan
tablet yang disalut dengan pengempaan. Dalam pembuatannya memerlukan lebih dari
satu kali tekanan, dan hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet di
dalam tablet. Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari kedua
alasan, yaitu untuk memisahkan secara fisika atau kimia bahan-bahan yang tidak dapat
bercampur, atau untuk menghasilkan produk dengan kerja ulang atau produk dengan
kerja yang diperpanjang.
 Tablet Aksi Diperlama dan Tablet Salut Enterik
Bentuk sediaan tablet aksi diperlama dimaksudkan untuk melepas obat sesudah
penundaan beberapa lama, atau setelah tablet melalui satu bagian saluran cerna ke
bagian lainnya. Tablet salut enterik merupakan contoh produk tablet aksi diperlama
yang paling umum. Tablet salut enterik merupakan tablet yang disalut dengan lapisan
yang tidak melarut atau hancur dilambung tapi di usus. Penyalutan enterik digunakan
untuk sejumlah terapi, keamanan, dan alasan medis.
 Tablet Salut Gula dan Tablet Salut Cokelat
Peranan utama kedua tablet salut ini untuk mendapatkan bentuk obat yang
menarik, mengkilap, serta mudah untuk menelannya. Selain itu lapisan ini larut dalam
air dan cepat terurai begitu ditelan dan dapat melindungi obat dari udara dan
kelembapan, memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya
akibat rasa atau bahan obat, dan juga dapat memisahkan bahan-bahan yang tidak
bercampur diantara penyalut dan inti tablet, kenyataan ini sudah dipergunakan secara
luas dalam membuat multivitamin dan multivitamin yang dikombinasi dengan mineral.
 Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan dan bukan
untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua, yang
mungkin sukar menelan obat utuh. Biasanya digunakan dalam sediaan dari tablet
multivitamin, tablet kunyah aspirin, dan antasida.
2) Tablet yang Digunakan dalam Rongga Mulut
 Tablet Buccal dan Sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut, agar dapat
melepaskan obatnya sehingga diserap langsung oleh selaput lendir mulut. Kedua jenis
tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan di antara pipi dalam dengan gigi (tablet
buccal), atau dibawah lidah (tablet sublingual). Obat-obat yang diberikan dengan cara
ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap
dengan baik oleh selaput lendir mulut. Tablet ini dirancang larut secara lambat, biasanya
dalam jangka waktu 15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan baik.
 Troches dan Lozenges (Tablet Isap)
Penggunaan kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal pada
mulut atau kerongkongan. Bentuk tablet ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit
tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza. Troches dan lozenges
biasanya dibuat dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula
yang keras dan beraroma yang menarik.
 Dental Cones
Dental cones merupakan suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk
ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya
biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi
dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan,
atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan.
3) Tablet yang Diberikan dengan Cara Lain
 Tablet Implantasi (Tablet Depo)
Tablet ini dimaksudkan untuk ditanam di bawah kulit manusia atau hewan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu yang lama,
berkisar dari satu bulan sampai satu tahun. Biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga
obat yang terkandung dilepaskan dengan kecepatan yang konstan.
 Tablet Vaginal
Tablet ini dimaksudkan agar dapat larut secara perlahan-lahan, dan melepaskan
obat yang terkandung di dalamnya ke rongga vagina.
4) Tablet yang Digunakan untuk Membuat Larutan
 Tablet Effervescent
Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat dengan
menghasilkan CO2 secara serentak. Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat
adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis
obat yang tepat. Kerugiannya ialah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil
secara kimia.

 Tablet Dispensing
Tablet ini dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu,
oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan
konsentrasi tertentu.
 Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik terdiri dari satu obat atau lebih, dengan bahan-bahan lain yang
dapat segera larut dalam air, dan dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air yang
steril atau air untuk injeksi.
 Tablet Triturasi
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan atau
dibuat dengan kompresi, dan biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras. Tablet
triturat ini digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan
obat.
3. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2) Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3) Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik.
4) Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5) Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.
6) Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7) Bebas dari kerusakan fisik.
8) Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
9) Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10) Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
4. Keuntungan dan Kerugian
1) Keuntungan
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
 Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih.
 Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis.
 Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanan.
 Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,
antara lain :
 Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan
oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,
penyimpanan, dan pengangkutan.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan
oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
 Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil.
 Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
 Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
 Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet.
 Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
 Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
 Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya
lebih rendah.
 Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
2) Kerugian
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian,
antara lain :
 Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan).
 Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi
dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian
rupa).
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara,
memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul
menjadi lebih baik daripada tablet.
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh
lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak
dijumpai di perdagangan.

5. Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini
biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat
tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain
sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a. Granulasi Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang
lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat
aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode
granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur
yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat
juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan
terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana
jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat
bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan
kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa
dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating
granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan
proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali
ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat.
 Keuntungan metode granulasi basah :
 Memperoleh aliran yang baik.
 Meningkatkan kompresibilitas.
 Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
 Mengontrol pelepasan.
 Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
 Distribusi keseragaman kandungan.
 Meningkatkan kecepatan disolusi.
 Kekurangan metode granulasi basah:
 Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
 Biaya cukup tinggi.
 Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan
cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
b. Granulasi Kering
Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan
mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi
untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses
ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke
dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,
prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila
slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah
besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller
compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya,
dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
 Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
 Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.
 Zat aktif susah mengalir.
 Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
 Keuntungan cara granulasi kering adalah:
 Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin
pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu.
 Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
 Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.
 Kekurangan cara granulasi kering adalah:
 Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
 Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
 Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.

c. Metode Kempa Langsung


Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering. Tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal
seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat
aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung
dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan
tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah;
alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
 Keuntungan metode kempa langsung yaitu :
 Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit.
 Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka
waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga
dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
 Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,
tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,
sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

 Kerugian metode kempa langsung :


 Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi
dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat
menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
 Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena
itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan
sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa
kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa
spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin
terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin
sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
 Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat;
mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang
baik.

6. Masalah dalam Pembuatan Tablet


Beberapa permasalahan dalam pembuatan tablet adalah sebagai berikut :
(Lachman 1994 : 673-680) :
1. Capping
adalah pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas atau bagian bawah
tablet dari badan tablet. Umumnya disebabkan oleh adanya udara yang terjadi
dalam ruang die dan penyebab lain yaitu kelebihan granul, over lubrikasi atau
kurang rubrikan.
2. Laminasi
adalah pemisahan tablet menjadi 2 bagian atau lebih. Umumnya keretakan atau
pecahnya tablet terjadi segera setelah kompresi atau beberapa jam atau hari
kemudian.
3. Chipping
adalah keadaan pada bagian bawah tablet terpotong yang disebabkan oleh ujung
punch bawah tidak rata dengan permukaan atas die.
4. Cracking
adalah keadaan tablet pecah, lebih sering di bagian atas tengah. Cracking
merupakan akibat lanjut dari permukaan atas die.
5. Picking
adalah perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch yang disebabkan pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang
atau yang dikompresi adalah bahan berminyak/lengket.
6. Sticking
adalah keadaan granul menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu punch
kurang bersih, tablet dikompresi pada kelembapan tinggi.
7. Mottling
adalah keadaan distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata.
8. Binding
adalah lubrikasi yang tidak memadai.

7. Bahan – Bahan Tambahan Tablet


A. Bahan Pengisi
adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk
membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya tablet yang
mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang banyak. Jika
dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
 Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102 karena volume
spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur lebih singkat.
 Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.
 Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas baik) dan
friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas panjang.
 Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga mendistribusikan cairan
penggranul ke seluruh massa serbuk; menghasilkan distribusi warna dan obat yang
merata.
 Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang keras dengan
sedikit fines.
 Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.
 Penggunaannya membutuhkan lubrikan; penggunaannya dapat dikombinasi dengan
laktosa, manitol, starch, kalsium sulfat.
 Membantu mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah) menjadi seperti
“clay” yang sukar digranulasi dan ketika kering granulnya menjadi keras dan resisten
terhadap disintegrasi. Contoh: kaolin, kalsium karbonat.
 Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada pengempaan, mengurangi capping dan
friabilitas tablet.
 Avicel membantu obat larut dengan air agar homogen, mencegah migrasi pewarna
larut air dan membantu agar evaporasi cepat dan seragam.
 Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi dan pengikat
tambahan.
 60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta 10% membuat massa lembab
mudah digranulasi, membentuk granul yang kuat pada pengeringan dengan sedikit
fine daripada pasta yang hanya terbuat dari amilum.
 Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103: serbuk.
 Merupakan disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi 10% atau lebih
tinggi.
 Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.
 Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel dapat menyebabkan tablet lengket pada
lidah saat akan digunakan.
2. Kalsium sulfat trihidrat
 Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi dengan jumlah zat aktif 20-30%.
 Sinonim: terra alba, snow white filler.
 Insoluble, non-higroskopis.
 Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa dipakai untuk
zat aktif asam, netral, basa; punya kapasitas abisaorbisai yang tinggi untuk minyak.
 Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch paste.
3. Kalsium fosfat dibasic
 Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk kempa langsung dengan memiliki
ukuran paling kecil, tidak mahal, tidak dapat digunakan bersama senyawa asam atau
garam asam.
 Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi lengket dan keras,
tidak dapat digranul sehingga solusinya dikombinasi dengan starch/Avicel.
4. Laktosa (Lachman Tablet)
 Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat, salisilamid,
pyrilamine maleat, phenilephrine HCl.
 Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%.
 Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan reaksi Maillard.
 Isomer: α dan β (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua bentuk)
(Lachman Industri)
 Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat.
 Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat).
 Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami reaksi Maillard
(dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya logam stearat), tetapi menyerap
lembab.
 Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya cepat kering,
disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient).
 Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-stearat.
 Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus (80-100 mesh),
granul spray dried (100-200 mesh), dan laktosa anhidrat
 Dikenal sebagai gula susu.
Spray-dried Lactose (Lachman Industri)
 Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel. Jika tunggal
digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa.
 Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat dicampur dengan
20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct compression-nya.
 Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan karakteristik
pengikatan yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa.
 Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau senyawa lain yang
mengandung furaldehid.
 Gunakan lubrikan netral atau asam
5. Sukrosa
 Bisa berfungsi sebagai pengisi/pengikat.
 Jika digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul yang keras dan
tablet lebih cenderung terdisolusi daripada terdisintegrasi. Oleh karena itu banyak
dikombinasi dengan pengisi insoluble lain.
 Jika digunakan sebagai pengisi kering, biasanya digranulasi dengan pengikat larut air
atau hidroalkohol. Kekerasan granul tergantung jumlah pengikat yang digunakan.
Campuran air dan alkohol akan menghasilkan granul yang lebih lunak..
 Memiliki banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk “confectioner” untuk GB
yang mengandung 3% pati jagung untuk mencegah caking.
 Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan digunakan sebagai
pengikat untuk memperbaiki kekerasan tablet.
 Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi sebagian besar sukrosa akan
mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula pereduksi tetapi menjadi coklat
pada penyimpanan dan higroskopis.
 Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:
a. Sugartab : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar.
b. Di Pac : 97% sukrosa, 3% modified dekstrin.
c. Nu Tab : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg stearat.
6. Dekstrosa
 Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi dan pengikat.
 Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung menghasilkan tablet yang keras
terutama jika menggunakan dekstrosa anhidrat.
 Menjadi coklat pada penyimpanan.
7. Manitol
 Pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit manis, halus,
dingin (negatif heat solution).
 Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan lebih banyak cairan pengikat.
 Dapat digunakan untuk formulasi vitamin, menghasilkan granul yang lebih halus dari
sukrosa atau dekstrosa.
 Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa, dekstrosa, dan manitol setelah
pengeringan semalam pada 140-150 °F adalah 0,2%.
 Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran cerna, jika digunakan banyak dapat
bersifat laksatif.
8. Emdex dan Celutab
(Lachman Industri)
 Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi.
 Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10% lembab, kekerasan
tablet dapat meningkat setelah pengempaan.
 Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5% maltosa.
 Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah karena manis dan
berasa halus.
9. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat)
B. Adsorben
 Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi setelah
terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh lebih tinggi.
 Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet basah
maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan zat aktif.
Contoh: Avicel, Bolus alba, Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat,
Aerosil.

C. Pengikat
 Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
 Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin).
 Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa.
 Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan bahan.
 Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi tercantum pada tabel.
(Lachman Tablet halaman 161)
1. Starch (amylum) (Lachman Tablet)
 Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur.
 Dalam bentuk musilago amili 5-10%.
 Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4 kali air
mendidih dengan pengadukan konstan sampai starch mengembang menjadi
transparan yang dapat diencerkan.
 Cara lain: suspensi starch dalam air dipanaskan.
 Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet terdisintegrasi dengan
cepat (hal 161).
 Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh musilago yang baik, tidak
terhidrolisis, dan tidak mengarang.
 Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat aktif besar, starch diganti dengan
penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.
 Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet
yang rapuh dan sukar dikeringkan.
 Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas yang baik
dan mempunyai friabilitas yang besar, dan akan terjadinya capping pada tablet
jika digunakan dalam jumlah besar
 Sebagai disintegran:
 Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang paling umum digunakan.
 Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah
atau mengembang saat air masuk mell pori (kapiler).
 Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan, dan
kandungan air massa cetak.
 Perhatian: sebelum digunakan, starch harus dikeringkan pada suhu 80-90 °C
untuk menghilangkan air yang terabisaorpsi.
2. Starch 1500 (Lachman Tablet)
 Dapat digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran.
 Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi larut air yang berfungsi sebagai
pengikat sedangkan sisanya bersifat sebagai disintegran.
 Starch 1500 dibutuhkan ± 3-4 kali lebih banyak daripada musilago amili untuk
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama.
 Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada GB karena akan menghasilkan
gel yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat.
 Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering, pada fasa luar.
 (Lachman Industri)
 Aliran bagus, merupakan directly compressible starch.
 Dapat dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat membutuhkan
lubrikan tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon dioxide).
 Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika
dikombinasi dengan Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti digunakan asam
stearat.
 Sebagai disintegran:
 Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran kering
(dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi kering atau kempa
langsung, atau dalam fasa luar pada metoda granulasi basah).
 Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah.
1. Amilum pragelatinasi
 Merupakan pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat digunakan
sebagai pengganti starch paste karena lebih mudah larut dalam air hangat tanpa
pemanasan.
 Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan dengan air
membentuk massa lembab.
2. Gelatin
 Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula.
 Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, CMC. Cenderung menghasilkan tablet
yang keras dan memerlukan disintegran yang aktif.
 Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat.
 Kelemahan: rentan bakteri dan jamur.
 Jika masih diperlukan pengikat yang lebih kuat, dapat digunakan larutan gelatin
dalam air 2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi gelatin dalam air dingin selama
beberapa jam/semalam kemudian dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin
harus dipertahankan hangat sampai digunakan karena akan menjadi gel pada
pendinginan.
3. Larutan sukrosa
 Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa 20-85%.
 Sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna beragam.
 Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya memerlukan
pengikat yang lebih kohesif dari musilago amili; pada tablet ferro sulfat, bertindak
sebagai pengikat dan pelindung ferrosulfat dr oksidasi.
 Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa gula: aminofilin, asetopheretidin,
asetaminofen, meprobamate,
4. Larutan akasia
 Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk mengurangi mephenesin (dosis besar
dan sukar digranulasi).
 Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras pada penyimpanan.
 Kelemahan: dapat terkontaminasi mikroba.
 Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu pencetakan tablet dan
disintegrasi tablet.
5. PVP
 Nama dagang: Kollidon atau Plasdon.
 Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit
higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet kunyah).
 Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan
menggunakan isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau pada granul.
 Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk Natrium
bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan disolusi cepat.
 PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida, Mg(OH)2.
6. Selulosa
a. Metil selulosa
 1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama dengan musilago
amilum.
 Dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble powder; pengikat yang
baik untuk eksipien laktosa, manitol, dan gula.
 Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak mengeras pada penyimpanan.
b. CMC Na
Digunakan pada konsentrasi 5-15%. Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan
garamnya. Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan untuk
mengeras, umumnya tablet mempunyai waktu disintegrasi yang lebih lama.
c. Etil selulosa
Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan sebagai pengikat 2-10% dalam
etanol.
Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi: asetaminofen,
kafein, meprobamat, ferofu, arat, dan dapat digunakan sebagai pengikat non air untuk
serbuk yang tidak tahan air seperti asam askorbat. Dapat memperlambat disintegrasi.
7. Polivinil alkohol
Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri. Membentuk granul
yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan tablet yang disintegrasi lebih cepat dan tidak
mengeras pada penyimpanan.
8. PEG 6000
Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat digunakan. PEG
6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-750C dan mengeras pada 56-
630 .

D. Flavour
(Lachman Industri)
 Digunakan untuk tablet kunyah.
 Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya sebagai fasa
luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan ke dalam massa
cetak.
 Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke adsorben.
 Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%.

E. Disintegran
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai: saat granulasi, sebelum dicetak (paling baik).
1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
 Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%.
 Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam.
 Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch termodifikasi
sehingga mampu menyerap air 200-300%.
 Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan pengempaan.
 Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memperlama waktu
disintegrasi sehingga memperlambat waktu disolusi.
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
 Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk digunakan
sebagai disintegran karena larut air dan memiliki afinitas yang besar pada air..
 Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
 Pemakaian: 1-10%.
 Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas pengembangannya yang
relatif rendah
6. Clays
 Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi.
 Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat menyebabkan perubahan
warna secara keseluruhan.
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
 Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat).
 Memiliki afinitas yang besar terhadap air.

F. Lubrikan
Konsentrasi optimum: 1%
 Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat pengempaan dan
penarikan tablet ke luar cetakan.
 Jenis:
Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti tablet/serbuk
effervescent
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah.
 Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan. Dapat meninggalkan
noda pada tablet.
Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada permukaan
logam. Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik.
 Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan meningkatkan bobot
jenis partikel secara keseluruhan.
 Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin banyak.
 Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan menurunkan
kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob.
 Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya lubrikan
alkalin stearat. Penggantinya dapat digunakan talk..
 Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol.
 Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk lapisan di
sekitar granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet setelah dikempa.
Pembentukan lapisan ini juga akan menyebabkan tablet menjadi labih berpori,
elastik, mudah melar, dan memberikan hasil tablet yang lebih besar sehingga tablet
mudah pecah.
 Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah homogen, dan
dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu pencampuran 10-30 menit.
 Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah granul dibentuk)
memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan tablet dan kemudahannya
untuk dikeluarkan dibandingkan dengan metode penambahan lubrikan saat dilakukan
granulasi.
 Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang lebih rendah dapat
dikombinasi dengan Mg-stearat.

G. Glidan
 Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni.
 Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk zat aktif
yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe.
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 5%
5. Syloid : 0,1-0,5%

H. Anti Adheren
 Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-Leusine.
 Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi karena
cenderung terjadi picking.
1. Talk : 1-5%
2. Logam stearat : <1%
3. Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
4. Syloid : 0,1-0,5%
5. Corn starch : 3-10%
6. DL-Leusine : 3-10%
7. Na-lauril sulfat: <1
8. Kontrol Kualitas
a. Pemeriksaan Sebelum tabletting
Merupakan pemeriksaan pada masa granul basah dan kering.
b. Pemeriksaan Selama dan setelah Tabletting
1) Penampilan Umum (organoleptis)
2) Keseragaman kadar zat aktif
3) Keragaman Bobot
4) Kekerasan tablet (Hardness)
5) Kerapuhan Tablet (friability)
6) Waktu Hancur (disintegration time)
7) Kecepatan Kelarutan (dissolution)

B. Pre – formulasi
a. Farmakologi Zat Aktif
Kombinasi parasetamol dan chlorpheniramine maleate sering digunakan
sebagai obat influenza. Parasetamol merupakan analgesik-antipiretik,
dalam pemakaiannya secara terus-menerus dapat mengakibatkan
gangguan pada hati, sedangkan CTM sebagai antihistamin derivat
alkilamin, akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos, serta bekerja dengan
mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
pelepasan histamin endogen berlebihan, senyawa ini dapat menyebabkan
efek sedasi yang akan berbahaya apabila dikonsumsi oleh pasien yang
memerlukan kesadaran tinggi saat berkendara.
b. Monografi Zat Aktif

1. Acetaminofen/parasetamol (FI III Hal : 37)


Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95% P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : analgetik, antipiretik

2. Chlorpheniramine Maleate (FI IV Hal : 210)


Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa pahit
Kelarutan : larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol 95% P dan
10 bagian kloroform P, sukar larut dalam eter P
pH : 4,0-5,0
Stabilitas : tidak boleh terpapar cahaya secara langsung
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan kandamisin dan asam asetat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup, tidak tembus cahaya
Khasiat : antihistamin

c. Monografi Zat Tambahan


1. Magnesium Stearat (Farmakope Indonesia Edisi III Hal : 354)
Nama Lain : Magnesii Stearas
Bentuk : Serbuk halus, licin dan mudah melekat pada kulit
Warna : Putih
Bau : Lemah khas
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,27
Kelarutan : - Praktis tidak larut dalam air
- Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
- Praktis tidak larut dalam eter P
OTT : Asam kuat, alkalis dan garam besi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Alasan pemilihan bahan: Kemungkinan tablet sulit dikeluarkan dari
ruang die dan terjadi gesekan antara punch dan die yang dapat
menyebabkan bentuk tablet yang tidak rata.Tablet mudah dikeluarkan
dari ruang die dalam bentuk tablet utuh.
Ditambahkan lubrikan: Mg stearat dan talk merupakan kombinasi yang
baik sebagai pelincir dalam tablet.
Fungsi : lubrikan 0,25 – 5%
Alasan : mempengaruhi sifat fisik campuran bahan baku dan tablet.
Magnesium stearat sebagai bahan pelicin mempunyai sifat hidrofob dan
bisa mempengaruhi sifat-sifat tablet seperti keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.

2. Primogel/Carboxylmethyl Strach/Sodium Strach Glycolate (HOPE


Edisi IV Hal : 508-512) dan HOPE Edisi V Hal : 701-703)
Pemerian : serbuk putih, tidak berasa, tidak berbau
Kelarutan : mudah larut dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam air
Titik lebur : tidak ada titik leburnya, tetapi dapat hangus pada 200
pH : 3,0 – 5,0
massa jenis : 1,443 g/cm3
stabilitas : primogel stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik
untuk melindungi dari kelembaban dan temperatur yang dapat
menyebabkan caking
Inkompatibilitas : primogel inkompatibel dengan asam askorbat

3. Povidon/Polivinilpirolidon (Farmakope Indonesia Edisi III Hal : 510)


Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak
berbau, higroskopik.
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 95% P dan kloroform P,
kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak larut
dalam eter P.
Khasiat : pengikat
4. Avicel (ROWE,2009, Hal : 129)
Pemerian : pembersih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang
terdiri dari partikel-partikel penyerap
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, alkohol, aseton, toluen, cairan
asam
Stabilitas : material higroskopis yang stabil
Inkompatibilitas : dengan agen pengoksidasi yang kuat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan tempat
kering
Kegunaan : pengisi atau pengikat

a. Formula
Formula Acuan

(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed Solid Product,


Sarfaraz K. Niazi, Hal : 181)

Usulan Formula

R/ Acetaminophen 200 mg
Chlorpheniramine Maleate 1 mg
Avicel pH 101 64,65 mg
Sodium Starch Glycolate/Primogel 28 mg
Povidone 17 mg
Distilled Purifed Water 0,08 ml
Magnesium Stearate 2 mg

C. Perhitungan dan Penimbangan Bahan


1. Perhitungan Bahan
Rencana yang dibuat = 1000 + 20%
= 1000 + 200 = 1200 tablet

1. Acetaminophen = 200 mg x 1200 tablet = 240.000 mg


2. Chlorpheniramine Maleate = 1 mg x 1200 tablet = 1.200 mg
3. Avicel pH 101 = 64,65 x 1200 tablet = 77.580 mg
4. Sodium Starch Glycolate = 28 mg x 1200 tablet = 33.600 mg
5. Povidone = 17 mg x 1200 tablet = 20.400 mg
6. Distilled Purifed Water = 0,08 ml x 1200 mg = 96 ml
7. Magnesium Stearate = 2 mg x 1200 mg = 2400 mg

2. Penimbangan Bahan

1. Acetaminophen
2. Chlorpheniramine Maleate
3. Avicel pH 101
4. Sodium Starch Glycolate / Primogel
5. Povidone
6. Distilled Purifed Water
7. Magnesium Stearate

IV. ALAT & BAHAN


A. Alat
1. Stamper 9. botol tablet
2. Mortir 10. Neraca gram
3. Ayakan 11. Anak timbangan
4. Beker glass 12. Sendok plastik
5. Batang pengaduk 13. Kertas Perkamen
6. Sudip 14. Penutup botol
7. Gelas ukur 15. Kotak Kemasan
8. Erlenmeyer 16. Etiket putih

B. Bahan

1. Acetaminophen
2. Chlorpheniramine Maleate
3. Avicel pH 101
4. Sodium Starch Glycolate / Primogel
5. Povidone
6. Distilled Purifed Water
7. Magnesium Stearate

b. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Granulasi
a. Larutkan Chlorpheniramine maleate dan PVA dalam distilled purifed
water. (massa 1)
b. Campurkan acetaminophen, sodium starch glycolate dan avicel pH 101
aduk hingga homogen (massa 2)
c. Campurkan massa 1 dengan massa 2.
d. Lewati massa basah melalui saringan dan keringkan dalam oven
pengering pada suhu 35 hingga menjadi granul kering.
e. Lewati granul kering melalui saringan.
2. Pencetakan tablet
a. Campurkan magnesium stearate aduk hingga homogen.
b. Tambahkan massa granul kering, aduk hingga homogen.
c. Cetak tablet dengan tekanan berkekuatan tinggi.
Alat Uji Kekerasan Alat Uji Kompresibilitas Alat Uji Friabilitas

Alat Uji LOD Alat Uji Laju Alir

Granulator Jangka Sorong


Mesin Pencetak Tablet Oven

Pengayak Timbangan Digital

c. Hasil Evaluasi dan Pembahasan


1. Evaluasi tablet
a. Pemeriksaan Organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan organeleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan
(mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajat
kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan
minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada
tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan
persepsi adanya ketidak seragaman kandungan dan kualitas produk yang
buruk.

Hasil :

No Pemeriksaan Organoleptik Hasil

1 Warna

2 Rasa

3 Bau

4 Penampilan

5 Tekstur Permukaan

6 Kerusakan Beberapa Tablet

7 Kontaminasi Benda Asing

b. Keseragaman ukuran (Ansel, 1989)


Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang
berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol
sampai perbedaan 5 % dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet
diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah
pengemasan.

Hasil :

Tablet Ke- Diameter Ketebalan

Jumlah ( )

Rata-rata ( )

Diameter yang baik :

Diperoleh Range Diameter :

Pembahasan :

c. Keseragaman kesediaan
1. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)
Bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk
memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah
yang tepat. Syarat keseragam bobot menurut Farmakope Indonesia
Edisi III adalah bila bobot rata-rata lebih kurang 300 mg, jika
ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak
ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari
bobot rata-ratanya.
Alat yang digunakan : Timbangan

Cara pengukuran : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap


tablet . Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpan g dari bobot rata-rata lebih dari yang ditetapkan
kolom B.

BOBOT PENYIMPANGAN
RATA-RATA BOBOT RATA-RATA
DALAM %
A B
25 mg 15 % 30 %
ataukurang
26 mg - 150 10 % 20 %
mg
151 mg - 300 7,5 15 %
mg %
Lebihdari 300 5% 10%
mg
Rumus :

Bobot rata-rata =

Penyimpangan =

Hasil :

Tablet Ke- Bobot (gram) %Penyimpangan

2
3

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Jumlah ( )

Rata-rata ( )

Pembahasan :

d. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness
tester (Banker and Anderson, 1984).
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott,
1971).Keseragaman minimum 4 kg diukur dengan alat Hardness tester.
Caranya :
Ambil masing-masing 6 tablet dari tiap batch , yang kemudian diukur
kekerasanya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Letakkan sebuah
tablet dengan posisi tegak diantara anvit dan punch, lalu tablet dijepit
dengan cara memutar sampai tablet pecah dan retak. Pada saat tersebut
angka yang ditunjukkan oleh jarum adalah kekerasan tablet tersebut.

Hasil:

Uji Kekerasan Tablet Menggunakan


Tablet Ke-
Hardness Tester
1
2
3
4
5
Rata-rata ( )
.
Pembahasan :

e. Friabilitas atau kerapuhan tablet (Lachman,1994)


Friabilitas dinyatakan dengan presentase selisih bobot sebelum dan
sesudah pengujian dibagi dengan bobot mula-mula .
Alat yang digunakan : Friabilator
Cara pengukuran :
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
sebunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan kedalam friabilator dan diputar sebanyak 100 kali putaran
selama 4 menit , jadi kecepatan putaranya 25 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang
kembali seluruh tablet dengan seksama. Kemudian hitung persentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1 %

Hasil :
Berat 20 tablet sebelum diuji (W1) =
Berat 20 tablet setelah diuji (W2) =

Friabilitas =

Pembahasan :

f. Waktu Hancur
Tidak lebih dari 15 menit untuk tablet biasa dan 60 menit untuk tablet
bersalut gula dan selaput.
Nama alat : Disintegration Tester tipe ZT 2-Erweka
Cara kerja :

1. Pengujian waktu menggunakan 6 buah tablet


2. Masukkan tablet pada masing-masing tabung kecil dari keranjang.
3. Masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung.
4. Gunakan air bersuhu 37 +/_ 2 c sebagai media yang ada di penangas air
yang ditermostatisasi.
5. Setelah alat dioperasikan ,keranjang akan bergerak keatas dan kebawah
sebanyak 30 kali dalam semenit.
6. Tablet hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat
uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Bila 1
tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
waktu yang ditambah sebanyak 15 menit. Semua tablet harus hancur
tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan untuk tablet
bersalut waktunya 60 menit.
Hasil :
Diperoleh waktu hancur untuk 6 tablet =
Pembahasan
Lampiran KOTAK, ETIKET, DAN BROSUR
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta :
UI-Press.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta: Depkes RI.

Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The


Pharmaceutical Press.

Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients,


Ed II. London: The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical
Sciences.

Anda mungkin juga menyukai