Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi
dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul
dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin pencetak tablet (Anief,
1994).
Granulasi kering
Disebut juga slugging atau prekompresi. Metode ini digunakan pada obat
yang peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk,
1994). Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slagging atau
dikompresi menjadi tablet. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan
tidak menimbulkan banyak serbuk. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan
atau alat dan diayak dengan ayakan yang sesuai, lalu ditambahkan pelicin
kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989).
Kompresi Langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat,
bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk
bahan-bahan tertentu saja yang berbentuk kristal/butir-butir granul yang
mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik dan
memungkinkan untuk dikompresi langsung (Voigt, 1994). Metode kempa
langsung memberikan beberapa keuntungan diantaranya tahapan produksinya
sangat singkat (hanya pencampuran dan pengempaan), peralatan yang dibutuhkan
tidak banyak, ruangan yang dibutuhkan kecil dan tenaga yang dibutuhkan juga
tidak banyak karena prosesnya singkat (Ansel,1989).
2.2. Oral disintegrating Tablet
a. Defenisi
ODT atau Oral disintegrating Tablet merupakan sediaan tablet yang
mampu hancur segera dalam mulut meskipun hanya ada sedikit cairan dalam
rongga mulut. Orally disintegrating tablet merupakan tablet yang tidak bersalut
ditujukan untuk ditaruh di dalam mulut dimana tablet akan terdispersi dengan
cepat sebelum ditelan. Ketika ODT diletakkan dalam rongga mulut, saliva (air
ludah) akan segera masuk ke dalam pori-pori sehingga menyebabkan tablet
akan segera hancur. Oleh karena itu ODT dikenal juga sebagai quick dissolve,
fast melt, fast dissolving, rapid dissolve. Tablet ODT lebih cepat hancur
sehingga mampu menghantarkan zat aktif untuk lebih cepat diabsorpsi dalam
tubuh, baik dalam mulut maupun dalam lambung.
Orally disintegrating tablet (ODT) merupakan bentuk sediaan padat yang
mengandung substansi zat aktif yang mengalami disintegrasi dengan cepat
dalam waktu beberapa detik ketika diletakkan di atas lidah. ODT diharapkan
cepat terdisintegrasi di mulut ketika kontak dengan air ludah atau saliva dalam
waktu kurang dari 60 detik. Zat aktif kemudian akan melarut atau terdispersi
dengan adanya air ludah, kemudian ditelan oleh pasien, dan obat akan
diabsorpsi seperti umumnya. Sebagian konsentrasi dari obat tersebut sudah
diabsorpsi dimulai dari mulut, faring, dan kerongkongan dalam bentuk saliva
kemudian menuju ke bagian abdomen, sehingga terjadi suatu peningkatan
dalam bioavailabilitasnya. Jumlah air ludah yang sedikit diharapkan cukup
untuk memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh karena itu, tidak
diperlukan air untuk menelan obat. Hal tersebut akan mempermudah dan
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obatnya. Selain itu,
sejumlah bagian obat ada juga yang diabsorpsi di daerah pra-gastrik seperti
mulut, faring, dan esofagus ketika air ludah turun ke lambung sehingga
ketersediaan hayati obat akan meningkat dan efektivitas terapi dapat tercapai.
Dikenal oleh FDA sebagai orally disintegrating tablets (ODT), bentuk
sediaan ini disebut juga mouth-dissolving, fast-dissolving, rapid-melt, porous,
orodispersible, quick-dissolving, atau rapidly disintegrating tablets (Kaushik,
et.al., 2004).
b. Karakteristik Ideal ODT
Oleh karena sediaan ODT berbeda dari tablet konvensional umumnya,
sediaan ODT hendaknya memiliki beberapa karakteristik yang ideal yakni:
Disintegrasi yang cepat. Secara umum, hal ini berarti bahwa disintegrasi
tablet ODT harus terjadi dalam waktu kurang dari 1 menit. Namun
demikian, akan lebih disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin di
dalam rongga mulut. ODT harus mengalami disintegrasi dengan sedikit
atau tanpa meminum air sama sekali dan dimaksudkan untuk melarut
dengan air ludah pasien sendiri.
Penutupan rasa (taste-masking) dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan
obat ODT akan melarut atau mengalami disintegrasi di dalam mulut.
Setelah melarut, sediaan diharapkan tidak atau sedikit meninggalkan
residu. Rasa yang enak di mulut kemudian menjadi persoalan yang kritis.
Teknologi penutupan rasa yang ideal hendaknya mampu menghasilkan
mouth-feel yang baik dan tidak memberikan sensasi berpasir (grittiness) di
mulut. Penutupan rasa adalah hal yang sangat penting dalam formulasi
ODT yang bisa diterima. Umumnya formulasi tablet tidak dipengaruhi
oleh penutupan rasa, karena diasumsikan bahwa sediaan tersebut tidak
akan melarut sampai sediaan tersebut melewati rongga mulut. Kebanyakan
suspensi oral, sirup, dan tablet kunyah hanya mengandung flavor dan
pemanis lain untuk menyamarkan rasa pahit obat pada sediaan (Kundu dan
Sahoo, 2008).
Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena ODT dirancang
memiliki waktu disintegrasi/disolusi yang cepat, dibutuhkan zat tambahan
(excipients) dengan derajat keterbasahan (wettability) yang tinggi dan
struktur tablet dengan porositas yang tinggi guna memastikan absorpsi air
yang cepat ke dalam tablet. Kekerasan tablet berbanding terbalik dengan
porositasnya, maka adalah hal penting untuk mendapatkan porositas tablet
dengan absorpsi air yang cepat tanpa mengurangi kekerasan tablet
sehingga tidak mudah rusak selama pengemasan dan pendistribusian
dalam blister atau botol tablet konvensional.
Sensitifitas yang rendah terhadap kelembapan. ODT seringkali sensitif
terhadap kelembapan, hal ini dikarenakan zat tambahan dengan kelarutan
dalam air yang tinggi banyak digunakan dalam formulasi ODT, sangat
rentan terhadap kelembapan. Untukmengatasi hal ini, diperlukan strategi
pengemasan yang baik untuk melindungi tablet dari berbagai pengaruh
lingkungan (Fu, et.al., 2004).
1. ODT memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan jumlah obat yang dapat
diformulasi setiap unit dosisnya.
2. Untuk bentuk sediaan ODT yang diformulasi dengan teknik pengeringan
beku atau liofilisasi (freeze drying atau lyophilisation), formulasi dosis
obat secara umum harus kurang dari 400 mg untuk senyawa obat yang
tak larut dan kurang dari 60 mg untuk senyawa obat yang larut air.
3. Terkait sifat bentuk sediaan ODT yang rapuh (fragile), diperlukan
pengemasan khusus yang mana tentu akan menambah biaya produksi
(Ghost, et.al., 2005).
4. Tablet biasanya tidak mempunyai kekuatan mekanik yang cukup. Oleh
karena itu penanganan yang hati-hati sangat dibutuhkan.
5. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak dimulut jika tidak
diformulasi dengan baik.
Metode cetak langsung dapat digunakan untuk membuat sediaan ODT
dengan cara memilih kombinasi bahan tambahan yang tepat, yang mana dapat
menghasilkan disintegrasi cepat dan daya tahan fisik yang baik. Bahan tambahan
yang dimaksudkan di sini adalah bahan penghancur (disintegrant). Beberapa
peneliti menggunakan bahan effervescent sebagai disintegrant, sementara yang
lain mengkombinasi berbagai disintegrant yang ada (Fu, et.al., 2004).
d. Superdisintegrants
Bahan penghancur atau superdisintegrants merupakan bahan utama dalam
formulasi ODT. Superdisintegrants ditambahkan untuk memudahkan pecahnya
atau hancurnya tablet saat kontak dengan air. Daya mengembang
superdisintegrants sangat tinggi dan cepat sehingga mampu mendesak kearah luar
secara cepat yang akan menyebabkan tablet cepat hancur. Beberapa aksi
superdisintegrants dalam mendistegrasikan tablet, antara lain (Bhowmik, et
al.,2009):
1. Aksi kapiler (Wicking)
Tablet yang merupakan hasil pengempaan dari granul, memiliki poripori
kapiler. Dan pada saat tablet bersinggungan dengan medium air, maka air akan
berpenetrasi masuk ke dalam pori-pori tablet. Akibatnya ikatan antar partikel
menjadi lemah dan pada akhirnya tablet akan pecah (Bhowmik, et al., 2009).
2. Pengembangan (Swelling)
Beberapa bahan penghancur apabila terkena air maka akan mengembang,
akibatnya partikel penyusun tablet akan terdesak dan pecah. Hancurnya tablet
dengan mekanisme ini dipengaruhi oleh struktur pori-pori tablet. Semakin kecil
pori-pori granul yang ada di dalam tablet, maka semakin besar tenaga untuk
menghancurkan tablet (Bhowmik, et al., 2009).
3. Perubahan bentuk (Deformation)
Partikel yang mengalami penekanan pada proses pengempaan akan berubah
bentuknya. Apabila tablet terkena air maka partikel yang membentuk tablet akan
kembali ke bentuk asalnya, maka partikel tablet akan berdesakan sehingga tablet
dapat hancur (Bhowmik, et al., 2009).
4. Perenggangan (Repulsion)
Teori ini menerangkan bahwa partikel tidak mengembang tetapi dengan
adanya air yang masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet
maka partikel akan tolak menolak sehingga akan saling memisahkan diri
kemudian lepas dari susunannya di dalam tablet. Proses ini akan membantu
terjadinya disintegrasi (Bhowmik, et al., 2009).
BAB III
FORMULA ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT)
putih sampai putih kekuningan, mengalir bebas, praktis tidak berasa, tidak
berbau atau hampir tidak berbau, bersifat higroskopis, praktis tidak larut dalam
air dan dalam sebagian besar pelarut organik. Krospovidon memiliki aktivitas
Cara :
Uji daya serap dilakukan dengan serangkaian alat uji daya serap. Granul
sebanyak 100 mg ditempatkan di atas kertas saring yang sudah terjenuhi air.
Berkurangnya bobot air yang ditimbang di atas neraca analitik sebanding dengan
banyaknya air yang diserap granul. Uji ini dilakukan sampai terjadi pengurangan
bobot air yang konstan atau sekitar 15 menit.
Sepuluh tablet dari setiap formula diambil, dihancurkan satu persatu, dan
dimasukkan ke dalam Beaker 100,0 mL. Ditambahkan 5,0 mL metanol dan 1,0 mL
NaOH 0,1 N ke dalam Beaker kemudian diencerkan dengan dapar fosfat pH 6,8
hingga mencapai volume 100,0 mL. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar dengan
metode spektrofotometri uv.
Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertikal. Uji kekerasan
dilakukan dengan mengambil 6 tablet dari masing-masing formula. Nilai kekerasan
yang diperoleh kemudian diukur reratanya. Kekerasan ODT yang baik adalah 3-5
kg/cm2 .
Uji kerapuhan dilakukan dengan mengambil 20 tablet yang dibebas debukan dan
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal, kemudian friabilator
abrassive tester diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit atau sebanyak 100
putaran. Tablet dibebas debukan dan ditimbang kembali sebagai bobot akhir.
Kerapuhan tablet tidak boleh melebihi 1%. (Departemen Kesehatan, 1995).
Uji waktu disintegrasi dilakukan dengan cara menempatkan ODT pada cawan
petri berdiameter 5 cm yang sudah berisi air 20 mL. Waktu disintegrasi yang
diperlukan oleh 6 tablet dicatat kemudian dihitung reratanya. Persyaratan waktu
disintegrasi ODT tidak lebih dari 3 menit (Departement of Health, 2009). Sumber lain
menyebutkan bahwa rapid disintegrating tablet setidaknya memiliki waktu hancur
kurang dari 1 menit (Allen dkk., 2011).
Uji ini menggunakan 6 sukarelawan untuk 5 kode formula ODT dan 1 kode
formula kontrol tanpa superdisintegran. Sebelum memulai uji, setiap sukarelawan
diharuskan mencuci mulut terlebih dahulu, lalu diletakkan satu tablet di atas lidah
mereka dan dibiarkan tablet hingga hancur sempurna. Waktu yang dibutuhkan
agar tablet hancur tanpa mengunyah dicatat, setelah itu tablet segera diludahkan.
Titik akhir untuk waktu hancur dimulut adalah waktu dimana tablet yang
diletakkan di lidah menjadi hancur (tablet tidak utuh lagi).
Uji waktu pembasahan tablet
Uji ini dilakukan dengan cara meletakkan selembar kertas saring yang telah
dilipat dua kali ke dalam cawan petri berdiameter 5 cm. Cawan petri sebelumnya
telah diisi 5,0 mL akuades yang mengandung zat warna strawberry red. Sebuah tablet
kemudian diletakkan di atas kertas saring tersebut secara perlahan. Waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan warna merah di seluruh permukaan tablet dihitung
sebagai waktu pembasahan (Jain dan Naruka, 2009).
Penentuan rasio absorpsi air dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat uji
daya serap. Berkurangnya bobot air di atas neraca analitik dihitung sebagai bobot air
yang diserap tablet. Rasio absorpsi air dapat dinyatakan sebagai kecepatan
penyerapan air, yaitu banyaknya air yang diserap persatuan waktu, dan kapasitas
penyerapan air, yaitu banyaknya air yang diserap persatuan berat tablet (Bhowmik
dkk., 2009).
Uji disolusi
Cara: Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml
medium disolusi yang bersuhu 37º ± 0,5ºC. Kemudian dayung diputar
dengan kecepatan 50 rpm. Pada interval waktu 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22,
25, 28 dan 30 menit larutan dipipet sebanyak 5 ml cuplikan lalu
dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml lalu diencerkan dengan dapar
fosfat pH 6,8 sampai garis tanda.
Penimbangan
Pencampuran
Bhowmik, D., Chiranjib, B., Krishnakanth, Pankaj and Chandira, R.M. 2009, Fast
Dissolving Tablet: An Overview, Journal Chemical Pharmaceutics. Res, 1:
163-177.
Fu, Y., Yang, S., Jeong, S.H., Kimura, S., & Park, K., 2004, Orally Fast
Disintegrating Tablets: Developments, Technologies, Taste-Masking and
Clinical Studies.
Ghost, T.K., Chatterjee, D.J., Pfister, W.R., Jarugula, V.R., Fadiran, E.O., Hunt,
J.P., Lesko, L.J., Tammara, V.K. dan D.B. Hare (2005). Quick Dissolving
Oral Dosage Forms; Scientific and Regulatory Considerations from A
Clinical Pharmacology and Biopharmaceutics Perspective. In: T.K. Ghosh
dan W.R. Pfister (eds). Drug Delivery to the Oral Cavity: Molecules to
Market. Boca Raton; Taylor & Francis Group. Page 334
Kaushik, D., Dureja, H. Dan T.R. Saini. (2004). Orally Disintegrating Tablets :
An Overview of Melt-in-Mouth Tablets Technologies and Techniques.
Lachman, L., Liebermann, H.A., dan Kanig, J.I. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri II Edisi Ke III. Jakarta: UI Press. Hal. 645, 652-653,
657-660.
Sharma, K., Pfister, W.R dan T.K. Ghosh (2005). Quick-Dispersing Oral Drug
Delivery System. In; T.K. Ghosh dan W.R. Pfister(eds). Drug Delivery to
the Oral Cavity: Molecules to Market. Boca Raton; Taylor & Francis
Group. Pages 262-263.
Verma, R.K. dan S. Garg. (2001). Current Status of Drug Delivery Technologies
and Future Directions. Pharmaceutical Technology On-Line 25(2): 1-14.