Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT)

OLEH:

NAMA : RAHMAWATI
NIM : 518 011 202
KELAS / ANGKATAN : C/2018

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
Teknologi Sediaan Padat.
Saya menyadari makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, 27 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... ........... 1
KATA PENGANTAR .......................................................... .................. 2
DAFTAR ISI .................................................................................. .......... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................. .................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................. ........................................ 6
A. Apa itu Orally Disintegrating Tablet .................................... 7
B. Apa saja keuntungan dan kerugian Orally Disintegrating
Tablet .................................................................................... 8
C. Bagaimana preformulasi Orally Disintegrating Tablet ......... 8
D. Bahan obat apa yang dapat dibuat Orally Disintegrating
Tablet .................................................................................... 9
E. Bagaimana metode pembuatan Orally Disintegrating
Tablet .................................................................................... 13
F. Bagaimana uji mutu Orally Disintegrating Tablet ................ 13
BAB III PENUTUP ................................................... ............................ 15
A. KESIMPULAN .................................................................. 15
B. SARAN ...................................................... ......................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... ........ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Setiap orang mungkin pernah menderita suatu penyakit dan pernah juga
mengkonsumsi obat. Dewasa ini sudah banyak bentuk obat yang beredar di pasaran seperti
kapsul, tablet, serbuk, salep, cairan ataupun dalam bentuk lainnya. Tentu saja tidak hanya bentuk
sediaan yang beraneka ragam tetapi rute pemberiannya juga, diantaranya pemberian obat secara
oral, topikal, parenteral dan lain-lain. Berbagai macam rute pemberian obat tersebut memainkan
peranan penting dalam bioavailabilitas obat aktif dalam tubuh (Verma et al.,2010).
Pemberian obat melalui oral (mulut) merupakan cara yang paling banyak dipakai karena
ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk
obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer.
Dibandingkan dengan pemberian oral lainnya (larutan, granul, serbuk, dan lain sebagainya),
sediaan yang paling banyak diproduksi, diresepkan dan beredar dimasyarakat adalah bentuk
tablet (Velmurugan dan Vinushitha, 2010).
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995) tablet merupakan sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada umumnya sediaan tablet, selain
mengandung bahan-bahan aktif juga mengandung bahanbahan tambahan seperti bahan pengisi,
bahan pengikat, disintegran dan lubrikan. Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai pembentuk
tablet dengan kekerasan, waktu hancur, disolusi dan keseragaman bobot yang memenuhi
persyaratan (Banker et al., 1989). Obat dalam bentuk ini lebih banyak dijumpai di apotek dan
dikonsumsi masyarakat karena lebih stabil, lebih mudah pemakaian dan penyimpanannya, serta
ekonomis. Akan tetapi tablet juga memiliki kelemahan khususnya pada pasien pediatrik dan
geriatrik serta pasien dengan keadaan susah menelan tablet sehingga sukar dalam penggunannya
(Hirani et al., 2009).
Pada pasien pediatrik dan geriatrik, sulit menelan sediaan bentuk tablet merupakan
masalah yang paling sering dialami, sehingga menyebabkan efek terapi selama pengobatan
menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, kini diformulasi sediaan tablet oral yang hancur cepat
di saliva tanpa bantuan air minum untuk menelan yang dikenal sebagai Orally Disintegrating
Tablet (Ansel, 1989).
Orally Disintegrating Tablet merupakan tablet yang hancur dengan cepat dalam saliva.

4
Tablet dirancang untuk larut dalam saliva dengan cepat dalam beberapa detik. Kini telah banyak
obat-obat yang diformulasi sebagai sediaan ODT diantaranya Zyprexa (Ondansetron), Imocdium
Instant Melts (Loperamid HCl), Risperdal M Tab (Risperidon) dan Nurofen Flashtab (Ibuprofen)
(Velmurugan dan Vinushitha, 2010).
Kriteria untuk sediaan ODT diantaranya harus melarut atau hancur dalam mulut pada
hitungan detik; mudah dibawa tanpa ada resiko kerapuhan; memberikan kenyamanan di mulut
(meninggalkan sedikit atau tanpa residu pada mulut setelah pemberian oral); memungkinkan
pembuatan tablet menggunakan proses konvensional dan peralatan pengemasan pada harga
terendah (Bhowmik et al., 2009). Sedangkan untuk pesyaratan fisik sediaan ODT yang baik
memiliki waktu hancur kurang dari 1 menit serta kerapuhan kurang dari 1% (Izza et al., 2004).
Diharapkan dengan pengembangan bentuk sediaan ODT ini dapat mengoptimalkan terapi
terhadap pasien.
Agar sediaan ODT memenuhi persyaratan di atas, pada formulasinya harus
memperhatikan bahan-bahan tambahan (eksipien) yang digunakan terutama bahan disintegran
karena akan menentukan seberapa cepat bahan obat akan terlepas dari bahan pembawanya. Oleh
karena itu pada penelitian ini digunakan superdisintegrant karena penggunaannya dalam
konsentrasi yang relatif rendah sudah dapat memecah tablet. Contoh superdisintegrant yang
sangat popular digunakan adalah croscarmelose (Ac-Di-Sol), crospovidon (polyplasdon) dan
sodium starch glycolate (Primogel) (Rudnic, 2005). Pada penelitian ini digunakan Primogel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Orally Disintegrating Tablet?
2. Apa saja keuntungan dan kerugian Orally Disintegrating Tablet?
3. Bagaimana preformulasi Orally Disintegrating Tablet?
4. Bahan obat apa yang dapat dibuat Orally Disintegrating Tablet?
5. Bagaimana metode pembuatan Orally Disintegrating Tablet?
6. Bagaimana uji mutu Orally Disintegrating Tablet ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami defenisi Orally Disintegrating Tablet
2. Untuk mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian Orally Disintegrating Tablet
3. Untuk mengetahui dan memahami preformulasi Orally Disintegrating Tablet
4. Untuk mengetahui dan memahami Bahan obat apa yang dapat dibuat Orally

5
Disintegrating Tablet
5. Untuk mengetahui dan memahami metode pembuatan Orally Disintegrating Tablet
6. Untuk mengetahui dan memahami uji mutu Orally Disintegrating Tablet

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Orally Disintegrating Tablet (ODT)
A. Pengertian
Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan oleh
pasien. Tablet dan kapsul merupakan bentuk sediaan obat solid (padat) yang paling banyak
digunakan saat ini, termasuk di dalamnya tablet konvensional dan pelepasan terkontrol hingga
kapsul gelatin keras dan lunak (hard and soft gelatin capsules) (Sharma, et al., 2011). Namun di
antara penggunaan keduanya tablet merupakan bentuk sediaan yang paling disukai karena mudah
diproduksi, mudah pengemasan begitu juga penggunaannya (Rao dan Gandhi., 2006).
Bentuk sediaan padat banyak digunakan karena mudahnya pemberian, memiliki dosis
yang akurat dan dapat digunakan sendiri tanpa adanya rasa sakit. Bentuk sedian padat yang
umum adalah tablet dan kapsul, bentuk sediaan ini bagi beberapa pasien sulit untuk ditelan.
Pasien harus minum air untuk dapat menelan bentuk sediaan tersebut. Pasien sering sekali
merasa kesulitan dan tidak nyaman dalam menelan tablet konvensional (Parmar, et al., 2009).
Adanya berbagai perubahan fungsi fisiologis terkait usia, termasuk kesulitan menelan tablet
secara utuh, akan menurunkan tingkat kepatuhan. Kelompok pasien yang menjadi perhatian atas
isu ini terutama adalah pediatri dan geriatri (Rao dan Gandhi., 2006). Banyak penelitian yang
kemudian dikembangkan untuk mengatasi masalah ini dan tablet cepat hancur di mulut (Orally
Disintegrating Tablet) telah ditemukan sebagai salah satu bentuk sediaan paling bermanfaat
(Koseki, et al., 2008)
Sediaan ODT ini mempunyai beberapa karakteristik yang membedakannya dari bentuk
sediaan yang lain. Penutupan rasa adalah hal yang sangat penting dalam formulasi ODT yang
bisa diterima. Umumnya formulasi tablet tidak dipengaruhi oleh penutupan rasa, karena
diasumsikan bahwa sediaan tersebut tidak akan melarut sampai sediaan tersebut melewati rongga
mulut. Kebanyakan suspensi oral, sirup, dan tablet kunyah hanya mengandung flavor dan
pemanis lain untuk menyamarkan rasa pahit obat pada sediaan (Kundu dan Sahoo, 2008).

ODT ini dimaksudkan untuk mengalami disintegrasi di mulut ketika kontak dengan air
ludah/saliva dalam waktu kurang dari 60 detik (Kundu dan Sahoo, 2008). Untuk proses ini,
jumlah saliva yang sedikit telah cukup untuk memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh
karena tidak diperlukan air untuk menelan obat, pasien dapat memakan obat tanpa minum air

7
(Koseki, et al., 2008). Hal ini tentu akan mempermudah dan meningkatkan kepatuhan pasien
pediatrik, geriatri maupun pasien yang mengalami gangguan mental yang mengalami kesulitan
menelan tablet konvensiol. Selain itu, sejumlah bagian obat juga mungkin diabsorpsi di daerah
pra-gastrik seperti mulut, faring dan esofagus ketika air ludah turun ke lambung sehingga
ketersediaan hayati obat akan meningkat dan dosis obat dapat dikurangi; peningkatan terapi
sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan (Sharma, et al., 2011)
B. Kelebihan dan kekurangan formulasi ODT
ODT memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tablet ODT
diantaranya adalah (Bhowmik, et al., 2009):
a. Diberikan tanpa air kapan pun dan dimana pun
b. Mudah diberikan kepada pasien yang sulit menelan seperti penderita stroke, pasien geriatri
dan pediatri.
c. Keuntungan pada beberapa kasus seperti pada saat serangan alergi tiba-tiba, dan pada saat
mabuk perjalanan, dimana onset obat yang sangat cepat dibutuhkan.
d. Peningkatan bioavailabilitas pada obat-obat yang sukar larut dan hidrofobik, karena
disintegrasi dan disolusi yang cepat dari sediaan ini.
e. Rasa yang enak dimulut sehingga dapat mengurangi persepsi bahwa obat itu pahit untuk
anak-anak dan dengan rasa yang enak tersebut dapat pula meningkatkan kepatuhan pasien.
f. Absorbsi pra-gastrik akan menghindari zat aktif dari metabolisme lintas pertama di hati,
sehingga dapat meningkatan bioavailabilitas obat dan dosis obat dapat dikurangi;
peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan.
Kekurangan dari tablet ODT diantaranya adalah:
a. Tablet biasanya tidak mempunyai kekuatan mekanik yang cukup. Oleh karena itu
penanganan yang hati-hati sangat dibutuhkan.
b. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak dimulut jika tidak diformulasi dengan
baik.
C. Preformulasi Orally Disintegrating Tablet

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat
untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet,
meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

8
Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu
yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik untuk 100 g granul, jika tidak maka akan dijumpai
kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan
pelicin (Cartensen, 1977).
Pengukuran sudut diam dilakukan dengan menggunakan alat flowmeter. Granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya
diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran
granul tersebut (Voigt, 1994).
Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul
akibat adanya gaya hentakan. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari
20% (Cartensen, 1977).
D. Bahan obat yang dapat dibuat
Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang menyerupai
flurbiprofen dan meklofenamat. Potensinya lebih besar dari indometasin atau dari naproksen.
Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk
efek-efek analgetik dan antipiretik pada symptom artritis reumatoid. Struktur natrium diklofenak
dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Nama kimia : Sodium [2-(2,6-dichloroanilino)phenyl] asetat


Rumus Molekul : C14H10Cl2NO2Na
Berat Molekul : 318,1
Pemerian : Serbuk kristalin, berwarna putih kekuningan dan tidak berbau
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam metanol,
larut dalam etanol, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut
dalam eter, kloroform dan asetat encer.
Natrium Diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah pemberian oral, efek
analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu paruh 1-2 jam (Katzung, 2002). Obat ini

9
mengalami metabolisme lintas pertama di hati (first pass effect = FPE).. Efek samping yang
terjadi pada kira-kira 20% penderita meliputi pendarahan saluran cerna dan timbulnya tukak
lambung (Tan dan Rahardja, 2007). Pemakaian obat ini harus berhati–hati pada penderita tukak
lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Ganiswarna, 1995).
1) Natrium pati glikolat
Natrium pati glikolat adalah serbuk putih, atau hampir seluruhnya putih, tidak berbau, tidak
berasa, dan sebuk mengalir bebas. Struktur Natrium pati glikolat dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Natrium pati glikolat banyak digunakan dalam oral farmasetik sebagai bahan penghancur
dalam formulasi kapsul dan tablet dengan kempa langsung atau granulasi basah. Konsentrasi
yang sering digunakan dalam formulasi adalah antara 2-8% dengan konsentrasi optimum adalah
4 % untuk tablet konvensional dan lebih dari 10% untuk tablet fast disintegrating. Serbuk sodium
starch glycolat berwarna putih sampai putih kelabu, tidak berbau, tidak berasa, serbuk mudah
mengalir. Kelarutan mudah larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut air (Rowe, et al., 2009).
2) Krospovidon
Krospovidon mempunyai nama kimia 1-ethenyl-2-pyrolidinone. Serbuk putih sampai
putih kekuningan, mengalir bebas, praktis tidak berasa, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
bersifat higroskopis, praktis tidak larut dalam air dan dalam sebagian besar pelarut organik.
Krospovidon memiliki aktivitas kapiler yang tinggi dan cepat (Rowe, et al., 2009)
3) Selulosa mikrokristalin
Selulosa mikrokristal adalah selulosa yang dimurnikan secara parsial, berwarna putih,
tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri atas partikel-partikel yang menyerap
(Rowe, et al., 2009). Selulosa mikrokristalin sering juga disebut dengan avicel, suatu zat yang
dapat dicetak langsung. Sifat mengalirnya baik, dan sifat pencetakan langsungnya juga bagus
sekali. Harganya cukup mahal bila digunakan sebagai pengisi dengan kadar tinggi, karena itu

10
sering dikombinasi dengan zat lain. Zat ini merupakan bahan pengisi yang banyak digunakan
(Lachman, dkk., 1994). Struktur selulosa mikrokristalin dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Selulosa mikrokristal secara luas digunakan dalam farmasi, terutama sebagai


pengikat/pengisi dalam formulasi tablet dan kapsul yang dapat digunakan dalam proses granulasi
basah dan kempa langsung. Selain digunakan sebagai pengikat/pengisi, selulosa mikrokristalin
juga mempunyai sifat lubrikan dan disintegran yang dapat berguna dalam pembuatan tablet
(Rowe, et al., 2009).
1) Superdisintegrants

Bahan penghancur atau superdisintegrants merupakan bahan utama dalam formulasi


ODT. Superdisintegrants ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet saat
kontak dengan air. Daya mengembang superdisintegrants sangat tinggi dan cepat sehingga
mampu mendesak kearah luar secara cepat yang akan menyebabkan tablet cepat hancur.
Beberapa aksi superdisintegrants dalam mendistegrasikan tablet, antara lain (Bhowmik, et al.,
2009):
2) Aksi kapiler (Wicking)
Tablet yang merupakan hasil pengempaan dari granul, memiliki poripori kapiler. Dan
pada saat tablet bersinggungan dengan medium air, maka air akan berpenetrasi masuk ke dalam
pori-pori tablet. Akibatnya ikatan antar partikel menjadi lemah dan pada akhirnya tablet akan
pecah (Bhowmik, et al., 2009)
3) Pengembangan (Swelling)

Beberapa bahan penghancur apabila terkena air maka akan mengembang, akibatnya
partikel penyusun tablet akan terdesak dan pecah. Hancurnya tablet dengan mekanisme ini
dipengaruhi oleh struktur pori-pori tablet. Semakin kecil pori-pori granul yang ada di dalam

11
tablet, maka semakin besar tenaga untuk menghancurkan tablet (Bhowmik, et al., 2009). Gambar
mekanisme wicking dan swelling dapat dilihat pada Gambar 2.4. WICKING SWELLING

4) Perubahan bentuk (Deformation)


Partikel yang mengalami penekanan pada proses pengempaan akan berubah bentuknya.
Apabila tablet terkena air maka partikel yang membentuk tablet akan kembali ke bentuk asalnya,
maka partikel tablet akan berdesakan sehingga tablet dapat hancur (Bhowmik, et al., 2009).
5) Perenggangan (Repulsion)
Teori ini menerangkan bahwa partikel tidak mengembang tetapi dengan adanya air yang
masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet maka partikel akan tolak menolak
sehingga akan saling memisahkan diri kemudian lepas dari susunannya di dalam tablet. Proses
ini akan membantu terjadinya disintegrasi (Bhowmik, et al., 2009). Gambar mekanisme
deformation dan repulsion dapat dilihat pada Gambar 2.5.

12
E. Metode pembuatan Orally Disintegrating Tablet (ODT)
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin
slug) dan kempa langsung (Ditjen POM, 1995).
a. Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin
pencetak tablet (Anief, 1994).
b. Granulasi kering
Disebut juga slugging atau prekompresi. Metode ini digunakan pada obat yang peka
terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk, 1994).
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slagging atau dikompresi menjadi
tablet. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan banyak
serbuk. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan ayakan
yang sesuai, lalu ditambahkan pelicin kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989).
c. Kompresi Langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat bahan pembantu
tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk bahan-bahan tertentu saja

13
yang berbentuk kristal/butir-butir granul yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk
membuat tablet yang baik dan memungkinkan untuk dikompresi langsung (Voigt, 1994).
Metode kempa langsung memberikan beberapa keuntungan diantaranya tahapan
produksinya sangat singkat (hanya pencampuran dan pengempaan), peralatan yang
dibutuhkan tidak banyak, ruangan yang dibutuhkan kecil dan tenaga yang dibutuhkan juga
tidak banyak karena prosesnya singkat (Ansel, 1989).
F. Uji Mutu Orally Disintegrating Tablet (ODT)
a. Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran
bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang
bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga
sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan
dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara
umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk., 1987).
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat
pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat
diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi.
Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya
kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk., 1994).
b. Friabilitas
Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga
dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada
kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak
100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1%
(Lachman, dkk., 1994).
c. Waktu hancur
Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau
granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan untuk tablet dapat
hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan
mesh-10 (Lachman, dkk., 1994).
d. Kadar zat berkhasiat

14
Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada
setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang
dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk., 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan
tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.

15
BAB III
P E N UTUP
A. KESIMPULAN
Orally Disintegrating Tablet merupakan tablet yang hancur dengan cepat dalam saliva.
Tablet dirancang untuk larut dalam saliva dengan cepat dalam beberapa detik. (Velmurugan dan
Vinushitha, 2010).
ODT ini dimaksudkan untuk mengalami disintegrasi di mulut ketika kontak dengan air
ludah/saliva dalam waktu kurang dari 60 detik (Kundu dan Sahoo, 2008). Untuk proses ini,
jumlah saliva yang sedikit telah cukup untuk memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh
karena tidak diperlukan air untuk menelan obat, pasien dapat memakan obat tanpa minum air
(Koseki, et al., 2008).
B. SARAN
Saya merasa pada makalah ini banyak kekurangan , karena kurangnya referensi dan
pengetahuan saat pembuatan makalah ini, sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun pada pembaca agar dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikian
makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan informasi yang benar guna mendapatkan
apresiasi yang bisa digunakan untuk perbaikan demi kepentingan bersama, sekian dan terima
kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, 7-8, 135, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Ansel, HC, 1985, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 150-151, 212-214, 244-272, 147-
148, UI Press, Jakarta
Banker, G. S., Anderson, N. R., 1986, Tablets (Eds), in Lachman, C. L., Lieberman, H. A.,
Kanig, J. L. (Eds), The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea and Febiger, Philadelpia
Soebagyo, S. Prof, Dr, Apt., 2003, Buku Ajar Tablet (Materi Kuliah Teknologi dan formulasi
Sediaan Padat), 8-10, Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai