Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA ALAM BAHAN LAUT

”Steroid Laut”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII

ANDI MALLARANGAN (518011003)


GIMANGSYAH (518011210)
YULIANTIKASARI (518011198)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas KIMIA BAHAN ALAM LAUT.
Saya menyadari makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Makassar, 02 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .......................................................... .................. 2
DAFTAR ISI .................................................................................. .......... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. ....... 4
A. Latar Belakang ..................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tujuan Makalah ................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................. ..................................................... 6
A. Pengertian Senyawa Sterol ................................................ 6
B. Klasifikasi Senyawa Sterol .................................................. 6
C. Sumber Senyawa Sterol ....................................................... 8
D. Biokonversi Senyawa Sterol ............................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................... 19
A. KESIMPULAN ................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... ........ 20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya steroid laut ditemukan dalam bentuk sterol. Sterol adalah kelompok
steroid yang mengandung gugus hidroksil. Meskipun steroid yang dihasilkan oleh organisme
darat dan laut memiliki kerangka dasar yang sama yakni 1,2-siklopentanoperhidropenantren
namun kedua kelompok ini ditemukan banyak yang memiliki perbedaan pada subtituen dan
jenis rantai sampingnya. Steroid adalah salah satu kelompok metabolit sekunder yang sangat
melimpah, berbagai jenis hormon merupakan turunan steroid dan lazim disebut hormone
steroid. Steroid dalam organisme dihasilkan melalui jalur biogenetik asam mevalonat dengan
prazat asetilkonenzim-A. Metabolisme steroid diturunkan melalui penataan ulang triterpen
yang diawali oleh siklisasi skuelen dan penataan ulang lanosterol (pada heawan) dan
sikloartenol (pada tumbuhan) menghasilkan berbagai turunan steroid. Ciri utama molekul
steroid ditunjukkan oleh kerangka dasar berupa 1,2- siklopentanoperhidropenantren,
keragaman steroid terletak pada rantai samping yakni R1, R2 dan R3 serta pola
oksigenasinya.

Gambar Kerangka dasar molekul steroid 1,2-siklopentanoperhidrofenantren

4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari sterol ?
2. Apa saja klasifikasi sterol?
3. Apa saja sumber penghasil sterol?
4. Bagaimana biokonversi senyawa sterol
C. TUJUAN MAKALAH
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Mengetahui tentang sterol
2. Mengetahui klasifikasi sterol
3. Mengetahui sumber penghasil sterol
4. Mengetahui biokonversi senyawa sterol

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SENYAWA STEROL
Kata sterol berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata stereos + ol;
stereos berarti padatan. Sterol pada umumnya terdapat pada bagian yang tidak
tersabunkan dari jaringan tumbuhan dan hewan (Fieser & Fieser, 1950). Menurut
Robinson (1991), sterol adalah suatu senyawa steroid yang mempunyai rantai
samping delapan atom karbon dan mengandung gugus hidroksil pada atom C-3. Di
dalam “Kamus Lengkap Kimia” disebutkan bahwa sterol adalah sekelompok steroid
berdasar alkohol dan mempunyai rantai samping hidrokarbon yang terdiri atas 8-10
atom karbon (Daintith, 1994). William Nes (dalam Goad & Akihisa, 1997)
mengemukakan bahwa sterol adalah steroid terhidroksilasi yang struktur rantai
sampingnya mempertahankan beberapa atau seluruh atom karbon skualen. Definisi
sterol yang lebih tepat dikemukakan oleh David Nes (dalam Goad & Akihisa, 1997)
sebagai berikut ini. Sterol adalah senyawa isopentenoid tetrasiklik kiral yang
terbentuk melalui proses siklisasi skualen oksida dan mempertahankan gugus polar
(seperti hidroksil atau keto) pada C-3. Proses siklisasi terjadi melalui senyawa
peralihan yang memiliki stereokimia dengan konfigurasi transsyn-trans-anti-trans-
anti.
B. KLASIFIKASI SENYAWA STEROL
Berdasarkan kerangkanya, senyawa turunan sterol dapat dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu: kolestan, ergostan, dan stigmastan seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Ketiga kelompok ini berbeda pada atom C-24 dalam hal apakah atom C tersebut tidak
5 bercabang, bercabang metil, atau bercabang etil. Senyawa turunan sterol dengan
atom C24 tidak bercabang dikelompokkan ke dalam kolestan, yang bercabang metil
ke dalam ergostan, dan bercabang etil ke dalam stigmastan (Manito, 1981).

6
Ketiga kerangka sterol tersebut pada dasarnya mempunyai substituen
hidroksil atau keto pada C-3 (Goad & Akihisa, 1997). Jika terdapat substituen
hidroksil atau oksigen yang lain, maka substituen itu akan tersubstitusi pada atom
karbon yang lain selain C-3, baik pada inti steroid maupun pada rantai sampingnya.
Keberadaan hidroksil atau oksigen pada kerangka kolestan ditunjukkan pada dua
senyawa di bawah ini (Gambar 1.2) yang merupakan hasil penelitian Sheu et al.
(1996).

Keberadaan hidroksil atau oksigen pada kerangka ergostan ditunjukkan pada


dua senyawa di bawah ini (Gambar 1.3) yang merupakan hasil penelitian Schrofder et
al. (1980).

7
Selanjutnya, keberadaan hidroksil atau oksigen pada kerangka stigmastan
ditunjukkan pada dua senyawa di bawah ini (Gambar 1.4) (Schrofder et al.,1980).

C. SUMBER PENGHASIL SENYAWA STEROL


Penelitian sterol laut mulai berkembang sejak tahu 1970, ketika itu banyak
ditemukan sterol laut yang unik. Perbedaan dengan sterol darat biasanya terletak pada
pola alkilasi rantai samping termasuk ditemukannya rantai samping sebagai cincin
siklopropil, alkilasi pada karbon 22 dan 23, karakteristik hidroksilasi, bentuk-bentuk
peroksida sterol dan ditemukan sterol nonkonvensional dengan inti termodifikasi.
Penelitian saat ini telah menunjukkan dengan jelas bahwa organisme laut
mengandung senyawa sterol dengan deversivitas yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan hewan maupun tumbuhan darat
1. Steroid Laut 21 atom karbon
Kelompok sterid terkecil yang pernah diisolasi dari ikan bintang adalah 3β,6α-

8
dihidroksi-5α-pregn-9(11)-en-12-on (3.1) oleh ApSimon dan Eenkhoorn (1974).
Senyawa yang sama juga telah diisolasi dari mahkota ikan laut berduri Acanthaster
planci. Disamping itu juga telah dilaporkan saponin turunannya yang disebut
asterossaponin-A (3.2), merupakan glikosida dari O-(6-deoksi-α-Dgalaktopiranosil)-
(1,4)-O-(6-deoksi-α-D-galaktopiranosil)-(1,4)-O-( 6-deoksi–α-Dglukopiranosil)-1-
(14)-6-deoksi-D-glukosa, yang berikatan melalui C-3, disamping itu, molekul ini juga
mengandung ester sulfat yang terikat pada C-6. Pada ikan bintang Asterias rubens
juga telah diisolasi suatu steroid pregnan 3β, 6α-dihidroksi5α-pregn-20-on (3.3) jenuh
beserta turunannya yakni 3β, 6α, 20β-trihidroksi-5-αpregn-9(11)-en-20-on (3.4).

2. Steroid Laut 22 atom karbon


Kanazawa dan Teshima (1971) telah melaporkan suatu sterol yang tidak lazim
dengan 22 atom karbon dan memiliki dua ikatan rangkap pada C5-C6 dan C20-C21
yaitu Sterol 3β-hidroksi-5(6), 20(21)-diena (3.5), diisolasi dari ketam Tapes
philippinarum. Struktur molekulnya diusulkan sebagai berikut.

3. Steroid Laut 24 atom karbon


Dua senyawa sterol laut dengan 24 atom karbon telah dilaporkan oleh
Vanderah dan Vanderah (1977), keduanya diisolasi dari pena laut Ptilosarsus gurneyi.

9
3β-hidroksil-5(6)-ena 24 ester metil kolat (3.6), kerangka molekulnya sejenis asam
kolat namun sangat berbeda pada pola oksigensinya, tidak memiliki gugus hidroksil
pada C7 dan C9 dan mengandung gugus ester pada ujung rantai samping.

4. Steroid Laut 26 atom karbon


Kelompok sterol ini memiliki rantai samping dengan 7 atom karbon, tidak
menunjukkan adanya tambahan oksigenasi kecuali gugus fungsi hidroksil yang ada
pada C-3, hal tersebut menjadi penciri yang unik bagi sterol laut ini. Sterol jenis ini
diketuhui terdistribusi secara luas diantara invetebrata. Beberapa di antaranya telah
dilaporkan, yaitu (22E)-24-Norkolesta-5,22-dien-3β-ol (3.7) yang ditemukan pada
molusca Pelecypod oleh Idler (1970). Sterol sejenis adalah (22E)-24-Nor-5-
kolesta7,22-dien-3β-ol atau Asterosterol (3.8), telah dilaporkan oleh Kobayashi
(1972) yang ditemukan pada bintang laut Asterias amurensis. Disamping itu, juga
telah dilaporkan (22E)-24-Nor-5-kolet-22-en-3β-ol (3.9) ditemukan dalam spon
Halocynthia roretzi oleh Erdman (1972) 24-Norkolest-5-en-3β-ol (3.10) dilaporkan
berasal dari Placopectenmagellancus.

10
5. Steroid Laut 27 atom karbon
Sterol dengan atom karbon 27 yang berasal dari organisme laut memiliki
varian kerangka molekul serupa dengan kolesterol dengan memiliki ikatan karbon
jenuh maupaun tidak jenuh. Meskipun banyak diantaranya memiliki gugus
teroksigenasi yang lebih banyak. Erdman (1972) telah mengisolasi trans-22-
5βdehidrokolestanol (3.11), berasal dari Hymeniacidon perleve, disamping itu juga
telah ditemukan cis-22-kolesta-5,22-dien-3β-ol (3.12). Sheik (1973) telah melaporkan
adanya trans-22-5β-kolesta-7,24-dien-3β-ol (3.13).

Telah ditemukan pula suatu kelompok sterol C-27 namun memiliki keunikan
karena pada rantai sampingnya nonkonvensional, tidak memiliki gugus metil
terminal. (22E)-27-Nor-(24S)-24-metilkolesta-7,22-diena-3β-ol (3.14), atau biasa
dinamakan amuresterol yang ditemukan pada pada ikan bintang Leiaster leachi oleh
Kobayashi (1974). Sterol sejenis juga telah dipisahkan dari anelida cacing
Pseudopotamilla occelata adalah (22E)-27-Nor-(24S)-24-metilkolesta-5,22-diena3β-
ol (3.15) yang juga disebut occelasterol. Sterol ketiga yang memilki rantai samping
27-nor atau serupa dengan amurestana adalah (22E)-27-Nor-(24S)-24-metil 5α-
kolest-22-diena-3β-ol (3.16) atau Patinosterol, dilaporkan oleh Kobayashi (1975).

11
Telah dilaporkan pula beberapa sterol C27 memiliki pola oksigenasi yang
beragam terutama dalam bentuk gugus hidroksil. Fattorusso (1975) melaporkan
Kolesta-5,23-diena-3β, 25-diol (3.17), (3.18), yang diberi nama liagosterol dengan
rantai samping 23 cis dan trans sebagai isomer telah diisolasi dari laga merah Liagora
distenta. Senyawa yang serupa juga telah dilaporkan Sheik (1972), 5αKolesta-9(11)-
17(20),24-triena-3β,6α-diol (3.19) yang diisolasi dari ikan bintang berduri
Acanthaster planci. Suatu sterol triol diisolasi dari ikan laut Asterias amurensis adalah
5α-Kolesta-9(11)-3β,6α,23-triol (3.20) dilaporkan oleh Ikegami (1972).

Suatu hal yang lebih menarik dengan ditemukannya kelompok senyawa ini
memiliki gugus keton sebagai gugus fungsi pada rantai samping. Dari Marthasterias

12
glacial ditemukan martasteron atau 3β,5α-Dihidroksi-5α-kolesta-9(11)-24-diena-23-
on (3.21) disebut Martasteron dilaporkan oleh Nicholson (1976), bersama dengan itu
ditemukan pula turunannya berupa glikosida yang terikat pada C6. Molekul serupa
juga telah dipisahkan dari 3β,5α-Dihidroksi-5α-kolesta-9(11)-24-diena-23-on-6β-
Dglikosida (3.22) dinamai Glukosida Martasteron. Senyawa keto diol yaitu
3β,6αDihidroksi-5α-kolesta-9(11)-20(22)-diena-23-on (3.23) dan 3β,6α-Dihidroksi-
5αkolesta-9(11)-20(22)-diena-23-on 6-β-D-6’-deoksiglukosida (3.24) ditemukan pada
ikan A. planci dilaporkan oleh Sheik (1972). Bersama itu juga telah ditemukan sterol
yang mengandung tiga gugus hidroksi yaitu 3β,6α-Dihidroksi-5α-kolesta-9(11)-
20(22)-diena-23-on (3.25) dikenal sebagai tarnasterol A.

Keragaman sterol C27 sangat variatif terutama adanya gugus hidroksil yang
melimpah. Beberapa contoh dari kelompok sterol ini berbeda dengan sterol lain yang
telah dilaporkan sebelumnya karena mengandung lebih banyak gugus hidroksil,
umumnya memiliki gugus hidroksil pada C15 dan tidak memiliki ikatan rangkap.
5αKolestana-3β,6α,15α,24ξ-tetrol (3.26) diisolasi dari ikan bintang Jepang Asterias
amurensis oleh Kamiya (1974). Senyawa tetrol yang lain juga telah dipisahkan dari
gorgonia Pseudopterogorgia elisabethae adalah 5α-Kolestana-3β,5α,6β,9α-tetrol
(3.27) dilakukan oleh Scmitz (1976).

13
Dari empedu ikan hiu telah dipisahkan 5β-Kolestana-3α,7α,12α,24ξ,26,27-
heksol (3,28) dikenal dengan nama Skimol. Bersama itu juga telah dilaporkan
anhidroskimol atau 5β-Kolestana-24(26) epoksida-3α,7α,12α,27-heksol (3.29). Dua
alkohol empedu juga telah dipisahkan dari hagfish yaitu miksinol atau 5αKolestana-
3β,6α,16α,26-tetrol (3.30) dan 16-Deoksimiksinol atau 5α-Kolestana3β,7α,26-triol
(3.31) dilaporkan oleh Anderson (1967).

D. BIOKONVERSI STEROL
Senyawa golongan steroid dalam tubuh manusia pada umumnya bersifat
hormonal. Contohnya adalah hormon korteks adrenal (glukokortikoida dan
mineralokortikoida), androgen, estrogen, dan hormon yang aktif selama kehamilan
seperti progesteron. Androgen, estrogen, dan progesteron digunakan sebagai obat.
Turunan estrogen dan progesteron selain digunakan sebagai obat juga digunakan
sebagai kontraseptik (Tarigan, 1991)

Sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan akan obat turunan steroid,

14
maka diperlukan bahan baku steroid alam dalam jumlah yang lebih besar. Namun,
persediaan bahan baku steroid seperti diosgenin, yang diperoleh dari Dioscorea
composita, Coctus sp., dan Testudinaria sylvatica tidak banyak tersedia. Untuk
mengatasi kekurangan diosgenin ini dilakukan studi yang intensif mengenai
kemungkinan penggunaan sterol yang tersedia cukup banyak di alam untuk
menggantikan diosgenin.

Kolesterol dapat diperoleh dari hewan, dan dalam jumlah besar dapat
diperoleh dari hasil pencucian lemak bulu domba. Sitosterol serta stigmasterol
diperoleh dari kedelai dan kampesterol dapat dihasilkan dalam jumlah besar sebagai
hasil sampingan dari industri kertas (Tarigan, 1991). Karena sterol merupakan salah
satu komponen lipida dalam hewan dan tumbuhan (kolesterol dalam hewan dan
sitosterol serta stigmasterol dalam tumbuhan), maka senyawa turunan sterol dapat
tersedia secara melimpah pada hewan dan tumbuhan.

Pencarian sumber sterol dan berbagai senyawa turunan sterol lebih intensif
dilakukan sejak diketahui bahwa rantai samping berbagai sterol alam dapat diputus
secara selektif oleh mikrorganisme (Amini, 1999). Kolesterol, kampesterol, sitosterol,
dan stigmasterol atau campurannya dapat dijadikan bahan dasar atau bahan baku
untuk pembentukan beberapa senyawa antara seperti 1,4-androstadien-3,17-dion (1,4
ADD), 4- androsten-3,17-dion (AD), progesteron, dan senyawa antara yang lainnya.
Selanjutnya, berbagai senyawa antara ini dikonversi menjadi obat-obat turunan
steroid. Sebagai contoh kolesterol dapat dikonversi menjadi senyawa ∆5 pregnan-3β-
ol-20-on yang dilanjutkan dengan pembentukan progesteron. Progesteron ini dapat
diubah menjadi hormon korteks adrenal, testosteron, dan estradiol. Estradiol dapat
diubah menjadi estron dengan bantuan Actinomyces albus atau Proactinomyces sp.
(Capek et al., 1966). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nagazawa pada tahun 1969
menunjukkan bahwa biokonversi kolesterol menjadi 1,4 ADD dilakukan oleh
Arthrobacter simplex dengan hasil 15% (Tarigan, 1991).

15
Mamoli dan Vercellone (1937) mengkonversi senyawa steroid secara
mikrobiologi dengan cara hidrogenasi atau dehidrogenasi (Amini, 1999). Penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Turfitt pada tahun 1948, yaitu biotransformasi kolesterol
menjadi asam 4-dehidroetiokolonat dengan menggunakan Nocardia sp. Kramli dan
Hovath pada tahun 1948 dan 1949 membuat 7-hidroksikolesterol dari kolesterol
dengan menggunakan Nocardia resens seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.8
(Tarigan, 1991).

Gambar 1.8 Biokonversi kolesterol menjadi asam 4-hidroetiokolonat dan 7-


hidroksikolesterol (Tarigan, 1991).

Dengan cara biokonversi, kolesterol dapat juga diubah menjadi kolestenon


dengan bantuan Azotobacter sp., Proactinomyces roseus, Proactinomyces
erythropolis, atau Flavobacterium maris. Sementara itu, pregnenolon dapat dikonversi
menjadi progesteron oleh Aspergillus atau Actinomyces (Capek et al., 1966).
Progesteron sebagai senyawa antara untuk pembuatan obat-obatan turunan steroid
telah mampu diproduksi dalam jumlah banyak dan harganya relatif murah.
Progesteron ini merupakan hasil biokonversi stigmasterol (Tarigan, 1991).

Degradasi senyawa 19-hidroksikolestenon oleh Nocardia restrictus ATCC


(American Type Culture Collection) 14887 atau Nocardia sp. ATCC 19170

16
menghasilkan estron sebanyak 30%. Degradasi ini tidak sempurna karena estron yang
dihasilkan bersifat toksik terhadap mikroorganisme pendegradasinya, sehingga
metabolisme selanjutnya tidak dapat berlangsung. Senyawa 3β-asetoksi-19-
hidroksikolestan adalah substrat yang lebih baik dibandingkan dengan 19-
hidroksikolestenon, karena dapat dikonversi menjadi estron oleh Nocardia sp. ATCC
19170 dengan hasil kira-kira 79% dalam 96 jam. Estron juga dapat diperoleh dari
senyawa 19-nor-kolesta-1,3,5(10)-trien-3-ol dan 19-hidroksi-4,7-kolestadien-3-on
dengan bantuan Nocardia restrictus ATCC 14887. Selain Nocardia sp., beberapa
spesies mikroorganisme juga dapat mengkonversi 19-nor-hidroksisterol atau 19-
hidroksisterol dan beberapa senyawa turunan sterol lainnya menjadi estron. Sebagai
contoh, Mycobacterium sp. dapat mengkonversi 19-hidroksi-4,7-kolestadien-3-on
menjadi estron (20%) dan ekuilin (16%). Demikian juga Corynebacterium simplex
dan Nocardia rubra dapat mengkonversi 19-nor-kolesta-1,3,5(10),7(8)-tetraen-3-ol
menjadi ekuilenin (Amini, 1999). Skema sintesis estron, 19-norsteroid, dan
testosteron dari kolesterol atau stigmasterol ditampilkan pada Gambar 2.9 (Tarigan,
1991).

17
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata sterol berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata stereos + ol;
stereos berarti padatan. Sterol pada umumnya terdapat pada bagian yang tidak
tersabunkan dari jaringan tumbuhan dan hewan (Fieser & Fieser, 1950). Menurut
Robinson (1991), sterol adalah suatu senyawa steroid yang mempunyai rantai
samping delapan atom karbon dan mengandung gugus hidroksil pada atom C-3. Di
dalam “Kamus Lengkap Kimia” disebutkan bahwa sterol adalah sekelompok steroid
berdasar alkohol dan mempunyai rantai samping hidrokarbon yang terdiri atas 8-10
atom karbon (Daintith, 1994).
Penelitian sterol laut mulai berkembang sejak tahu 1970, ketika itu banyak
ditemukan sterol laut yang unik. Perbedaan dengan sterol darat biasanya terletak pada pola
alkilasi rantai samping termasuk ditemukannya rantai samping sebagai cincin siklopropil,
alkilasi pada karbon 22 dan 23, karakteristik hidroksilasi, bentuk-bentuk peroksida sterol dan
ditemukan sterol nonkonvensional dengan inti termodifikasi. Penelitian saat ini telah
menunjukkan dengan jelas bahwa organisme laut mengandung senyawa sterol dengan
deversivitas yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hewan maupun tumbuhan darat

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson, I.G., Haslewood, G.A.D., 1967. Biochem. J. 104, 1061

2. Erdman, T.R., Thomson, R.H. 1972. Tetrahedron. 28, 5163

3. Fattorusso, E., Magno, S., Mayol, L. 1975. Tetrahedron. 31, 1715

4. Idler, D.R., Wiseman P. 1970. Comp. Biochem. Physiol. A. 38, 581

5. Ikegami, S., Kamiya, Y.,Tamura, S. 1972. Tetrahedron Lett. 3725

6. Kamiya, Y., Ikegami, S., Tamura, S. 1974. Tetrahedron Lett. 655

7. Kanazawa, A., Teshmina, S. 1971. Nippon Suisan Gakkaishi. 37, 675

8. Kobayashi, M., Mitsuhashi, H. 1974. Tetrahedron. 30, 2147

9. Kobayashi, M., Mitsuhashi, H. 1975. Steroids. 26, 605

10. Nicholson, S.H., Turner, A.B. 1976. J. Chem. Soc. Perkin Trans. I. 1357

11. pSimon, J.W., Eenkhoorn, J.A. 1974. Can. J. Chem. 52, 4113

12. Sheikh, Y.M., Djarassi, C. 1973. Tetrahedron Lett. 2927

13. Sheikh, Y.M., Tursch, B., Djarassi, C. 1973. J.Am. Chem. Soc. 94. 3278

14. Sheikh, Y.M., Djarassi, C. 1973. Tetrahedron Lett. 2927

15. Scmitz, F.J., Campbell, D.C., Kubo, I. 1976. Steroids. 28, 211

16. Vanderah, D. J., Djerassi, C. 1977. Tetrahedron Lett. 683

20

Anda mungkin juga menyukai