Anda di halaman 1dari 41

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Proses

penuaan

dan

penyakit

degeneratif

seperti

kanker,

asteroklerosis, stroke, tekanan darah tinggi, serta terganggunya


sistem imun tubuh, merupakan beberapa penyakit yang berkaitan
dengan aktivitas radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu atom atau
molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Elektron
dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah
menyerang sel-sel di dalam tubuh. Radikal bebas tersebut dapat
dihambat dengan antioksidan. (Ulialbab, 2012)
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan
sumber daya alam hayati yang berlimpah. Di Indonesia banyak
tumbuh tumbuhan yang belum banyak diketahui oleh masyarakat
untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan yang kaya akan zat-zat yang
bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan. Salah satu tumbuhan yang
bermanfaat itu ialah kenikir.
Daun kenikir telah banyak dikenal oleh masyarakat sebagai sayur
urap, lalapan, dan sayuran pelengkap pecel. Khasiat daunnya adalah
sebagai penambah nafsu makan, obat lemah lambung, dan untuk
mengusir serangga (Anonim, 2006).
Bunawan (2014) dalam jurnalnya menyatakan daun kenikir
merupakan sumber yang kaya akan senyawa bioaktif termasuk
flavonoid, fenolat, protein, mineral dan vitamin. Senyawa fenolat
merupakan kelompok yang paling banyak aktif sebagai antioksidan
dan merupakan sumber antio ksidan alami (Mediani, 2013) dan

senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan (Hertog et


al., 1992)
Berdasarkan hasil penelitian Mediani (2013) ekstrak etanol daun
kenikir memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan IC 50 sebesar
55 g/ml dan IC50 sebesar 45 g/ml dengan pelarut metanol. IC 50
1
asam askorbat sebesar 10,7 g/ml (Lee, 2011). Ekstrak etanol daun
kenikir menunjukkan aktivitas penghambat radikal bebas tertinggi
diantara 5 tanaman lokal malaysia sebesar 86,85% (Rafat, 2010).
Selain itu ekstrak daun kenikir memiliki jumlah total fenol tertinggi
diantara 11 sayuran dari Indonesia yaitu sebesar 1,52 mg GAE/100 g
berat segar (Andarwulan, 2010).
Kebanyakan penelitian yang dilakukan pada daun kenikir masih
sebatas pada pembuktian adanya aktivitas antioksidan tetapi belum
banyak yang mengembangkannya sebagai bentuk sediaan farmasi.
Bila dibandingkan dengan obat-obatan modern, obat dari bahan alam
memiliki tingkat keamanan yang baik karena efek samping dari obat
bahan alam ini relatif kecil. Di zaman modern seperti sekarang
dengan berbagai macam aktivitas memungkinkan masyarakat
cenderung untuk memilih sediaan obat yang praktis. Tablet
merupakan salah satu bentuk sediaan yang paling banyak diminati
oleh perusahaan farmasi maupun oleh masyarakat.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Dalam formulasi sediaan tablet, selain zat aktif
dibutuhkan juga bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat,
penghancur, pewarna dan bahan tambahan lainnya. Bentuk sediaan

tablet memiliki keuntungan yang meliputi ketepatan dosis, praktis


dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
dalam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang memikat
(Lachman, 1994).
Pada proses pembuatan tablet zat aktif yang digunakan berupa
ekstrak daun kenikir yang diperoleh dari proses penyarian dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak etanol daun
kenikir yang telah diperoleh, diproses menjadi sediaan tablet dengan
metode

granulasi

basah.

Metode

granulasi

basah

memiliki

keuntungan yaitu memperoleh aliran yang lebih baik, mencegah


pemisahan komponen campuran selama proses dan memperbaiki
atau

meningkatkan

(Siregar,2010).

distribusi

Berdasarkan

keseragaman

paparan

diatas,

kandungan

peneliti

ingin

memformulasikan ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus


Kunth) sebagai antioksidan dalam bentuk sediaan tablet agar mudah
dan efektif dikonsumsi oleh masyarakat.
I.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana formulasi tablet yang baik dari ekstrak daun kenikir
(Cosmos caudatus Kunth) dengan metode granulasi basah?
I.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini akan dilakukan formulasi sediaan tablet dari
ekstrak daun kenikir dengan metode granulasi basah yang memenuhi
persyaratan sebagai tablet.

I.4 Tujuan Penelitian


Mendapatkan formulasi tablet ekstrak daun kenikir (Cosmos
caudatus Kunth) yang memenuhi persyaratan tablet yang baik
dengan metode granulasi basah.
I.5 Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi mengenai pengujian formulasi tablet
ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) sebagai antioksidan
dengan metode granulasi basah.

I.6 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan
Mei 2015 di Laboratorium Teknologi Farmasi Poltekkes Kemenkes
Jakarta II dan Laboratorium Teknologi Farmasi Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung Jalan Soekarno-Hatta No. 754 Bandung

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus Kunth)

II.1.1 Klasifikasi Tanaman


Klasifikasi dari tumbuhan kenikir adalah sebagai berikut: (Depkes,
2008)
Kingdom

: Plantae

Division

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Order

: Asterales

Family

: Asteraceae

Genus

: Cosmos

Species

: Cosmos caudatus Kunth

II.1.2 Morfologi
Morfologi dari tumbuhan kenikir (Cosmos caudatus Kunth) adalah
sebagai berikut: (Depkes, 2008)
Batang : Tegak segi empat, beralur membujur, bercabang banyak,
beruas, hijau keunguan.
Daun

: Daun bersilang berhadapan, bertangkai panjang, helaian

daun berbagi menyirip, warna hijau, bagian pangkal melebar dan


ujung runcing, panjang 2,5-20 cm.

Bunga : Majemuk, bentuk bongkol, di ujung batang, tangkai

25cm, mahkota terdiri dari 8 daun mahkota, panjang 1

panjang

cm, merah, benang sari bentuk tabung, kepala sari coklat kehitamhitaman, putik hijau kekuning-kuningan
Buah

: Keras, bentuk jarum, ujung berambut, masih muda hijau

setelah tua coklat


Biji

: Keras, kecil, bentuk jarum, panjang

1 cm, hitam

II.1.3 Habitat
Kenikir merupakan tumbuhan tropika asal Amerika Latin, namun
telah tumbuh menyebar dan mudah didapati di Florida, Amerika
Serikat, Malaysia, serta negara-negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Kenikir merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar
75-100 cm. (Batari, 2007)
II.1.4 Kandungan kimia
Daun kenikir mengandung saponin, flavonoida, fenol, mineral,
protein dan vitamin. (Daulat, 2013; Bunawan, 2014)

II.1.5 Khasiat
Sebagai penambah nafsu makan, obat lemah lambung, dan pengusir
serangga.

Tanaman

ini

digunakan

secara

tradisional

untuk

mengurangi panas tubuh, sebagai agen anti-penuaan, memperkuat


sumsum tulang (karena kandungan kalsium yang tinggi), Selain itu
berdasarkan hasil penelitian daun kenikir mempunyai aktivitas

antioksidan yang tinggi dan memiliki aktivitas sebagai antimikroba.


(Anonim, 2006; Daulat, 2013)
II.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. (Depkes,
2000)
II.2.1 Metode pembuatan Ekstrak
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan merendam
simplisia dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan
masuk ke dalam rongga sel melewati dinding sel, kemudian zat aktif
yang terkandung di dalam sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah. Proses tersebut terus berulang
hingga tercapai keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dan luar sel. (Depkes, 2000)
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umum dilakukan pada temperatur ruangan.
Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
antara,

tahap

perkolasi

sebenarnya

(penetasan/penampungan

ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 15 kali jumlah bahan. (Depkes, 2000)
3. Sokhletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru


yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. (Depkes, 2000)
II.3 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu manghambat proses
oksidasi dan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah atom
atau molekul yang tidak stabil karena tidak memiliki elektron yang
tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif
untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel
tubuh. Apabila hal tersebut terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan dan kematian sel. (Erawati, 2012)
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya
kepada senyawa yang bersifat antioksidan sehingga aktivitas
senyawa oksidan tersebut bisa dihambat. (Winarsi, 2007)
II.3.1 Klasifikasi Antioksidan
Berdasarkan mekanisme kerjanya antioksidan digolongkan menjadi
tiga kelompok yaitu: (Winarsi, 2007)
1. Antioksidan primer
Antioksidan primer disebut juga sebagai antioksidan enzimatis.
Antioksidan ini meliputi enzim superdioksida dimustase (SOD),
Katalase dan glutation peroksidase (GSHPx). Antioksidan primer
merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan atom hidrogen
secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan
yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil.
Sebagai

antioksidan,

enzim-enzim

tersebut

menghambat

pembentukan radikal bebas, dengan cara memutus reaksi berantai

(polimerisasi), kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih


stabil.
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan non-enzimatis.
Antioksidan non-enzimatis dapat berupa komponen non-nutrisi dan
komponen nutrisi dari sayuran dan buah-buahan meliputi Vitamin E,
vitamin C dan karoten. Kerja sistem non-enzimatik yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan
cara menangkapnya. Akibatnya radikal bebas tidak beraksi dengan
seluler
3.Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan
yang disebabkan radikal bebas. Contohnya enzim yang berguna
memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan
reduktase.
II.3.2 Peredaman radikal bebas
Metode DPPH (1,1-2-Difenil-2-Pikril Hidrazil)
DPPH adalah radikal bebas yang stabil karena adanya delokalilasi
sebuah elektron. Delokalisasi ini juga menyebabkan munculnya
warna ungu pada DPPH. Apabila larutan DPPH dicampurkan dengan
senyawa lain yang dapat menyumbangkan atom hidrogen, maka
warna ungu dari DPPH akan memudar atau bahkan hilang dan
berubah menjadi warna kuning. Pengujian aktivitas antioksidan
dengan menngunakan DPPH dilakukan dengan cara menentukan IC 50
(Inhibition Concentration) dari suatu senyawa antioksidan yaitu
konsentrasi tertentu yang memberikan efek inhibisi sebesar 50%
terhadap radikal bebas. (Molyneux, 2004)
II.4

Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa


cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya
rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok. Pengertian tablet
yang lebih sederhana adalah yang lebih sederhana adalah sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
(Anonim, 1979; Anonim, 1995)
II.4.1 Keuntungan Tablet
Keuntungan tablet adalah sebagai berikut: (Siregar, 2010)
1.

Tablet merupakan betuk sediaan yang utuh dan menawarkan


kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk
ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling

rendah
Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya
paling rendah
3.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan
paling kompak
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan
2.

5.

murah untuk dikemas serta dikirim


Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan
tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang

6.

memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi


Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus,

7.

seperti penglepasan di usus atau produk lepas lambat


Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk
diproduksi secara besar-besaran

8.

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat


pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang
paling baik

II.4.2 Kerugian Tablet


Kerugian tablet adalah sebagai berikut: (Siregar, 2010)
1.

Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,


tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya

2.

berat jenis.
Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan
atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna
atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak
mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang

3.

masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup


Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau
kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu
sebelum dikempa ( bila mungkin ) atau memerlukan penyalutan
dulu.

II.4.3 Bahan-bahan tambahan dalam sediaan tablet


1. Zat Pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang
ditambahkan kedalam suatu formulasi yang ditambahkan ke dalam

suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot,


ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu
kemudahan dalam pembuat tablet, dan meningkatkan mutu sedian
tablet. Bahan pengisi tablet yang umum digunakan adalah laktosa,
pati, dan selulosa mikrokristal (avicel). (Anonim, 1995; Siregar,
2010)
2. Bahan Pengikat
Bahan pengikat atau adhesif ditambahkan ke dalam formulasi tablet
untuk menambah kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang
penting untuk membentuk granul yang dibawah pengempaan akan
membentuk suatu massa kohesif atau kompak. Bahan pengikat yang
umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,

dan

metilselulosa. (Anonim, 1995; Siregar, 2010)


3. Bahan Penghancur
Disintegran adalah istilah yang diterapkan pada berbagai zat yang
ditambahkan pada granulasi tablet yang bertujuan menyebakan tablet
yang dikempa pecah (terdisintegrasi) jika ditempatkan dalam
lingkungan berair. Disintegran tablet yang paling banyak digunakan
adalah pati dan selulosa. (Anonim, 1995; Siregar, 2010)
4. Lubrikan
Lubrikan adalah suatu eksipien tablet yang digunakan dalam
formulasi sediaan tablet untuk mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet, mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari
dalam lubang kempa, dan untuk mencegah pelekatan tablet pada
punch dan dinding lubang kempa. Fungsi utama lubrikan tablet
adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul pada permukaan
tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan
pengeluaran tablet dari lubang kempa. Contoh dari lubrikan adalah

asam stearat, magnesium stearat, dan talkum. (Anonim, 1995;


Siregar, 2010)

5. Glidan
Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir
serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses
granulasi. Glidan berfungsi untuk menmpatkan partikel-partikelnya
di antara partikel partikel komponen lainnya. Glidan yang umum
digunakan adalah talk, pati, aerosil. (Anonim, 1995; Siregar, 2010)
6. Zat warna, Pemberi rasa, dan Pemanis
Penambahan zat warna, pemberi rasa dan pemanis untuk
meningkatkan nilai estetika atau untuk memberi rasa yang tidak enak
pada tablet. (Siregar, 2010)
II.4.4 Metode pembuatan tablet
Metode pembuatan tablet terdiri dari 3 metode, yaitu:
1. Cetak langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahanbahan obat, bahan pembantu berbentuk serbuk tanpa proses
pengolahan awal. Bahan-bahan yang dikempa langsung, disamping
baik alirannya dan kompresibilitasnya, juga harus inert, tidak berasa,
dapat dikerjakan kembali, bisa pecah dan murah. Prinsip pembuatan
tablet dengan metode cetak langsung adalah dengan menambahkan
zat aktif dengan eksipien yang mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas yang tinggi dan langsung dicetak. (Ansel, 2005;
Lachman, 1994)

2.

Granulasi basah

Granulasi basah yaitu proses menambahkan cairan pada suatu serbuk


atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.
Granulasi basah merupakan metode yang terluas yang digunakan
dalam membuat tablet kompresi. Pembuatan granulasi basah secara
umum yaitu zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur,
lalu dibasahi dengan larutan pengikat. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50C.
Setelah itu diayak kembali untuk memperoleh granul dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet. (Siregar, 2010; Ansel, 2005)
3.

Granulasi kering

Granulasi kering adalah memproses partikel zat aktif dan eksipien


dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih kecil. (Ansel, 2005)
II.4.5 Evaluasi sifat fisik granul
1. Waktu alir
Waktu alir yaitu waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk
mengalir. Waktu alir yang baik akan menghasilkan tablet yang
memenuhi syarat, terutama terhadap keseragaman bobotnya. (Voight,
1994)
2. Kadar air
Uji kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam sediaan
yang dibuat. Kadar air yang baik untuk sediaan serbuk adalah 2 - 4%
karena semakin tinggi kadar air semakin buruk kualitas sediaan yang
dibuat. (Voight, 1994)

Kadar air = Bobot sebelum bobot sesudah x 100%


Bobot sebelum
3. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan
serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut
diam lebih kecil atau sama dengan 300 biasanya menunjukkan bahwa
bahan dapat mangalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama
dengan 400 daya mengalirnya kurang baik. (Lachman, 1994)
4.

Uji pemampatan
Uji pemampatan dilakukan untuk mengetahui sifat alir granul dengan
adanya

ketukan.

Pengujian

dilakukan

dengan

mengamati

pengurangan volume yang dihasilkan akibat getaran mekanis dari


granul dalam volummeter. Dari data tersebut maka dihitung harga
indeks pemampatan. Semakin kecil harga indeks pemampatan
semakin baik sifat fisik massa granul. (Voight, 1994)
5.

Kerapatan nyata
1. Ditimbang sebanyak kurang lebih 40 g sampel serbuk (X)
Dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan volume dicatat (Y)
2. Kerapatan nyata diperoleh dari bobot serbuk dibagi volume awal
Kerapatan nyata : Wn = X/Y. (Voight, 1994)
6. Kompresibilitas
Kompresibilitas diperoleh dari perhitungan kerapatan mampat dan
kerapatan nyata dan di hitung dengan rumus: (Voight, 1994)
K (%) = Wm Wn x 100%
Wm
K = Kompresibilitas
Wm = Kerapatan mampat
Wn = Kerapatan nya
II.4.6

Evaluasi sifat fisik tablet

1. Penampilan tablet
Penampilan umum suatu tablet, identitas visual serta seluruh
keindahannya sangat penting bagi penerimaan konsumen. Kontrol
terhadap penampilan umum tablet melibatkan bentuk, warna, ada
tidaknya bau, bentuk permukaan, dan cacat fisik. (Lachman, 1994)
2. Keragaman bobot
Jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan,
menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang
diisikan yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan
dengan beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak agar tercapai
berat tablet yang diharapkan. (Ansel, 2005)
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-ratanya. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B. (Anonim, 1979)
Tabel II.1
Syarat Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet
Bobot rata-rata
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 300 mg
Lebih dari 300 mg
3. Keseragaman ukuran

Penyimpangan bobot rata-rata


dalam %
A
B
15%
30%
10%
7,5%
5%

20%
15%
10%

Ketebalan yang diinginkan dalam tablet harus diperhitungkan


terhadap volume dari bahan yang diisikan ke dalam cetakan, garis

tengah cetakan dan besarnya tekanan yang dipakai punch untuk


menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet dengan ukuran
yang seragam harus dilakukan pengawasan agar volume yang
diisikan dan tekanan yang diberikan tetap sama. (Ansel, 2005)
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari satu sepertiga tebal tablet. (Anonim, 1979)
4.

Kekerasan tablet

Uji kekerasan tablet dilakukan untuk mengetahui kekuatan tablet.


Tablet hendaknya cukup keras agar tahan terhadap pengemasan dan
pengiriman, tetapi tidak terlalu keras untuk dapat dipatahkan diantara
jar-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya. Alat
untuk menguji kekerasan tablet dikenal sebagai hardness tester.
Kekuatan minimum tablet adalah sebesar 4 kg/cm. (Siregar, 2010;
Ansel,2005)
5.

Kerapuhan tablet/ friabilitas

Data Friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan


tablet terhadap gesekan, goresan ringan atau kerusakan dalam
penanganan, pengemasan dan pengapalan. Alat penguji kerenyahan
dikenal sebagai friabilator. Prinsipnya adalah mentapkan bobot yang
hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama
waktu tertentu. Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke dalam alat
friabilator, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet
kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih
kecil dari 0.5% sampai 1 % masih dapat dibenarkan. (Ansel, 2005;
Lachman, 1994)
6.

Friksibilitas

Frisikibilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika


tablet mengalami gesekan antar sesama tablet. Untuk tablet yang
baik bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1%. (Siregar, 2010)
7.

Waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk


hancur. Alat penguji waktu hancur dikenal sebagai disintegration
tester. Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut. (Lachman, 1994;
Anonim, 1979)

Bab III Metodologi Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan bahan aktif tumbuhan


daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth), pengumpulan bahan
tambahan dan determinasi tanaman. Proses selanjutnya adalah
ekstraksi simplisia secara maserasi dengan pelarut etanol 80%,
penapisan fitokimia, dan pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak
daun kenikir dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas

DPPH.

Selanjutnya

pengeringan

ekstrak,

penentuan

dosis,

pembuatan rancangan formulasi tablet ekstrak daun kenikir,


dilanjutkan dengan pembuatan granul dengan metode granulasi
basah serta pengujian sifat fisik granul yang meliputi kadar air
granul, kecepatan alir, sudut diam, kerapatan mampat, kerapatan
nyata dan kompresibilitas. Kemudian granul dikempa dan tablet
dievaluasi meliputi keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet,
keseragaman ukuran tablet, friabilitas, friksibilitas, waktu hancur
dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antioksidan kembali terhadap
sediaan tablet.

Bab IV Alat dan Bahan

IV.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak etanol daun
kenikir ini adalah : Timbangan analitik, oven, spektrofotometer sinar
ultraviolet sinar tampak, batang pengaduk, spatel, mesin pencetak
tablet (rotary machine), ayakan mesh, jangka sorong, alat uji
istirahat (corong dan silinder penyangga), alat uji daya alir, alat uji

kerapatan mampat, alat uji friabilitas, disintegration tester, hardness


tester dan alat alat gelas.
IV.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak etanol daun
kenikir ini adalah : Ekstrak daun kenikir, aquadest, etanol, metanol,
Avicel 101, PVP, Amprotab, Magnesium stearat, talk, aerosil,
pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi LiebermannBurchard, asam klorida, asam sulfat, asam asetat anhidrat, amil
alkohol, serbuk magnesium, NaOH, DPPH (1,1-2-Difenil-2-Pikril
Hidrazil).

Bab V Prosedur penelitian

V.1 Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman


Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) didapat dari perkebunan
Manoko Lembang Bandung Jawa Barat, kemudian di determinasi di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA,
Universitas Padjajaran Bandung Jawa Barat.

V.2 Penyiapan Esktrak Daun Kenikir


Daun kemikir yang diperoleh dicuci dengan air bersih lalu
dikeringkan. Simplisia yang telah kering kemudian dibuat serbuk.
Selanjutnya, simplisia serbuk dimaserasi menggunakan pelarut
etanol 80% selama tiga hari kemudian filtrat dipekatkan dengan
cara evaporasi pada suhu 50-55OC hingga didapat ekstrak kental.
(Putri, 2014)
V.3 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa
yang terdapat dalam ekstrak, meliputi pemeriksaan alkaloid,
steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, tanin, dan kuinon.
V.3.1 Identifikasi alkaloid
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer pada tabung
yang lain. Reaksi positif jika pada penambahan Dragendorff
terbentuk endapan merah bata atau endapan putih pada penambahan
pereaksi Mayer. (Anonim, 1995)

V.3.2. Identilfikasi Flavonoid


Ekstrak ditambahkan serbuk magnesium dan 2mL asam klorida,
kemudian dikocok dengan 10 ml amil alkohol. Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga, kuning, atau merah
pada lapisan amil alkohol. (Anonim, 1995)
V.3.3
Identifikasi saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml
air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik.
Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10

menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N


menunjukkan adanya saponin. (Harborne, 1996)
V.3.4
Identifikasi terpenoid/Steroida
Ekstrak diuapkan dalam cawan penguap ke dalam residu
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard, yaitu dua tetes asam
asetat anhidrat dan satu tetes asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna
merah-ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan terbentuk warna
hijau-biru menunjukkan adanya steroid.. (Anonim, 1995)
V.3.5
Identifikasi tanin
Sebanyak 2mL ekstrak direaksikan dengan larutan besi (III) klorida
1% jika terbentuk warna biru kehitaman menujukkan adanya tanin .
(Harborne, 1996)
V.3.6
Identifikasi kuinon
Satu gram ekstrak kental di tambahkan 100mL air panas kemudian
didihkan selama lima menit kemudian pindahkan 3 tetes filtrat pada
kaca arloji teteskan NaOH 1 N jika terjadi warna merah
menunjukkan adanya kuinon.. (Harborne, 1996)
V.4 Uji aktivitas antioksidan Ekstrak
V.4.1 Pembuatan Larutan DPPH (1,1-2-Difenil-2-Pikril Hidrazil)
Larutan DPPH 60 bpj dibuat dengan melarutkan 6mg serbuk DPPH
dalam

metanol

p.a

dalam

labu

takar

100mL,

kemudian

dihomogenkan. (Sari, 2013)


V.4.2
Pembuatan variasi esktrak etanol daun kenikir
Ekstrak daun kenikir dibuat larutan induk 1000 bpj dengan
melarutkan 0,025g ekstrak kenikir dengan pelarut metanol p.a dalam
labu takar 25mL, Kemudian dari larutan induk dibuat 6 variasi
konsentrasi. (Sari, 2013)

V.4.3 Larutan blanko


Sebanyak 2mL metanol p.a ditambahkan 2mL larutan DPPH 60 bpj,
dihomogenkan dalam tabung reaksi dan dibiarkan selama 30 menit
pada ruang gelap. Selanjutnya serapan larutan diukur menggunakan
spektrofotometer visible hingga diperoleh panjang gelombang
serapan maksimum. (Sari, 2013)
V.4.4
Penentuan Aktivitas antioksidan
Sebanyak 2mL ekstrak daun kenikir dengan 6 variasi konsentrasi
ditambahkan 2mL larutan DPPH 60 bpj, dihomogenkan dalam
tabung reaksi dan dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap.
Setelah

itu

diukur

absorbansi

dengan

panjang

gelombang

maksimum. Perlakuan yang sama untuk pembanding yaitu vitamin


C. Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam persentase peredaman (%
inhibisi) terhadap radikal DPPH. (Sari, 2013)
% inhibisi = Absorbansi blanko Absorbansi sampel x 100 %
Absorbansi blanko
Nilai IC50 masing-masing konsentrasi sampel dihitung dengan
menggunakan rumus persamaan regresi linier.
Tabel V.1
Kategori Antioksidan Berdasarkan Nilai IC50
Kategori
Sangat kuat
Kuat
Sedang
Lemah
V.5 Pembuatan Tablet
V.5.1 Perhitungan dosis

IC50
<50
50 100
101 150
151 200

Perhitungan dosis ekstrak daun kenikir sebagai antioksidan


berdasarkan perbandingan hasil IC50 ekstrak daun kenikir dengan
hasil IC50 vitamin C pada pengujian aktivitas antioksidan :
IC50 Ekstrak daun kenikir sebesar 70,91 g/ml
IC50 Vitamin C sebesar 5,64 g/ml
IC50 Ekstrak daun kenikir : IC50 Vitamin C = 12 : 1
IC50 Ekstrak daun kenikir : IC50 Vitamin C = 600mg : 50mg
Kekuatan sediaan per tablet ditetapkan sebesar 300mg dengan
pertimbangan agar didapatkan ukuran tablet yang tidak terlalu besar
sehingga dosis sekali minum sebanyak 2 tablet.
V.5.2
Pembuatan Granul dan Tablet
Tablet dibuat dengan cara granulasi basah. Ekstrak daun kenkir,
Avicel PH 101, amprotab (untuk fase dalam) dan PVP dicampur dan
disemprotkan dengan etanol 70% sampai homogen dan terbentuk
massa granul dilewatkan pada mesh 14 dan dikeringkan pada suhu
40oC sampai kering. Granul yang sudah kering selanjutnya diayak
dengan mesh 16, selanjutnya ditambahkan amprotab (untuk fase
luar), Mg stearat, aerosil. Granul yang sudah ditambahkan fase luar
kemudian dikempa. (Rismayanti, 2012)
Tabel V.2
Formulasi Tablet Ekstrak Daun Kenikir

Nama zat

Formulasi
1

Ekstrak daun kenikir

550mg

550mg

550mg

Avicel PH 101

2,14%

1,14%

0,14%

PVP

2%

3%

4%

Amprotab

5%

5%

5%

Mg stearat
Aerosil

1%

1%

1%

0,25%

0,25%

0,25%

Amprotab
5%
5%
5%
Ket : Dosis esktrak daun kenikir akan dihitung berdasarkan
perbandingan IC50 ekstrak daun kenikir dan vitamin C
V.5.3 Uji Sifat Fisik Granul
1. Kadar air
Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam alat moisture balance.
Granul diratakan dan kemudian alat dijalankan, selanjutnya
diperoleh data kadar air yang terkandung dalam granul. (Voight,
1994)
Persyaratan : 2 5%
2. Waktu alir
Timbang 25 gram granul tempatkan pada corong alat uji waktu alir
dalam keadaan tertutup. Buka penutupnya biarkan granul mengalir,
catat waktunya, gunakan stopwatch, lakukan 3x. (Aulton, 1988;
Voight, 1994)

Tabel V.3
Kecepatan Alir dan Sifat Alir
Kecepatan Alir

Sifat Aliran

>10

Sangat baik

4 - 10

Baik

1,6 - 4

Sukar

<1,6

Sangat sukar

3. Sudut diam
Campuran serbuk yang tertampung dalam silinder penyangga dengan
membentuk puncak, selanjutnya diukur tinggi puncak serbuk (h)
yang terbentuk. Kemudian diukur juga jari-jari lingkaran (r)
penyangga dan dihitung sudut istirahat () dengan menggunakan
rumus: (Lachman, 1994)
Tg = h/r
Keterangan: h = Tinggi
R = Jari jari penyangga

Tabel V.4
Sudut istirahat dan tipe aliran
Sudut istirahat

Tipe aliran

Kurang dari 25

Sangat baik

25-30

Baik

30-40

Dapat lewat

Lebih dari 40
Sangat buruk
4. Kerapatan nyata
1. Ditimbang sebanyak kurang lebih 40 g sampel serbuk (X)
Dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan volume dicatat (Y)
2. Kerapatan nyata diperoleh dari bobot serbuk dibagi volume awal
Kerapatan nyata : Wn = X/Y. (Voight, 1994)
5.
1.

Kerapatan mampat
Ditimbang sebanyak kurang lebih 40 g sampel serbuk (X)

2.

dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan volume dicatat (Y)


Gelas ukur di pasang ke dalam alat bulk density kemudian alat di
jalankan setelah tercapai volume Y konstan (Z) alat di matikan

3.

Kerapatan mampat di peroleh dari bobot serbuk dibagi volume


konstan setelah pengetukan dengan rumus
Kerapatan mampat : Wm = X/Z. (Voight, 1994)

6. Kompresibilitas
Kompresibilitas diperoleh dari perhitungan kerapatan mampat dan
kerapatan nyata dan di hitung dengan rumus: (Aulton, 1988; Voight,
1994)
K (%) = Wm Wn x 100%
Wm
K = Kompresibilitas
Wm = Kerapatan mampat
Wn = Kerapatan nyata
Tabel V.5
Kompresibilitas dan sifat aliran

V.5.4

Kompresibilitas

Sifat aliran

5 12

Sangat baik

12 18

Baik

18 21

Cukup baik

21 28

Kurang baik

28 35

Sangat kurang baik

35 38

Jelek

>40

Sangat jelek

Uji Sifat Fisik Tablet

1. Penampilan Tablet
Pengamatan terhadap penampilan fisik tablet seperti bentuk, kondisi
fisik, warna, dan bau. (Lachman, 1994)

2. Keragaman Bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.
Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak 1 tablet yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A dan B. (Depkes, 1979)
3. Keseragaman Ukuran
Ambil 20 tablet ukur diameter dan ketebalannya menggunakan
jangka

sorong. Hitung rata-rata. (Anonim, 1979)

Persyaratan : menurut FI edisi III, Kecuali dinyatakan lain, diameter


tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga
tebal tablet.
4. Kekerasan Tablet
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, diukur kekerasannya dengan
alat hardness tester. Hitung rata-ratanya. (Siregar, 2010)
5. Friabilitas
Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbalkng (Wo).
Masukkan ke dalam alat uji Friabilator, putar sebanyak 100 putaran.
Keluarkan tablet, bersihkan dari serbuk yang terlepas dan timbang
kembali. Hitung Parameter bobot yang hilang selama pengujian.
(Siregar, 2010; Lachman, 1994)
F = Wo - W1 x 100%
Wo

6. Friksibilitas
Ditimbang 20 tablet (Wo) yang diambil secara acak, kemudian
dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar dengan kecepatan 25
putaran permenit selama empat menit. Tablet dibersihkan dengan
kuas dan kemudian ditimbang bobotnya. (Siregar, 2010)

7. Waktu hancur
Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji
waktu hancur. Masukkan keranjang pada beaker glass 1 liter air
dengan suhu 37C 2C. Nyalakan alat dan catat waktunya hingga
tablet hancur seluruhnya. Bila satu atau dua dari tablet tidak hancur
secara sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet tambahan. Tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna. (Lachman,1994;
Ansel, 2005)
Persyaratan

: Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus

hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut dan
tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut selaput. (Anonim, 1979)
V.6 Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Tablet
Sejumlah tablet dilarutkan dalam metanol sampai diperoleh larutan
dengan 6 variasi konsentrasi. Keenam larutan uji tersebut
ditambahkan larutan DPPH sebanyak 2mL, kemudian diinkubasi
selama 30 menit pada suhu ruangan dan dilindungi dari cahaya
matahari. Setelah itu larutan diukur pada panjang gelombang
maksimum. IC50 dihitung dari kurva regresi linier antara % serapan
terhadap konsentrasi tablet ekstrak daun kenikir.

BAB VI Hasil dan Pembahasan

VI.1

Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman


Pengumpulan bahan aktif yaitu daun kenikir (Cosmos

caudatus Kunth) didapat dari perkebunan Manoko Lembang


Bandung Jawa Barat, kemudian dilakukan determinasi tanaman
kenikir di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi
FMIPA, Universitas Padjajaran Bandung. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh hasil bahwa tanaman yang diteliti tersebut
adalah benar tanaman daun kenikir. Hasil determinasi dapat dilihat
pada Lampiran II.
VI.2

Penyiapan Esktrak Daun Kenikir


Hasil dari pembuatan ekstrak daun kenikir dari 3000gram

simplisia daun kenikir dihasilkan ekstrak kental sebanyak 312gram.


Berdasarkan hasil pembuatan ektrak kental tersebut maka rendemen
yang diperoleh :
312 g
3000 g

x 100% =

10,4 %

Pemeriksaan ekstrak bertujuan untuk mengetahui kualitas


ekstrak yang didapatkan, sehingga diharapkan dapat memenuhi
kualitas ekstrak kental yang sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki. Hasil pemerikasaan organoleptis menunjukkan bahwa
ekstrak berbentuk kental berwarna coklat kehijauan, bau khas dan
rasa getir.
VI.3

Hasil Skrinning Fitokimia


Skrining fitokimia yang dilakukan pada ekstrak daun

kenikir meliputi golongan Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tanin,


Terpenoid/Streoid, dan Kuinon. Skrining fitokimia bertujuan untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak
daun kenikir. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
daun kenikir mengandung Flavonoid, Tanin, Saponin dan Kuinon.
Sedangkan untuk Alkaloid menunjukkan hasil negatif.

Tabel VI.1
Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kenikir
No

Golongan Senyawa

Hasil

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Tanin

VI.4

Triterpenoid/Steroid

Kuinon

Uji Aktivitas Antioksidan


Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan DPPH

sebagai

radikal

spektrofotometri

bebas

dilakukan

UV-Visible

dengan

dengan
maks

menggunakan
515nm.

Untuk

memperoleh panjang gelombang maksimum, direaksikan larutan


DPPH 60g/ml dan metanol dengan perbandingan (1:1). Untuk
pengukuran sampel dengan berbagai konsentrasi, ditambahkan
larutan DPPH (1:1) dan dilakukan proses inkubasi selama 30 menit,
bertujuan untuk memaksimalkan reaksi antara senyawa antioksidan
yang terkandung pada ekstrak. Ekstrak yang mengandung senyawa
aktif antioksidan akan terjadi perubahan warna pada DPPH dari
ungu menjadi kuning setelah direaksikan dengan ekstrak. Hal ini
terjadi dikarenakan ekstrak mendonorkan atom hidrogennya pada
senyawa radikal bebas yang memiliki elektron tidak berpasangan
sehingga DPPH yang dalam hal ini sebagai radikal bebas menjadi
stabil.
Analisis peredaman radikal bebas dengan metode DPPH
yaitu

diperoleh

dengan

menghitung

nilai

Absorbansi

tiap

konsentrasi sampel uji. Dari hasil Absorbansi yang telah didapat


dilakukan perhitungan nilai % inhibisi pada setiap konsentrasi.
Selanjutnya untuk analisis nilai IC 50 dihitung berdasarkan
persamaan regresi linier yang didapatkan dengan cara memplotkan

konsentrasi larutan uji dan % inhibisi pada setiap konsentrasi,


dimana konsentrasi (bpj) sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai
sumbu y. Dari hasil pengujian ekstrak daun kenikir memiliki IC50
sebesar 70,91 bpj, tingginya aktivitas antioksidan pada sampel
tersebut diduga berhubungan dengan senyawa kimia flavonoid yang
terkandung dalam sampel. Ekstrak kenikir yang telah dikeringkan
diuji kembali aktivitas antioksidan dan diperoleh IC 50 sebesar 76,05
bpj, dengan tujuan untuk mengetahui apakah ekstrak tersebut
memiliki aktivitas antioksidan yang masih baik. Dari hasil
pengujian diperoleh nilai IC50 vitamin C sebesar 5,64 bpj. Vitamin C
yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan berfungsi
sebagai kontrol positif. Tujuannya untuk mengetahui seberapa kuat
potensi antioksidan yang terdapat pada sampel uji jika dibandingkan
dengan vitamin C.
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan sediaan
tablet daun kenikir memiliki nilai IC 50 pada formula 1 (82,12 bpj),
formula 2 (81,07 bpj), dan formula 3 (80,87bpj). Dari hasil data
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai IC 50 pada sediaan
tablet bila dibandingkan dalam bentuk esktrak, dikarenakan dalam
sediaan tablet terdapat bahan-bahan tambahan lain yang dapat
mempengaruhi aktivitasnya dalam meredam radikal

bebas.

Dilakukan pengujian antioksidan sediaan tablet yang disimpan di


dalam oven dengan suhu 40 oC selama 14 hari untuk mengetahui
kestabilan antioksidan pada sediaan tablet jika dibandingkan dengan
sediaan tablet yang tidak diberi perlakuan tersebut. Dari data yang
diperoleh pada sediaan tablet yang disimpan di dalam oven dengan
suhu 40oC selama 14 hari memiliki nilai IC 50 yang lebih besar

dibandingkan nilai IC50 sediaan tablet yang tidak diberi perlakuan.


Peningkatan nilai IC50 dikarenakan adanya pemanasan secara terus
menerus

selama

14

hari

yang

memungkinkan

terjadinya

ketidakstabilan pada senyawa aktif antioksidan, sehingga aktivitas


antioksidan pada sediaan tablet ekstrak daun kenikir menurun. Dari
hasil pengujian diketahui bahwa sediaan tablet ekstrak daun kenikir
berpotensi sebagai antioksidan dengan kategori antioksidan kuat
dalam rentang 50-100bpj.
VI.5

Pembuatan Granul dan Tablet


Pembuatan granul dilakukan dengan metode granulasi

basah. Metode ini dipilih karena merupakan metode yang dapat


menghasilkan sediaan tablet yang mempunyai sifat alir yang baik
dan memastikan keseragaman kandungan tablet. Pembuatan granul
dilakukan dengan cara mencampurkan zat aktif dengan bahan
pembantu lain sampai terbentuk massa yang lembab. Setelah
terbentuk massa yang lembab kemudian diayak dengan ayakan
mesh 14 dan granul dikeringkan di oven pada suhu 40 oC.
Pengayakan bertujuan agar luas permukaan granul meningkat
sehingga pada proses pengeringan lebih cepat dan pengeringan
bertujuan untuk mengurangi konsentrasi kandungan air dalam
granul. Granul yang sudah kering kemudian diayak dengan ayakan
mesh 16, selanjutnya dilakukan evaluasi granul meliputi (kadar air,
waktu alir, sudut diam, dan uji kompresibilitas). Setelah dilakukan
evaluasi granul tambahkan dengan fase luar (Mg stearat, aerosil,
dan amprotab), granul yang sudah ditambahkan dengan fase luar
lalu dikempa dengan bobot 650 mg kemudian lakukan evaluasi fisik

tablet yang meliputi (keseragaman bobot, keseragaman ukuran,


kekerasan tablet, friabilitas, friksibilitas, dan waktu hancur).
Pada pembuatan tablet dilakukan dengan memvariasikan
konsentrasi bahan pengikat yang digunakan. Pada formula 1 dibuat
dengan menggunakan bahan pengikat pvp 2%, Formula 2
menggunakan bahan pengikat pvp 3% dan Formula 3 menggunakan
bahan pengikat pvp 4 %. Variasi konsentrasi bahan pengikat
bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, friabilitas, friksibilitas
dan waktu hancur yang baik.
VI.6 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui
kualitas granul yang dihasilkan dan dilakukan pada granul yang
sudah di keringkan dan diayak. Tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah granul yang akan dibuat tablet memenuhi persyaratan
sehingga dapat menghasilkan mutu tablet yang baik dan memenuhi
persyaratan.
a.

Kadar air

Pengukuran kadar air pada granul dilakukan dengan menggunakan


alat moisture balance. Air yang terdapat didalam granul dalam
jumlah yang berlebih akan menyebabkan ikatan antar partikel akan
lebih kuat dan gaya tarik antar partikel pun semakin kuat maka
serbuk akan semakin sukar mengalir. Dari hasil pengukuran kadar
air didapat bahwa formula 1, formula 2 dan formula 3 telah
memenuhi persyaratan yaitu diantara 1-2 %

b.

Waktu alir

Evaluasi waktu alir granul menggunakan alat hopper flow rate.


Faktor yang mempengaruhi sifat alir serbuk yaitu kerapatan jenis,
bentuk dan ukuran partikel, serta sifat bahan tambahan yang
digunakan. Dari data diperoleh bahan pengikat berpengaruh
terhadap kecepatan waktu alir, yaitu semakin tinggi kadar bahan
pengikat maka kecepatan alir yang dihasilkan semakin tinggi. Hasil
pengukuran kecepatan alir formula 1 dan formula 2 mempunyai
kecepatan alir yang baik dan formula 3 mempunyai kecepatan alir
yang sangat baik.
c. Sudut diam
Sudut diam granul yang baik memiliki sudut kurang dari 30 oC. Uji
ini merupakan rangkaian dari uji waktu alir dimana serbuk
dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk tersebut
akan

membentuk

suatu

kerucut,

yang

kemudian

sudut

kemiringannya diukur. Semakin dasar kerucut yang dihasilkan,


artinya

sudut

kemiringannya

semakin

kecil

sehingga

memungkinkan kemudahan dalam pencetakan tablet. Sudut diam


yang diukur merupakan tinggi gundukan granul yang terdapat di
atas penyangga dibagi dengan diameter penyangga.
Data yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap sudut diam dapat
dilihat bahwa semakin tinggi kadar bahan pengikat pada formula
maka semakin kecil sudut diam yang dihasilkan. Peningkatan kadar
bahan pengikat memungkinkan ukuran partikel yang lebih besar
yang akan memperkecil kontak dengan dinding die sehingga granul
lebih mudah mengalir yang akan memperkecil sudut diam. Dari
hasil pengujian nilai sudut diam pada formula 1 (28.7 oC), formula 2

(26.57 oC) dan formula 3 (25.78 oC) dari semua formula mempunyai
sudut diam kurang dari 30oC.
Uji

d. Uji pemampatan
pemampatan bertujuan

untuk

mengetahui

kemampatan

campuran serbuk selama dikempa dengan menghitung harga Indeks


pemampatan.

Indeks

pemampatan

dipengaruhi

dengan

penurunan volume granul atau serbuk akibat getaran mekanis dari


granul dalam volumenometer. Granul atau serbuk dikatakan baik
jika indeks pemampatannya kurang dari 20%. Dari data yang
diperoleh seperti terlihat pada lampiran XVIII semakin besar bahan
pengikat pada formula maka indeks pemampatan yang dihasilkan
semakin kecil. Dengan dihasilkannya indeks pemampatan masih
dibawah 20% maka semua formula memenuhi standar.
Tabel VI.2
Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul

Uji sifat fisik tablet

VI.7

Formula
I

II

Kadar air (%)

1.380.06

1.30.53

Kecepatan alir (g/detik)

7.510.48

8.870.3

Sudut istirahat (o)

28.71.27

26.570.7

Uji kemampatan (%)

13.131.37

12.871.43

Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan untuk mengetahui kualitas


tablet yang dihasilkan. Bertujuan untuk mengetahui apakah tablet
memenuhi persyaratan sehingga dapat menghasilkan mutu tablet
yang baik dan memenuhi persyaratan.
a.

Keseragaman bobot

Hasil pengukuran keseragaman bobot pada semua formula setelah


dibandingkan dengan penyimpangan bobot tablet maka tidak ada
satu tablet pun yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak satu pun
tablet yang menyimpang dari 10% dari bobot rata-ratanya, sehingga
semua formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi
persyaratan dalam Farmakope Indonesia. Tablet yang baik
mempunyai CV (coefficien of variation) kurang dari 5%. Dari hasil
pengukuran formula 1 CV 0.769%, formula 2 CV 0.613%, dan
formula 3 CV 0.305% menunjukkan bahwa semua formula
mempunyai nilai CV kurang dari 5% sehingga dapat dikatakan
bahwa semua formula tablet memenuhi persyaratan.
b. Keseragaman Ukuran
Persyaratan pada keseragaman ukuran tablet pada Farmakope
Indonesia yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet. Berdasarkan hasil
pengukuran diameter dan tebal tablet dari formula 1, formula 2, dan
formula 3 memenuhi standar yang ditetapkan oleh Farmakope
Indonesia.
c.

Kekerasan Tablet

Kekerasan merupakan parameter yang yang menggambarkan


kekuatan atau ketahanan tablet dalam melawan guncangan mekanik
pada saat pembuatan, pengepakan, dan pendistribusian kepada
konsumen
Berdasarkan hasil pengujian kekerasan tablet terdapat pengaruh
kadar bahan pengikat terhadap kekerasan tablet, yakni semakin
tinggi kadar bahan pengikat pada formula maka semakin besar
kekerasan tablet yang dihasilkan, pada data yang didapat dari hasil
pengukuran kekerasan tablet dari formula 1 (4,53 kg/cm2 SD0.37),
formula 2 (5.24 kg/cm2 SD0.29) dan formula 3 (7.74 kg/cm2
SD0,76). Kekerasan tablet dipengaruhi dari tekanan pengempaan
dan bahan yang dikempa. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat pembuatan tablet maka akan meningkatkan kekerasan tablet.
Hasil pengukuran kekerasan tablet pada tiap formula memenuhi
standar dengan standar kekuatan minimum tablet adalah 4kg/cm2
d.

Friabilitas

Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi


yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase
kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar
zat aktif yang terdapat pada tablet. Dari hasil pengujian friksibiltas
tablet dapat dilihat terdapat pengaruh kadar bahan pengikat terhadap
nilai friabilitas tablet, yaitu semakin tinggi kadar bahan pengikat
pada formula makan semakin kecil nilai friabilitas tablet yang
dihasilkan, dikarenakan dengan tingginya kadar pengikat maka
semakin kuat ikatan granul. Data yang diperoleh dari pengujian

friabilitas yaitu, formula 1 (0.22%), formula 2 (0,12%), dan formula


3 (0.09%) sehingga semua formula memenuhi syarat uji friabilitas
yaitu kurang dari 1%.
e.

Friksibilitas

Hasil pengujian friksibiltas tablet dapat dilihat terdapat pengaruh


kadar bahan pengikat terhadap nilai friksibilitas tablet, yaitu
semakin tinggi kadar bahan pengikat pada formula makan semakin
kecil nilai friksibilitas yang dihasilkan. Dari data yang diperjoleh
dari pengujian friksibilitas yaitu, formula 1 (0.67%), formula 2
(0,51%), dan formula 3 (0.43%) sehingga semua formula memenuhi
syarat uji friksibilitas yaitu kurang dari 1%.
f. Waktu Hancur
Berdasarkan hasil pengujian waktu hancur terlihat bahwa dengan
bertambahnya konsentrasi bahan pengikat maka kekerasan tablet
akan bertambah dan waktu hancur tablet pun menjadi semakin
lama. Dari data yang diperoleh didapat formula 1 (15menit 13detik
SD0,1), formula 2 (6menit 11detik SD0,33), dan formula 3
(6menit 38detik SD0,17) sehingga semua formula memenuhi
syarat yaitu tidak lebih dari 15 menit

Tabel VI.3
Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

Formula
Uji sifat fisik tablet

Keseragaman bobot (gram)


Tebal tablet (mm)
Diameter tablet (mm)
Kekerasan Tablet (kg/cm2)
Friabilitas (%)
Friksibilitas (%)
Waktu Hancur (menit)

II

0.650.005

0.6520.004

4.510.03

4.50.04

11.70.07

11.790.1

4.530.37

5.240.29

0.220.02

0.120.01

0.670.08

0.510.03

5.130.1

6.110.33

Anda mungkin juga menyukai