Teori Dasar
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV,
1995).
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode
yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun, hanya dapat digunakan pada
kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab
(Chaerunissa dkk, 2009).
Zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah:
1.
2.
3.
4.
Alirannya baik
Kompresibilitasnya baik
Bentuknya Kristal
Mampu menciptakan adhesifitasdan kohesifitas dalam massa tablet (Musfikah, 2012).
Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan
pengisi, bahan
pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain itu, tablet dapat juga mengandung bahan pewarna dan
lak (bahan warna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis (Syamsuni, 2006).
1.
Syarat tablet kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut:
Kemampuan alir dan sudut istirahat
Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam ke dalam
lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar fasilitas produksi.
Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat
menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering
digunakan adalah metode corong (langsung) (Sari, 2010).
Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan
kemampuan alir granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu
melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan pada lubang keluar
corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka,
waktu yang dibutuhkan granul untuk keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan
waktu keluar tersebut, kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan
kuantitatif granul yang berbeda.
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat.
Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul
mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995).
Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur mampu
alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar partikel. Banyak metode yang berbeda
untuk menetapkan sudut istirahat dan salah satunya yang digunakan adalah metode corong (Sari,
2010).
2.
3.
bisa di set sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mengukur kadar air granul, moisture balance
cukup diset pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut menguapnya air kristal yang terkandung
dalam bahan yang digunakan dalam pembuatan granul (Ansel, 1999).
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan menggunakan timbangan dengan cara menentukan
nilai bobot akhir dan bobot awal dari granul. Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD
(Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah.
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan dikenal timbangan Moisture
Balance. Timbangan tersebut sangatlah unik karena bisa mengeluarkan panas. Kegunaan
timbangan ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam
setiap barang yang diuji (Lachman dkk, 1989).
4.
5.
layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam
milimeter) (Koesdijanto, 2012).
Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1
mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang
cukup kecil seperti cincin, pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur
kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil (Admin,
2013).
Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur panjang, diameter luar, diameter dalam, dan
kedalaman benda. Bagian-bagian utamanya adalah rahang tetap yang memiliki skala utama
dengan lebar skala terkecil 1 mm dan rahang geser yang memiliki skala nonius/vernier. Lebar
skala nonius masing-masing 0,9 mm. hal ini dimungkinkan karena panjang seluruh skala nonius
adalah 9 mm tetapi dibagi menjadi 10 buah skala. Jadi, selisih satu skala pada rahang tetap dan
rahang geser adalah (1-0,9)mm atau 0,1 mm (Tim Fisika, 2007).
6.
7.
Uji Friabilitas
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur
dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100
putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh
nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji memiliki berat antara rentang 6 6,5 gram, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang
dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah
perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji
kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada
tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya
kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam
tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan (Andayana, 2009)..
8.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter
tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah Hardness Tester . Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan
yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar
tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya
tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang
rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan
mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat
lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya
tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada
saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima,
jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
(Sulaiman, 2007). Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet
retak atau pecah.
Monografi Zat
Teofilin
Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
Pemerian
Kelarutan
: sukar larut dalam air; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium
hidroksida ; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter ( FI IV, 1995).
StarchRx
Rumus molekul
: C27H48O20
Berat Molekul
: 692.65802 [g/mol]
Pemerian
Na Starch Glikolat
Na Starch Glikolat adalah garam natrium dari eter karboksimetil selulosa.
Pemerian : serbuk, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan
Talcum
: praktis tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organic (Anonim, 2012).
Pemerian
Talcum atau Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
alumunium silikat
: serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau
putih kelabu
Kelarutan
Khasiat
Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar
terdiri dari asam oktadekanoat dan asaheksadekanoat
Pemerian
: zat padat keras mengkilat menunjukan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak
lilin
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P,
dan dalam 3 bagian eter P
Khasiat
IV.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alat
Disentigrator tester
Flow tester
Hardness tester
Jangka sorong
Moisture balance
Tap Density tester
Timbangan digital
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan
Asam stearat
Na starch glikolat
Starch Rx
Talcum
Teofilin
C. Gambar alat
Disentigrator tester
Hardness tester
Flow tester
Timbangan digital
Moisture balance
V.
Prosedur
1. Pembuatan Tablet Metode Kempa Langsung
Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, sebelum bahan ditimbang maka diayak terlebih
dahulu. Bahan yang telah diayak dan ditimbang ( teofilin, starch Rx, Na-starch glyconat,
talcumdan asam stearat) dimasukkan kedalam plastic untuk mengalami proses pencampuran,
semua bahan dikocok dalam plastic sampai homogen. Bahan-bahan yang telah tercampur
homogen dan telah dievaluasi serbuk, kemudian dimasukkan kedalam alat kempa langsung untuk
memulai pembuatan tablet dengan metode kempa langsung.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pengujian Kekerasan
Sejumlah 20 tablet dipilih acak, lalu diuji dengan alat Hardness Tester. Alat dinyalakan. Satu per
satu tablet diletakkan di dalam ruang penjepit (diantara pegas dan penekan). Tablet dijepit
dengan memutar bagian bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam
dengan panah ke kanan dan diamati. Jarum penunjuk akan bergerak sesuai tekanan yang
diberikan pada tablet. Saat tablet pecah, jarum akan otomatis berhenti dan menunjukkan angka
atau besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet. Kemudian ditekan tombol
panah ke kiri untuk mengembalikan tekanan ke awal. Pengujian dilakukan terhadap masingmasing tablet.
g.
h.
Pengujian Friabilitas
Di timbang tablet dengan rentang berat 6 6.5 g kemudian tablet yang sudah di timbang
dimasukan kedalam alat friabilator. Tombol On di tekan, lalu tunggu selama 4 menit. Setelah itu
berat akhir di timbang, lalu di hitung % friabilitasnya.
VI.
A.
1.
2.
3.
B.
1.
= 23,160
Pengujian Kerapatan curah dan kerapatan mampat
Massa serbuk
= 15 gr
Volume awal
= 38 ml
Volume akhir
= 22 ml
Kerapatan nyata
=
Kerapatan mampat
=
Kompresibilitas
= 42,11%
Uji Susut Pengeringan
Massa awal
= 9,966 gr
Massa akhir
= 9,498 gr
LOD
= 4,7%
Pengujian Tablet
Uji keseragaman bobot dan ukuran
2.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
VII. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan sediaan tablet teofilin dengan metode kempa langsung digunakan
formula sebagai berikut:
R/
Teofilin
50 gr
Starch Rx
60 gr
4 gr
Talcum
2 gr
As. Stearat
2 gr
untuk kemudian dibuat tablet sebanyak 500 tablet dengan komposisi tiap tablet sebesar
200mg/tablet. Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifatsifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa
memerlukan granulasi basah atau kering.
Pada formula diatas, zat aktif yang digunakan adalah teofilin. Teofilin merupakan obat golongan
bronkodilator yang biasa digunakan untuk pengobatan asma. Teofilin mempunyai rumus molekul
C7H8N4O2 dengan pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, dan stabil di udara.
Starch Rx merupakan zat tambahan atau eksipien yang dapat digunakan sebagai diluent,
disintregan, pengikat, dan pengisi. Dalam formula ini konsentrasi dari starch rx adalah sebesar
50,85% sehingga dalam formula ini starch rx digunakan sebagai zat pengikat dan pengisi. Starch
rx dapat digunakan sebagai disintregan dengan konsentrasi 3-25%.
Eksipien berikutnya adalalah Na Starch Glicolat. Na Starch Glicolat merupakan turunan amilum
solani, digunakan sebagai disintegrator tablet terutama dalam pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk Na Starch Glicolat yang dapat
berfungsi sebagai distintegrator tablet adalah antara 2% hingga 8% dengan konsentrasi optimum
adalah 4%. Pada formulasi yang digunakan dalam praktikum ini konsentrasi Na Starch Glicolat
yang digunakan adalah 3,39% sehingga Na Starch Glicolat dapat berfungsi sebagai disintegrator.
Pemerian Na Starch Glicolat adalah sebagai berikut, putih, higroskopis,
Talkum merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai anticaking agent, glidant, pembawa
dalam sediaan tablet, dan sebagai pelincir tablet. Talkum juga dapat berfungsi sebagai
penghambat disolusi zat aktif dari tablet untuk sediaan lepas lambat. Talkum merupakan senyawa
dengan rumus molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4 dengan pemerian serbuk sangat halus, serbuk
keputihan dan agak abu.
Asam stearat digunakan sebagai pelincir tablet. Dalam formulasi ini digunakan asam stearat
sebanyak 1,69% dan menurut literatur, jumalah asam stearat yang digunakan sebagai pelincir
tablet adalah sebanyak 1-3 %. Pada formula ini penggunaan asam stearat sebenarnya kurang
tepat, karena menurut literatur asam stearat akan mengalami inkompatibilitas dengan senyawa
basa. Seperti diketahui teofilin yang digunakan sebagai zat aktif bersifat basa lemah, sehingga
ada kemungkinan akan terjadi reaksi maka dari itu penggunaan asam stearat sebaiknya diganti
dengan Mg stearat.
Setelah evaluasi serbuk dilakukan, serbuk di persiapkan untuk dicetak. Serbuk ayng telah
dicampurkan dengan pelicncir diaduk hingga homogen supaya terdistribusi homogen dan hasil
tiap tablet yang dicetak memiliki kualitas yang sama. Setelah itu, tablet dicetak dengan
menggunakan mesin kempa single punch. Dilakukan beberapa kali pencetakan awal, dimana
setiap 1 tablet yang dibuat kemudian diuji bobot dan kekerasannya. Hal ini dilakukan supaya
tablet yang dicetak memenuhi rentang bobot tablet teoritis yang diizinkan, yaitu sekitar 200 mg.
Setelah dilakukan beberapa pencetakan tablet awal, didapatkan berat yang memenuhi syarat.
Kekerasan tablet yang dicetak tersebut berada pada sekitar 5 N. Hal ini menunjukan bahwa tablet
yang dicetak kurang keras. Hal ini disebabkan laju alir dari serbuk dan pengisi yang buruk
menyebabkan pada saat pencetakan, volume cetak tablet tidak terpenuhi semua akibat laju alir
yang buruk mengganggu proses pengisian cetakan tablet.
Karena kekerasan tablet yang kurang baik, sempat dilakukan penambahan zat pengisi yaitu
Starch Rx 1500 sebanyak 20 g lalu kembali dilakukan pencetakan awal. Namun, hasilnya lebih
jelek daripada hasil pencetakan awal pertama dimana tablet yang dicetak memiliki kekerasan
yang sangat jelek sehingga setelah tablet sangat rapuh. Maka dari itu, dilakukan penambahan zat
aktif dan zat lainnya (teofilin, Na Starch Glycolat, talcum, dan asam searat) dengan perbandingan
sesuai dengan formula awal yang menyesuaikan dengan starch Rx yang telah ditambah. Setelah
penambahan yang kedua dilakukan, kemudian diaduk hingga homogen, pencetakan seluruh
serbuk dilakuakn.
Pada pencetakan pertama, didapat total tablet yang setara dengan seluruh serbuk. Dengan kata
lain, hanya setengah dari serbuk yang dapat dicetak. Serbuk yang tidak tercetak pada pencetakan
sebenarnya terbentuk, namun kekerasannya sangat buruk dan menyebabkan tablet menjadi
serbuk kembali saat diambil. Hal ini dikarenakan laju alir yang buruk dari serbuk. Bobot dan
kekerasan tablet nya pun sama dengan pencetakan awal pertama. Maka dari itu, sisa serbuk yang
gagal tercetak dicetak kembali. Pada pencetakan kedua ini, seluruh tablet dapat dicetak. Pada
penetakan kedua ini didapat tablet-tablet dengan bobot dan kekerasan yang lebih baik
dibandingkan hasil pencetakan pertama. Hal ini dikarenakan serbuk yang gagal dicetak pada
pencetakan pertama, laju alirnya diperbaiki dengan tekanan akibat pengempaan oleh mesin
kempa. Total tablet yang didapat adalah 488 tablet.
Setelah seleruh tablet dicetak, dilakukan evaluasi tablet. Pengujian keseragaman bobot dan
ukuran dilakukan untuk melihat keseragaman dosis pada masing-masing kaplet. Pada evaluasi
keseragaman bobot, didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,19078 g. Berdasarkan FI III, untuk uji
keseragaman bobot pada tablet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata tersebut (bobot rata-rata
151-300 mg), dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang
dari 7,5% bobot rata-rata (0,01431 g) dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari 15% bobot rata-rata (0,02862 g). Dari data yang diapatkan, terdapat 10 tablet
yang menyimpang dari 7,5% bobot rata-rata yaitu pada tablet no 3, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16,
dan 17. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan uji keseragaman bobot untuk tabel A (tidak boleh
ada lebih dari 2 kaplet yang bobotnya menyimpang dari 7,5% bobot rata-rata). Kemudian, dari
data yang didapat juga terdapat 1 tablet yang menyimpang dari 15% bobot rata-rata (tablet no 3).
Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan yang tertulis di farmakope tentang uji keseragaman bobot
untuk tabel B (tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15% bobot ratarata). Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi akibat laju alir serbuk yang buruk sehingga
volume yang tercetak tidak seragam karena penyumbatan serbuk.
Pada pengujian keseragaman ukuran, didapatkan diameter rata-rata sebesar 8,0875 mm dan tebal
rata-rata sebesar 3,5305 mm. pada farmakope disebutkan bahwa kecuali dinyatakan lain,
diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet (10,5915 mm) dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal
tablet (4,6956 mm). Dari data yang didapatkan, tablet yang dicetak memenuhi persyaratan
keseragaman ukuran.
Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat tablet sehingga mempengaruhi
pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian kekerasan, tablet diletakan dengan posisi
vertikal dimana permukaan tablet bagian tebal tablet menyentuh permukaan alat uji hardness
tester, karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Dari hasil yang didapatkan,
kekerasan tablet yang didapat sangat rendah, menyebabkan tablet pecah pada tekanan yang
berkisar antara 5 hingga 26 N dengan nilai rata-ratanya adalah 9,5 N. Sedangkan tablet yang baik
memiliki tekanan antara 40-80 N. Hal ini dapat disebabkan laju alir dan LOD yang buruk dari
serbuk menyebabkan tablet yang terbentuk kurang padat dan rapuh.
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Pada pengujian frialbilitas, digunakan tablet
dengan bobot total 6,251 g. %friabilitas tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji, didapatkan
%friabilitas sebesar 24,81%. Hasil ini tidak memenuhi syarat friabilitas yang baik. Hal ini
dikarenakan nilai LOD yang kecil dan rapuhnya tablet akibat laju alir serbuk yang buruk.
Pengujian waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama tablet akan hancur pada kondisi
yang menyerupai tubuh manusia. Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik tidak lebih dari 15
menit. Pada pengujian ini, didapatkan waktu hancur 1 menit 10 detik atau 70 detik. Hal ini sesuai
dengan persyaratan yang tercantum pada FI III.
VIII. Kesimpulan
1.
Pembuatan tablet metode kempa langsung dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan
baku obat (zat aktif dan eksipien) secara homogen, lalu dicetak dengan menggunakan alat
2.
pencetak tablet single punch dan diperoleh 488 tablet dengan berat rata-rata 190 gram
Uji quality control yang dilakukan selama pembuatan tablet metode kempa langsung, yaitu
pengujian kemampuan alir, kerapatan dan kemampatan dan susut pengeringan pada serbuk serta
pengujian keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, waktu hancur dan friabilitas
pada tablet
DAFTAR PUSTAKA
Andayana, N. 2009. Teori Sediaan Tablet. Tersedia di : http://www. Pembuat _tablet.html [ diakses
tanggal 19 April 2013]
Anonym. 2012. Sodium Starch Glycolate. Tersedia di: http://www.nbent. com/SSG.htm [ diakses
tanggal 19 April 2013]
Ansel, H.C., et.al. 1999. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System. 7th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 96, 175-178
Chaerunissa, A.Y., dkk. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hamdani, S. 2012. Menyetarakan Neraca. Tersedia di http://catatankimia.com/ catatan/menyetarakanneraca.html [ diakses tanggal 19 April 2013]
Koesdijanto,
D.
2012.
Jangka
Sorong
(Vernier
Caliper).
Tersedia
http://yuliarman.polinpdg.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=36:menggunakan-jangka-sorong-vernier-caliper&catid=13:alat-ukur&Itemid=5 [ diakses tanggal 19 April 2013]
Lachman L., dkk. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press
di:
Lachman, L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Musfikah, A. 2012. Metode Pembuatan Tablet. Tersedia di http://asia-musfika.com/2012/04/metodepembuatan-tablet.html [ diakses tanggal 19 April 2013]
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third Edition. USA:
Burges Publishing Company.
Pike, R. 2010. Starch Rx 1500. Tersedia di: http://pubchem.ncbi.nlm. nih.gov/summary/summary.cgi?
cid=24836924 [ diakses tanggal 19 April 2013]
Robbins, J. 2011. Pengertian Timbangan Digital. Tersedia di: http://www.ziki.com/fr/johnnyrobbins+585035/post/pengertian-timbangan-digital+13356181 [ diakses tanggal 19 April 2013]
Sari, N. P. 2010. Skripsi: Pembuatan dan Karakterisasi Bahan Tablet Vitamin C Menggunakan
Kitosan dan Amylum Manihot sebagai Matriks Melalui Metode Granulasi Basah. Departemen
Kimia Falultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan
Soekemi, R. A., dkk. 1987. Tablet. Medan: Mayang Kencana.
Sulaiman. 2007. Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik Dan Produk
Dagang. Tersedia di: http://jurnalfarmasi uiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf [ diakses tanggal
19 April 2013]
Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC
Tim Fisika. 2007. Fisika. Jakarta: Grasindo
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed. Ke-5. Yogyakarta: UGM Press.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Google+ Followers
Arsip Blog
2013 (54)
o Oktober (2)
o Juli (27)
o Juni (25)
2012 (10)
BLOG STATISTICS