Anda di halaman 1dari 19

III.

Teori Dasar
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV,
1995).
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode
yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun, hanya dapat digunakan pada
kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab
(Chaerunissa dkk, 2009).
Zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah:
1.
2.
3.
4.

Alirannya baik
Kompresibilitasnya baik
Bentuknya Kristal
Mampu menciptakan adhesifitasdan kohesifitas dalam massa tablet (Musfikah, 2012).
Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan

pengisi, bahan

pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain itu, tablet dapat juga mengandung bahan pewarna dan
lak (bahan warna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis (Syamsuni, 2006).
1.

Syarat tablet kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut:
Kemampuan alir dan sudut istirahat
Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam ke dalam
lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar fasilitas produksi.
Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat
menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering
digunakan adalah metode corong (langsung) (Sari, 2010).
Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan
kemampuan alir granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu
melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan pada lubang keluar
corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka,
waktu yang dibutuhkan granul untuk keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan

waktu keluar tersebut, kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan
kuantitatif granul yang berbeda.
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat.
Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul
mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995).
Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur mampu
alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar partikel. Banyak metode yang berbeda
untuk menetapkan sudut istirahat dan salah satunya yang digunakan adalah metode corong (Sari,
2010).
2.

Kerapatan curah dan kerapatan mampat


Tap density atau densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan dengan membagi berat dengan
volume setelah dilakukan pengetukan. Pada pengetukan ini proses yang terjadi adalah
pemampatan.
Alat tap density tester terdiri dari tiga bagian yaitu holder, mesin pengetuk dan penghitung
ketukan. Holder digunakan untuk menyimpan tabung berukuran. Tabung berukuran ini biasanya
menggunakan gelas ukur, alat ini fungsinya untuk wadah sampel yang diuji, mesin pengetuk
berfungsi untuk mengangkat gelas ukur yang tersimpan dalam holder kemudian membiarkan
jatuh demikian seterusnya hingga sampel terketuk-ketuk, dan penghitung ketukan akan
menghitung jumlah ketukan sesuai dengan angka yang ditentukan.

3.

Uji Susut Pengeringan (LOD)


Granul dibuat dengan maksud untuk memperbaiki sifat alir massa serbuk yang akan dibuat
menjadi sediaan tablet, kapsul, puyer, ataupun suspensi kering. Salah satu cairan pembasah yang
dapat digunakan adalah air sehingga setelah melalui proses pengeringan, kadar air granul harus
dievaluasi untuk mengetahui kadar air yang tertinggal di granul. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengukur kadar air adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan
bobot granul setelah dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan
berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap (Lachman dkk, 1989).
Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan prinsip gravimetri adalah
moisture analyzer. Dilihat dari katanya moisture analyzer artinya penganalisa kelembaban. Jadi
yang diukur oleh alat ini adalah kandungan lembab yang terkandung dalam zat uji yang
kemudian menguap akibat panas yang dikeluarkan oleh alat ini. Temperatur moisture balance

bisa di set sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mengukur kadar air granul, moisture balance
cukup diset pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut menguapnya air kristal yang terkandung
dalam bahan yang digunakan dalam pembuatan granul (Ansel, 1999).
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan menggunakan timbangan dengan cara menentukan
nilai bobot akhir dan bobot awal dari granul. Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD
(Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah.
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan dikenal timbangan Moisture
Balance. Timbangan tersebut sangatlah unik karena bisa mengeluarkan panas. Kegunaan
timbangan ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam
setiap barang yang diuji (Lachman dkk, 1989).
4.

Uji Keseragaman bobot


Timbangan digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Dibandingkan dengan neraca jaman dulu
yang masih menggunakan neraca analog atau manual, neraca digital memiliki fungsi lebih
sebagai alat ukur, diantaranya neraca digital lebih akurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan
hasil dari setiap penimbangan). Neraca analitik digital merupakan salah satu neraca yang
memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas
0,0001 g (Robbins, 2011).
Neraca atau timbangan baik yang digital ataupun manual harus diletakkan pada bidang datar,
dimana tiap sudut harus benar-benar setimbang. Kesetimbangan ini mutlak perlu untuk
mendapatkan hasil penimbangan yang akurat, jadi kesetimbangan ini untuk menempatkan titik
berat berada pada poros timbangan bukannya pada salah satu sisi. Kesetimbangan dapat dilihat
pada indikator kesetimbangan yang terdapat pada setiap timbangan. Neraca digital ditunjukkan
dengan water pass yang berupa bulatan besar yang didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani,
2012).

5.

Uji Keseragaman Ukuran


Jangka sorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda
bagian dalam dan luar. Ditinjau dari cara pembacaannya, jangka sorong dapat dibagi dua yaitu
jangka sorong manual dan digital. Penggunaan jangka sorong manual lebih sulit bila
dibandingkan dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh
pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada

layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam
milimeter) (Koesdijanto, 2012).
Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian sampai 0,1
mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk mengukur diameter benda yang
cukup kecil seperti cincin, pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur
kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil (Admin,
2013).
Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur panjang, diameter luar, diameter dalam, dan
kedalaman benda. Bagian-bagian utamanya adalah rahang tetap yang memiliki skala utama
dengan lebar skala terkecil 1 mm dan rahang geser yang memiliki skala nonius/vernier. Lebar
skala nonius masing-masing 0,9 mm. hal ini dimungkinkan karena panjang seluruh skala nonius
adalah 9 mm tetapi dibagi menjadi 10 buah skala. Jadi, selisih satu skala pada rahang tetap dan
rahang geser adalah (1-0,9)mm atau 0,1 mm (Tim Fisika, 2007).
6.

Uji Waktu Hancur


Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang
ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10. Uji ini tidak
memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan
kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat kimia dan fisis dari
granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya diformulasi dengan bahan pengembang
atau bahan penghancur yang menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung.
Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan
pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur.
Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat
dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

7.

Uji Friabilitas
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur
dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100

putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh
nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji memiliki berat antara rentang 6 6,5 gram, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang
dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah
perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji
kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada
tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya
kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam
tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan (Andayana, 2009)..
8.

Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter
tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah Hardness Tester . Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan
yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar
tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya

tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang
rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan
mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat
lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya
tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada
saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima,
jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
(Sulaiman, 2007). Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet
retak atau pecah.
Monografi Zat

Teofilin
Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
Pemerian

: serbuk hablur, putih ; tidak berbau ; rasa pahit

Kelarutan

: sukar larut dalam air; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium
hidroksida ; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter ( FI IV, 1995).

StarchRx
Rumus molekul

: C27H48O20

Berat Molekul

: 692.65802 [g/mol]

Pemerian

: serbuk hablur putih (Pike, 2010).

Na Starch Glikolat
Na Starch Glikolat adalah garam natrium dari eter karboksimetil selulosa.
Pemerian : serbuk, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan
Talcum

: praktis tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organic (Anonim, 2012).

Pemerian

Talcum atau Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
alumunium silikat
: serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau
putih kelabu

Kelarutan

: tidak larut dalam hampir semua pelarut

Khasiat

: zat tambahan (FI III, 1979).

Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar
terdiri dari asam oktadekanoat dan asaheksadekanoat

Pemerian

: zat padat keras mengkilat menunjukan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak
lilin

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P,
dan dalam 3 bagian eter P

Khasiat

: zat tambahan (FI III, 1979).

IV.

Alat dan Bahan

A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alat
Disentigrator tester
Flow tester
Hardness tester
Jangka sorong
Moisture balance
Tap Density tester
Timbangan digital

B.
1.
2.
3.
4.
5.

Bahan
Asam stearat
Na starch glikolat
Starch Rx
Talcum
Teofilin

C. Gambar alat

Disentigrator tester

Hardness tester

Flow tester

Jangka sorong digital

Timbangan digital

Moisture balance

Tap density tester

V.

Prosedur
1. Pembuatan Tablet Metode Kempa Langsung
Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, sebelum bahan ditimbang maka diayak terlebih
dahulu. Bahan yang telah diayak dan ditimbang ( teofilin, starch Rx, Na-starch glyconat,

talcumdan asam stearat) dimasukkan kedalam plastic untuk mengalami proses pencampuran,
semua bahan dikocok dalam plastic sampai homogen. Bahan-bahan yang telah tercampur
homogen dan telah dievaluasi serbuk, kemudian dimasukkan kedalam alat kempa langsung untuk
memulai pembuatan tablet dengan metode kempa langsung.
2.
a.

Evaluasi Serbuk dan Tablet


Pengujian Kemampuan Alir
Sebanyak 20 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam flow tester untuk diuji laju
alirnya. Lalu, tutup hopper dibuka, serbuk akan turun ke bawah, waktunya dicatat, diameter dan
tingginya diukur.

b.

Pengujian Kerapatan curah dan kerapatan mampat


25 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan timbangan, lalu sampel yang sudah
ditimbang dimasukkan secara hati hati kedalam alat tapped density, lalu diratakan. Tinggi awal
dari sampel dicatat, kemudia alat tapped density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel
setelah 4 menit dicatat kembali.

c.

Pengujian Susut Pengeringan


Sejumlah 10 gram zat (bahan) ditimbang, kemudian dimasukkan ke alat moisture balance yang
sebelumnya telah dibersihkan dan ditara dahulu. Bahan yang telah dimasukkan ke alat diratakan
dengan cara digoyang-goyang. Setelah rata, tutup alat dan dicatat bobot awal dari zat. Lalu tekan
Start dan ditunggu selama 10 menit pada suhu 70oC. Dicatat kadar air yang dihasilkan dan
dicatat juga bobot akhir dari zat (bahan) uji.

d.

Pengujian Keseragaman Bobot


Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu dengan menggunakan neraca digital, kemudian
hasilnya dicatat dan dirata-ratakan .

e.

Pengujian Keseragaman Ukuran


Tablet sebanyak 20 buah disiapkan. Masing-masing tablet diukur diameter dan ketebalannya
dengan menggunakan jangkasorong. Hasil pengukuran dicatat, lalu dihitung rata-ratanya.

f.

Pengujian Kekerasan
Sejumlah 20 tablet dipilih acak, lalu diuji dengan alat Hardness Tester. Alat dinyalakan. Satu per
satu tablet diletakkan di dalam ruang penjepit (diantara pegas dan penekan). Tablet dijepit
dengan memutar bagian bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam
dengan panah ke kanan dan diamati. Jarum penunjuk akan bergerak sesuai tekanan yang

diberikan pada tablet. Saat tablet pecah, jarum akan otomatis berhenti dan menunjukkan angka
atau besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet. Kemudian ditekan tombol
panah ke kiri untuk mengembalikan tekanan ke awal. Pengujian dilakukan terhadap masingmasing tablet.
g.

Pengujian Waktu Hancur


Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom, kemudian dimasukkan cakram
ke dalam masing-masing kolom tersebut. Kolom tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass
yang berisi air sebanyak 500 ml dengan suhu 37o C yang telah berada di dalam disentegrator
tester. Dinyalakan disentegrator tester dan diamati keadaan tablet hingga semua hancur
sempurna.

h.

Pengujian Friabilitas
Di timbang tablet dengan rentang berat 6 6.5 g kemudian tablet yang sudah di timbang
dimasukan kedalam alat friabilator. Tombol On di tekan, lalu tunggu selama 4 menit. Setelah itu
berat akhir di timbang, lalu di hitung % friabilitasnya.

VI.
A.
1.

2.

3.

B.
1.

Data Pengamatan dan Perhitungan


Pengujian Serbuk
Pengujian kemampuan alir
Waktu
= 19 detik
Tinggi(h)
= 2,3 cm
Diameter (d) = 10,75cm
Jari-jari (r)
= 5,375 cm
Tan
= = = 0,428

= 23,160
Pengujian Kerapatan curah dan kerapatan mampat
Massa serbuk
= 15 gr
Volume awal
= 38 ml
Volume akhir
= 22 ml
Kerapatan nyata
=
Kerapatan mampat
=
Kompresibilitas
= 42,11%
Uji Susut Pengeringan
Massa awal
= 9,966 gr
Massa akhir
= 9,498 gr
LOD
= 4,7%
Pengujian Tablet
Uji keseragaman bobot dan ukuran

2.
3.
a.
b.
c.
d.
4.

Tabel. 1 Keseragaman tablet


Uji disintegrasi
Waktu hancur 1 menit 10 detik
Uji friabilitas
Kecepatan 25 rpm selama 4 menit
Berat satuan
= +/- 190 mg
Berat sebelum diuji
= 6251 mg
Berat setelah diuji = 4700 mg
Friabilitas
= 24,81%
Uji kekerasan tablet
Tabel 2. Kekerasan tablet

VII. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan sediaan tablet teofilin dengan metode kempa langsung digunakan
formula sebagai berikut:
R/

Teofilin

50 gr

Starch Rx

60 gr

Na. Starch Glikolat

4 gr

Talcum

2 gr

As. Stearat

2 gr

untuk kemudian dibuat tablet sebanyak 500 tablet dengan komposisi tiap tablet sebesar
200mg/tablet. Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifatsifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa
memerlukan granulasi basah atau kering.
Pada formula diatas, zat aktif yang digunakan adalah teofilin. Teofilin merupakan obat golongan
bronkodilator yang biasa digunakan untuk pengobatan asma. Teofilin mempunyai rumus molekul
C7H8N4O2 dengan pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, dan stabil di udara.
Starch Rx merupakan zat tambahan atau eksipien yang dapat digunakan sebagai diluent,
disintregan, pengikat, dan pengisi. Dalam formula ini konsentrasi dari starch rx adalah sebesar
50,85% sehingga dalam formula ini starch rx digunakan sebagai zat pengikat dan pengisi. Starch
rx dapat digunakan sebagai disintregan dengan konsentrasi 3-25%.

Eksipien berikutnya adalalah Na Starch Glicolat. Na Starch Glicolat merupakan turunan amilum
solani, digunakan sebagai disintegrator tablet terutama dalam pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk Na Starch Glicolat yang dapat
berfungsi sebagai distintegrator tablet adalah antara 2% hingga 8% dengan konsentrasi optimum
adalah 4%. Pada formulasi yang digunakan dalam praktikum ini konsentrasi Na Starch Glicolat
yang digunakan adalah 3,39% sehingga Na Starch Glicolat dapat berfungsi sebagai disintegrator.
Pemerian Na Starch Glicolat adalah sebagai berikut, putih, higroskopis,
Talkum merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai anticaking agent, glidant, pembawa
dalam sediaan tablet, dan sebagai pelincir tablet. Talkum juga dapat berfungsi sebagai
penghambat disolusi zat aktif dari tablet untuk sediaan lepas lambat. Talkum merupakan senyawa
dengan rumus molekul Mg6(Si2O5)4(OH)4 dengan pemerian serbuk sangat halus, serbuk
keputihan dan agak abu.
Asam stearat digunakan sebagai pelincir tablet. Dalam formulasi ini digunakan asam stearat
sebanyak 1,69% dan menurut literatur, jumalah asam stearat yang digunakan sebagai pelincir
tablet adalah sebanyak 1-3 %. Pada formula ini penggunaan asam stearat sebenarnya kurang
tepat, karena menurut literatur asam stearat akan mengalami inkompatibilitas dengan senyawa
basa. Seperti diketahui teofilin yang digunakan sebagai zat aktif bersifat basa lemah, sehingga
ada kemungkinan akan terjadi reaksi maka dari itu penggunaan asam stearat sebaiknya diganti
dengan Mg stearat.
Setelah evaluasi serbuk dilakukan, serbuk di persiapkan untuk dicetak. Serbuk ayng telah
dicampurkan dengan pelicncir diaduk hingga homogen supaya terdistribusi homogen dan hasil
tiap tablet yang dicetak memiliki kualitas yang sama. Setelah itu, tablet dicetak dengan
menggunakan mesin kempa single punch. Dilakukan beberapa kali pencetakan awal, dimana
setiap 1 tablet yang dibuat kemudian diuji bobot dan kekerasannya. Hal ini dilakukan supaya
tablet yang dicetak memenuhi rentang bobot tablet teoritis yang diizinkan, yaitu sekitar 200 mg.
Setelah dilakukan beberapa pencetakan tablet awal, didapatkan berat yang memenuhi syarat.
Kekerasan tablet yang dicetak tersebut berada pada sekitar 5 N. Hal ini menunjukan bahwa tablet
yang dicetak kurang keras. Hal ini disebabkan laju alir dari serbuk dan pengisi yang buruk
menyebabkan pada saat pencetakan, volume cetak tablet tidak terpenuhi semua akibat laju alir
yang buruk mengganggu proses pengisian cetakan tablet.

Karena kekerasan tablet yang kurang baik, sempat dilakukan penambahan zat pengisi yaitu
Starch Rx 1500 sebanyak 20 g lalu kembali dilakukan pencetakan awal. Namun, hasilnya lebih
jelek daripada hasil pencetakan awal pertama dimana tablet yang dicetak memiliki kekerasan
yang sangat jelek sehingga setelah tablet sangat rapuh. Maka dari itu, dilakukan penambahan zat
aktif dan zat lainnya (teofilin, Na Starch Glycolat, talcum, dan asam searat) dengan perbandingan
sesuai dengan formula awal yang menyesuaikan dengan starch Rx yang telah ditambah. Setelah
penambahan yang kedua dilakukan, kemudian diaduk hingga homogen, pencetakan seluruh
serbuk dilakuakn.
Pada pencetakan pertama, didapat total tablet yang setara dengan seluruh serbuk. Dengan kata
lain, hanya setengah dari serbuk yang dapat dicetak. Serbuk yang tidak tercetak pada pencetakan
sebenarnya terbentuk, namun kekerasannya sangat buruk dan menyebabkan tablet menjadi
serbuk kembali saat diambil. Hal ini dikarenakan laju alir yang buruk dari serbuk. Bobot dan
kekerasan tablet nya pun sama dengan pencetakan awal pertama. Maka dari itu, sisa serbuk yang
gagal tercetak dicetak kembali. Pada pencetakan kedua ini, seluruh tablet dapat dicetak. Pada
penetakan kedua ini didapat tablet-tablet dengan bobot dan kekerasan yang lebih baik
dibandingkan hasil pencetakan pertama. Hal ini dikarenakan serbuk yang gagal dicetak pada
pencetakan pertama, laju alirnya diperbaiki dengan tekanan akibat pengempaan oleh mesin
kempa. Total tablet yang didapat adalah 488 tablet.
Setelah seleruh tablet dicetak, dilakukan evaluasi tablet. Pengujian keseragaman bobot dan
ukuran dilakukan untuk melihat keseragaman dosis pada masing-masing kaplet. Pada evaluasi
keseragaman bobot, didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,19078 g. Berdasarkan FI III, untuk uji
keseragaman bobot pada tablet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata tersebut (bobot rata-rata
151-300 mg), dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang
dari 7,5% bobot rata-rata (0,01431 g) dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari 15% bobot rata-rata (0,02862 g). Dari data yang diapatkan, terdapat 10 tablet
yang menyimpang dari 7,5% bobot rata-rata yaitu pada tablet no 3, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16,
dan 17. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan uji keseragaman bobot untuk tabel A (tidak boleh
ada lebih dari 2 kaplet yang bobotnya menyimpang dari 7,5% bobot rata-rata). Kemudian, dari
data yang didapat juga terdapat 1 tablet yang menyimpang dari 15% bobot rata-rata (tablet no 3).
Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan yang tertulis di farmakope tentang uji keseragaman bobot

untuk tabel B (tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15% bobot ratarata). Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi akibat laju alir serbuk yang buruk sehingga
volume yang tercetak tidak seragam karena penyumbatan serbuk.
Pada pengujian keseragaman ukuran, didapatkan diameter rata-rata sebesar 8,0875 mm dan tebal
rata-rata sebesar 3,5305 mm. pada farmakope disebutkan bahwa kecuali dinyatakan lain,
diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet (10,5915 mm) dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal
tablet (4,6956 mm). Dari data yang didapatkan, tablet yang dicetak memenuhi persyaratan
keseragaman ukuran.
Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat tablet sehingga mempengaruhi
pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian kekerasan, tablet diletakan dengan posisi
vertikal dimana permukaan tablet bagian tebal tablet menyentuh permukaan alat uji hardness
tester, karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Dari hasil yang didapatkan,
kekerasan tablet yang didapat sangat rendah, menyebabkan tablet pecah pada tekanan yang
berkisar antara 5 hingga 26 N dengan nilai rata-ratanya adalah 9,5 N. Sedangkan tablet yang baik
memiliki tekanan antara 40-80 N. Hal ini dapat disebabkan laju alir dan LOD yang buruk dari
serbuk menyebabkan tablet yang terbentuk kurang padat dan rapuh.
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Pada pengujian frialbilitas, digunakan tablet
dengan bobot total 6,251 g. %friabilitas tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji, didapatkan
%friabilitas sebesar 24,81%. Hasil ini tidak memenuhi syarat friabilitas yang baik. Hal ini
dikarenakan nilai LOD yang kecil dan rapuhnya tablet akibat laju alir serbuk yang buruk.
Pengujian waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama tablet akan hancur pada kondisi
yang menyerupai tubuh manusia. Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik tidak lebih dari 15
menit. Pada pengujian ini, didapatkan waktu hancur 1 menit 10 detik atau 70 detik. Hal ini sesuai
dengan persyaratan yang tercantum pada FI III.

VIII. Kesimpulan

1.

Pembuatan tablet metode kempa langsung dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan
baku obat (zat aktif dan eksipien) secara homogen, lalu dicetak dengan menggunakan alat

2.

pencetak tablet single punch dan diperoleh 488 tablet dengan berat rata-rata 190 gram
Uji quality control yang dilakukan selama pembuatan tablet metode kempa langsung, yaitu
pengujian kemampuan alir, kerapatan dan kemampatan dan susut pengeringan pada serbuk serta
pengujian keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, waktu hancur dan friabilitas
pada tablet

DAFTAR PUSTAKA
Andayana, N. 2009. Teori Sediaan Tablet. Tersedia di : http://www. Pembuat _tablet.html [ diakses
tanggal 19 April 2013]
Anonym. 2012. Sodium Starch Glycolate. Tersedia di: http://www.nbent. com/SSG.htm [ diakses
tanggal 19 April 2013]
Ansel, H.C., et.al. 1999. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System. 7th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 96, 175-178
Chaerunissa, A.Y., dkk. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hamdani, S. 2012. Menyetarakan Neraca. Tersedia di http://catatankimia.com/ catatan/menyetarakanneraca.html [ diakses tanggal 19 April 2013]
Koesdijanto,

D.

2012.

Jangka

Sorong

(Vernier

Caliper).

Tersedia

http://yuliarman.polinpdg.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=36:menggunakan-jangka-sorong-vernier-caliper&catid=13:alat-ukur&Itemid=5 [ diakses tanggal 19 April 2013]
Lachman L., dkk. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press

di:

Lachman, L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Musfikah, A. 2012. Metode Pembuatan Tablet. Tersedia di http://asia-musfika.com/2012/04/metodepembuatan-tablet.html [ diakses tanggal 19 April 2013]
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third Edition. USA:
Burges Publishing Company.
Pike, R. 2010. Starch Rx 1500. Tersedia di: http://pubchem.ncbi.nlm. nih.gov/summary/summary.cgi?
cid=24836924 [ diakses tanggal 19 April 2013]
Robbins, J. 2011. Pengertian Timbangan Digital. Tersedia di: http://www.ziki.com/fr/johnnyrobbins+585035/post/pengertian-timbangan-digital+13356181 [ diakses tanggal 19 April 2013]
Sari, N. P. 2010. Skripsi: Pembuatan dan Karakterisasi Bahan Tablet Vitamin C Menggunakan
Kitosan dan Amylum Manihot sebagai Matriks Melalui Metode Granulasi Basah. Departemen
Kimia Falultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan
Soekemi, R. A., dkk. 1987. Tablet. Medan: Mayang Kencana.
Sulaiman. 2007. Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik Dan Produk
Dagang. Tersedia di: http://jurnalfarmasi uiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf [ diakses tanggal
19 April 2013]
Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC
Tim Fisika. 2007. Fisika. Jakarta: Grasindo
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed. Ke-5. Yogyakarta: UGM Press.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Social Profiles

Popular

Tags

Blog Archives

Google+ Followers

Arsip Blog

2013 (54)
o Oktober (2)
o Juli (27)
o Juni (25)

Laporan Praktikum Analisis Kadar SGPT - Biokimia K...

Laporan Praktikum Analisis Kadar SGOT - Biokimia K...

Contoh Batch Sheet Laporan Akhir - Teknologi Formu...

Makalah Analisis Zat Aktif Dalam Sediaan Gel Natri...

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DISOLUSI TERHADAP


TABL...

Laporan Praktikum Penentuan Kadar Trigliserida | B...

Laporan Praktikum ANALISIS URIN | Biokimia Klinik

Laporan Praktikum Penentuan Kadar Glukosa Metode G...

Laporan Praktikum Uji Ketelitian Dan Pipetasi | Bi...

Laporan Praktikum Pemeriksaan Fungsi Ginjal Dengan...

Laporan Praktikum PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL (Tes U...

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET SALUT FILM | TE...

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN


AK...

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN


AK...

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN


AK...

Laporan Praktikum Pengenalan Alat | Teknologi For...

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif dan Kuantita...

Makalah ANALISIS KADAR ZAT AKTIF ERITROMISIN DALAM...

Laporan Praktikum Identifikasi dan Penentuan Kadar...

Laporan Praktikum Analisis Sampel Tablet Difenhidr...

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif dan Kuantita...

Laporan Praktikum Analisis Kadar Tramadol HCl Deng...

Laporan Praktikum Analisis Difenhidramin HCl Meng...

Laporan Praktikum Analisis Kadar Paracetamol Denga...

Laporan Praktikum Analisis Kadar Parasetamol Denga...

2012 (10)

BLOG STATISTICS

Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.co.id/2013/06/laporanpraktikum.html#ixzz43xfyrd4G

Anda mungkin juga menyukai