Anda di halaman 1dari 21

DISOLUSI

INTRINSIK
DISUSUN OLEH :
Ajeng Oktaviani (201851017)
Ajeng Pravita R (201851018)
Depi Wani Br Tarigan (201851051)
Farumayyah (201851090)
M Syabir Ferdian (201851164)
Mita Fizriah (201851178)
Disolusi Obat
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk
ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan.

Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut.


Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan
pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk
sediaan padat terlibat berbagai proses.
Disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan,
proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi
ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan
degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang
mempengaruhi kerakteristik disolusi obat dari sediaan.
KECEPATAN PELARUTAN
Secara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai
jumlah zat yang terlarut dari bentuk sediaan padat dalam
medium tertentu sebagai fungsi waktu.

Dapat juga diartikan sebagai kecepatan larutan bahan obat dari sediaan
farmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil pecahannya bentuk
sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium.

Dalam hal tablet biasanya diartikan sebagai mass transfer,


yaitu kecepatan pelepasan obat atau kecepatan larut bahan
obat dari sediaan tablet kedalam medium penerima.
TEORI DISOLUSI

Disolusi
adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yangmenghasilkan
transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh
ke pelarut dari permukaan padat. Teori disolusi yang umum adalah:
1. Teori film (model difusi lapisan)
2. Teori pembaharuan-permukaan (teori penetrasi)
3. Teori  Solvasi terbatas / Inerfisial
Di dalam pembahasan untuk memahami mekanisme disolusi,
kadang-kadang digunakan salah satu model atau gabungan dari
beberapa model antara lain adalah:

1. Model Lapisan Difusi (Diffusion Layer Model)


Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada
permukaan padat terdapat satu lapisan tipis cairan dengan ketebalan
ℓ, merupakan komponen kecepatan negatif dengan arah yang
berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada permukaan padat
– cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar
muka liquid film – bulk film, pencampuran secara cepat akan terjadi
dan gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi
ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liquid film.
2. Model Barrier Antar Muka (Interfacial Barrier Model)

Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan
dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan. Sebagai hasilnya,
tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan – larutan, dan hal ini harus
dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka
padat – cair sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses
transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan
tipis statis (stagnant).
3. Model Dankwert (Dankwert Model)

Model ini beranggapan bahwa transpor solut menjauhi


permukaan padat terjadi melalui cara paket makroskopik
pelarut mencapai antar muka – cair karena terjadi
pusaran difusi secara acak. Paket pelarut terlihat pada
permukaan padatan. Selama berada pada antar muka,
paket mampu mengabsorpsi solut menurut hukum difusi
biasa, dan kemudian digantikan oleh paket pelarut segar.
Jika dianggap reaksi pada permukaan padat terjadi segera,
prosex pembaharuan permukaan tersebut terkait dengan
kecepatan transpor solut ataudengan kata lain disolusi.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DISOLUSI
Kecepatan disolusi suatu zat dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adalah:

1. Suhu
Semakin tinggi suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu
zat yang bersifat endotermik serta akan memperbesar harga
koefisien zat tersebut.

2. Viskositas
Turunnya viskositas suatu pelarut juga akan memperbesar kelarutan
suatu zat.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DISOLUSI

 3. PH

pH sangat mempengaruhi kelarutan


4. Ukuran Partikel
zat-zat yang bersifat asam maupun
basa lemah. Zat yang bersifat basa
Semakin kecil ukuran partikel,
lemah akan lebih mudah larut jika
maka luas permukaan zat tersebut
berada pada suasana asam
akan semakin meningkat sehingga
sedangkan asam lemah akan lebih
akan mempercepat kelarutan
mudah larut jika berada pada
suatu zat.
suasana basa.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DISOLUSI
Selain faktor-faktor tersebut ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi
laju disolusi obat secara in vitro antara lain adalah:

1. Sifat Fisika Kimia Obat 

Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat
diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan
terjadi pada permukaan solut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. Obat
berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam maupun basa
bebas. Obat dapat membentuk suatu polimorfi yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan yang
berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik. Obat bentuk kristal secara umum lebih
keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan
obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi daripada bentuk Kristal.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DISOLUSI
2. Faktor Formulasi 

Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat


dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi
tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat,
ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan
tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium stearat, dapat
menaikkan tegangan antar muka obat dengan medium disolusi. Beberapa
bahan tambahan lain dapat membentuk kompleks dengan bahan obat,
misalnya kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks
tidak larut dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi
menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap jumlah obat yang
diabsorpsi
MEMPENGARUHI
DISOLUSI

3. Faktor alat dan kondisi lingkungan

Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan


menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan
pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin
cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga
dapat menaikkan kecepatan pelarutan. Selain itu temperatur, viskositas
dan komposisi dari medium, serta pengambilan sampel juga dapat
mempengaruhi kecepatan pelarutan obat.
METODE PENGUJIAN DISOLUSI
Untuk mengetahui kecepatan pelarutan suatu zat atau sediaan dapat dilakukan
uji disolusi dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Klasik

Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada
waktu t, yang kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90, dan
sebagainya. Karena dengan metode ini hanya menyebutkan 1 titik saja,
maka proses yang terjadi di luar titik tersebut tidakdiketahui. Titik
terebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu
tertentu.
METODE PENGUJIAN DISOLUSI

2. Metode Wagner

Metode ini dapat menghitung tetapan


kecepatan pelarutan (k) dengan berdasarkan
pada asumsi bahwa kondisi percobaan dalam
keadaan sink, proses pelarutan mengikuti
orde satu, luas permukaan spesifik turun
secara eksponensial terhadap waktu.
Uji disolusi
• Obat-obat berbentuk padat yang dikonsumsi secara oral harus dilakukan
uji disolusi. Uji disolusi (in vitro) dilakukan untuk mengukur jumlah zat
aktif yang terdisolusi dalam media cair yang diketahui volumenya pada
suatu waktu tertentu dan alat tertentu.
• Uji disolusi
 Uji disolusi intrinsik penetapan zat yang terdisolusi
dalam suatu system yang luas penampangnya dibuat konstan
(untuk zat aktif)
 Uji disolusi nyata untuk uji disolusi zat aktiif dalam sediaan
(contoh: tablet)
Uji disolusi Intrinsik

Disolusi intrinsik didefenisikan sebagai suatu kecepatan disolusi zat aktif


murni dibawah kondisi luas permukaan yang kosntan.

disolusi intrinsik hanya membutuhkan jumlah sampel yang sedikit. Selain


itu, dari hasil uji disolusi, diharapkan dapat memberi gambaran kepada
peneliti mengenai masalah apa yang mungkin muncul pada pengembangan
zat aktif tersebut.
Uji disolusi Intrinsik
Kecepatan disolusi intrinsik dapat
diperoleh dengan menggunakan peralatan
tertentu yang telah didesain sedemikian
rupa (disesuaikan dengan kondisi fisiologis
yang diinginkan). Bahan obat dikempa
hingga berbentuk pellet, lalu dimasukan
Media ke dalam die. Selanjutnya pellet obat
desolusi dicelupkan ke dalam larutan medium
dengan luas area kontak yang konstan.

Zat aktif yang


dimampatkan
Faktor yang mempengaruhi :

a. sifat bahan obat:


- hidrasi / solvasi
- ukuran partikel
- luas permukaan partikel

b. faktor-faktor ekternal:
- hidrodinamika : . alat
. kecepatan rotasi
- kondisi pengujian : . pH media
. suhu media
Metode Percobaan

• Alat yang digunakan


Alat-
alat yang digunakan adalah alat spektrofotometri, alat uji 
disolusi,beaker glass, botol vial, kuvet, Pipet tetes,
syringe, stopwatch

•Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang dgunakan air, Pelet Teophyllin
anhidrat dan monohidrat serta kloramfenikol dan
kloramfenikol yang telah di rendam dalam metanol, lilin,
Bedium disolusi dapar fosphat pH 6,8.
Metode Percobaan
•Prosedur
Pellet ditaruh pada penyangga, lalu bagian atas pelet dituangi lilin
cair,sehingga hanya satu permukaan pellet yang terbuka, yang langsung dapat bersingungan de
ngan medium disolusi. langkah selanjutnya adalah tablet dicelupkan ke dalam medium dapar
phospat pH 6,8 yang terdapat dalam labu sebanyak 500ml, suhu dipertahankan pada 37.5 C,
motor diatur pada kecepatan konstan 50 rpm.
kemudian cairan sample diambil 5 ml pada selang waktu menit ke 5, menit ke 10, menit ke 15,
menit ke 20, dan menit ke 30 untuk menentukan jumlah obat dalam cairan
itu. kemudian ditentukanabsorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang didapat 
padapercobaan.
untuk menentukan kadar obat maka digunakan alat spektrophotometri dengan mengukur
tingkat absorbansi nya.

Anda mungkin juga menyukai