MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Teknologi Farmasi Sediaan Solida
Oleh Kelompok VI :
Hadlinah aslamiyah (201651194)
Huda Satrio Pramono (201751150)
Rahayu Fitri Astuti (201651246)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah, rahmat, dan hidayahnya
penyusunan makalah dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul “Tablet FDT Loratadin”. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Dede Rukmayadi, S.T., M.Si. selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-
Kamal Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
2. Drs. Budi Mulyatno, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Al-
Kamal Jakarta.
3. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
4. Dewi Rahma Fitri, M.Farm., Apt. selaku Dosen Pengampu yang selalu
memberikan arahan serta ilmu yang bermanfaat.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah pada
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga penulisan
ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.......................................
....................................... i
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................
2
A. Latar Belakang
........................................................................................................................
2
B. Batasan Masalah
........................................................................................................................
3
C. Tujuan
........................................................................................................................
4
D. Manfaat
........................................................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Fast Disintegrating Tablet (FDT)
5
B. Tablet
7
ii
C. Bahan Tambahan
Obat
9
D. Penggolongan
Tablet
12
E. Kerusakan
Tablet
17
F. Loratadin
18
G. Metode pembuatan
Tablet
21
H. Preformulasi
.. 25
BAB III
FORMULASI
30
A. Formulasi
30
B. Alat dan
Bahan
31
C. Perhitungan
Bahan
33
iii
D. Skema
Kerja
40
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
41
BAB V
KESIMPULAN
44
Daftar Pustaka
45
Lampiran
46
iv
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang
dijumpai di pasaran. Bentuk sediannya antara lain dalam bentuk padat (solid)
contohnya pil, tablet, kapsul dan suppositoria. Dalam bentuk sediaan setengah
padat (semi solid) contohnya krim dan salep. Sedangkan bentuk sediaan cair
(liquid) adalah sirup, eliksir, suspensi dan emulsi. Sediaan solid adalah bentuk
sediaan obat yang memiliki wujud padat, kering, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang tercampur homogen.
Pemilihan sediaan solid keunggulannya terletak pada sediaannya yang
bertekstur kering. Sehingga lebih menjamin stabilitas fisika kimia zat aktif yang
terkandung di dalamnya. Sediaannya yang praktis memudahkan penggunaannya
oleh pasien. Sedangkan kelemahan sediaan solid ini adalah, apabila berbentuk
tablet atau serbuk tidak dapat menutupi rasa pahit dari obat tersebut dan beberapa
pasien juga ada yang lebih mengalami kesulitan meminum obat sediaan padat
dibandingkan dengan yang sediaan cair (liquid) seperti sirup.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian
besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet
cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab tekanan rendah ke
dalam lubang cetakan (Baru et al., 2012).
Rute pemberian obat secara oral memiliki penerimaan yang luas hingga 50
– 60% dari total sediaan. Bentuk sediaan padat lebih disukai karena kemudahan
dalam pemakaian, ketepatan dosis, menghindarkan rasa sakit saat pemakaian,
dan yang paling penting adalah kepatuhan pasien. Bentuk sediaan padat yang
3
paling terkenal adalah tablet dan kapsul (Bhowmik et al. 2009). Namun
pemakaian tablet dan kapsul secara konvensional (memerlukan air minum) tidak
sesuai untuk beberapa pasien yang sudah tua karena adanya perubahan dalam
kondisi psikologi dan neurologi misalnya dysphagia (kesulitan dalam menelan),
tangan yang bergetar, serta perubahan dalam hal bau dan rasa. Selain itu, bentuk
sediaan konvensional juga tidak sesuai untuk anak-anak, pasien dengan
keterbelakangan mental, serta pasien yang sedang dalam perjalanan saat tidak
tersedia air (Nayak dan Manna 2011).
Saat ini terdapat bentuk penghantaran baru sediaan oral yaitu Fast
Disintegrating Tablets (FDT) yang juga dikenal dengan sebutan Orally
Disintegrating Tablets (ODT), mouth dissolving tablets, dan orodispersible
tablets (Dey dan Maiti 2010). Fast Disintegrating Tablet (FDT) adalah sediaan
tablet yang hancur cepat di mulut yang membantu mempermudah
penggunaannya khususnya saat tidak tersedia air. Permasalahan yang dihadapi
pada formulasi FDT adalah waktu hancur yang sangat singkat dan masalah rasa
untuk zat aktif yang berasa tidak enak. FDT didesain untuk dapat hancur dengan
cepat tanpa dikunyah dan tanpa memerlukan air minum serta memiliki rasa yang
enak di mulut. Waktu hancur sediaan FDT adalah 30 detik atau kurang (CDER
2008) sedangkan menurut British Pharmacopoeia adalah 3 menit atau kurang.
Bahan aktif yang sesuai untuk sediaan FDT adalah yang bahan aktif yang
memiliki dosis dibawah 50 mg dan mampu berdifusi pada saluran pencernaan
bagian atas (Velmurugan dan Vinushita 2010). Golongan obat yang sesuai adalah
obat-obat yang dibutuhkan untuk aksi cepat seperti obat untuk penyakit
kardiovaskuler, analgesik, antialergi, dan obat untuk disfungsi ereksi (Jaleel et
al. 2010).
B. Batasan Masalah
1. Zat aktif yang digunakan adalah Loratadin
2. Sediaan yang digunakan adalah tablet FDT Dari Loratadin
3. Metode yang digunakan adalah kempa langsung.
C. Tujuan
4
1. Untuk memperoleh sediaan tablet dengan zat aktif atau bahan aktif
Loratadin.
2. Untuk memperoleh sediaan tablet FDT loratadin dengan metode kempa.
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang
membuat sediaan tablet FDT Loratadin dengan metode kempa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fast disintegrating tablet merupakan bentuk sediaan tablet yang cepat hancur
segera setelah kontak dengan saliva tanpa perlu tambahan air atau dikunyah.
Kelebihan dari bentuk sediaan ini antara lain adalah penggunaan tanpa tambahan
air, dosis yang akurat, kemudahan penyimpanan, ideal untuk pedriatrik dan
geriatrik, dan aksi onset obat yang sangat cepat.
Tablet ini utamanya ditujukan bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam
menelan obat, seperti pasien pediatrik dan geriatrik karena FDT cepat
terdisintegrasi. Ada beberapa kriteria FDT ideal, yaitu :
FDT yang baik dapat dihasilkan dengan cara melakukan optimasi pada bahan
dan metode pembuatannya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat
sediaan FDT, antara lain adalah :
5
a. Kempa Langsung
Kempa langsung merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam pembuatan formula FDT. Metode ini mudah dilakukan, peralatan yang
digunakan sederhana, tahapannya singkat, dan biayanya relatif murah
dibanding metode lain. Disintegrasi dan kelarutan dari tablet yang diproduksi
dengan metode kempa langsung tergantung dari bahan penghancur, agen
effervescent, dan eksipien larut air yang digunakan. Kempa langsung dianggap
sebagai metode paling baik dalam pembuatan sediaan FDT.
b. Molding
Prinsip metode ini adalah dispersi padat. Karakteristik dari zat aktif dalam
tablet tergantung bagaimana dispersinya di dalam matriks. Tablet yang
diproduksi dengan metode ini pada umumnya dibuat dengan cara mengempa
campuran serbuk dari bahan yang larut air yang sebelumnya telah dibasahi
dengan suatu pelarut hingga terbentuk massa yang basah. Pelarut yang biasa
digunakan adalah air dan etanol. Tahap selanjutnya adalah menghilangkan
pelarut yang digunakan dengan cara diuapkan. Kekurangan dari metode ini
adalah tablet yang dihasilkan memiliki kekuatan mekanik yang rendah sehingga
dapat terjadi erosi selama proses pembuatan dan pengemasan.
Metode ini merupakan suatu proses dimana air mengalami sublimasi setelah
suatu produk membeku. Metode ini dapat menghasilkan tablet yang memiliki
laju disolusi cepat karena struktur tablet berbentuk amorf. Keuntungan dari
metode ini adalah penggunaan suhu yang tidak meningkat sehingga pengaruh
suhu dapat dihilangkan. Selain itu, penyimpanan dalam keadaan kering dapat
meningkatkan stabilitas zat aktif. Kekurangan dari metode ini adalah proses
pembuatannya membutuhkan penanganan khusus, jumlah bahan yang
diproduksi dalam satu batch terbatas, dan membutuhkan biaya produksi yang
relatif tinggi, serta keterbatasan dosis zat aktif yang dapat diformulasikan.
6
d. Spray Drying
Spray Drying merupakan salah satu proses dalam pembuatan sediaan FDT
dengan cara menghasilkan serbuk dengan porositas tinggi. Tablet yang
dikempa dari campuran bahan hasil spray drying dapat terdisintegrasi dengan
cepat ketika bersentuhan dengan medium berair.
e. Sublimasi
Sublimasi merupakan suatu teknik dalam formulasi FDT dengan bahan padat
yang mudah menyublim, seperti urea, ammonium karbonat, ammonium
bikarbonat, kamfer atau menthol. Campuran yang mengandung bahan yang
mudah menyublim kemudian dikempa. Material yang mudah menyublim
dihilangkan dengan proses sublimasi, sehingga akan diperoleh tablet dengan
porositas tinggi. Porositas yang tinggi inilah yang akan memperantarai waktu
disintegrasi yang cepat (Taher dan Sengupta, 2013). Evaluasi FDT hampir sama
dengan tablet konvensional, meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi,
waktu pembasahan, rasio absorpsi air dan uji disolusi. Suatu FDT tidak boleh
memiliki waktu disintegrasi lebih dari 3 menit (Department of Health, 2014).
Beberapa literatur mempersyaratkan waktu disintegrasi yang lebih cepat yaitu
kurang dari 60 detik.
B. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi III tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain
yang cocok.
7
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan sesuai. Tablet terdapat dalam
berbagai ragam, bentuk, kekerasan, ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan
dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode
pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar, dengan permukaan datar, atau
konveks. Dan bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi, dan segi
enam (heksagonal) telah dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan
produknya dengan produk dari pabrik lainnya. Bentuk sediaan tablet mempunyai
keuntungan yang meliputi ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya
produksi yang murah, mudah dikemas, tahan dalam penyimpanan, mudah dibawa,
serta bentuk yang memikat.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah
kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, memenuhi persyaratan keseragaman bobot
tablet dan kandungan obatnya, dan mempunyai penampilan yang menarik, baik
pada bentuk, warna, maupun rasanya. Untuk mendapatkan tablet yang baik
tersebut, maka bahan yang akan dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-
sifat mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak
akan memiliki variasi yang besar, kompaktibel (bahan mudah kompak jika
dikempa sehingga dihasilkan tablet yang keras) dan mudah lepas dari cetakan.
8
9
kering tetapi lebih efektif bila ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan
pengikat yang umumnya digunakan dalam tabletasi adalah PVP (polivinil
pirolidon) K30, gelatin, gom arab, acacia, CMC Na, metilselulosa, HPMC.
3. Bahan Penghancur (Disintegrant)
Bahan penghancur dimaksudkan untuk memudahkan hancurnya tablet
setelah kontak dengan cairan pencernaan. Selain itu juga dapat berfungsi
menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah
menjadi bagian-bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu mungkin sangat
menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavaibilitas
yang diharapkan.
Bahan penghancur dapat ditambahkan sebelum proses granulasi atau
diberikan sebelum proses penabletan pada saat pemberian bahan pelicin atau
diberikan pada saat kedua proses tersebut. Bahan penghancur yang sering
digunakan adalah amilum, avicel, starch 1500, explotab dan primojel.
4. Bahan Pelicin (Lubricant)
Tujuan diberikan bahan pelicin pada pembuatan tablet adalah untuk
mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan,
mencegah melekatnya granul pada punch atau cetakan. Bahan pelicin juga
berfungsi mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika
tablet keluar dari mesin dan memberikan bentuk yang baik pada tablet yang
sudah jadi. Jumlah bahan pelicin yang dapat dipakai pada pembuatan tablet
antara 0,1-5% berat granul. Diantara pelicin yang umum digunakan adalah
talk, magnesium strearat, dan kalsium stearate.
Diantara semua bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet, lubrikan adalah yang paling penting. Tanpa lubrikan, bahan obat akan
mengganngu peralatan kecepatan tinggi, karena bahan obat akan menempel
pada dinding die pada saat pengempaan dan pengeluaran tablet. Penggunaan
lubrikan dalam tablet terbatas karena akan mengurangi disintregasi dari
bahan obat itu sendiri.
11
campuran dari zat-zat warna tersebut dinamakan warna sekunder. Zat warna
alami, contohnya meliputi warna karamel (dari gula yang dikaramelkan,
digunakan untuk minuman kola dan kosmetik), annatto (pewarna kuning
kemerahan yang berasal dari biji tanaman Achiote), pewarna hijau dari alga
chlorella, cochineal (zat warna merah dari serangga Dactylopius coccus),
kunyit, paprika, serta elderberry.
10. Bahan Pengaroma (Flavouring Agent)
Berfungsi untuk menutupi rasa dan bau dari zat khasiat yang tidak enak.
Biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut.
Bahannya seperti macam-macam minyak atsiri.
11. Bahan penyedap dan pemanis.
Biasanya ditambahkan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Contoh bahan
penyedap adalah essense. Contoh bahan pemanis adalah manitol, laktosa,
aspartam, sukrosa dan dextrosa.
D. Penggolongan Tablet
1. Berdasarkan Metode Pembuatan
Dikenal dua jenis tablet berdasarkan metode pembuatan, yaitu tablet cetak
dan tablet kempa.
a. Tablet Cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung
laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa
dibasahi dengan etanol persentasi tinggi. Kadar etanol tergantung
dengan kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam pelarut, serta
kekerasan tablet yang diinginkan. Pembuatan dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh
sehingga tablet dapat dipotek dan harus hati-hati saat pengemasan dan
13
yang tertutup rapat dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda
“bukan untuk ditelan”. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru
diminum.Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
e. Tablet Implantasi (Pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan
berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek
kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat
khasiat akan dilepas perlahan-lahan. Dibuat berdasarkan teknik aseptik,
mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan
(Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet cetak/kempa yang dibuat
dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya
digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan
menambahkan pelarut steril (FI IV). Umumnya berbobot 30 mg dan
disuntikkan di bawah kulit (subkutan). Dilarutkan lebih dahulu sebelum
dijadikan injeksi hipodermik.
g. Tablet bukal (buccal tablet). Digunakan dengan cara meletakkan tablet
diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung
melalui mukosa mulut. Tablet biasanya berbentuk oval, keras dan berisi
hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut
dalam waktu yang lama (secara perlahan).
h. Tablet sublingual (dibawah lidah). Digunakan dengan cara meletakkan
tablet di bawah lidah sehingga zat aktif secara langsung melalui mukosa
mulut, diberikan secara oral. Tablet kempa berbentuk pipih yang
berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah
ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat
segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah
lidah.
i. Tablet vagina (ovula). Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk
dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan
17
E. Kerusakan Tablet
1. Binding
Massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan. Penyebabnya
penggunaan lubrikan yang sedikit, granul yang kurang kering dan die yang
cacat atau kotor. Solusinya menambah pelicin, menggunakan pelicin yang
tepat, menjaga kebersihan punch dan die dan pentabletan dilakukan dengan
temperatur dan tekanan yang rendah.
2. Sticking
Granul menempel pada dinding die, maka punch bagian bawah tidak bebas
bergerak. Sticking dimanifestasikan sebagai permukaan tablet yang kusam,
penyebabnya punch kurang bersih dan tablet dicetak dalam kelembaban
yang tinggi. Solusinya kurangi kecekungannya, tingkatkan tekanan dan
kurangi kecepatan.
3. Capping
Pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian dari tablet. Penyebabnya
bentuk punch cekung, kecepatan mesin yang tinggi dan tekanan punch yang
terlalu rendah. Solusinya gunakan bentuk punch yang datar, kecepatan
diturunkan dan pengaturan tekanan pada punch.
4. Splitting
Lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
18
5. Mottling
Keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata.
Penyebabnya berbedanya warna obat dengan bahan penambah atau bila hasil
urai obatnya berwarna. Solusinya pemberian zat warna dengan pencampuran
yang merata dan homogen.
6. Whiskering
Pencetak tidak pas dengan ruang cetakan dan terjadi pelelehan zat aktif saat
pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol-
botol, sisi-sisi yang berlebih akan terlepas menghasilkan serbuk.
7. Crumbling. Tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah karena
kurangnya tekana pada saat pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
F. Loratadin
Loratadine , yang dijual dengan merek Claritin, antara lain, adalah obat yang
digunakan untuk mengobati alergi . Ini termasuk rinitis alergi (demam) dan gatal - gatal
19
. Efek samping yang umum termasuk kantuk, mulut kering, dan sakit kepala. Efek
samping serius jarang terjadi dan termasuk reaksi alergi , kejang , dan masalah hati .
Penggunaan selama kehamilan tampaknya aman tetapi belum diteliti dengan baik.
Tidak dianjurkan untuk anak berusia di bawah dua tahun. Obat ini termasuk dalam
keluarga pengobatan antihistamin generasi kedua .
Loratadine (Loratadin)
Golongan Antihistamin
Peringatan:
Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika Anda merupakan penderita
gangguan hati dan gangguan darah porfiria.
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
20
Dosis Loratadine
Untuk mengatasi reaksi alergi pada pasien dewasa, dosis loratadine yang
biasanya direkomendasikan oleh dokter adalah 10 mg satu kali sehari, atau 5
mg dua kali sehari. Sedangkan pada anak-anak usia 2-5 tahun, dosisnya adalah
5 mg satu kali sehari.
Mengonsumsi Loratadine dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat
sebelum menggunakan loratadine. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau
sesudah makan. Jika diresepkan loratadine tablet, konsumsilah dengan air
putih.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi loratadine, disarankan untuk segera
melakukannya jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Mekanisme aksi loratadin
Mekanisme aksi obat loratadin terbagi menjdi 3 yaitu:
1. Loratadin berikatan dengan reseptor H1 bersaing dengan histamin bebas
dan pameran khusus, loratadine memiliki aktivitas antagonis H1 perifer
yang selektif. Aksi Blok histamin endogen ini, yang kemudian mengarah
ke bantuan sementara dari gejala negatif atau efek samping (misalnya.
Hidung tersumbat, mata berair) disebabkan oleh histamin. Loratadin
memiliki afinitas rendah untuk reseptor kolinergik dan tidak
menunjukkan aktivitas memblokir alpha-adrenergic in-vitro yang cukup.
Loratadine juga muncul untuk menekan pelepasan histamin dan
leukotrien dari sel mast hewan, dan pelepasan leukotrien dari fragmen
paru-paru manusia, meskipun pentingnya secara klinis tidak diketahui.
21
Metode pembuatan tablet yang baik dapat dilihat dari zat aktif yang
tersedia, jika zat aktif yang tersedia memiliki sifat alir, komresibilitas,
kompaktibilitas yang baik, maka dalam hal ini pemilihan metode kempa
langsung adalah pilihan metode yang terbaik, namun jika zat aktif memiliki
sifat alir, komresibilitas, kompaktibilitas yang kurang baik, maka pilihanya
adalah dengan menggunakan metode granulasi basah, begitu pula jika zat
aktif yang digunakan tidak tahan terhadap adanya pemanasan dan
kelembaban, maka pilihan terbaik adalah dengan menggunakan metode
granulasi kering. Namun, secara umum metode granulasi yang paling sering
digunakan adalah dengan metode granulasi basah.
Golongan : Antihistamin
Kategori Obat : Obat resep
Bentuk Obat : Tablet
Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak >2 tahun
Dosis : Dosis diberikan oleh dokter berdasarkan
kondisi medis. Dosis yang diberikan bervariasi
berdasarkan kondisi individu. Selama
pengobatan, dokter akan melihat respons
terhadap pengobatan dan melakukan
penyesuaian dosis bila diperlukan.
26
2. Ac-Di-Sol
Adalah sebuah merek dagang dari croscarmellose sodium yang merupakan
hasil modifikasi dari carboxy methyl cellulose sodium dan diproduksi oleh
FMC Biopolymer. Bahan ini mempunyai beberapa sinonim seperti
crosslinked carbox-y methyl cellulose sodium, Explocel, Primellose,
Solutab, dan Vivasol. AcDiSol memiliki pemerian berupa serbuk yang tidak
berbau, berwarna putih atau putih keabuabuan.
Kelarutan : larut dalam air 1:5.5, larut dalam alkali, etanol 95%
(1:83), praktis tidak larut dalam eter, gliserin 1:18,
propan-2-ol 1:100.
Pka dan pH : 13,5 pada suhu 18oC
Titik Lebur : 166-188oC
Densitas : 1.514 g/cm3
Stabilitas : stabil dalam larutan kering dan dalam larutan air.
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup baik paa tempat
sejuk dan kering.
5. Natrium Sakarin
Nama resmi : Saccharum Natrium
Pemerian : Hablur, putih, tidak berbau atau agak aromatic, sangat
manis.
Kelarutan : larut dalam 1.5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol
95%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pemanis.
6. Talkum
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat.
Nama resmi : Talk
Sinonim : Talkum, serbuk talk
29
7. Alkohol
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak, bau khas rasa panas,mudah terbak
ar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
8. Magnesium stearate
Magnesium Stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan.
Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
MgO.
30
FORMULASI
A. Formulasi
R/ Loratadin 10 mg
Manitol 171mg
PVP K-30 6mg
Ac-Di-Sol 5mg
Natrium sakarin 5mg
Magnesium Stearat 1mg
Talk 2mg
Alkohol 0,05ml
1. Metode yang digunakan
FDT loratadin dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan manitol
yang digranulasi dengan PVP K-30 sebagai pengisi. Bahan pembantu lain
yang digunakan adalah Ac-Di-Sol, natrium sakarin, talk, magnesium stearat
Metode yang digunakanpada pembuatan tablet loratadin adalah kempa
langsung menggunakan. Metode ini dipilih karena tablet diperuntukan untuk
tablet hisap dan excipient yang digunakan dalam bentuk kering sehingga
memungkinkan dibuat dengan metode kempa langsung.
2. Alasan pemilihan bahan :
a. Loratadin : sebagai bahan aktif, khasiat antihistamin.
b. Manitol : sebagai zat pengisi
c. PVP K- 30 : sebagai pengikat
d. Ac-Di-Sol : sebagai penghancur
e. Natrium Sakarin : pemberi rasa manis
f. Magnesium stearat : sebagai glidan untuk memperbaiki sifat alir dan
kompresibilitas.
31
32
Rute pemberian obat secara oral memiliki penerimaan yang luas hingga 50 – 60%
dari total sediaan. Bentuk sediaan padat lebih disukai karena kemudahan dalam
pemakaian, ketepatan dosis, menghindarkan rasa sakit saat pemakaian, dan yang
paling penting adalah kepatuhan pasien. Bentuk sediaan padat yang paling terkenal
adalah tablet dan kapsul. Namun pemakaian tablet dan kapsul secara konvensional
(memerlukan air minum) tidak sesuai untuk beberapa pasien yang sudah tua karena
adanya perubahan dalam kondisi psikologi dan neurologi misalnya dysphagia
(kesulitan dalam menelan), tangan yang bergetar, serta perubahan dalam hal bau
dan rasa. Selain itu, bentuk sediaan konvensional juga tidak sesuai untuk anak-
anak, pasien dengan keterbelakangan mental, serta pasien yang sedang dalam
perjalanan saat tidak tersedia air.
Saat ini terdapat bentuk penghantaran baru sediaan oral yaitu Fast
Disintegrating Tablets (FDT) yang juga dikenal dengan sebutan Orally
Disintegrating Tablets (ODT), mouth dissolving tablets, dan orodispersible tablets.
Fast Disintegrating Tablet (FDT) adalah sediaan tablet yang hancur cepat di mulut
yang membantu mempermudah penggunaannya khususnya saat tidak tersedia air.
Permasalahan yang dihadapi pada formulasi FDT adalah waktu hancur yang
sangat singkat dan masalah rasa untuk zat aktif yang berasa tidak enak. FDT
didesain untuk dapat hancur dengan cepat tanpa dikunyah dan tanpa memerlukan
air minum serta memiliki rasa yang enak di mulut. Waktu hancur sediaan FDT
adalah 30 detik atau kurang sedangkan menurut British Pharmacopoeia adalah 3
menit atau kurang. Bahan aktif yang sesuai untuk sediaan FDT adalah yang bahan
aktif yang memiliki dosis dibawah 50 mg dan mampu berdifusi pada saluran
pencernaan bagian atas. Golongan obat yang sesuai adalah obat-obat yang
dibutuhkan untuk aksi cepat seperti obat untuk penyakit kardiovaskuler, analgesik,
antialergi, dan obat untuk disfungsi ereksi.
Loratadin merupakan obat golongan non sedatif antihistamin yang memiliki
rasa pahit. Loratadin digunakan untuk mengurangi gejala-gejala alergi seperti
33
hidung berair, mata gatal atau berair, bersin-bersin, dan urtikaria kronis. Obat ini
diabsorbsi di bagian proksimal saluran pencernaan serta memiliki efek samping
yang sedikit. Sediaan FDT diformulasikan menggunakan superdisintegran.
Superdisintegran yang banyak digunakan dalam sediaan FDT adalah Ac-Di-Sol.
Adanya ikatan crosslink dalam Ac-Di-Sol menyebabkan Ac-Di-Sol mampu
menyerap air dan mengembang ketika terkena air sehingga dapat mempercepat
waktu hancur tablet. Selain penghancur, pengisi memiliki peran penting untuk
mendapatkan rasa manis serta mouthfell yang bisa memberikan kenyamanan pada
pasien. Bahan pengisi berbahan dasar gula seperti manitol sering digunakan dalam
sediaan FDT untuk menutupi rasa pahit zat aktif.
Alat
a. Timbangan analitik (Shimadzu UX620H dan Mettler Toledo AG245)
b. Mesin pencetak tablet (single punch Stokes model 519-2)
c. Alat uji disolusi (HRSR8PLUS)
d. Spektrofotometer UV-vis (Beckman DU7500i)
e. Alat uji waktu hancur (Erweka type ZT122)
f. Flowability tester (Erweka apparatebauGDT)
g. Friability tester (J. Engelsmann A-G)
h. Frictibility tester (Erweka apparatebau-TAP)
i. Alat ukur kekerasan (Erweka apparatebau type TB24)
j. Alat pencampur massa (Turbula Willy A. Bachofen)
k. Moisture analyzer (Metller LJ16)
l. Stirrer (Agimatic ED-C 7001609)
m. Kertas Saring
n. dan alat-alat yang biasa digunakan di laboratorium
34
Bahan
a. Loratadin
b. Manitol
c. PVP K-30
d. Ac-Di-Sol
e. Natrium sakarin
f. Magnesium Stearat
g. Talk
h. Alkohol
C. Perhitungan Bahan
Skala Lab
1 Loratadin 10 mg
2 Manitol 171mg
3 PVP K-30 6mg
4 Ac-Di-Sol 5mg
5 Natrium sakarin 5mg
6 Magnesium Stearat 1mg
7 Talk 2mg
8 Alkohol 0,05ml
35
Skala pilot
Dari skala lab ke skala pilot, hasil akhir dikalikan 10.
Nama Bahan Kegunaan Perhitungan Bahan Penimbangan
Bahan
Fase Dalam
Fase Luar
Skala manufacturing
Dari skala pilot ke skala manufacturing, hasil akhir dikali kan 10.
Nama Bahan Kegunaan Perhitungan Bahan Penimbangan
Bahan
Fase Dalam
Fase Luar
a. Prosedur Kerja
FDT loratadin dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan manitol
yang digranulasi dengan PVP K-30 sebagai pengisi. Bahan pembantu lain
yang digunakan adalah Ac-Di-Sol, natrium sakarin, talk, magnesium stearat,
semua bahan (loratadin, PVP K-30, Ac-DiSol, natrium sakarin) dicampur
menggunakan turbula mixer kemudian ditambah talk dan magnesium stearat.
Kemudian manitol yang digranulasi, dilakukan granulasi manitol dengan
PVP K-30 sebelum ditambahkan bahan-bahan lainnya. Kempa tablet dalam
metode kempa langsung lalu evaluasi tablet.
b. Evaluasi Sediaan
1. Sediaan Serbuk
a) Keseragaman Bobot
Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20
bungkus, timbang sekaligus lalu hitung bobot satu rata-rata
Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap
bobot isi rata rata tidak lebih dari 15 % tiap 2 bungkus dan
tidak lebih dari 10 % tiap18 bungkus.
Membagi Serbuk : setelah serbuk dicampur perlu dibagi
menjadi tiap bagian dengan bobot yang sama. Membagi
serbuk dapat dilakukan dengan penimbanagn satu per satu dan
cara taksiran rata-rata.
37
2. Sediaan Tablet
a. Uji Keseragaman Bobot
38
300 mg 5% 10%
gula dan salut non enterik kurang dari 30 menit, untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium
asam dan harus segera hancur dalam medium basa.
c. Uji Kekerasan Tablet
Uji kekerasan pada tablet ditujukan untuk mengetahu ketahanan,
kekompakan suatu tablet, karena tablet yang baik tidak boleh
mudah rusak atau rapuh. Alat yang digunakan adalah hardness
tester. Caranya adalah ambil 20 tablet, ukur kekerasannya dengan
menggunakan alat hardness tester lalu hitung rata-rata dan standar
deviasi nya. Persyaratannya adalah ukuran yang didapat per tablet
minimal 4kg/cm2, maksimal 10kg/cm2.
d. Uji Keseragaman Ukuran
Merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman
ukuran dari sediaan tablet. Tujuannya adalah ketebalan
berhubungan dengan kekerasan sediaan padat (tablet), selain
percetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya
masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisi granul ke
dalam die oleh karena itu perlu dilakukan pengujian. Alat yang
digunakan adalah jangka sorong. Cara kerjanya: ambil sampel 10
tablet. Ukur diameter dan tebal masing-masing tablet dengan
menggunakan jangka sorong. Catat hasil pengukuran masing-
masing tablet. Indikator: tablet yang baik memiliki diameter tidak
lebih dari 3x atau tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.
e. Friabilitas (Kerenyahan)
Alat yang digunakan adalah friabilator. Caranya ambil 20 tablet
uji, bersihkan dari serbuk halus, timbang, masukkan ke dalam alat
uji friabilator, putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet,
bersihkan dari serbuk yang terlepas lalu timbang kembali, hitung
% friabilitas. Persyaratannya nilai F dinyatakan baik jika <1% jika
40
D. Skema Kerja
Penimbangan Bahan
Pengayakan
Pencampuran
- Loratadin
- Magnesium Stearat
- PVP K-30
- Ac-Di-Sol Pencampuran Akhir
- Talkum
- Natrium sakarin
- Alkohol Pencetakan Tablet dengan Metode Kempa Langsung
- Manitol
Evaluasi Sediaan
Pengemasan
Karantina
Obat Jadi
BAB IV
Pada pembuatan sediaan tablet FDT loratadin dengan metode kempa langsung
digunakan formula sebagai berikut :
R/ Loratadin 10 mg
Manitol 171mg
PVP K-30 6mg
Ac-Di-Sol 5mg
Natrium sakarin 5mg
Magnesium Stearat 1mg
Talk 2mg
Alkohol 0,05ml
untuk kemudian dibuat tablet dengan komposisi zat aktif loratadin tiap tablet sebesar
10mg/tablet. Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan
awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah
mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.
Pada formula diatas, zat aktif yang digunakan adalah FDT loratadin. Loratadin
adalah salah satu jenis obat antihistamin yang tidak menimbulkan kantuk. Meski
demikian, ada juga beberapa orang yang mengalami efek samping mengantuk setelah
menggunakan obat ini. Oleh karena itu, disarankan agar memberikan jeda waktu
setelah anda menggunakan loratadine jika ingin melakukan aktifitas yang melakukan
kewaspadaan. Seperti mengemudi atau mengoprasikan mesin, untuk memastikan
bahwa reaksi obat ini normal dan tidak menimbulkan kantuk agar dapat terhindar dari
bahaya.
42
Metode yang digunakan pada makalah kali ini adalah kempa langsung. Metode
tersebut dipilih karena tablet diperuntukkan untuk tablet FDT dan eksipien yang
digunakan dalam bentuk kering sehingga memungkinkan untuk dibuat dengan metode
kempa langsung. Penggunaan loratadine sebagai zat aktif, manitol sebagai zat pengisi,
PVP K-30 digunakan sebagai zat pengikat, Ac-Di-Sol sebagai penghancur, Natrium
sakarin sebagai zat pemanis, talcum sebagai zat pelincir, dan alcohol sebagai pelarut.
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan untuk mengurangi gesekan antara
permukaan tablet dengan dinding die, selain itu juga untuk mencegah penempelan
tablet pada punch sedangkan aerosol digunakan sebagai glidan untuk memperbaiki
sifat alir dan kompresibilitas.
43
44
44
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pembuatan tablet metode kempa langsung dilakukan dengan cara
mencampurkan semua bahan baku obat (zat aktif dan eksipien) secara
homogen, lalu dicetak dengan menggunakan alat pencetak tablet single
punch.
2. Evaluasi sediaan yang dilakukan dimulai dari evaluasi sediaan serbuuk
meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu alir serbuk, pengujian susut
pengeringan, dan homogenitas. Evaluasi pada sediaan tablet meliputi uji
keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan tablet, uji keseragaman
ukuran, friabilitas dan uji disolusi.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed. Ke-5. Yogyakarta: UGM
Press.
Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar
.
47
LAMPIRAN
40