Anda di halaman 1dari 53

TABLET FDT LORATADIN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Teknologi Farmasi Sediaan Solida

Oleh Kelompok VI :
Hadlinah aslamiyah (201651194)
Huda Satrio Pramono (201751150)
Rahayu Fitri Astuti (201651246)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah, rahmat, dan hidayahnya
penyusunan makalah dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul “Tablet FDT Loratadin”. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Dede Rukmayadi, S.T., M.Si. selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-
Kamal Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
2. Drs. Budi Mulyatno, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Al-
Kamal Jakarta.
3. Drs. R. Muhammad Sadikin, M.M., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta.
4. Dewi Rahma Fitri, M.Farm., Apt. selaku Dosen Pengampu yang selalu
memberikan arahan serta ilmu yang bermanfaat.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah pada
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga penulisan
ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.......................................
....................................... i
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................
2
A. Latar Belakang
........................................................................................................................
2
B. Batasan Masalah
........................................................................................................................
3
C. Tujuan
........................................................................................................................
4
D. Manfaat
........................................................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Fast Disintegrating Tablet (FDT)
5
B. Tablet
7

ii
C. Bahan Tambahan
Obat
9

D. Penggolongan
Tablet
12
E. Kerusakan
Tablet
17
F. Loratadin
18
G. Metode pembuatan
Tablet
21
H. Preformulasi
.. 25
BAB III
FORMULASI
30
A. Formulasi
30
B. Alat dan
Bahan
31
C. Perhitungan
Bahan
33

iii
D. Skema
Kerja
40
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
41
BAB V
KESIMPULAN
44
Daftar Pustaka
45
Lampiran
46

iv
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang
dijumpai di pasaran. Bentuk sediannya antara lain dalam bentuk padat (solid)
contohnya pil, tablet, kapsul dan suppositoria. Dalam bentuk sediaan setengah
padat (semi solid) contohnya krim dan salep. Sedangkan bentuk sediaan cair
(liquid) adalah sirup, eliksir, suspensi dan emulsi. Sediaan solid adalah bentuk
sediaan obat yang memiliki wujud padat, kering, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang tercampur homogen.
Pemilihan sediaan solid keunggulannya terletak pada sediaannya yang
bertekstur kering. Sehingga lebih menjamin stabilitas fisika kimia zat aktif yang
terkandung di dalamnya. Sediaannya yang praktis memudahkan penggunaannya
oleh pasien. Sedangkan kelemahan sediaan solid ini adalah, apabila berbentuk
tablet atau serbuk tidak dapat menutupi rasa pahit dari obat tersebut dan beberapa
pasien juga ada yang lebih mengalami kesulitan meminum obat sediaan padat
dibandingkan dengan yang sediaan cair (liquid) seperti sirup.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian
besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet
cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab tekanan rendah ke
dalam lubang cetakan (Baru et al., 2012).
Rute pemberian obat secara oral memiliki penerimaan yang luas hingga 50
– 60% dari total sediaan. Bentuk sediaan padat lebih disukai karena kemudahan
dalam pemakaian, ketepatan dosis, menghindarkan rasa sakit saat pemakaian,
dan yang paling penting adalah kepatuhan pasien. Bentuk sediaan padat yang
3

paling terkenal adalah tablet dan kapsul (Bhowmik et al. 2009). Namun
pemakaian tablet dan kapsul secara konvensional (memerlukan air minum) tidak
sesuai untuk beberapa pasien yang sudah tua karena adanya perubahan dalam
kondisi psikologi dan neurologi misalnya dysphagia (kesulitan dalam menelan),
tangan yang bergetar, serta perubahan dalam hal bau dan rasa. Selain itu, bentuk
sediaan konvensional juga tidak sesuai untuk anak-anak, pasien dengan
keterbelakangan mental, serta pasien yang sedang dalam perjalanan saat tidak
tersedia air (Nayak dan Manna 2011).
Saat ini terdapat bentuk penghantaran baru sediaan oral yaitu Fast
Disintegrating Tablets (FDT) yang juga dikenal dengan sebutan Orally
Disintegrating Tablets (ODT), mouth dissolving tablets, dan orodispersible
tablets (Dey dan Maiti 2010). Fast Disintegrating Tablet (FDT) adalah sediaan
tablet yang hancur cepat di mulut yang membantu mempermudah
penggunaannya khususnya saat tidak tersedia air. Permasalahan yang dihadapi
pada formulasi FDT adalah waktu hancur yang sangat singkat dan masalah rasa
untuk zat aktif yang berasa tidak enak. FDT didesain untuk dapat hancur dengan
cepat tanpa dikunyah dan tanpa memerlukan air minum serta memiliki rasa yang
enak di mulut. Waktu hancur sediaan FDT adalah 30 detik atau kurang (CDER
2008) sedangkan menurut British Pharmacopoeia adalah 3 menit atau kurang.
Bahan aktif yang sesuai untuk sediaan FDT adalah yang bahan aktif yang
memiliki dosis dibawah 50 mg dan mampu berdifusi pada saluran pencernaan
bagian atas (Velmurugan dan Vinushita 2010). Golongan obat yang sesuai adalah
obat-obat yang dibutuhkan untuk aksi cepat seperti obat untuk penyakit
kardiovaskuler, analgesik, antialergi, dan obat untuk disfungsi ereksi (Jaleel et
al. 2010).
B. Batasan Masalah
1. Zat aktif yang digunakan adalah Loratadin
2. Sediaan yang digunakan adalah tablet FDT Dari Loratadin
3. Metode yang digunakan adalah kempa langsung.
C. Tujuan
4

1. Untuk memperoleh sediaan tablet dengan zat aktif atau bahan aktif
Loratadin.
2. Untuk memperoleh sediaan tablet FDT loratadin dengan metode kempa.
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang
membuat sediaan tablet FDT Loratadin dengan metode kempa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Fast Disintegrating Tablet

Fast disintegrating tablet merupakan bentuk sediaan tablet yang cepat hancur
segera setelah kontak dengan saliva tanpa perlu tambahan air atau dikunyah.
Kelebihan dari bentuk sediaan ini antara lain adalah penggunaan tanpa tambahan
air, dosis yang akurat, kemudahan penyimpanan, ideal untuk pedriatrik dan
geriatrik, dan aksi onset obat yang sangat cepat.

Tablet ini utamanya ditujukan bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam
menelan obat, seperti pasien pediatrik dan geriatrik karena FDT cepat
terdisintegrasi. Ada beberapa kriteria FDT ideal, yaitu :

a) Tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk dapat terdisintegrasi


atau terdispersi.

b) Memiliki rasa yang menyenangkan .

c) Memiliki kekerasan yang cukup tetapi tidak rapuh.

d) Tidak sensitif terhadap kondisi lingkungan.

e) Dapat dibuat dengan metode pembuatan tablet konvensional.

f) Mudah dikemas dan cost effective.

FDT yang baik dapat dihasilkan dengan cara melakukan optimasi pada bahan
dan metode pembuatannya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat
sediaan FDT, antara lain adalah :

5
a. Kempa Langsung

Kempa langsung merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam pembuatan formula FDT. Metode ini mudah dilakukan, peralatan yang
digunakan sederhana, tahapannya singkat, dan biayanya relatif murah
dibanding metode lain. Disintegrasi dan kelarutan dari tablet yang diproduksi
dengan metode kempa langsung tergantung dari bahan penghancur, agen
effervescent, dan eksipien larut air yang digunakan. Kempa langsung dianggap
sebagai metode paling baik dalam pembuatan sediaan FDT.
b. Molding

Prinsip metode ini adalah dispersi padat. Karakteristik dari zat aktif dalam
tablet tergantung bagaimana dispersinya di dalam matriks. Tablet yang
diproduksi dengan metode ini pada umumnya dibuat dengan cara mengempa
campuran serbuk dari bahan yang larut air yang sebelumnya telah dibasahi
dengan suatu pelarut hingga terbentuk massa yang basah. Pelarut yang biasa
digunakan adalah air dan etanol. Tahap selanjutnya adalah menghilangkan
pelarut yang digunakan dengan cara diuapkan. Kekurangan dari metode ini
adalah tablet yang dihasilkan memiliki kekuatan mekanik yang rendah sehingga
dapat terjadi erosi selama proses pembuatan dan pengemasan.

c. Freeze Drying (Liofilisasi)

Metode ini merupakan suatu proses dimana air mengalami sublimasi setelah
suatu produk membeku. Metode ini dapat menghasilkan tablet yang memiliki
laju disolusi cepat karena struktur tablet berbentuk amorf. Keuntungan dari
metode ini adalah penggunaan suhu yang tidak meningkat sehingga pengaruh
suhu dapat dihilangkan. Selain itu, penyimpanan dalam keadaan kering dapat
meningkatkan stabilitas zat aktif. Kekurangan dari metode ini adalah proses
pembuatannya membutuhkan penanganan khusus, jumlah bahan yang
diproduksi dalam satu batch terbatas, dan membutuhkan biaya produksi yang
relatif tinggi, serta keterbatasan dosis zat aktif yang dapat diformulasikan.

6
d. Spray Drying

Spray Drying merupakan salah satu proses dalam pembuatan sediaan FDT
dengan cara menghasilkan serbuk dengan porositas tinggi. Tablet yang
dikempa dari campuran bahan hasil spray drying dapat terdisintegrasi dengan
cepat ketika bersentuhan dengan medium berair.
e. Sublimasi

Sublimasi merupakan suatu teknik dalam formulasi FDT dengan bahan padat
yang mudah menyublim, seperti urea, ammonium karbonat, ammonium
bikarbonat, kamfer atau menthol. Campuran yang mengandung bahan yang
mudah menyublim kemudian dikempa. Material yang mudah menyublim
dihilangkan dengan proses sublimasi, sehingga akan diperoleh tablet dengan
porositas tinggi. Porositas yang tinggi inilah yang akan memperantarai waktu
disintegrasi yang cepat (Taher dan Sengupta, 2013). Evaluasi FDT hampir sama
dengan tablet konvensional, meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi,
waktu pembasahan, rasio absorpsi air dan uji disolusi. Suatu FDT tidak boleh
memiliki waktu disintegrasi lebih dari 3 menit (Department of Health, 2014).
Beberapa literatur mempersyaratkan waktu disintegrasi yang lebih cepat yaitu
kurang dari 60 detik.

B. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi III tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain
yang cocok.

7
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan sesuai. Tablet terdapat dalam
berbagai ragam, bentuk, kekerasan, ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan
dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode
pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar, dengan permukaan datar, atau
konveks. Dan bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi, dan segi
enam (heksagonal) telah dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan
produknya dengan produk dari pabrik lainnya. Bentuk sediaan tablet mempunyai
keuntungan yang meliputi ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya
produksi yang murah, mudah dikemas, tahan dalam penyimpanan, mudah dibawa,
serta bentuk yang memikat.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah
kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, memenuhi persyaratan keseragaman bobot
tablet dan kandungan obatnya, dan mempunyai penampilan yang menarik, baik
pada bentuk, warna, maupun rasanya. Untuk mendapatkan tablet yang baik
tersebut, maka bahan yang akan dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-
sifat mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak
akan memiliki variasi yang besar, kompaktibel (bahan mudah kompak jika
dikempa sehingga dihasilkan tablet yang keras) dan mudah lepas dari cetakan.

8
9

C. Bahan Tambahan Obat


Dalam pembuatan tablet selain zat aktif juga digunakan bahan tambahan atau
eksipient yang dicampur bersama bahan obatnya. Zat tambahan yang digunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi (diluent/filler), zat pengikat (binder), zat
penghancur (disintegrant), dan zat pelicin (lubricant). Bahan pembantu tablet
harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak
berwarna (Voigt, 1984). Bahan tambahan tersebut antara lain adalah :
1. Bahan Pengisi (Diluent/Filler)
Bahan pengisi ditambahkan dalam formula tablet untuk memperbesar massa
dan volume tablet. Selain itu bahan pengisi juga berfungsi untuk
memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk
memacu aliran. Bahan pengisi yang umumnya digunakan antara lain laktosa,
sukrosa, mikrokristalin selulosa, pati, dektrosa, avicel.
2. Bahan Pengikat (Binder)
Bahan ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan
tablet. Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa
partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula pada
kekompakkan tablet dapat dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan
maupun bahan pengikat. Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat bahan
obat dengan bahan tambahan lain sehingga diperoleh granul yang baik, yang
akan menghasilkan tablet yang kompak serta tidak mudah pecah. Pengaruh
bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa terlalu basah
dan granul yang terlalu keras sehingga waktu hancur tablet menjadi lebih
lama. Pemberian bahan pengikat yang terlalu sedikit maka akan terjadi
pelekatan yang lemah dan tablet yang terbentuk lunak serta tablet menjadi
capping (lapisan atas dan atau lapisan bawah tablet membuka).
Bahan pengikat memiliki sifat adhesif dan digunakan untuk mengikat
serbuk-serbuk menjadi granul, selanjutnya bila dikempa akan menghasilkan
tablet yang kompak. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
10

kering tetapi lebih efektif bila ditambahkan dalam bentuk larutan. Bahan
pengikat yang umumnya digunakan dalam tabletasi adalah PVP (polivinil
pirolidon) K30, gelatin, gom arab, acacia, CMC Na, metilselulosa, HPMC.
3. Bahan Penghancur (Disintegrant)
Bahan penghancur dimaksudkan untuk memudahkan hancurnya tablet
setelah kontak dengan cairan pencernaan. Selain itu juga dapat berfungsi
menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah
menjadi bagian-bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu mungkin sangat
menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavaibilitas
yang diharapkan.
Bahan penghancur dapat ditambahkan sebelum proses granulasi atau
diberikan sebelum proses penabletan pada saat pemberian bahan pelicin atau
diberikan pada saat kedua proses tersebut. Bahan penghancur yang sering
digunakan adalah amilum, avicel, starch 1500, explotab dan primojel.
4. Bahan Pelicin (Lubricant)
Tujuan diberikan bahan pelicin pada pembuatan tablet adalah untuk
mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan,
mencegah melekatnya granul pada punch atau cetakan. Bahan pelicin juga
berfungsi mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika
tablet keluar dari mesin dan memberikan bentuk yang baik pada tablet yang
sudah jadi. Jumlah bahan pelicin yang dapat dipakai pada pembuatan tablet
antara 0,1-5% berat granul. Diantara pelicin yang umum digunakan adalah
talk, magnesium strearat, dan kalsium stearate.
Diantara semua bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet, lubrikan adalah yang paling penting. Tanpa lubrikan, bahan obat akan
mengganngu peralatan kecepatan tinggi, karena bahan obat akan menempel
pada dinding die pada saat pengempaan dan pengeluaran tablet. Penggunaan
lubrikan dalam tablet terbatas karena akan mengurangi disintregasi dari
bahan obat itu sendiri.
11

5. Bahan Pelincir (Glidan)


Glidan bertujuan untuk memperbaiki karakeristik aliran granulasi dengan
mengurangi gesekan antar partikel, umumnya dilakukan pada proses
pembuatan tablet kempa langsung tanpa granulasi. Contoh bahan glidan
adalah pati (amilum), talk, magnesium oksida, silika pirogenik koloidal.
6. Anti Adheren
Beberapa zat memiliki sifat adhesiv yang kuat terhadap logam pons dan
lubang kempa, walaupun tidak berefek pada gesekan. Hal ini mengakibatkan
zat lebih condong melekat pada permukaan yang kasar. Jadi tablet yang
dihasilkan pada permukaan kasar atau terkupil. Biasanya lubrikan juga dapat
bertindak sebagai anti adheren, tetapi dapat ditambahkan lagi pati atau talk
untuk mengatasi cacat. Contoh bahan anti adheren: pati, talk, logam stearat.
7. Absorben
Suatu absorben mungkin perlu diberikan jika formulasi mengandung
komponen higroskopis, terutama komponen yang absorpsi lembabnya
menimbulkan serbuk kohesif tidak akan mengisi lubang kempa. Contoh
bahan absorben adalah pati, kaolin dan magnesium silikat.
8. Bahan Penyalut (Coating Agent)
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang
cocok, biasanya berwarna atau tidak.
9. Bahan Pewarna (Coloring Agent)
Berfungsi meningkatkan nilai estetika dan untuk identitas produk, misal zat
pewarna sintetis dan alami (dari tumbuhan). Contoh zat pewarna adalah
sintetis meliputi FD&C Blue No.1 (atau brilliant blue FCF atau E133),
FD&C Red No.40 (atau allura red AC atau E129), FD&C Yellow No.5 (atau
tartrazine atau E102), FD&C Blue No.2 (atau indigotine atau E132), FD&C
Green No.3 (atau fast green FCF atau E143), FD&C Red No.3 (atau
erythrosine atau E127), dan FD&C Yellow No.6 (atau sunset yellow FCF
atau E110). Zat warna tersebut disebut zat warna primer, sedangkan
12

campuran dari zat-zat warna tersebut dinamakan warna sekunder. Zat warna
alami, contohnya meliputi warna karamel (dari gula yang dikaramelkan,
digunakan untuk minuman kola dan kosmetik), annatto (pewarna kuning
kemerahan yang berasal dari biji tanaman Achiote), pewarna hijau dari alga
chlorella, cochineal (zat warna merah dari serangga Dactylopius coccus),
kunyit, paprika, serta elderberry.
10. Bahan Pengaroma (Flavouring Agent)
Berfungsi untuk menutupi rasa dan bau dari zat khasiat yang tidak enak.
Biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut.
Bahannya seperti macam-macam minyak atsiri.
11. Bahan penyedap dan pemanis.
Biasanya ditambahkan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Contoh bahan
penyedap adalah essense. Contoh bahan pemanis adalah manitol, laktosa,
aspartam, sukrosa dan dextrosa.

D. Penggolongan Tablet
1. Berdasarkan Metode Pembuatan
Dikenal dua jenis tablet berdasarkan metode pembuatan, yaitu tablet cetak
dan tablet kempa.
a. Tablet Cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung
laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa
dibasahi dengan etanol persentasi tinggi. Kadar etanol tergantung
dengan kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam pelarut, serta
kekerasan tablet yang diinginkan. Pembuatan dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh
sehingga tablet dapat dipotek dan harus hati-hati saat pengemasan dan
13

pendistribusiannya., besar tekanan pada tablet 25-50 bar. Kepadatan


tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama
pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.
b. Tablet Kempa
Tablet kempa didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat yang dibuat
dengan cara pengempaan dari sebuah formula dengan memberikan
tekanan tinggi (tekanan di bawah beberapa ratus kg/cm2) pada
serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja. Umumnya tablet kempa
mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan
lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna, bahan
pengaroma, dan bahan pemanis. Tablet biasanya mempunyai ketebalan
kurang dari ½ diameternya. Tablet kempa ganda, tablet kempa yang
dibuat dengan lebih dari satu kali siklus tekanan.
2. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
a. Untuk pengobatan lokal :
1) Tablet untuk vagina (ovula), digunakan sebagai anti infeksi, anti
fungi, hormon lokal.
2) Tablet untuk penis (basila), digunakan sebagai anti infeksi.
3) Tablet hisap (lozenges), untuk mulut dan tenggorokan.
b. Untuk pengobatan sistemik, per oral. Tablet yang bekerja sistemik
dapat dibedakan menjadi :
1) Short acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa
kali menelan obat. Obat bekerja tidak lebih dari 8 jam.
2) Long acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu
tablet. Obat bekerja lebih dari 8 jam.
3. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
a. Tablet salut biasa / salut gula (dragee), adalah tablet kempa yang disalut
dengan beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula
berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut,
14

seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang


disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet), tablet kempa yang disalut
dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut
dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak
perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil
selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa
asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung
air. Contoh curcuma fct.
c. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak
dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat
lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi
bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis
(multi layer tablet). Tablet ini sering digunakan untuk pengobatan
secara repeat action.
d. Tablet salut enteric (enteric-coated tablet) atau lepas tundaa dalah tablet
yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus. Maka diperlukan
penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai
tablet melewati lambung. Bahan yang sering digunakan adalah alol,
keratin, selulosa acetat phtalat. Contoh tablet bisakodil.
e. Tablet lepas lambat, Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi
sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek
terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga
jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk
beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
Umumnya tablet yang dikenal cara kerjanya CR (Controlled Release),
DR (Delayed Release), SR (Sustained Release), Sustained Action,
15

Prolonged Release, Timed Release dan Slow Release. Contohnya


nirokaf retard, voltaren sr, adalat oros.
f. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler
tablet pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat diulangi untuk
menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan. Contoh
decolgen tablet.
4. Berdasarkan Cara Pemakaian
a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan cara ditelan, pecah di lambung.
b. Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, cara
pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak
pahit. Dimaksudkan untuk dikunyah sehingga meninggalkan residu
yang memberikan rasa enak di mulut.Diformulasikan untuk anak-anak,
antasida dan antibiotik tertentu. Dibuat dengan cara dikempa.biasanya
digunakan manitol, sorbitol dan sukrosa sebagai pengikat dan pengisi.
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah sebelum ditelan.
c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles). Sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar
beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahanlahan dalam mulut. Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-
zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam
mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut. Tablet ini dibuat
dengan cara tuang disebut pastilles atau dengan cara kempa tablet
menggunakan bahan dasar gula disebut trochisi. Umumnya
mengandung antibiotic, antiseptic, adstringensia.
d. Tablet larut (effervescent tablet). Dibuat dengan cara dikempa. Selain
zat aktif, tablet mengandung campuran zat asam dan natrium bikarbonat
yang jika dilarutkan dengan air akan menghasilkan CO2. Diberi wadah
16

yang tertutup rapat dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda
“bukan untuk ditelan”. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru
diminum.Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
e. Tablet Implantasi (Pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan
berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek
kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat
khasiat akan dilepas perlahan-lahan. Dibuat berdasarkan teknik aseptik,
mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan
(Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet cetak/kempa yang dibuat
dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya
digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan
menambahkan pelarut steril (FI IV). Umumnya berbobot 30 mg dan
disuntikkan di bawah kulit (subkutan). Dilarutkan lebih dahulu sebelum
dijadikan injeksi hipodermik.
g. Tablet bukal (buccal tablet). Digunakan dengan cara meletakkan tablet
diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung
melalui mukosa mulut. Tablet biasanya berbentuk oval, keras dan berisi
hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut
dalam waktu yang lama (secara perlahan).
h. Tablet sublingual (dibawah lidah). Digunakan dengan cara meletakkan
tablet di bawah lidah sehingga zat aktif secara langsung melalui mukosa
mulut, diberikan secara oral. Tablet kempa berbentuk pipih yang
berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah
ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat
segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah
lidah.
i. Tablet vagina (ovula). Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk
dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan
17

melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen.


Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk
pemberian steroid dalam pengobatan sistemik. Tablet vagina mudah
melemah dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan
sebagai obat luar khusus untuk vagina.
j. Tablet Rektal. Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan
secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

E. Kerusakan Tablet
1. Binding
Massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan. Penyebabnya
penggunaan lubrikan yang sedikit, granul yang kurang kering dan die yang
cacat atau kotor. Solusinya menambah pelicin, menggunakan pelicin yang
tepat, menjaga kebersihan punch dan die dan pentabletan dilakukan dengan
temperatur dan tekanan yang rendah.
2. Sticking
Granul menempel pada dinding die, maka punch bagian bawah tidak bebas
bergerak. Sticking dimanifestasikan sebagai permukaan tablet yang kusam,
penyebabnya punch kurang bersih dan tablet dicetak dalam kelembaban
yang tinggi. Solusinya kurangi kecekungannya, tingkatkan tekanan dan
kurangi kecepatan.
3. Capping
Pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian dari tablet. Penyebabnya
bentuk punch cekung, kecepatan mesin yang tinggi dan tekanan punch yang
terlalu rendah. Solusinya gunakan bentuk punch yang datar, kecepatan
diturunkan dan pengaturan tekanan pada punch.
4. Splitting
Lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
18

5. Mottling
Keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata.
Penyebabnya berbedanya warna obat dengan bahan penambah atau bila hasil
urai obatnya berwarna. Solusinya pemberian zat warna dengan pencampuran
yang merata dan homogen.
6. Whiskering
Pencetak tidak pas dengan ruang cetakan dan terjadi pelelehan zat aktif saat
pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol-
botol, sisi-sisi yang berlebih akan terlepas menghasilkan serbuk.
7. Crumbling. Tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah karena
kurangnya tekana pada saat pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

F. Loratadin

Struktur Kimia Obat Loratadin (Loratadine)

Loratadine , yang dijual dengan merek Claritin, antara lain, adalah obat yang
digunakan untuk mengobati alergi . Ini termasuk rinitis alergi (demam) dan gatal - gatal
19

. Efek samping yang umum termasuk kantuk, mulut kering, dan sakit kepala. Efek
samping serius jarang terjadi dan termasuk reaksi alergi , kejang , dan masalah hati .
Penggunaan selama kehamilan tampaknya aman tetapi belum diteliti dengan baik.
Tidak dianjurkan untuk anak berusia di bawah dua tahun. Obat ini termasuk dalam
keluarga pengobatan antihistamin generasi kedua .

Loratadine (Loratadin)
Golongan Antihistamin

Kategori Obat Obat resep

Bentuk Obat Tablet

Dikonsumsi Dewasa dan anak-anak >2 tahun


oleh
Kategori Kategori B: Penelitian pada sistem reproduksi hewan
Kehamilan dan percobaan tidak menunjukkan adanya risiko pada janin,
Menyusui namun tidak ada penelitian terkontrol yang telah
dilakukan pada wanita hamil.

Dosis Dosis diberikan oleh dokter berdasarkan kondisi medis.


Dosis yang diberikan bervariasi berdasarkan kondisi
individu. Selama pengobatan, dokter akan melihat
respons terhadap pengobatan dan melakukan
penyesuaian dosis bila diperlukan.
Dosis untuk orang dewasa adalah 10 mg sekali sehari
atau 5 mg setiap 12 jam. Dosis untuk anak-anak usia 2-
5 tahun adalah 5 mg, sekali sehari; dosis anak-anak usia
di atas 5 tahun sama dengan dosis untuk orang dewasa.

Peringatan:

 Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika Anda merupakan penderita
gangguan hati dan gangguan darah porfiria.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
20

 Dosis Loratadine
Untuk mengatasi reaksi alergi pada pasien dewasa, dosis loratadine yang
biasanya direkomendasikan oleh dokter adalah 10 mg satu kali sehari, atau 5
mg dua kali sehari. Sedangkan pada anak-anak usia 2-5 tahun, dosisnya adalah
5 mg satu kali sehari.
 Mengonsumsi Loratadine dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat
sebelum menggunakan loratadine. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau
sesudah makan. Jika diresepkan loratadine tablet, konsumsilah dengan air
putih.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi loratadine, disarankan untuk segera
melakukannya jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
 Mekanisme aksi loratadin
Mekanisme aksi obat loratadin terbagi menjdi 3 yaitu:
1. Loratadin berikatan dengan reseptor H1 bersaing dengan histamin bebas
dan pameran khusus, loratadine memiliki aktivitas antagonis H1 perifer
yang selektif. Aksi Blok histamin endogen ini, yang kemudian mengarah
ke bantuan sementara dari gejala negatif atau efek samping (misalnya.
Hidung tersumbat, mata berair) disebabkan oleh histamin. Loratadin
memiliki afinitas rendah untuk reseptor kolinergik dan tidak
menunjukkan aktivitas memblokir alpha-adrenergic in-vitro yang cukup.
Loratadine juga muncul untuk menekan pelepasan histamin dan
leukotrien dari sel mast hewan, dan pelepasan leukotrien dari fragmen
paru-paru manusia, meskipun pentingnya secara klinis tidak diketahui.
21

2. Antihistamin trisiklik long-acting dengan sifat antagonis selektif


histamin perifer H1-reseptor.
3. Kompetisi dengan histamin bebas untuk mengikat reseptor H1.
Antagonis kompetitif ini akan menghambat efek histamin pada reseptor
H1 di saluran gastrointestinal, uterus, pembuluh darah dan otot bronki
 Interaksi Obat
Jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu, loratadine bisa
menimbulkan reaksi berupa peningkatan efek samping atau justru mengurangi
efektivitas obat itu sendiri.
Hindari mengonsumsi loratadine dengan obat-obatan yang mengandung
desloratadine. Sama seperti loratadine, desloratadine merupakan obat yang bisa
digunakan untuk meredakan gejala-gejala alergi.
Jangan mengonsumsi alkohol selama menjalani pengobatan dengan loratadine
karena dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko efek samping.
 Kenali Efek Samping dan Bahaya Loratadine
Sama seperti obat-obatan lainnya, loratadine juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Walau jarang, efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi
antihistamin ini adalah merasa lelah atau mengantuk

G. Metode Pembuatan Tablet


1. Metode Granulasi basah.
Metode granulasi basah merupakan metode pembuatan sediaan tablet yang
biasa digunakan untuk bahan obat atau zat aktif yang tahan terhadap
pemanasan dan kelembaban. Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut
:
a. Masing-masing bahan ditimbang sesuai yang dibutuhkan
b. Zat aktif, zat pengisi dan zat penghancur dicampur
c. Dibuat larutan bahan pengikat
22

d. Kemudian basahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah


bahan pewarna.
e. Campuran dihomogenkan hingga terbentuk granul yang sesuai
f. Granul diayak dengan ukuran mesh 14 mesh
g. Granul dikeringkan dengan oven atau FBD
h. Setelah kering diayak lagi dengan mesh berukuran 12 mesh
i. Diuji sifat alirnya, jika sudah sesuai tambahkan bahan pelicin dan
penghancur, kemudian dihomogenkan
j. Lalu dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.

Keuntungan dari metode granulasi basah adalah terbentuknya granul


pada proses granulasi dapat memperbaiki kohevisitas, sifat alir dan
kompresibilitas, proses kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul
membentuk permukaan baru yang lebih aktif. Obat dengan dosis tinggi yang
mempunyai sifat alir dan kompresibilitas jelek maka dengan proses granulasi
basah hanya perlu sedikit bahan pengikat untuk dapat memperbaiki sifat
alirnya. Untuk bahan obat yang memiliki dosis rendah dengan pewarna,
maka distribusi lebih baik dan menjamin keseragaman kandungan. Granulasi
basah dapat mencegah segregasi komponen-komponen campuran yang
sudah homogen. Dapat memperbaiki disolusi obat yang bersifat hidrofob.
Tidak ada kontaminasi udara untuk bahan yang menghasilkan debu.
Kelemahan dari metode granulasi basah adalah proses pembuatan tablet
lebih panjang dibandingkan dengan kedua metode lainnya sehingga secara
ekonomis lebih mahal dan waktu yang lebih lama. Peralatan yang digunakan
lebih banyak sehingga lebih banyak pula personel yang diperlukan untuk
mengoperasikan masing-masing peralatan. Tidak bisa digunakan untuk
obat-obat yang sensitive terhadap kelembaban dan pemanasan. Pada tablet
yang berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak homogenan
senyawa sehingga tablet dapat terbentuk bintik-bintik atau warna yang tidak
23

merata. Resiko inkompatibilitas antar komponen di dalam formulasi akan


diperbesar, terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin, dll).

2. Metode Granulasi kering


Metode granulasi kering merupakan metode pembuatan sediaan tablet yang
biasa digunakan untuk bahan obat atau zat aktif yang tidak tahan terhadap
adanya pemanasan dan kelembaban. Tahapan pembuatannya adalah sebagai
berikut :
a. Bahan bahan yang diperlukan ditimbang sesuai kebutuhan
b. Zat aktif dan zat tambahan (zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat
pengikat dan zat pelicin) dicampur hingga homogen
c. Dislugging dengan mesin heavy duty atau dibuat lembaran
d. Diayak menjadi butiran-butiran granul
e. Dicampur dengan bahan pelincir dan penghancur
f. Dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.

Keuntungan metode granulasi kering adalah alat, ruangan dan personil


yang diperlukan untuk produksi lebih sedikit daripada granulasi basah. Tidak
memerlukan bahan pengikat (larutan pengikat). Proses pembuatan tablet
lebih cepat, tidak memerlukan proses pemanasan sehingga biaya produksi
dapat ditekan. Untuk obat-obat yang sensitive terhadap kelembaban dan
pemanasan misalnya vitamin E, akan menghasilkan produk yang stabil.
Memperbaiki waktu hancur, karena partikel-partikel serbuk tidak terikat
oleh adanya bahan pengikat. Memperbaiki kelarutan dan efek
bioavailabilitas. Memperbaiki homogenitas, karena tidak terjadi peristiwa
migrasi obat atau bahan pewarna.
24

Kerugian metode granulasi kering adalah memerlukan mesin Heavy duty


(harganya mahal). Zat pewarna sukar homogen (tidak terdispersi secara
merata). Cenderung menghasilkan partikel-partikel halus lebih banyak
dibandingkan dengan metode granulasi basah, sehingga tablet sering rapuh
atau kurang kuat dan resiko kontaminasi lebih tinggi. Alat/mesin Chilsonator
tidak bisa digunakan untuk obat yang tidak larut karena adanya
kemungkinan hambatan kecepatan disolusi (adanya tekanan merubah sifat
obat).
3. Metode Kempa langsung
Metode kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang
dilakukan dengan cara langsung dicetak dengan persyaratan zat aktif atau
bahan obat tersebut mempunyai sifat alir yang baik, kompressibilitas dan
kompresibilitas tinggi serta mempunyai efek lubrikan yang baik. Tahapan
pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Ditimbang semua bahan yang diperlukan
b. Dicampur zat aktif dan zat tambahan kemu dian lakukan pengayakan
c. Lakukan pencampuran akhir
d. Dicetak menjadi tablet menggunakan mesin cetak tablet

Keuntungan metode kempa langsung adalah energi yang dibutuhkan


lebih rendah karena tidak ada tahap pembasahan dan pengeringan. Lebih
ekonomis dan praktis dibandingkan kedua metode yang lainnya. Tidak
terpengaruh oleh panas dan kelembaban. Stabilitas produk yang didapatkan
lebih terjamin. Ukuran partikel yang seragam.

Kerugian metode kempa langsung adalah bahan pengisi yang bisa


dicetak langsung, biasanya harganya mahal. Perbedaan ukuran partikel dan
kerapatan bulk antara obat dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di
antara granul yang selanjutnya dapat menimbulkan tidak seragamnya isi obat
dalam tablet.
25

Metode pembuatan tablet yang baik dapat dilihat dari zat aktif yang
tersedia, jika zat aktif yang tersedia memiliki sifat alir, komresibilitas,
kompaktibilitas yang baik, maka dalam hal ini pemilihan metode kempa
langsung adalah pilihan metode yang terbaik, namun jika zat aktif memiliki
sifat alir, komresibilitas, kompaktibilitas yang kurang baik, maka pilihanya
adalah dengan menggunakan metode granulasi basah, begitu pula jika zat
aktif yang digunakan tidak tahan terhadap adanya pemanasan dan
kelembaban, maka pilihan terbaik adalah dengan menggunakan metode
granulasi kering. Namun, secara umum metode granulasi yang paling sering
digunakan adalah dengan metode granulasi basah.

H. Preformulasi Commented [MB1]: Lihat fi


Commented [ha2R1]:
1. Loratadin

Golongan : Antihistamin
Kategori Obat : Obat resep
Bentuk Obat : Tablet
Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak >2 tahun
Dosis : Dosis diberikan oleh dokter berdasarkan
kondisi medis. Dosis yang diberikan bervariasi
berdasarkan kondisi individu. Selama
pengobatan, dokter akan melihat respons
terhadap pengobatan dan melakukan
penyesuaian dosis bila diperlukan.
26

Dosis untuk orang dewasa adalah 10 mg sekali


sehari atau 5 mg setiap 12 jam. Dosis untuk anak-
anak usia 2-5 tahun adalah 5 mg, sekali sehari;
dosis anak-anak usia di atas 5 tahun sama dengan
dosis untuk orang dewasa.

2. Ac-Di-Sol
Adalah sebuah merek dagang dari croscarmellose sodium yang merupakan
hasil modifikasi dari carboxy methyl cellulose sodium dan diproduksi oleh
FMC Biopolymer. Bahan ini mempunyai beberapa sinonim seperti
crosslinked carbox-y methyl cellulose sodium, Explocel, Primellose,
Solutab, dan Vivasol. AcDiSol memiliki pemerian berupa serbuk yang tidak
berbau, berwarna putih atau putih keabuabuan.

3. Povidone, PVP, Polivinilpirolidon

Rumus Molekul : (C6H9NO)n


Pemerian : serbuk halus, putih hingga putih krem, tidak berbau
atau hampir tidak berbau, sangat higroskopis.
Fungsi : 0.5 - 5% pengikat
Kelarutan : sangat larut dalam asam kloroform, etanol 95%,
27

keton, metanol dan air. Praktis tidak larut dalam eter,


hidrokarbon dan minyak mineral.
Stabilitas : warna povidone berubahn gelap dengan pemanasan
pada suhu 105oC dan terjadi penurunan kelarutan dalam
air. Stabil pada pemanasan 110-130oC yang sebentar,
sterilisasi dengan tidak mengubah karakteristik
povidone. Larutan povidone mudah terkontaminasi
oleh jamur, oleh karena itu perlu di tambahkan
pengawet. Povidone dapat disimpan dalam kondisi
biasa-biasa saja tanpa mengalami degradasi atau
dekomposisi. Harus disimpan dalam wadah kedap
udara pada tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : dapat membentuk molecullar adducts dalam larutan
dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam salisilat,
fenobarbital, tanin dan bahan lain. Efek dari beberapa
pengawet seperti thimerosal dapat berubah (merugikan)
ketika terbentuk komplex degan povidone.
4. Manitol

Rumus Molekul : C6H14O6


Berat Molekul : 182, 17 g/mol
Konsentrasi : 10-90% w/w
Pemerian : warna putih, rasa manis, tidak berbau, berbentuk
28

jarum bic ortorhom ketika mengkristal dari alkohol.


Menunjukkan polimorfisme.

Fungsi : pengisi pada tablet dengan konsentrasi 10-90%

Kelarutan : larut dalam air 1:5.5, larut dalam alkali, etanol 95%
(1:83), praktis tidak larut dalam eter, gliserin 1:18,
propan-2-ol 1:100.
Pka dan pH : 13,5 pada suhu 18oC
Titik Lebur : 166-188oC
Densitas : 1.514 g/cm3
Stabilitas : stabil dalam larutan kering dan dalam larutan air.
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup baik paa tempat
sejuk dan kering.

5. Natrium Sakarin
Nama resmi : Saccharum Natrium
Pemerian : Hablur, putih, tidak berbau atau agak aromatic, sangat
manis.
Kelarutan : larut dalam 1.5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol
95%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pemanis.

6. Talkum
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat.
Nama resmi : Talk
Sinonim : Talkum, serbuk talk
29

Pemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih


kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas
dari butiran debu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis,
pelarut organic dan air.
Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium
quartener.
Kegunaan : Sebagai glidant dan sebagai lubrikan.

7. Alkohol
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak, bau khas rasa panas,mudah terbak
ar dan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman

8. Magnesium stearate
Magnesium Stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan.
Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
MgO.
30

Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah


khas; mudah melekat di kulit; bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
eter.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
BAB III

FORMULASI

A. Formulasi
R/ Loratadin 10 mg
Manitol 171mg
PVP K-30 6mg
Ac-Di-Sol 5mg
Natrium sakarin 5mg
Magnesium Stearat 1mg
Talk 2mg
Alkohol 0,05ml
1. Metode yang digunakan
FDT loratadin dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan manitol
yang digranulasi dengan PVP K-30 sebagai pengisi. Bahan pembantu lain
yang digunakan adalah Ac-Di-Sol, natrium sakarin, talk, magnesium stearat
Metode yang digunakanpada pembuatan tablet loratadin adalah kempa
langsung menggunakan. Metode ini dipilih karena tablet diperuntukan untuk
tablet hisap dan excipient yang digunakan dalam bentuk kering sehingga
memungkinkan dibuat dengan metode kempa langsung.
2. Alasan pemilihan bahan :
a. Loratadin : sebagai bahan aktif, khasiat antihistamin.
b. Manitol : sebagai zat pengisi
c. PVP K- 30 : sebagai pengikat
d. Ac-Di-Sol : sebagai penghancur
e. Natrium Sakarin : pemberi rasa manis
f. Magnesium stearat : sebagai glidan untuk memperbaiki sifat alir dan
kompresibilitas.

31
32

B. Alat dan Bahan

Rute pemberian obat secara oral memiliki penerimaan yang luas hingga 50 – 60%
dari total sediaan. Bentuk sediaan padat lebih disukai karena kemudahan dalam
pemakaian, ketepatan dosis, menghindarkan rasa sakit saat pemakaian, dan yang
paling penting adalah kepatuhan pasien. Bentuk sediaan padat yang paling terkenal
adalah tablet dan kapsul. Namun pemakaian tablet dan kapsul secara konvensional
(memerlukan air minum) tidak sesuai untuk beberapa pasien yang sudah tua karena
adanya perubahan dalam kondisi psikologi dan neurologi misalnya dysphagia
(kesulitan dalam menelan), tangan yang bergetar, serta perubahan dalam hal bau
dan rasa. Selain itu, bentuk sediaan konvensional juga tidak sesuai untuk anak-
anak, pasien dengan keterbelakangan mental, serta pasien yang sedang dalam
perjalanan saat tidak tersedia air.
Saat ini terdapat bentuk penghantaran baru sediaan oral yaitu Fast
Disintegrating Tablets (FDT) yang juga dikenal dengan sebutan Orally
Disintegrating Tablets (ODT), mouth dissolving tablets, dan orodispersible tablets.
Fast Disintegrating Tablet (FDT) adalah sediaan tablet yang hancur cepat di mulut
yang membantu mempermudah penggunaannya khususnya saat tidak tersedia air.
Permasalahan yang dihadapi pada formulasi FDT adalah waktu hancur yang
sangat singkat dan masalah rasa untuk zat aktif yang berasa tidak enak. FDT
didesain untuk dapat hancur dengan cepat tanpa dikunyah dan tanpa memerlukan
air minum serta memiliki rasa yang enak di mulut. Waktu hancur sediaan FDT
adalah 30 detik atau kurang sedangkan menurut British Pharmacopoeia adalah 3
menit atau kurang. Bahan aktif yang sesuai untuk sediaan FDT adalah yang bahan
aktif yang memiliki dosis dibawah 50 mg dan mampu berdifusi pada saluran
pencernaan bagian atas. Golongan obat yang sesuai adalah obat-obat yang
dibutuhkan untuk aksi cepat seperti obat untuk penyakit kardiovaskuler, analgesik,
antialergi, dan obat untuk disfungsi ereksi.
Loratadin merupakan obat golongan non sedatif antihistamin yang memiliki
rasa pahit. Loratadin digunakan untuk mengurangi gejala-gejala alergi seperti
33

hidung berair, mata gatal atau berair, bersin-bersin, dan urtikaria kronis. Obat ini
diabsorbsi di bagian proksimal saluran pencernaan serta memiliki efek samping
yang sedikit. Sediaan FDT diformulasikan menggunakan superdisintegran.
Superdisintegran yang banyak digunakan dalam sediaan FDT adalah Ac-Di-Sol.
Adanya ikatan crosslink dalam Ac-Di-Sol menyebabkan Ac-Di-Sol mampu
menyerap air dan mengembang ketika terkena air sehingga dapat mempercepat
waktu hancur tablet. Selain penghancur, pengisi memiliki peran penting untuk
mendapatkan rasa manis serta mouthfell yang bisa memberikan kenyamanan pada
pasien. Bahan pengisi berbahan dasar gula seperti manitol sering digunakan dalam
sediaan FDT untuk menutupi rasa pahit zat aktif.

 Alat
a. Timbangan analitik (Shimadzu UX620H dan Mettler Toledo AG245)
b. Mesin pencetak tablet (single punch Stokes model 519-2)
c. Alat uji disolusi (HRSR8PLUS)
d. Spektrofotometer UV-vis (Beckman DU7500i)
e. Alat uji waktu hancur (Erweka type ZT122)
f. Flowability tester (Erweka apparatebauGDT)
g. Friability tester (J. Engelsmann A-G)
h. Frictibility tester (Erweka apparatebau-TAP)
i. Alat ukur kekerasan (Erweka apparatebau type TB24)
j. Alat pencampur massa (Turbula Willy A. Bachofen)
k. Moisture analyzer (Metller LJ16)
l. Stirrer (Agimatic ED-C 7001609)
m. Kertas Saring
n. dan alat-alat yang biasa digunakan di laboratorium
34

 Bahan
a. Loratadin
b. Manitol
c. PVP K-30
d. Ac-Di-Sol
e. Natrium sakarin
f. Magnesium Stearat
g. Talk
h. Alkohol

C. Perhitungan Bahan
 Skala Lab
1 Loratadin 10 mg
2 Manitol 171mg
3 PVP K-30 6mg
4 Ac-Di-Sol 5mg
5 Natrium sakarin 5mg
6 Magnesium Stearat 1mg
7 Talk 2mg
8 Alkohol 0,05ml
35

 Skala pilot
Dari skala lab ke skala pilot, hasil akhir dikalikan 10.
Nama Bahan Kegunaan Perhitungan Bahan Penimbangan
Bahan

Fase Dalam

Loratadin Antihistamin 10mg x 10 = 100 mg 100 mg

Manitol Pengisi 171mg x 10 = 1710 mg 1710 mg

PVP K- 30 Pengikat 6mg x 10 = 60 mg 60 mg

Ac-Di-sol Penghancur 5mg x 10 = 50 mg 50 mg

Na. Sakarin Pemanis 5mg x 10 = 50 mg 50 mg

Talk Zat 1mg x 10 = 10 mg 10 mg


Tambahan
Alkohol Pelarut 0.05mg x 10 = 0.5 mg 0.5 mg

Fase Luar

Mg. stearat Glidan 1mg x 10 = 10 mg 10 mg

 Skala manufacturing
Dari skala pilot ke skala manufacturing, hasil akhir dikali kan 10.
Nama Bahan Kegunaan Perhitungan Bahan Penimbangan
Bahan

Fase Dalam

Loratadin Antihistamin 100mg x 10 = 1000 mg 1000 mg

Manitol Pengisi 1710mg x 10 = 17100 mg 17100 mg

PVP K- 30 Pengikat 60mg x 10 = 600 mg 600 mg

Ac-Di-sol Penghancur 50mg x 10 = 500 mg 500 mg

Na. Sakarin Pemanis 50mg x 10 = 500 mg 500 mg


36

Talk Zat Tambahan 10mg x 10 = 100 mg 100 mg

Alkohol Pelarut 0.5mg x 10 = 5 mg 5 mg

Fase Luar

Mg. stearat Glidan 10mg x 10 = 100 mg 100

a. Prosedur Kerja
FDT loratadin dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan manitol
yang digranulasi dengan PVP K-30 sebagai pengisi. Bahan pembantu lain
yang digunakan adalah Ac-Di-Sol, natrium sakarin, talk, magnesium stearat,
semua bahan (loratadin, PVP K-30, Ac-DiSol, natrium sakarin) dicampur
menggunakan turbula mixer kemudian ditambah talk dan magnesium stearat.
Kemudian manitol yang digranulasi, dilakukan granulasi manitol dengan
PVP K-30 sebelum ditambahkan bahan-bahan lainnya. Kempa tablet dalam
metode kempa langsung lalu evaluasi tablet.
b. Evaluasi Sediaan
1. Sediaan Serbuk
a) Keseragaman Bobot
Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20
bungkus, timbang sekaligus lalu hitung bobot satu rata-rata
Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap
bobot isi rata rata tidak lebih dari 15 % tiap 2 bungkus dan
tidak lebih dari 10 % tiap18 bungkus.
Membagi Serbuk : setelah serbuk dicampur perlu dibagi
menjadi tiap bagian dengan bobot yang sama. Membagi
serbuk dapat dilakukan dengan penimbanagn satu per satu dan
cara taksiran rata-rata.
37

b) Waktu Alir Serbuk


Metode yang digunakan untuk mendeteksi sifat aliran adalah
memperhatikan kecepatan aliran. Prinsip pengukurannya:
- Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh
sejumlah tertentu zat untuk mengalir melalui lubang-
lubang corong.
- Yang diukur adalah jumlah zat yang mengalir dalam
suatu waktu tertentu. Untuk menentukan faktor
mengalir atau meluncur setiap kali digunakan. 50 gr
serbuk bebas debu, sekali tanpa bahan pengatur aliran
dan kali lain dengan bahan pembantu aliran, yang
dimasukkan corong, lubang corong kemudian dibuka
selama 10 detik, jumlah granul yang keluar ditimbang.
c) Pengujian Susut Pengeringan
Sejumlah 10 gram zat (bahan) ditimbang, kemudian
dimasukkan ke alat moisture balance yang sebelumnya telah
dibersihkan dan ditara dahulu. Bahan yang telah dimasukkan
ke alat diratakan dengan cara digoyang-goyang. Setelah rata,
tutup alat dan dicatat bobot awal dari zat. Lalu tekan Start dan
ditunggu selama 10 menit pada suhu 70°C. Dicatat kadar air
yang dihasilkan dan dicatat juga bobot akhir dari zat (bahan
uji).
d) Homogenitas
Siapkan serbuk dan ayakan, diayak serbuk dengan ayakan.
Diamati jika semua serbuk dapat melewati ayakan tersebut,
maka serbuk tersebut memenuhi syarat homogenitas.

2. Sediaan Tablet
a. Uji Keseragaman Bobot
38

Merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui


keseragaman bobot dari tablet. Tujuannya adalah digunakan
sebagai salah satu indikator homogenitas pencampuran formula.
Alat yang digunakan adalah timbangan digital/neraca analitik.
Penyimpangan Bobor Rata-Rata (%)
Bobot Rata-Rata
A B

25 mg/kurang 15% 30%

26 mg – 150 mg 10% 20%

151 mg – 300 mg 7.5% 15%

 300 mg 5% 10%

b. Uji Waktu Hancur


Uji waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya yang
mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat
uji. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa lama obat (tablet)
bisa hancur di dalam tubuh atau saluran cerna yang ditandai
dengan sediaan menjadi larut, terdispersi atau menjadi lunak. Alat
yang digunakan adalah disintegration tester. Cara kerjanya:
masukkan 6 tablet ke dalam tabung, dimana setiap tabung diisi 1
tablet. Naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit.
Tablet dinyatakan hancur bila tidak ada bagian tablet yang
tertinggal di atas kasa kecuali fragmen yang berasal dari zat
penyalut. Catat waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing tablet
untuk hancur. Indikatornya ialah persyaratan waktu hancur untuk
tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut
39

gula dan salut non enterik kurang dari 30 menit, untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium
asam dan harus segera hancur dalam medium basa.
c. Uji Kekerasan Tablet
Uji kekerasan pada tablet ditujukan untuk mengetahu ketahanan,
kekompakan suatu tablet, karena tablet yang baik tidak boleh
mudah rusak atau rapuh. Alat yang digunakan adalah hardness
tester. Caranya adalah ambil 20 tablet, ukur kekerasannya dengan
menggunakan alat hardness tester lalu hitung rata-rata dan standar
deviasi nya. Persyaratannya adalah ukuran yang didapat per tablet
minimal 4kg/cm2, maksimal 10kg/cm2.
d. Uji Keseragaman Ukuran
Merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman
ukuran dari sediaan tablet. Tujuannya adalah ketebalan
berhubungan dengan kekerasan sediaan padat (tablet), selain
percetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya
masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisi granul ke
dalam die oleh karena itu perlu dilakukan pengujian. Alat yang
digunakan adalah jangka sorong. Cara kerjanya: ambil sampel 10
tablet. Ukur diameter dan tebal masing-masing tablet dengan
menggunakan jangka sorong. Catat hasil pengukuran masing-
masing tablet. Indikator: tablet yang baik memiliki diameter tidak
lebih dari 3x atau tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.
e. Friabilitas (Kerenyahan)
Alat yang digunakan adalah friabilator. Caranya ambil 20 tablet
uji, bersihkan dari serbuk halus, timbang, masukkan ke dalam alat
uji friabilator, putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan tablet,
bersihkan dari serbuk yang terlepas lalu timbang kembali, hitung
% friabilitas. Persyaratannya nilai F dinyatakan baik jika <1% jika
40

F>1% maka tablet dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan


atau menambah kekerasan tablet.
f. Uji Disolusi
Tujuannya untuk mengetahui proses melarutnya zat atau senyawa
aktif dalam media pelarut untuk diabsorbsi dan mengetahui
banyaknya zat aktif yang melarut dalam cairan tubuh. Alat yang
digunakan adalah disolution tester. Cara kerja: masukkan
sejumlah volume media disolusi yang tertera pada masing-masing
monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi
hingga suhu 37oC±0.5oC dan angkat thermometer, masukkan satu
tablet ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan
seperti yang tertera dalam monografi. Indikatornya:

Tahap Qty Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan

S2 6 atau lebih besar dari nilai Q dan tidak satu unit


sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan


atau lebi besar dari nilai Q. Tidak lebih dari dua unit
S3 12 sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan tidak satu
unit pun yang lebih kecil dari Q-25%
41

D. Skema Kerja

Disiapkan Alat dan Bahan

Penimbangan Bahan

Pengayakan

Pencampuran

Fase Dalam Fase Luar

- Loratadin
- Magnesium Stearat
- PVP K-30
- Ac-Di-Sol Pencampuran Akhir
- Talkum
- Natrium sakarin
- Alkohol Pencetakan Tablet dengan Metode Kempa Langsung
- Manitol

Evaluasi Sediaan

Pengemasan

Karantina

Obat Jadi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembuatan sediaan tablet FDT loratadin dengan metode kempa langsung
digunakan formula sebagai berikut :
R/ Loratadin 10 mg
Manitol 171mg
PVP K-30 6mg
Ac-Di-Sol 5mg
Natrium sakarin 5mg
Magnesium Stearat 1mg
Talk 2mg
Alkohol 0,05ml

untuk kemudian dibuat tablet dengan komposisi zat aktif loratadin tiap tablet sebesar
10mg/tablet. Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan
awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah
mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.
Pada formula diatas, zat aktif yang digunakan adalah FDT loratadin. Loratadin
adalah salah satu jenis obat antihistamin yang tidak menimbulkan kantuk. Meski
demikian, ada juga beberapa orang yang mengalami efek samping mengantuk setelah
menggunakan obat ini. Oleh karena itu, disarankan agar memberikan jeda waktu
setelah anda menggunakan loratadine jika ingin melakukan aktifitas yang melakukan
kewaspadaan. Seperti mengemudi atau mengoprasikan mesin, untuk memastikan
bahwa reaksi obat ini normal dan tidak menimbulkan kantuk agar dapat terhindar dari
bahaya.

42
Metode yang digunakan pada makalah kali ini adalah kempa langsung. Metode
tersebut dipilih karena tablet diperuntukkan untuk tablet FDT dan eksipien yang
digunakan dalam bentuk kering sehingga memungkinkan untuk dibuat dengan metode
kempa langsung. Penggunaan loratadine sebagai zat aktif, manitol sebagai zat pengisi,
PVP K-30 digunakan sebagai zat pengikat, Ac-Di-Sol sebagai penghancur, Natrium
sakarin sebagai zat pemanis, talcum sebagai zat pelincir, dan alcohol sebagai pelarut.
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan untuk mengurangi gesekan antara
permukaan tablet dengan dinding die, selain itu juga untuk mencegah penempelan
tablet pada punch sedangkan aerosol digunakan sebagai glidan untuk memperbaiki
sifat alir dan kompresibilitas.

43
44

44
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Pembuatan tablet metode kempa langsung dilakukan dengan cara
mencampurkan semua bahan baku obat (zat aktif dan eksipien) secara
homogen, lalu dicetak dengan menggunakan alat pencetak tablet single
punch.
2. Evaluasi sediaan yang dilakukan dimulai dari evaluasi sediaan serbuuk
meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu alir serbuk, pengujian susut
pengeringan, dan homogenitas. Evaluasi pada sediaan tablet meliputi uji
keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan tablet, uji keseragaman
ukuran, friabilitas dan uji disolusi.

45
46

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC

Tim Fisika. 2007. Fisika. Jakarta: Grasindo

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed. Ke-5. Yogyakarta: UGM

Press.

Lachman, L H A Lieberman dan J L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi

Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Rowe,R C Paul J S and Paul, J W 2009. Hand Book of Pharmaceutical Excipients

6th.USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association

Gunawan, Indra. 2008. Teknologi Farmasi Evaluasi Sediaan Solida. Bandung.

Tomaska LD and Brooke-Taylor, S. Food Additives – General pp 449-454 in

Encyclopedia of Food Safety, Vol 2: Hazards and Diseases. Eds, Motarjemi Y et

al. Academic Press, 2013.

Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar

Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

.
47

LAMPIRAN
40

Anda mungkin juga menyukai