Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM PENGHANTARAN OBAT

FAST DISINTEGRATING TABLET (FDT)

Disusun Oleh :

1. Wiwi Widyanti Utami (1508010002)


2. Fifi Silviana R (1508010004)
3. Radita Nocika Sari (1508010006)
4. Dondi Pangestu (1508010010)
5. Tri Fatimatul H (1508010016)
6. Nosecca Hary P (1508010090)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini terdapat bentuk penghantaran baru sediaan oral yaitu Fast Disintegrating Tablets
(FDT) yang juga dikenal dengan sebutan Orally Disintegrating Tablets (ODT), mouth dissolving
tablets, dan orodispersible tablets. FDT didesain untuk dapat hancur dengan cepat tanpa dikunyah
dan tanpa memerlukan air minum serta memiliki rasa yang enak dimulut. Waktu hancur sediaan
FDT adalah 30 detik atau kurang sedangkan menurut British Pharmacopoeia adalah 3 menit atau
kurang. Tablet ini utamanya ditujukan bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan obat,
seperti pasien pediatrik dan geriatrik karena FDT cepat terdisintegrasi. Ada beberapa kriteria FDT
ideal, yaitu :

a) Tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk dapat terdisintegrasi atau terdispersi

b) Memiliki rasa yang menyenangkan

c) Memiliki kekerasan yang cukup tetapi tidak rapuh

d) Tidak sensitif terhadap kondisi lingkungan

e) Dapat dibuat dengan metode pembuatan tablet konvensional

f) Mudah dikemas dan cost effective

FDT yang baik dapat dihasilkan dengan cara melakukan optimasi pada bahan dan metode
pembuatannya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan FDT, antara lain
adalah :

a. Freeze drying

Metode ini obat (zat aktif) diselimuti matrik yang larut air bertujuan untuk meningkatkan
waktu hancur tablet dalam beberapa detik ketika dimasukkan ke dalam mulut. Kekurangan dari
metodeini membutuhkan biaya yang tinggi dan memiliki keterbatasan dalam penyesuaian dosis.
Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang secara kimia stabil, tidak larut air, dan memiliki
ukuran partikel kurang dari 50 µm. Dosis tablet dengan metode freeze-dryinghanya terbatas hingga
60 mg, semakin besar ukuran partikel akan mengakibatkan sedimentasi selama proses
produksinya.

b. Moulding

Moulding dilakukan dengan dua cara, yaitu mouldingdengan pemberian tekanan dan
mouldingdengan pemberian pemanasan. Mouldingdengan pemberian tekanan dilakukan dengan
cara campuran bahan yang telah dicampur, dibasahkan dengan pelarut (biasanya air atau etanol)
di dalam plat sehingga membentuk massalembab. Moulding dengan pemanasan, obat dilarutkan
dengan matrik yang mudah meleleh. Produk yang dihasilkan dengan metode ini berupa dispersi
padat yang memiliki keuntungan mudah larut dalam waktu 5-15 detik dan dapat dibuat dengan
dosis tinggi. Kekurangan metode ini yaitu memiliki kestabilan obat yang rendah, memiliki
kekerasan tablet yang rendah, dan membutuhkan banyak biaya . Metode Kempa Langsung (Direct
Compression)

Metode ini digunakan untuk bahan aktif dengan sifat mudah mengalir atau sifat kohesif
tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan
granulasi basah dan kering. Bahan-bahan yang dapat dikempa langsung harus baik sifat alirnya
dan kompresibilitasnya, harus inert, tidak berasa, dapat dikerjakan kembali, bisa pecah dan murah.
Keuntungan yang utama dari tabletisasi langsung adalah untuk bahan obat yang peka lembab dan
panas serta untuk bahan obat yang stabilitasnya terganggu akibat proses granulasi, dapat dibuat
menjadi tablet. Selain itu metode pembuatan tablet secara kempa langsung merupakan metode
yang sangat disenangi, hal ini karena kempa langsung memberi beberapa keuntungan diantaranya:
tahapan produksinya sangat singkat (hanya pencampuran dan pengempaan), peralatan yang
dibutuhkan tidak banyak, ruangan yang dibutuhkan kecil dan tidak banyak, tenaga yang
mengerjakan dibutuhkan lebih sedikit karena prosesnya singkat maka stabilitasnya tetap terjaga
(dapat meningkatkan stabilitas produk)

c. Granulasi Basah (wet granulation)

Metode ini merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi.
Granulasi basah adalah metode yang konvensional dalam mengubah serbuk kedalam butiran halus,
mudah mengalir, dan memiliki kekompakkan sehingga bentuk tablet bagus. Larutan bahan
pengikat biasanya digunakan secukupnya agar ikatan partikelnya minimal. Jika partikel-partikel
serbuk dibasahi pada tingkat permukaan, suatu lapisan cairan akan terbentuk pada permukaannya
dan dapat bergabung membuat jembatan cairan pada titik kontak, hal ini berpengaruh pada
kekompakkan tablet. Metode ini digunakan untuk obat-obat yang tahan terhadap pemanasan dan
yang tidak mudah terurai oleh air. Keuntungan dari metode ini antara lain menaikkan koneksitas
dan kompresibilitas serbuk. Sehingga tablet yang akan dibuat dengan mengempa sejumlah granul
pada tekanan kompresi tertentu diperoleh massa yang kompak dalam arti bentuk tablet bagus,
keras dan tidak rapuh. Kekurangan dari metode ini yaitu perlu banyak tenaga, memerlukan
material yang harus dipertimbangkan dan ditangani banyak orang untuk memproses langkah-
langkah tersebut dan mahal.
BAB II

ISI

1. Preformulasi

Penimbangan (mg)
Bahan (mg/tablet)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kompleks NaDCF-BSD 94,02 94,02 94,02 94,02 94,02
setara 25 mg Na-DCF
Crospovidone 4 7 10 13 16
MCC PH 102 86 83 80 77 74
Aspartam 5,98 5,98 5,98 5,98 5,98
PEG 4000 10 10 10 10 10
Total 200 200 200 200 200

a) Definisi Sediaan
Tablet terdisintegrasi atau FDT (Fast Disintegrating Tablet) merupakan tablet yang ketika
diletakkan pada lidah akan terdisintegrasi secara instan serta melepaskan obat dengan bantuan saliva.
Teknologi ini dapat memecahkan permasalahan pemberian obat secra oral pada pasien-pasien
pediatric, geriatric, ataupun pada keadaan dimana pasiennya tidak dapat menelan tablet secra
konvensional dengan bantuan air.
b) Latar Belakang
Secara umum bentuk pengobatan menggunakan tablet lebih disukai karena bersih , praktis dan
efisien. Bentuk sediaan tablet memiliki suatu keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan
liquid, karena kompak sehingga lebih mudah disimpan dan dibawa. Kerugian tablet yaitu pasien
memrlukan air untuk mengkonsumsinya dan juga waktu disintegrasi dan waktu disolusi tablet jika
tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan sasaran obat dalam plasma tidak tercapai.
Kesulitan tersebut sering terjadi pada pasien pediatric maupun geriatric dengan gangguan
menelan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan pembuatan sediaan tablet yang mudah terdisintigras atau
yang disebut Fast disintegrating tablet atau yang sering disebut FDT. Sediaan FDT dapat
mempermudahpengkonsumsian obat kepada anak-anak karena sangat nyaman dikonsumsi walaupun
sedang berada diperjalanan. Hal ini dikarenakan FDT terdisintegrasi atau larut dalam air liur dengan
cepat tanpa perlu menggunakan air, serta memiliki waktu disintegrasi umumnya kurang dari satu
menit. Waktu disintegrasi tablet yang cepat dapat menunjang terjadinya mula proses disolusi
menjadi lebih cepat. Kondisi ini dapat menghasilkan onset aksi obat yang lebih cepat dan
bioavailaibilitas obat yang lebih tinggi dibandingkan tablet konvensional Keuntungan lain
penggunaan sediaan FDT (fast disintegrating tablet) adalah tablet yang terdisintegrasi secara
cepat dapat menghasilkan suspensi partikel obat yang sangat halus. Kondisi ini akan
berdampak pada meningkatnya disolusi obat.
c) Keunggulan dan Kelemahan Sediaan
FDT (fast disintegrating tablet) memiliki semua kelebihan dari bentuk sediaan solid,
antara lain ketepatan dosis, kemudahan produksi dan praktis dibawa bepergian. FDT (fast
disintegrating tablet) juga memiliki kelebihan lain seperti kemudahan penggunaan obat, tidak
ada resiko sesak nafas (tersedak) akibat obstruksi fisik bentuk solid di tenggorokan,
kecepatan absorpsi dan onset kerja obat yang cepat, serta ketersediaan hayati yang tinggi
serta rasa yang enak pada mulut sehingga membantu untuk mengubah persepsi bahwa obat
itu pahit pada anak-anak.
Kelemahan utama dari tablet jenis ini adalah membutuhkan suatu sistem pengemasan
yang lebih pada tingkat perlindungannya, hal ini berkaitan dengan kekerasan dan kerapuhan
tablet yang lebih rendah serta sangat porous.
d) Karakteristik Sediaan

Sediaan FDT (fast disintegrating tablet) berbeda dari tablet konvensional umumnya,
maka sediaan FDT (fast disintegrating tablet) harus memiliki beberapa karakteristik yang
ideal antara lain:

1. Disintegrasi harus cepat. Secara umum, hal ini berarti bahwa tablet FDT (fast
disintegrating tablet) harus terdisintegrasi dalam waktu kurang dari 1 menit. Namun
demikian, akan lebih disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin di dalam rongga
mulut. Begitu juga FDT (fast disintegrating tablet) harus terdisintegrasi dengan sedikit
atau tanpa meminum air sama sekali dan dimaksudkan untuk terdispersi dengan air
ludah pasien sendiri.
2. Penutupan rasa (taste-masking) dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan FDT (fast
disintegrating tablet) akan mengalami disintegrasi di dalam mulut. Setelah melarut,
sediaan diharapkan tidak meninggalkan residu serta rasa enak di mulut. Teknologi
penutupan rasa yang ideal hendaknya mampu menghasilkan mouthfeel yang baik dan
tidak memberikan sensasi berpasir (grittiness) di mulut.
3. Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena FDT (fast disintegrating
tablet) dirancang untuk memiliki waktu disintegrasi dan disolusi yang cepat maka
dibutuhkan zat tambahan (excipient) dan struktur tablet dengan porositas yang tinggi,
yang dimaksudkan untuk absorpsi air yang cepat ke dalam tablet.
4. Sensitifitas yang rendah terhadap kelembaban. FDT (fast disintegrating tablet)
seringkali sensitif terhadap kelembaban, hal ini disebabkan zat tambahan dengan
kelarutan dalam air yang tinggi sehingga sangat rentan terhadap kelembaban. Untuk
mengatasi hal ini, diperlukan strategi pengemasan yang baik agar tablet terlindungi
dari berbagai pengaruh lingkungan.
e). Formula yang didapatkan dari penelitian Irawan & Sulaiman (2016):
1. Kompleks NaDCF-BSD setara 25mg Na-DCF
Natrium diklofenak (NaDCF) termasuk dalam non-steroidal-anti-anflamatory
(NSAID) yang memiliki daya antiinflamasi besar, juga memiliki daya analgetik.
2. Crospovidone
Crospovidone merupakan superdisintegran yang bekerja melalui kombinasi
mekanisme kapilaritas (wicking) dan deformasi. Karakteristik crospovidone adalah
memfasilitasi air masuk ke dalam struktur tablet, mampu menyebabkan tablet
mengembang se¬cara cepat dalam air tanpa membentuk gel pada permukaan tablet,
dan memiliki kompresibilitas yang tinggi. Komponen penting dalam formula
sediaan FDT (fast disintegrating tablet) adalah disintegran. Disintegran dapat
memfasilitasi disintegrasi tablet sehingga mula disolusi dapat berlangsung lebih
cepat. Pemilihan disintegran yang sesuai dan penggunaan dalam level yang optimal
diperlukan untuk memberikan laju disintegrasi tablet yang cepat (Pahwa, 2011).
Superdisintegran merupakan eksipien yang memiliki sifat higroskopis, sehingga
mampu memfasilitasi saliva masuk ke dalam struktur internal tablet.
Superdisintegran dinilai efektif sebagai eksipien pada FDT (fast disintegrating
tablet) dengan konsentrasi 10%-20%.
3. MCC PH 102
a. Pemerian: Serbuk kristalin dengan partikel berpori ; berwarna putih ; tidak
berbau ; dan tidak berasa
b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan sebagian besar pelarut
organic.
c. Kegunaan: Pengisi atau pengikat pada sediaan tablet dan kapsul, mempunyai
kegunaan sebagai lubrikan dan disentegrant.
d. Konsentrasi: 20-50% (pengisi) ; 5-15% ( penghancur) ; 5-20% (anti lengket).
4. Aspartam
Aspartam adalah dipeptida metil ester yang terdiri dari dua asam amino,
yaitu fenilalanin dan asam aspartate.
a. Pemerian: Serbuk putih hampir tidak berbau, rasa manis.
b. Kelarutan: Sangat mudah larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam air,
kelarutan bertambah pada suhu tinggi dan pH asam.
c. Kegunaan: Zat pemanis.
5. PEG 4000
a. Pemerian: Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis tidak
berbau tidak berasa.
b. Kelarutan: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam kloroform P,
praktis tidak larut dalam eter P.
c. Kegunaan: Glidan atau bias sebagai pengikat.
2. Formulasi
a. Komposisi Sediaan

Formulasi FDT Natrium Diklofenak Terinklusi β-siklodekstrin

Penimbangan (mg)
Bahan (mg/tablet)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kompleks NaDCF-BSD 94,02 94,02 94,02 94,02 94,02
setara 25 mg Na-DCF
Crospovidone 4 7 10 13 16
MCC PH 102 86 83 80 77 74
Aspartam 5,98 5,98 5,98 5,98 5,98
PEG 4000 10 10 10 10 10
Total 200 200 200 200 200

b. Fungsi bahan
1) Kompleks Natrium Diklofenak ( NaDCF-BSD ) setara 25 mg Na-DCF
Zat aktif (termasuk NSAID yang memiliki daya anti inflamasi besar, juga
memiliki daya analgetik )
2) Crospovidone
Sebagai disintegrant
3) MCC PH 102
Sebagai pengisi atau pengikat pada sediaan tablet dan kapsul, mempunyai
kegunaan sebagai lubrikan dan disentegrant.
4) Aspartam
Sebagai zat pemanis
5) PEG 4000
Glidan atau bias sebagai pengikat
c. Metode pembuatan
Metode yang digunakan adalah metode cetak langsung.
3. EVALUASI SEDIAAN
a. Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan memilih 20 tablet secara acak, kemudian
menimbangnya satu per satu dengan neraca analitik. Hasil penimbangan bobot FDT tidak
boleh ada dua tablet yang menyimpang 7,5% dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang 15% terhadap bobot rata-rata.

b. Uji Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet dilakukan dengan mengambil 6 sampel tablet secara acak dan
memeriksa kekerasannya dengan menggunakan alat uji kekerasan Stokes Mosanto® Tablet
Hardness Tester. Kekerasan tablet yang baik berada pada rentang 3-5 Kg/cm2.

c. Uji Kerapuhan Tablet

Uji kerapuhan dilakukan dengan alat uji kerapuhan Erweka friabilator abrasive
tester. Sebanyak 20 tablet dibebasdebukan dan ditimbang untuk mendapatkan bobot awal
seluruh tablet (W0). Selanjutnya tablet dimasukkan ke dalam chamber plastik yang
terpasang pada alat uji kerapuhan Erweka friabilator abrasive tester lalu chamber diputar
pada kecepatan 25 rpm selama 4 menit atau sebanyak 100 putaran. Selanjutnya tablet
dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan dan ditimbang kembali untuk mendapatkan nilai
bobot akhir tablet (W). Kerapuhan tablet tidak boleh melebihi 1%.

Kerapuhan = Wo-W/Wo × 100%

d. Uji Waktu Disintegrasi

Uji waktu disintegrasi dilakukan dengan menempatkan FDT pada cawan petri
berisi 20 mL akuades. Waktu disintegrasi diujikan pada 6 sampel tablet. Waktu yang
dibutuhkan FDT untuk mengalami disintegrasi sebaiknya tidak lebih dari tiga menit.

e. Uji Waktu Pembasahan


Waktu pembasahan dilakukan dengan meletakkan kertas saring yang dilipat dua
kali ke dalam cawan petri diameter 5 cm dan telah diisi akuades sebanyak 5 mL. Akuades
tersebut sebelumnya telah diberi zat warna merah. Sebuah tablet selanjutnya diletakkan
diatas kertas. Waktu yang dibutuhkan agar seluruh tablet menjadi berwarna dicatat sebagai
waktu pembasahan.

f. Uji Rasio Absorbsi Air


Uji ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat daya serap air. Rasio absorbsi
air dinyatakan sebagai persen kadar akuades dalam tablet basah.

g. Uji Disolusi In Vitro


Uji disolusi dilakukan dengan metode apparatus 2 (paddle type) dengan meletakkan
FDT pada 900 mL medium disolusi buffer pospat pH 6.8 tempetarur 37 ± 5 0C dan
kecepatan putar pedal 50 rpm. Sebanyak 10 mL sampel diambil tiap interval waktu 1, 3, 5,
7, dan 10 menit. Setiap pengambilan, medium disolusi diganti dengan 10 mL medium
disolusi baru. Sampel yang diambil kemudian disaring dan diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimal dan diplotkan pada kurva baku untuk mendapatkan kadar natrium
diklofenak terukur.

Optimasi Formula FDT


Data yang diperoleh dari pengujian parameter sifat fisik tablet masingmasing
formula dianalisis dengan software Design-Expert® 9.0.3.1 metode mixture simplex lattice
untuk mendapatkan persamaan simplex lattice design dan formula yang memberikan
respon sifat fisik optimum. Pembobotan untuk sifat fisik FDT yaitu kekerasan tablet
dengan bobot 3; kerapuhan dengan bobot 5; waktu disintegrasi dengan bobot 5; waktu
pembasahan dengan bobot 2; dan rasio absorpsi air dengan bobot 1. Grafik dari numerical
optimization akan menunjukkan titik prediksi dengan nilai desirability tertinggi dan
dinyatakan sebagai kombinasi formula optimum.
Uji Tanggap Rasa
Uji tanggap rasa dilakukan untuk membandingkan rasa dan aftertaste FDT NaDCF
terinklusi β-siklodekstrin dengan FDT NaDCF tanpa inklusi β-siklodekstrin. Sebagai
pengganti siklodekstrin adalah laktosa.
Uji tanggap rasa dilakukan pada 20 sukarelawan sehat dengan usia antara 12-50
tahun. Setiap sukarelawan diminta untuk mencicipi rasa dua macam tablet selama 5 detik
dan aftertaste yang timbul. Rasa tablet dan aftertaste dinilai dengan skala 1-5 dengan
penjabaran 1 untuk rasa sangat pahit, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk rasa netral, 4 untuk rasa
manis, dan 5 untuk rasa sangat manis.

Kesimpulan
Kenaikan kadar crospovidone sebagai bahan penghancur dan penurunan kadar MCC PH 102
sebagai filler binder akan meningkatkan nilai kerapuhan, menurunkan waktu disintegrasi,
menurunkan waktu pembasahan, dan menurunkan rasio absorbsi air pada tablet.
Perbandingan komposisi crospovidone dan MCC PH 102 sebesar 5,79 % dan 39,21 % terhadap
bobot tablet memberikan sifat fisik tablet optimal untuk FDT NaDCF terinklusi β-siklodekstrin.
FDT natrium diklofenak terinklusi β-siklodesktrin dapat meningkatkan nilai rasa dibandingkan FDT
natrium diklofenak tanpa inklusi β-siklodekstrin.
DAFTAR PUSTAKA

Chandrasekhar, P., Shahid Muhammad, S. and Niranjan Babu., M., (2013). Formulation and
Evaluation of Oral Dispersible Tablets of Anti Hypertensive Drug Atenolol.
International Journal of Pharmacy. Volume 3 (2): 79–84

Fu, Y., Yang, S., Jeong, S. H., Kimura, S. and Park, K., (2004). Orally Fast Disintegrating Tablets:
Developments, Technologies, Taste-Masking and Clinical Studies. Critical
Reviews in Therapeutic Drug Carrier Systems. Volume 21(6): 433–476

Hahm, H. A. and Augsburger, L. L., (2008). Orally Disintegrating Tablets and Related Tablet
Formulations. In Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. New York, NY: Informa
Healthhcare, 293–312.

Irawan1, Wahyu and Teuku Nanda Saifullah Sulaiman ( 2016 ). Optimasi Formula Fast
Disintegrating Tablet Natrium Diklofenak Terinklusi β-Siklodekstrin dengan
Superdisintegrant Crospovindone dan Filler Binder Mikrokristalin Selulosa PH
102. Majalah Farmaseutik, Vol 12 (2 ) : 446-452.

Kabir, A. K. L., Rahman, S. M., Jahan, M. A. and Rouf, A. S. S., (2010). Formulation Development
and Evaluation of Mouth Dissolving Tablets of Loratadine. Stamford Journal of
Pharmaceutical Sciences. Volume 2 (2): 2101–2106.

Kumare, M. M., Marathe, R. P., Kawade, R. M., Ghante, M. H. and Shendarkar, G. R., (2013)
Design of fast dissolving tablet of Atenolol using novel co-processed
superdisintegrant. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research.
Volume 6(3): 81–85.

Mangal, M., Thakral, S., Goswami, M., & Ghal P., 2012, Superdisintegrants: An Updated Review,
International Journal of Pharmacy and Pharamaceutical Science Research, 2(2), 26-
35.
Pahwa, R. and Gupta, N., (2011). Superdisintegrants in the Development of Orally Disintegrating
Tablets: A Review. International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research, Volume 2 (11): 2767–2780.

Prabowo, I & Iskandarsyah. (2011). Optimasi kecepatan disintegrasi tablet terdisintegrasi cepat
(fast disintegrating tablet) Domperidon dengan superdessintegran sodium starch
glycolate. Majalah Ilmu Kefarmasian. Volume 8 (3): 128-164

Sulaiman, T.N.S., 2007. Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta: Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,

Anda mungkin juga menyukai