PRAKATA
Prakata ……………………………………………………………………… ii
Ekstraksi ……………………………………………………………………… 4
Kromatografi …………………………………………………………………. 15
1. Perkolator
Alat yang digunakan untuk proses perkolasi
2. Maserator
Alat yang digunakan untuk proses maserasi
3. Seperangkat alat Pembuat Plat KLT
- Alat penyaput Stahl Desaga (a)
- Plat kaca
- Papan plastik (b)
a b
4. Seperangkat alat Stahl
Alat yang digunakan untuk mendestilasi minyak atsiri
5. Lampu UV
Ada dua jenis lampu UV yang digunakan yaitu lampu UV 254 nm dan lampu UV
366 nm
6. Bejana
Parameter Spesifik
a. Parameter Identitas Ekstrak
Tujuan : memberikan identitas obyektif dari nama dan senyawa spesifik yang
dikandung ekstrak
b. Parameter Organoleptik Ekstrak
Tujuan : mengetahui bentuk, warna, bau dan rasa
Contoh :
Bentuk : padat, serbuk kering, kental, cair
Warna : kuning, coklat, dll
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 7
Bau : aromatik, tidak berbau, dll
Rasa : pahit, manis, kelat, dll
c. Parameter Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu
Tujuan : memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan
2. Kandungan Kimia Ekstrak
a. Pola Kromatogram
Tujuan : memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram (KLT, KCKT, KG)
Prosedur :
Penyiapan larutan uji : ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan
pelarut hexana, etil asetat, etanol dan air. Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan
pengocokan selama 15 menit atau dibantu dengan pemanasan, kemudian ekstrak
disaring untuk mendapatkan larutan uji.
Pemeriksaan : umumnya dibuat kromatogram pada lempeng silika gel dengan
berbagai jenis fase gerak sesuai dengan golongan kandungan kimia sebagai sasaran
analisis
b. Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Tujuan : memberikan informasi kadar golongan kandungan kimia sebagai parameter
mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologis.
1. Penetapan kadar Minyak atsiri
Prinsip pelaksanaannya sama dengan isolasi minyak atsiri dengan menggunakan
alat destilasi Stahl. Baca volume minyak atsiri yang tertampung pada buret yang
terpasang pada alat destilasi Stahl sebagai % b/v minyak atsiri dalam simplisia.
2. Penetapan kadar Steroid
Larutan baku : timbang seksama 1 mg sitosterol, larutkan dalam etanol P secara
bertingkat sehingga diperoleh kadar 5 g per ml, 10 g per ml dan 20 g per ml
Larutan uji : timbang seksama 1 gram ekstrak, larutkan dalam 20 ml etanol
dalam labu takar. Ulangi tiga kali dengan cara yang sama. Ke dalam dua labu
yang masing-masing berisi larutan uji dan larutan baku dan ke dalam labu ketiga
yang berisi 20,0 ml etanol P sebagai blangko tambahkan 2,0 ml larutan yang
dibuat dengan melarutkan 50 mg biru tetrazolium P dalam 10 ml metanol P dan
campur. Kemudian ke dalam tiap labu tambahkan 2,0 ml campuran etanol P dan
tetrametil ammonium hidroksida LP (9:1), campur, dan biarkan dalam tempat
Tugas
Buat skema penggolongan standarisasi ekstrak
Penapisan fitokimia merupakan suatu tahap seleksi awal guna mendeteksi golongan
senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan. Metode yang akan digunakan dalam
penapisan fitokimia harus memenuhi persyaratan : sederhana, cepat, memerlukan peralatan
yang sesedikit mungkin dan selektif untuk kelompok senyawa tertentu. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menentukan metode penapisan fitokimia yang digunakan :
1. Pemilihan pelarut
Pemilihan pelarut ekstraksi yang tepat merupakan masalah yang tidak mudah karena
di dalam ekstrak tanaman yang diperiksa terdapat kandungan bahan alam yang dapat
mempengaruhi kelarutan senyawa tertentu.
2. Kesalahan dalam menafsirkan hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan positif tidak menutup kemungkinan terjadinya reaksi positif
palsu, yang harus ditelaah lebih lanjut. Hasil pemeriksaan yang negatif bisa
memiliki pengertian senyawa yang akan diperiksa memang tidak ada atau senyawa
tersebut tidak memenuhi batas deteksi dari metode yang digunakan.
II. Alat :
- Timbangan - Beaker glass - Mortir
- Cawan porcelain - Tabung reaksi
III. Bahan
a. Serbuk simplisia g. Larutan alkohol klorhidrik m. HCl
b. Kertas saring h. Amil alkohol n. Serbuk Mg
c. Amoniak i. FeCl3 o. Reaksi LB
d. CHCl3 j. Larutan gelatin p. HAc anhidrat
e. Pereaksi Dragendorf k. Pereaksi Steasny q. H2SO4
f. Pereaksi Mayer l. Na asetat
1. Pembuatan Plat
Banyak macam adsorben yang dapat digunakan untuk membuat plat tipis
lumpuran adsorben pada kaca, yaitu : silika gel, alumina, sellulose, poliamida,
size-exclusion gels, penukar iob (ion exchangers), kieselguhr, miscellaneous
inorganic sorbents, miscellaneous organic sorbents, mixed layers dan
impregnated layers. Penggunaan jenis adsorben tersebut bergantung pada sifat
fisika kimia senyawa yang ingin dipisahkan. Namun yang paling umum digunakan
adalah silika gel. Pada umumnya fase diam ini dibuat dengan ketebalan 0,1 – 0,3
mm, namun untuk keperluan analisis yang digunakan adalah 0,2 mm.
Cara pembuatan :
b. Timbang 35 gram serbuk kieselgel GF 254
c. Tambahkan aquadest 100 ml ke dalam beaker glass dan aduk hingga rata
sampai menjadi massa lumpur
d. Usahakan pada saat pengadukan jangan menimbulkan gelembung-gelembung
udara
e. Tempatkan potongan kaca ukuran 20 x 20 cm pada alat papan pembuat plat
f. Tuangkan lumpuran kieselgel 60F254 pada lempeng kaca tersebut
g. Plat yang sudah jadi dikeringkan kemudian diaktifkan pada oven suhu 105C
selama 30 menit
h. Apabila tidak digunakan, simpan plat kaca tersebut ke dalam wadah yang
disediakan dan aktifkan kembali apabila ingin digunakan.
2. Penotolan cuplikan pada plat
Jumlah l sample yang ditotolkan tergantung dari kepekatan sediaan yang
tersedia. Ukuran plat kaca yang digunakan juga tergantung dari banyaknya jumlah
totolan yang ingin ditotolkan dan karakteristik gaya kapiler dari senyawa yang
ingin diperiksa.
1 cm 1 cm
1 2 3 1,5 cm
Pada umumnya totolan pertama dan terakhir berjarak 1 cm dari tepi, sedangkan
jarak antar totolan tergantung dari banyaknya jumlah totolan dan ukuran plat.
Jarak totolan dari bawah dan atas plat kaca umumnya 1,5 cm.
3. Pemilihan sistem pengembang
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri dari satu atau beberapa pelarut,
yang bergerak sepanjang fase diam dengan gaya kapiler. Pemilihan sistem
pengembang bergantung sifat bahan yang akan dianalisis. Pada umumnya
pemilihan didasarkan pada pustaka yang ada atau melakukan coba-coba. Sedapat
mungkin dipilih sistem pengembang dengan jumlah komponen pelarut yang tidak
banyak, karena akan berkaitan dengan upaya penjenuhan bejana kromatografi,
yaitu makin sedikit jumlah komponen pelarut akan makin mudah untuk mengatur
kejenuhan dan keterulangan hasil analisis.
Pelarut pengembang dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan
efek elusinya sebagai berikut :
n-hexana → Heptana → Sikloheksana → Karbontetraklorida → Benzena →
Kloroform → Eter → Etil asetat → Piridina → Aseton → Etanol → Metanol →
Air.
4. Eluasi
Ada berbagai jenis pengembangan yang dapat dilakukan pada tehnik
kromatografi, yaitu pengembangan secara menaik (ascending), descending
(menurun), dua dimensi (two dimensional), landaian (horizontal), ganda
(multiple), overrun, gradient, radial, antiradial, dan lain sebagainya. Pastikan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengembangan, udara dalam bejana/ chamber
harus dalam keadaan jenuh dengan pelarut yang digunakan.
Penandaan bercak noda pada sinar tampak ditandai dengan ( ), pada sinar UV 254
nm ditandai dengan dan pada sinar UV 366 nm ditandai dengan
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
dalam semua tumbuhan berpembuluh yang dapat berbentuk glikosida maupun
aglikon, yang pada umumnya memberikan warna pada bunga dan buah-buahan di
alam. Contohnya flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin
memberikan warna merah, ungu atau biru. Semua flavonoid, menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur.
Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga
karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Semua varian flavonoid
saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama, yang memasukkan pra zat dari alur
sikimat dan alur asetat-malonat. Flavonoid dalam tumbuhan umumnya terikat sebagai
glikosida, baik O-glikosida maupun C-glikosida.
I. Alat
- Seperangkat panci infus - Oven
- Beaker glass - Gelas ukur
- Timbangan analitis - Corong penyaring
- Corong pisah - Corong Buchner
II. Bahan
- Simplisia kering - HCl
- Rutin - Natrium sulfat
- Kertas saring - N-Butanol
- Eter - Asam Asetat
- Metanol
Tugas:
Buat skema kerja prosedur diatas!
Minyak atsiri merupakan konstituen yang berbau yang ditemukan dalam berbagai
bagian tanaman. Isolasi minyak atsiri dari tanaman dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara. Cara yang paling populer adalah destilasi uap.
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas, sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam
golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak/lipofil. Para ahli Biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh
hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam
mempertahankan ruang hidup.
I. Alat
- Seperangkat alat destilasi Stahl
- Vial coklat
- Pipet tetes
- Pipa kapiler
- Chamber
II. Bahan
- Simplisia kering
- Natrium sulfat
- Air suling
III. Prosedur
1. Timbang simplisia kering sebanyak 100 gram, atau sesuai dengan simplisia yg
dipilih
2. Letakkan dalam labu alas bulat dan tambahkan 250 ml air suling
3. Rangkai seperangkat alat destilasi Stahl
4. Destilasi simplisia tersebut sampai didapatkan sejumlah minyak atsiri yang
diinginkan
5. Setelah proses destilasi selesai, baca pada skala yang ada untuk menentukan
berapa jumlah volume minyak atsiri yang didapatkan. Lalu tampung minyak
yang didapatkan pada vial coklat yang didalamnya telah berisi natrium sulfat
eksikatus.
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 41
6. Pisahkan minyak atsiri yang didapat dari lapisan air yang ada.
7. Gunakan sistem kromatografi lapis tipis dan senyawa pembanding untuk
memastikan identitas dari minyak atsiri
Tugas:
Buat skema kerja prosedur diatas!
Bahan
Rimpang Kencur
Etanol 95%
KOH
H2SO4
Plat Silika Gel
Ikan, R., 1976. Natural Products. A Laboratory Guide. Academic Press, London
Tujuan praktikum
Skema Kerja:
Simplisia adalah:
- bentuk
- ukuran
- bau
- rasa
Pembahasan
Tuliskan apa yang Anda pelajari dari cara pembuatan simplisia yang baik,
Kesimpulan
Daftar Pustaka
tanggal praktikum
Tujuan praktikum
Skema kerja
Identitas
Organoleptis
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Tujuan praktikum
Skema kerja
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Tujuan praktikum
Skema kerja
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Tujuan praktikum
Skema kerja
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Tujuan praktikum
Skema kerja
Kesimpulan
Daftar Pustaka