Anda di halaman 1dari 81

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia i

PRAKATA

Buku Petunjuk Praktikum Farmakognosi-Fitokimia ini disusun bertujuan


untuk menjadi buku panduan bagi mahasiswa pemrogram mata kuliah Praktikum
Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya.
Praktikum Farmakognosi-Fitokimia dibagi menjadi dua bagian yang tidak terpisahkan
yaitu praktikum Farmakognosi yang bertujuan memberikan dasar keilmuan dan
ketrampilan dalam pemanfaatan dan pengembangan obat dari bahan alam. Dalam
bagian ini mahasiswa akan melakukan pengamatan secara mikroskopis fragmen-
fragmen spesifik beberapa simplisia antara lain dari Rhizoma, Caulis, Folium dan
Amilum; termasuk standarisasinya. Pada bagian kedua praktikum Fitokimia bertujuan
memberikan dasar keilmuan dan ketrampilan dalam melakukan ekstraksi dan analisis
kandungan kimia yang berasal dari tanaman. Pada bagian ini mahasiswa melakukan
Skrining Fitokimia, Ekstraksi, Fraksinasi dan Isolasi golongan senyawa metabolit
sekunder pada tanaman.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada Fakultas
Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas selama penyusunan buku ini. Kritik dan saran akan disambut dengan senang
hati untuk penyempurnaan buku ini.

Surabaya, Juli 2021


Penyusun

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia ii


DAFTAR ISI

Prakata ……………………………………………………………………… ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………... iii

Tata Tertib Praktikum ………………………………………………………... iv

Alat-Alat yang Digunakan dalam Praktikum Fitokimia ……………………... 1

Ekstraksi ……………………………………………………………………… 4

Parameter dan Metode Uji Ekstrak (Parameter Standar Mutu)………………. 6

Skrining (Penapisan) Fitokimia ……………………………………………... 13

Kromatografi …………………………………………………………………. 15

Contoh Sandard Farmakope Herbal Indonesia ………………………………. 18

Rimpang Jahe ………………………………………………………………… 18

Daun Jambu Biji ……………………………………………………………… 22

Daun Jati Belanda ……………………………………………………………. 26

Rimpang Kunyit ……………………………………………………………… 30

Daun Jambu Mete …………………………………………………………… 35

Isolasi dan Identifikasi Glikosida Flavonoid ………………………………… 38

Isolasi dan Identifikasi Minyak Atsiri ………………………………………... 41

Isolasi dan Preparasi Flavonoid dari Biji Kelabet ……………………………. 43

Isolasi P.Metoksi Sinamat dari Rimpang Kencur ……………………………. 44

Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 45

Buku Kerja ………………………………………………………………….... 46

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia iii


TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa diwajibkan masuk ke dalam Laboratorium tepat waktu.


2. Bila berhalangan hadir, diwajibkan memberikan pemberitahuan secara tertulis
surat keterangan dari dokter (bila sakit), atau surat dari orang tua/wali bila ada
keperluan lain; paling lambat 1 minggu dari saat berhalangan tersebut.
Mahasiswa terlambat diperkenankan boleh ikut praktikum bila tidak lebih dari
10 menit.
3. Mahasiswa diharuskan memahami praktikum yang akan dikerjakan dengan
cara membuat persiapan skema kerja dan mengumpulkan laporan praktikum
sesuai dengan hari yang telah ditentukan.
4. Peserta praktikum wajib memakai jas praktikum dan tidak diperkenankan
mengenakan sandal.
5. Sebelum praktikum, mahasiswa diwajibkan mempersiapkan perlengkapan
praktikum yang tidak disediakan oleh Laboratorium (serbet, korek api,
penjepit, sabun cuci, vial, kertas alumunium foil, kaca obyek dan kaca
penutupnya, tissue, kertas lensa dan lain-lain yang diperlukan untuk kerja
mandiri/ kelompoknya masing-masing). Mahasiswa juga diharapkan
membawa laptop saat presentasi kelompoknya.
6. Alat-alat praktikum yang dipinjam seluruhnya menjadi tanggung jawab
praktikan (kelompok dan golongan yang bersangkutan). Sesudah praktikum,
semua peralatan harus dikembalikan dalam keadaan bersih dan lengkap. Bila
ada peralatan yang rusak/hilang/pecah selama praktikum, maka praktikan
diwajibkan mengganti peralatan tersebut dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
7. Selama praktikum berlangsung, tidak diperkenankan meninggalkan ruangan
tanpa seijin dosen/asisten yang bertugas.
Demikian, tata tertib ini dibuat untuk ditaati demi kelancaran praktikum

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia iv


ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM FITOKIMIA

1. Perkolator
Alat yang digunakan untuk proses perkolasi
2. Maserator
Alat yang digunakan untuk proses maserasi
3. Seperangkat alat Pembuat Plat KLT
- Alat penyaput Stahl Desaga (a)
- Plat kaca
- Papan plastik (b)

a b
4. Seperangkat alat Stahl
Alat yang digunakan untuk mendestilasi minyak atsiri

5. Lampu UV
Ada dua jenis lampu UV yang digunakan yaitu lampu UV 254 nm dan lampu UV
366 nm
6. Bejana

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 1


Bejana/ chamber digunakan sebagai wadah untuk proses eluasi pada teknik
kromatografi lapis tipis.

7. Seperangkat alat Soxhlet


Merupakan alat yang umum digunakan untuk mengekstraksi metabolit sekunder dari
tanaman. Alat ini berguna jika kuantitas senyawa yang akan dipisahkan dalam satuan
gram, tetapi tidak dapat digunakan untuk pemisahan secara sempurna karena
senyawa yang sama dapat ditemukan dalam berbagai macam fraksi yang digunakan
sebagai pelarut.

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 2


8. Seperangkat alat Refluks

Alat yang digunakan untuk mengekstraksi metabolit sekunder dari tanaman.


Bedanya dengan Soxhlet, pada alat ini simplisia dari tanaman langsung kontak
dengan pelarutnya, sedangkan pada soxhletasi simplisia tidak langsung kontak
dengan pelarutnya.

9. Rotary vacuum evaporator


Alat ini digunakan untuk memekatkan filtrat
yang didapatkan pada saat ekstraksi metabolit
sekunder.

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 3


EKSTRAKSI

Macam-macam metode ekstraksi :


a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
1. Cara dingin
- Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar).
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus
menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
- Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan) ekstrak, terus menerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40 - 50
4. Infus

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 4


Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur (96
- 98 C) selama waktu tertentu (15 – 20 menit)
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 30C) dan temperatur
sampai titik didih air
b. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari
bahan (segar/simplisia) dengan uap air
c. Cara ekstraksi lainnya
1. Ekstraksi berkesinambungan
2. Superkritikal karbondioksida
3. Ekstraksi ultrasonik
4. Ekstraksi energi listrik

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 5


PARAMETER DAN METODE UJI EKSTRAK (Parameter Standar Mutu)

Parameter Non Spesifik


a. Parameter Susut Pengeringan
Tujuan : memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan
Prosedur : ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan
dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 105C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang,
ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol sehingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. jika ekstrak yang diuji
berupa ekstrak kental ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan ke
dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105C hingga bobot
tetap. Sebelum ditimbang untuk mendapatkan bobot konstan, botol timbang dengan
tutup didinginkan terlebih dahulu dalam eksikator. Jika ekstrak sulit kering dan
mencair pada saat pemanasan, ditambahkan 1 gram silika yang telah telah ditimbang
seksama setelah dikeringkan dan simpan dalam eksikator dalam suhu kamar.
Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas, kemudian
keringkan kembali pada suhu 105C hingga bobot tetap.
b. Parameter Bobot Jenis
Tujuan : memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume yang
merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental)
yang masih dapat dituang
Prosedur : gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25C.
Atur hingga suhu ekstrak cair lebih kurang 20C, masukkan ke dalam piknometer.
Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25C, buang kelebihan ekstrak
cair dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang
telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25C
c. Parameter Kadar Air
Tujuan : memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air
di dalam bahan

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 6


Ada tiga cara :
1. Cara titrasi
- Titrasi langsung
- Titrasi tidak langsung
- Pereaksi Karl-Fischer
2. Cara destilasi
3. Metode gravimetri
d. Parameter Kadar Abu
Tujuan : memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak
e. Parameter Sisa Pelarut
Tujuan : memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut
yang memang seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan untuk ekstrak cair
menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan.
f. Parameter Sisa Pestisida
Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi
nilai yang ditetapkan
g. Parameter Cemaran Logam Berat
Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu
(Hg, Pb, Cd, dll) melebihi nilai yang ditetapkan
h. Parameter Cemaran Mikroba
Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba
patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang
ditetapkan

Parameter Spesifik
a. Parameter Identitas Ekstrak
Tujuan : memberikan identitas obyektif dari nama dan senyawa spesifik yang
dikandung ekstrak
b. Parameter Organoleptik Ekstrak
Tujuan : mengetahui bentuk, warna, bau dan rasa
Contoh :
Bentuk : padat, serbuk kering, kental, cair
Warna : kuning, coklat, dll
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 7
Bau : aromatik, tidak berbau, dll
Rasa : pahit, manis, kelat, dll
c. Parameter Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu
Tujuan : memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan
2. Kandungan Kimia Ekstrak
a. Pola Kromatogram
Tujuan : memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram (KLT, KCKT, KG)
Prosedur :
Penyiapan larutan uji : ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan
pelarut hexana, etil asetat, etanol dan air. Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan
pengocokan selama 15 menit atau dibantu dengan pemanasan, kemudian ekstrak
disaring untuk mendapatkan larutan uji.
Pemeriksaan : umumnya dibuat kromatogram pada lempeng silika gel dengan
berbagai jenis fase gerak sesuai dengan golongan kandungan kimia sebagai sasaran
analisis
b. Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Tujuan : memberikan informasi kadar golongan kandungan kimia sebagai parameter
mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologis.
1. Penetapan kadar Minyak atsiri
Prinsip pelaksanaannya sama dengan isolasi minyak atsiri dengan menggunakan
alat destilasi Stahl. Baca volume minyak atsiri yang tertampung pada buret yang
terpasang pada alat destilasi Stahl sebagai % b/v minyak atsiri dalam simplisia.
2. Penetapan kadar Steroid
Larutan baku : timbang seksama 1 mg sitosterol, larutkan dalam etanol P secara
bertingkat sehingga diperoleh kadar 5 g per ml, 10 g per ml dan 20 g per ml
Larutan uji : timbang seksama 1 gram ekstrak, larutkan dalam 20 ml etanol
dalam labu takar. Ulangi tiga kali dengan cara yang sama. Ke dalam dua labu
yang masing-masing berisi larutan uji dan larutan baku dan ke dalam labu ketiga
yang berisi 20,0 ml etanol P sebagai blangko tambahkan 2,0 ml larutan yang
dibuat dengan melarutkan 50 mg biru tetrazolium P dalam 10 ml metanol P dan
campur. Kemudian ke dalam tiap labu tambahkan 2,0 ml campuran etanol P dan
tetrametil ammonium hidroksida LP (9:1), campur, dan biarkan dalam tempat

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 8


gelap selama 90 menit. Ukur segera serapan larutan yang diperoleh dari larutan
uji dan larutan baku pada panjang gelombang lebih kurang 525 nm dibandingkan
terhadap blangko.
3. Penetapan kadar Tanin
Lebih kurang 2 gram ekstrak yang ditimbang dengan seksama dipanaskan
dengan 50 ml air mendidih di atas penangas air selama 30 menit sambil diaduk.
Diamkan selama beberapa menit kemudian enap tuangkan melalui segumpal
kapas ke dalam labu takar 250 ml. Sari sisa dengan air mendidih, saring larutan
ke dalam labu takar yang sama. Ulangi penyarian beberapa kali hingga larutan
bila di reaksikan dengan besi (III) ammonium sulfat tidak menunjukkan adanya
tanin. Dinginkan cairan dan tambahkan air secukupnya hingga 250 ml. pipet 25
ml larutan ke dalam labu takar 1000 ml, tambahkan 750 ml air dan 25 ml asam
indigo sulfonat LP, titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N hingga larutan
berwarna kuning emas. 1 ml kalium permanganat 0,1 N setara dengan 0,004157
g tanin. Lakukan percobaan blangko.
Asam indigo sulfonat LP
Larutkan 1 gram indigo karmin P dalam 25 ml asam sulfat P, tambahkan 25 ml
asam sulfat P lagi dan encerkan dengan air secukupnya hingga 1000 ml
(pengenceran dilakukan dengan menuangkan larutan ke dalam sebagian besar
air, kemudian encerkan dengan air secukupnya hingga 1000 ml).
4. Penetapan kadar Flavonoid
Prinsip metode :
Flavonoid ditetapkan kadarnya sebagi aglikon dengan terlebih dahulu dilakukan
hidrolisis dan selanjutnya dilakukan pengukuran spektrometri dengan
mereaksikan AlCl3 yang selektif dengan penambahan heksametilen tetraminpada
panjang gelombang maksimumnya.
Cara kerja hidrolisis :
Timbang tepat ekstrak yang setara 200 mg simplisia dan masukkan ke dalam
labu alas bulat. Tambahkan sistem hidrolisis, yaitu 1,0 ml larutan 0,5% b/v
Heksametilentetramina, 20,0 ml aseton dan 2,0 ml larutan 25% HCl dalam air.
Lakukan hidrolisis dengan pemanasan sampai mendidih (gunakan pendingin air /
refluks) selama 30 menit. Campuran hasil hidrolisis disaring menggunakan
kapas ke dalam labu ukur 100 ml. Residu hidrolisis ditambah 20 ml aseton untuk
dididihkan kembali sebentar, lakukan 2 kali dan filtrat dikumpulkan semua ke
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 9
dalam labu ukur. Setelah labu ukur dingin, maka volume ditepatkan sampai
tepat 100,0 ml, kocok rata. 20,0 ml filtrat hidrolisa dimasukkan corong pisah dan
tambahkan 20 ml H2O. selanjutnya lakukan ekstraksi kocok, pertama dengan 15
ml etil asetat. Kemudian dua kali dengan 10 ml etil asetat, dan kumpulkan fraksi
etil asetat ke dalam labu ukur 50,0 ml, akhirnya tambahkan etil asetat sampai
tepat 50,0 ml. Untuk replikasi spektrometri lakukan prosedur ini 3 - 4 kali.
Cara kerja spektrometri :
Masukkan 10,0 ml larutan fraksi etil asetat (hidrolisa) ke dalam labu ukur 25,0
ml, tambahkan 1 ml larutan 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan asam asetat glasial
5% v/v (dalam metanol). Tambahkan secukupnya larutan asam asetat glasial 5%
v/v (dalam metanol) sampai tepat 25,0 ml. Biarkan 30 menit. Perhitungan kadar
menggunakan pembanding glikosida flavonoid (Hiperoksida, Rutin, Hisperidin).
Gunakan kurva baku dan nilai kadar terhitung sebagai bahan standar tersebut.
Kalau menggunakan Hiperoksida dapat langsung diukur dengan rumus :
Kadar total flavonoid =  (A x 1,25) berat sampel  %
5. Penetapan kadar Saponin
Larutan dapar Fosfat pH 7,4
Larutkan 16 gram natrium fosfat P yang telah dikeringkan pada suhu 130
hingga bobot tetap dan 4,4 g Natrium dihidrogen fosfat P dalam 1000 ml. untuk
menambah stabilitas tambahkan 0,1 g natirum fluorida P.
Suspensi darah :
Masukkan 10 ml larutan Natrium sulfat 3,65% ke dalam labu takar bersumbat
kaca 100 ml, campur baik-baik hingga homogen (larutan stabil selama 7 hari
jika disimpan dalam lemari pendingin)
Pipet 2 ml larutan di atas ke dalam labu takar yang bersumbat kaca 100 ml,
tambahkan larutan dapar fosfat pH 7,4, secukupnya hingga 100 ml, campur baik-
baik. Larutan dapat dipergunakan jika larutan jernih dan jika terjadi endapan,
endapan tidak berwarna ungu.
Cara Percobaan :
Campur 0,5 gram ekstrak yang diperiksa dengan 50 ml larutan dapar fosfat pH
7,4, panaskan sebentar lalu dinginkan. Untuk ekstrak yang mengandung tanin,
encerkan 0,2 ml filtrat dengan 0,8 ml larutan dapar fosfat pH 7,4, campur dengan
1 ml suspensi darah. Diamkan selama 30 menit, terjadi hemolisa total,

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 10


menunjukkan adanya saponin. Kadar saponin dalam ekstrak dapat ditetapkan
dengan melakukan berbagai pengenceran filtrat dan diamati kadar yang masih
menghasilkan hemolisa total, dibandingkan dengan saponin pembanding.
6. Penetapan kadar Alkaloid
Timbang seksama 1 gram ekstrak, masukkan dalam corong pisah 125 ml
pertama, kemudian tambahkan 20 ml larutan asam sulfat P (1 dalam 350) dan
kocok kuat selama 5 menit. Tambahkan 20 ml eter P, kocok hati-hati, saring
lapisan asam ke dalam corong pisah 125 ml kedua. Kocok lapisan eter 2 kali, tiap
kali dengan 10 ml larutan asam sulfat P (1 dalam 350), saring tiap lapisan asam
ke dalam corong pisah 125 ml kedua dan buang lapisan eter. Pada ekstrak asam
tambahkan 10 ml natrium hidroksida LP dan 50 ml eter P, kocok hati-hati,
pindahkan lapisan air ke dalam corong pisah 125 ml ketiga yang berisi 50 ml eter
P. Kocok corong pisah ketiga hati-hati, buang lapisan air, cuci lapisan eter pada
corong pisah kedua dan ketiga berturut-turut dengan 20 ml air, buang lapisan air.
Ekstraksi kedua lapisan eter masing-masing dengan 20 ml, 20 ml dan 5 ml
larutan asam sulfat P (1 dalam 70). Lakukan ekstraksi pada corong pisah ketiga
lebih dahulu, setelah itu corong pisah kedua. Campur ekstrak asam dalam labu
ukur 50 ml, encerkan dengan asam sampai tanda. Lakukan hal yang sama
terhadap 25 mg alkaloid pembanding yang tersedia. Encerkan masing-masing 5
ml larutan uji dan larutan pembanding dengan larutan asam sulfat P (1 dalam 70)
hingga 100 ml dan tetapkan serapan tiap larutan pada panjang gelombang
tertentu menggunakan larutan asam sulfat P (1 dalam 70) sebagai blangko.
7. Penetapan kadar Antrakinon
Timbang 0,1 g ekstrak, kocok dengan 10 ml air panas selama 5 menit, saring
dalam keadaan panas, dinginkan filtrat dan ekstraksi dengan 10 ml benzena.
Pisahkan lapisan benzena. Tambahkan pada lapisan air 10 ml larutan ferri klorida
5% dan 5 ml asam klorida. Panaskan campuran pada penangas air selama 10
menit dalam tabung refluks. Dinginkan dan ekstraksi dengan 10 ml benzena.
Uapkan cairan hingga habis pada cawan porselen dengan pemanasan lemah.
Larutkan residu dalam 5 ml larutan kalium hidroksida 5% dalam metanol. Ukur
resapan pada 515 nm. Hitung kadar total antrakinon glikosida berdasarkan kurva
baku antrakinon pembanding.
c. Kadar Kandungan Kimia Tertentu

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 11


Tujuan : memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas
atau senyawa yang diduga

Tugas
Buat skema penggolongan standarisasi ekstrak

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 12


SKRINING (PENAPISAN) FITOKIMIA

Penapisan fitokimia merupakan suatu tahap seleksi awal guna mendeteksi golongan
senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan. Metode yang akan digunakan dalam
penapisan fitokimia harus memenuhi persyaratan : sederhana, cepat, memerlukan peralatan
yang sesedikit mungkin dan selektif untuk kelompok senyawa tertentu. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menentukan metode penapisan fitokimia yang digunakan :
1. Pemilihan pelarut
Pemilihan pelarut ekstraksi yang tepat merupakan masalah yang tidak mudah karena
di dalam ekstrak tanaman yang diperiksa terdapat kandungan bahan alam yang dapat
mempengaruhi kelarutan senyawa tertentu.
2. Kesalahan dalam menafsirkan hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan positif tidak menutup kemungkinan terjadinya reaksi positif
palsu, yang harus ditelaah lebih lanjut. Hasil pemeriksaan yang negatif bisa
memiliki pengertian senyawa yang akan diperiksa memang tidak ada atau senyawa
tersebut tidak memenuhi batas deteksi dari metode yang digunakan.

I. Tujuan : dapat melakukan analisis golongan kimia dalam tanaman

II. Alat :
- Timbangan - Beaker glass - Mortir
- Cawan porcelain - Tabung reaksi
III. Bahan
a. Serbuk simplisia g. Larutan alkohol klorhidrik m. HCl
b. Kertas saring h. Amil alkohol n. Serbuk Mg
c. Amoniak i. FeCl3 o. Reaksi LB
d. CHCl3 j. Larutan gelatin p. HAc anhidrat
e. Pereaksi Dragendorf k. Pereaksi Steasny q. H2SO4
f. Pereaksi Mayer l. Na asetat

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 13


IV. Prosedur Kerja – Skrining Fitokimia
Tahapan Kerja Prosedur Kerja
Metode Ekstraksi Pereaksi
Skrining Simplisia Alkaloida - Larutan A diteteskan
2 gram serbuk simplisia pada kertas saring
dilembabkan dengan 5 ml kemudian ditetesi
amoniak, digerus dalam mortir. pereaksi Dragendorf
Ditambahkan 20 ml CHCl3 dan (jingga).
digerus kuat-kuat. Campuran - Masing-masing 5 ml lar
disaring, filtrat yang berupa B. dalam tabung reaksi
larutan organik digunakan untuk diuji dengan Mayer dan
percobaan (lar. A). Lar A. Dragendorf (end. Putih
diekstraksi 2x dengan larutan dan end jingga)
HCl 10% v/v (lar B.)
Flavonoida 5 ml larutan + serbuk Mg
1 gram serbuk + 100 ml air + 2 ml larutan alkohol
panas, didihkan selama 5 menit, khlorhidrik + amil alkohol.
saring. Filtrat (lar. C) untuk Kocok kuat, biarkan
percobaan berikutnya memisah (lapisan amil
alkohol berwarna kuning)
Saponin 10 ml larutan C dalam
Larutan C tabung reaksi dikocok
vertikal 10 detik dan
biarkan selama 10 menit
(terbentuk busa stabil)
Tanin - Masing-masing 5 ml
Larutan C larutan C + pereaksi
FeCl3 dan larutan gelatin
(hijau)
- Larutan C + pereaksi
Steasny, dipanaskan di
penangas air (timbul
endapan merah muda)
- Kemudian disaring,
filtrat dijenuhkan dengan
Na asetat + FeCl3 (hijau)
Kuinon 5 ml larutan C + NaOH 1
Larutan C N (merah)
Sterol / Terpen Reaksi LB (5 ml larutan
eter diuapkan dalam cawan
penguap, ke dalam residu
+ 2 tetes asam asetat
anhidrat lalu + 1 tetes
H2SO4 pekat) (merah –
hijau)

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 14


KROMATOGRAFI

Prinsip Pengerjaan Kromatografi

1. Pembuatan Plat
Banyak macam adsorben yang dapat digunakan untuk membuat plat tipis
lumpuran adsorben pada kaca, yaitu : silika gel, alumina, sellulose, poliamida,
size-exclusion gels, penukar iob (ion exchangers), kieselguhr, miscellaneous
inorganic sorbents, miscellaneous organic sorbents, mixed layers dan
impregnated layers. Penggunaan jenis adsorben tersebut bergantung pada sifat
fisika kimia senyawa yang ingin dipisahkan. Namun yang paling umum digunakan
adalah silika gel. Pada umumnya fase diam ini dibuat dengan ketebalan 0,1 – 0,3
mm, namun untuk keperluan analisis yang digunakan adalah 0,2 mm.
Cara pembuatan :
b. Timbang 35 gram serbuk kieselgel GF 254
c. Tambahkan aquadest 100 ml ke dalam beaker glass dan aduk hingga rata
sampai menjadi massa lumpur
d. Usahakan pada saat pengadukan jangan menimbulkan gelembung-gelembung
udara
e. Tempatkan potongan kaca ukuran 20 x 20 cm pada alat papan pembuat plat
f. Tuangkan lumpuran kieselgel 60F254 pada lempeng kaca tersebut
g. Plat yang sudah jadi dikeringkan kemudian diaktifkan pada oven suhu 105C
selama 30 menit
h. Apabila tidak digunakan, simpan plat kaca tersebut ke dalam wadah yang
disediakan dan aktifkan kembali apabila ingin digunakan.
2. Penotolan cuplikan pada plat
Jumlah l sample yang ditotolkan tergantung dari kepekatan sediaan yang
tersedia. Ukuran plat kaca yang digunakan juga tergantung dari banyaknya jumlah
totolan yang ingin ditotolkan dan karakteristik gaya kapiler dari senyawa yang
ingin diperiksa.

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 15


0,5 cm

1 cm 1 cm

1 2 3 1,5 cm

Pada umumnya totolan pertama dan terakhir berjarak 1 cm dari tepi, sedangkan
jarak antar totolan tergantung dari banyaknya jumlah totolan dan ukuran plat.
Jarak totolan dari bawah dan atas plat kaca umumnya 1,5 cm.
3. Pemilihan sistem pengembang
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri dari satu atau beberapa pelarut,
yang bergerak sepanjang fase diam dengan gaya kapiler. Pemilihan sistem
pengembang bergantung sifat bahan yang akan dianalisis. Pada umumnya
pemilihan didasarkan pada pustaka yang ada atau melakukan coba-coba. Sedapat
mungkin dipilih sistem pengembang dengan jumlah komponen pelarut yang tidak
banyak, karena akan berkaitan dengan upaya penjenuhan bejana kromatografi,
yaitu makin sedikit jumlah komponen pelarut akan makin mudah untuk mengatur
kejenuhan dan keterulangan hasil analisis.
Pelarut pengembang dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan
efek elusinya sebagai berikut :
n-hexana → Heptana → Sikloheksana → Karbontetraklorida → Benzena →
Kloroform → Eter → Etil asetat → Piridina → Aseton → Etanol → Metanol →
Air.
4. Eluasi
Ada berbagai jenis pengembangan yang dapat dilakukan pada tehnik
kromatografi, yaitu pengembangan secara menaik (ascending), descending
(menurun), dua dimensi (two dimensional), landaian (horizontal), ganda
(multiple), overrun, gradient, radial, antiradial, dan lain sebagainya. Pastikan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengembangan, udara dalam bejana/ chamber
harus dalam keadaan jenuh dengan pelarut yang digunakan.

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 16


5. Deteksi
Deteksi dapat digunakan : (1) lampu UV gelombang pendek (254 nm) ataupun
sinar UV gelombang Panjang (366 nm); (2) pereaksi semprot. Pereaksi warna
yang digunakan tergantung dari jenis metabolit sekunder yang akan digunakan,
misal Dragendorf untuk senyawa-senyawa golongan alkaloid, FeCl3 untuk
senyawa-senyawa golongan fenol, dan lain-lain.
6. Identifikasi bercak
Rekam pola kromatogram yang dihasilkan, bisa dengan kamera maupun dengan
melukis bercak noda yang terbentuk pada transparansi dengan diberi keterangan
mengenai harga Rf dan warna noda yang terbentuk, baik pada pengamatan sinar
UV 254 nm maupun pada sinar UV 366 nm.
Harga Rf adalah jarak senyawa yang bergerak dalam kromatogram relatif terhadap
garis depan pelarut. Harga yang didapat umumnya berkisar antara 0,01 – 0,99.
Mengalikan angka ini dengan 100 akan didapatkan harga hRf/Rfx.

Jarak titik pusat bercak dari titik awal


Rf =
Jarak garis depan dari titik awal

Penandaan bercak noda pada sinar tampak ditandai dengan ( ), pada sinar UV 254
nm ditandai dengan dan pada sinar UV 366 nm ditandai dengan

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 17


CONTOH STANDARD FARMAKOPE HERBAL INDONESIA

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 18


Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 19
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 20
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 21
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 22
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 23
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 24
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 25
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 26
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 27
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 28
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 29
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 30
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 31
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 32
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 33
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 34
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 35
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 36
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia Page 37
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOSIDA FLAVONOID

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
dalam semua tumbuhan berpembuluh yang dapat berbentuk glikosida maupun
aglikon, yang pada umumnya memberikan warna pada bunga dan buah-buahan di
alam. Contohnya flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin
memberikan warna merah, ungu atau biru. Semua flavonoid, menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama.
Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur.
Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga
karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Semua varian flavonoid
saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama, yang memasukkan pra zat dari alur
sikimat dan alur asetat-malonat. Flavonoid dalam tumbuhan umumnya terikat sebagai
glikosida, baik O-glikosida maupun C-glikosida.

I. Alat
- Seperangkat panci infus - Oven
- Beaker glass - Gelas ukur
- Timbangan analitis - Corong penyaring
- Corong pisah - Corong Buchner

II. Bahan
- Simplisia kering - HCl
- Rutin - Natrium sulfat
- Kertas saring - N-Butanol
- Eter - Asam Asetat
- Metanol

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 38


III. Prosedur
1. Timbang 40 gram serbuk bahan, masukkan dalam panci infus dan tambahkan
240 ml air, kemudian didihkan 30 menit
2. Saring filtrat melalui corong buchner, kemudian simpan filtrat dalam lemari
pendingin selama sehari
3. Saring kristal yang terbentuk selama proses penyimpanan pada kertas saring
yang telah ditara
4. Keringkan kertas saring yang didalamnya terdapat kristal dalam oven dengan
suhu oven diatur 50C sampai kering. Timbang kristal yang didapatkan
5. Ambil sedikit kristal dengan jarum, larutkan dalam metanol-air (1:1) 2 ml (
hasil sari 1)
6. Ambil kristal (separuh dari jumlah kristal yang ada), tambahkan 10 ml HCl
2N, kemudian lakukan refluks di atas penangas air selama 1 jam
7. Tuangkan filtrat hasil hidrolisis ke dalam corong pisah. Ekstraksi dengan 10
ml eter (2 kali)
8. Saring lapisan eter ke atas kertas saring yang berisi 1 gram natrium sulfat
eksikatus
9. Pekatkan larutan eter yang didapat, kemudian tambahkan residu yang
terbentuk dengan 2 ml metanol (hasil sari 2)
10. Uapkan hasil hidrolisis asam pada nomor 6 sehingga didapatkan cairan kira-
kira 2 ml dari hasil sari 3.
11. Gunakan sistem kromatografi lapis tipis dan senyawa pembanding untuk
memastikan identitas dan memeriksa kemurnian dari hasil –hasil ketiga sari
yang diperoleh.

Tugas:
Buat skema kerja prosedur diatas!

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 39


Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 40
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri merupakan konstituen yang berbau yang ditemukan dalam berbagai
bagian tanaman. Isolasi minyak atsiri dari tanaman dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara. Cara yang paling populer adalah destilasi uap.
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas, sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam
golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak/lipofil. Para ahli Biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh
hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam
mempertahankan ruang hidup.

I. Alat
- Seperangkat alat destilasi Stahl
- Vial coklat
- Pipet tetes
- Pipa kapiler
- Chamber
II. Bahan
- Simplisia kering
- Natrium sulfat
- Air suling

III. Prosedur
1. Timbang simplisia kering sebanyak 100 gram, atau sesuai dengan simplisia yg
dipilih
2. Letakkan dalam labu alas bulat dan tambahkan 250 ml air suling
3. Rangkai seperangkat alat destilasi Stahl
4. Destilasi simplisia tersebut sampai didapatkan sejumlah minyak atsiri yang
diinginkan
5. Setelah proses destilasi selesai, baca pada skala yang ada untuk menentukan
berapa jumlah volume minyak atsiri yang didapatkan. Lalu tampung minyak
yang didapatkan pada vial coklat yang didalamnya telah berisi natrium sulfat
eksikatus.
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 41
6. Pisahkan minyak atsiri yang didapat dari lapisan air yang ada.
7. Gunakan sistem kromatografi lapis tipis dan senyawa pembanding untuk
memastikan identitas dari minyak atsiri

Tugas:
Buat skema kerja prosedur diatas!

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 42


ISOLASI DAN PREPARASI FLAVONOID

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 43


ISOLASI PARA METOKSI SINAMAT
DARI RIMPANG KENCUR

I. Alat dan Bahan


Alat :
Perkolator
Beaker Glass
Timbangan analisis
Rotary vacuum evaporator
Gelas ukur
Corong

Bahan
Rimpang Kencur
Etanol 95%
KOH
H2SO4
Plat Silika Gel

II. Cara kerja


1. Perkolasi 500 gram serbuk kering dari rimpang kencur dengan pelarut
etanol 95%
2. Tampung perkolat pada hari pertama
3. Diamkan perkolat dalam lemari es, selama masa penyimpanan akan
terbentuk kristal
4. Lakukan uji standarisasi terhadap ekstrak yang diperoleh
5. Saring kristal yang terbentuk, lakukan rekristalisasi dengan pelarut
campur metanol : air (1:1) untuk mendapatkan kristal putih dari etil p-
metoksi sinamat yang memiliki titik lebur 46-47,5oC
6. Gunakan sistem kromatografi lapis tipis dan senyawa pembanding
untuk memastikan identifikasi dan memeriksa kemurnian isolat yang
diperoleh
7. Lakukan hidrolisis terhadap kristal yang terbentuk dengan menambah
KOH
8. Asamkan larutan hidrolisis dengan menambah asam sulfat
9. Simpan kembali larutan hidrolisis ke dalam larutan es hingga
terbentuk kristal jarum tidak berwarna yang memiliki titik lebur 167-
1680C
10. Gunakan sistem kromatografi lapis tipis dan senyawa pembanding
untuk memastikan identitas dan memeriksa kemurnian isolat yang
diperoleh.

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 44


DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 2007. Kromatografi : Tehnik – Cepat – Deteksi – Ion.


http://www.beritaiptek.com

Anonim, 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan – Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta

Anonim, 2004. Monograph of Indonesian Medicinal Plant Extracts. Volume 1.


National Agency of Drug and Food Control The Republic of Indonesia.
Jakarta

Bruneton, J., 1999. Pharmacognosy : Phytochemistry Medicial Plants 2nd edition.


Londres. New York

Fried, B. and Sherma, J. 1994. Thin-Layer Chromatography : Techniques and


Applications. Third Edition. Marcel Dekker, Inc. New York

Harborne, I.B., 1987. Metode Fitokimia”. Terjemahan K. Radmawinata, ITB.


Bandung

Ikan, R., 1976. Natural Products. A Laboratory Guide. Academic Press, London

Kirchner, J.G., 1978. Thin Layer Chromatography 2nd Edition. A Wiley


Interscience Publication. New York

Markham, K.R., 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Terjemahan K.


Radmawinata dan I. Soediso, ITB. Bandung

Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta

Stahl,E. 1973. Drug Analysis by Chromatography and Microscopy. Ann Arbor


Science Publishers. Michigan

Wikipedia Indonesia, 2007. Minyak Atsiri, http ://id.wikipedia.org/wiki/Minyak-


_Atsiri.

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 45


CARA PEMBUATAN SIMPLISIA YANG BAIK

PEMBUATAN SIMPLISIA ……………………………………….


tanggal praktikum

Tujuan praktikum

Skema Kerja:

Simplisia adalah:

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 46


No Tahapan pembuatan simplisia Tujuan

Tuliskan klasifikasi dari bahan yang digunakan*


Klasifikasi Hasil

*Tulis sumber pustakanya ……

Tuliskan hasil pengamatan bahan segar dan bahan kering!


Yang Diamati Bahan Segar Bahan Kering Standar
Simplisia*
Organoleptis
- bagian tanaman
yang digunakan

- bentuk

- ukuran

- bau

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 47


- warna

- rasa

Ciri spesifik lainnya

* Tuliskan pustakanya …..

Foto tanaman dan keterangannya

Tuliskan manfaat mengetahui/ menetapkan standar pada pembuatan


simplisia yang baik?

Apa yang harus diperhatikan untuk menghasilkan simplisia yang sesuai


dengan standard?

Jelaskan perbedaan kadar air bahan segar dan bahan kering?

Apa yang dimaksud dengan rendemen?

Pembahasan
Tuliskan apa yang Anda pelajari dari cara pembuatan simplisia yang baik,

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 48


Tuliskan dan bahas jika terdapat hasil yang tidak sesuai dengan standard:

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 49


KARAKTERISASI DAN SKRINING FITOKIMIA
SIMPLISIA ....................

tanggal praktikum

Tujuan praktikum

Skema kerja

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 50


Hasil
Karakterisasi simplisia Hasil Penetapan Standard*
Spesifik

Identitas

Organoleptis

Kadar sari larut air


Kadar sari larut etanol
Golongan senyawa
metabolit sekunder
- alkaloid
- tanin
- flavonoid
- antrakinon
- saponin
- steroid/ triterpenoid
Ciri mikroskopis bahan
segar dan simplisia

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 51


Non spesifik
- kadar abu
- kadar air
*...........
** Tulis senyawa/ bahan pembanding metabolit sekunder

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 52


Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 53


EKSTRAKSI

.................... tanggal praktikum

Tujuan praktikum

Skema kerja

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 54


Hasil

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 55


Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 56


Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 57
STANDARISASI EKSTRAK
tanggal praktikum

Tujuan praktikum

Skema kerja

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 58


Hasil

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 59


Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 60
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 61
Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 62


FRAKSINASI

.................... tanggal praktikum

Tujuan praktikum

Skema kerja

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 63


Hasil

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 64


Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 65
Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 66


ISOLASI

.................... ....... tanggal praktikum

Tujuan praktikum

Skema kerja

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 67


Hasil

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 68


Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 69


Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 70
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 71
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 72
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 73
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 74
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 75
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia 76
Buku Kerja Praktikum Farmakognosi-Fitokimia

Anda mungkin juga menyukai