Anda di halaman 1dari 36

KOMUNIKASI

FARMASIS
DENGAN
DOKTER
? Masalah

Tidak ada Masalah


KOMUNIKASI DENGAN DOKTER
• Tujuan joint statement ini : to “promote optimal
drug therapy”dengan meningkatkan komunikasi
dan hubungan kerja antara pasien, dokter dan
farmasis
• Dokter dan farmasis mempunyai tanggung jawab
bersama yang komplementer dan saling
mendukung demi kepentingan pasien untuk
tujuan bersama their shared goal of providing
optimal drug therapy dan mereka harus bekerja
secara kooperatif dan kolaborasi menuju goal
tadi.
POTENTIAL GOALS OF THERAPY
Six potential goals of therapy or clinical
outcomes at which patient care is usually
directed:

1. cure the disease


2. eliminate or reduce symptoms
3. arrest or slow the progression of a disease
4. prevent a disease or reduce/eliminate disease-
associated symptoms
5. normalize laboratory values
6. aid in diagnosis
TEAMWORK
• Teamwork, communication and collaboration antara staf
kesehatan sangat penting demi tercapainya pelayanan
kesehatan yang aman dan efektif
• Review pustaka oleh the National Prescribing Service
mengidentifikasi masalah yang penting terkait dengan
medication misadventure. Hampir 6% dari pelayanan
RS berkaitan denga adverse drug events dan tingkat
error yang tinggi selama transfer pelayanan.
• Komunikasi yang buruk adalah faktor terpenting
berkontribusi pada tidak tercapainya patient safety
• Peningkatan kolaborasi interprofessional diantara
dokter dan apoteker dapat mengurangi medication-
related morbidity and mortality
“They just count a few tablets”
“They just weigh and measure things”
EKSPEKTASI DOKTER terhadap FARMASIS
• I expect pharmacists to be knowledgeable drug
therapy experts
• I expect community pharmacists to educate my
patients about the safe and appropriate use of
their medications
• I expect pharmacists to assist my patients in
selecting appropriate nonprescrption
medications
• In my experience, pharmacist are a reliable
source of general drug information
KOMUNIKASI DENGAN DOKTER
• Untuk proses ini harus dilengkapi dengan
struktur untuk komunikasi dan dokumentasi
DRP: dan aktivitas ini harus didukung dengan
a review of EBM
mengKOMUNIKASIkan DRP
Komunikasi Farmasis dengan Dokter terbanyak
adalah berkaitan dengan ditemukannya DRP
A drug-related problem is defined as
– an undesirable event experienced by a patient
that involved, or is suspected to involve, drug
therapy and which
– interferes with achieving the desired goals of
therapy.
MASALAH
– Ada indikasi , tidak diobati
– Pengobatan yang tidak diobati
– Pemilihan obat
– Dosis terlalu rendah/tinggi
– Adverse Drug Reactions
– Masalah compliance/adherence
– Tulisan tidak jelas/tidak terbaca tidak dapat terinterpretasi
– Usulan penggantian obat
– Duplikasi resep
– Informasi tambahan dll

11
• Evidence-based medicine (EBM)is the process
of systematically reviewing, appraising and
using clinical research findings to aid the
delivery of optimum clinical care to patients.
EBM
• Sackett defines EBM as “the conscientious, explicit, and
judicious use of current best evidence in making decisions
about the care of individual patients.”
• Pharmacists need to integrate EBM philosophy and
processes, such as researching and referencing primary
literature, into their clinical decision-making and their
communication with physicians. Doing so will ensure
recommendations are supported with current clinical data
and as a result will contribute to building trust with
physicians.
• Additional information about how to integrate EBM into
practice can be found at:
www.cche.net/usersguides/therapy.asp and
www.med.ualberta.ca/ebm/ebmintro.htm
• Tidak semua praktisi mempunyai waktu atau akses ke
database pustaka yang penting, untuk melakukan
penelusuran untuk mencari informasi yang dibutuhkan
saat membuat clinical decision-making.
• Untuk itu , practice guidelines adalah opsi bagus untuk
praktisi yang ingin mengintegrasikan clinical evidence
ke dalam clinical decision-making mereka.
• Ada dua websites clinical practice guide-yang dapat
dimanfaatkan :
lines:http://mdm.ca/cpgsnew/cpgs/index.asp and
http://gacguidelines.ca/.
KESIMPULAN
• Farmasis perlu mengkomunikasikan DRP yang
teridentifikasi dan mengkomunikasikan juga
rekomendasi klinis yang sesuai dengan EBM
• Belsey,J. , What is evidence-based medicine?,
Hayward Group Ltd., May 2009.
KOMUNIKASI DOKTER DAN APOTEKER
SEHARI-HARI
EGO

• Farmasis harus mampu


mengesampingkan ego

• Anda tidak dapat mengendalikan ego


orang lain, tetapi Anda dapat
mengendalikan ego Anda

19
• Perbedaan Kepedulian

– Penyembuhan pasien
– Di bawah tekanan hasil semaksimal
mungkin
– Banyak variabel klinis, untuk memprediksi
pasien sulit
– Dalam situasi yang baikpun, the physician
is skating on thin ice-never knowing
precisely what the patient outcome is
going to be.
20
Hal yang perlu diperhatikan

• Perbedaan Kepedulian
• Resistance to change
• Ditekankan pada perawatan pasien
bukan biaya.
• Adopsi teknik detailer

21
• Resistance to change

– Ketidak pastian
– Hukuman malpractice
– PFT
• Harga
• LOS
– Personal attack

22
• Ditekankan pada perawatan pasien
bukan biaya.

• Clinical medicine may involve


considering 20 parameters for use
of a drug, whereas the drug use
evaluation (DUE) criteria may have
been considering only one.

23
• Adopsi teknik detailer

– Tekankan kepentingan dokter


– Bahasa dan mindset dokter

24
FOKUS

• KEPENTINGAN PASIEN

• PEMECAHAN MASALAH

• TIDAK MENYALAHKAN

25
CONTOH
“Dr Anton, ny Karim tidak dapat minum
obat yang dokter resepkan”

Dr Anton, ny Karim mempunyai masalah


menelan. Saya ingin mengusulkan .....

26
ANALISA
• PERNYATAAN 1 : menunjukkan masalah ada
pada “peresepan dr Anton”

• PERNYATAAN 2: menunjukkan masalah ada


pada “kesulitan ny Karim menelan”

27
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER
• Siap dengan fakta: mis
– Pasien tidak mampu membeli
– Pasien tidak mampu mengingat instruksi
– Pasien tidak tahan akan efek samping dll
• Memahami apa yang dibicarakan
– To the point
– Ringkas
– Identifikasi diri Anda, pasien, masalahnya,
informasi yg telah diberikan

28
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER

• Fokus harus pada “attacking issues, bukan


orang, individu atau peresepan yang tidak
benar.”

29
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER

Penting memperhatikan dan menghargai


batas profesi
Pakai kalimat bertanya
Tunjukkan interes terhadap pasien, bukan
pada “being right”
Harus siap untuk penolakan

30
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER
• Pakai kombinasi teknik
– Assertiveness
– Effective listening

• Ulangi pemahaman anda dan siapkan


penawaran alternatif dengan pd, assertive, tidak
menyalahkan

• Usahakan dapat berbicara langsung dengan


dokter.

31
Kasus
• Apoteker menemukan bahwa dosis obat untuk
pasien anak terlalu besar. Sporetic 2 dd 1 cth
berat 9 kg. Bagaimana cara menyampaikan
kepada dokter?
• Apoteker menyampaikan kepada dokter bahwa
ada kesalahan pemberian obat ke pasien. Di
resep tertulis Alco sirup yang diserahkan Alco Plus
sirup.
• Dokter menulis resep Mycostatin Fl 1. S 1 dd gtt
1. Petugas mengentry sesuai tanpa konfirmasi ke
dokter. Seharusnya 1 dd 1 ml
• Pasien mendapat obat R/ Levofloxasin dari dr
A, dan dapat Lincomycin dari dokter B.
• Pasien mendapat R/ Doxicyclin 3x1 capsul
Assertive Pharmacist
• Selalu perkenalkan diri (Apoteker)
• Jangan memojokkan dokter
• Persiapkan rekomendasi anda dan simpan
Prepare your recommendation and keep
current references “in reserve”
• Jangan mengharapkan pujian
PUSTAKA
• Michelle T. Dalisay, RPh, MSc, Pharmacist-
Physician Communication
• Berger,B: Guidelines for Physician Interaction

Anda mungkin juga menyukai