FARMASIS
DENGAN
DOKTER
? Masalah
11
• Evidence-based medicine (EBM)is the process
of systematically reviewing, appraising and
using clinical research findings to aid the
delivery of optimum clinical care to patients.
EBM
• Sackett defines EBM as “the conscientious, explicit, and
judicious use of current best evidence in making decisions
about the care of individual patients.”
• Pharmacists need to integrate EBM philosophy and
processes, such as researching and referencing primary
literature, into their clinical decision-making and their
communication with physicians. Doing so will ensure
recommendations are supported with current clinical data
and as a result will contribute to building trust with
physicians.
• Additional information about how to integrate EBM into
practice can be found at:
www.cche.net/usersguides/therapy.asp and
www.med.ualberta.ca/ebm/ebmintro.htm
• Tidak semua praktisi mempunyai waktu atau akses ke
database pustaka yang penting, untuk melakukan
penelusuran untuk mencari informasi yang dibutuhkan
saat membuat clinical decision-making.
• Untuk itu , practice guidelines adalah opsi bagus untuk
praktisi yang ingin mengintegrasikan clinical evidence
ke dalam clinical decision-making mereka.
• Ada dua websites clinical practice guide-yang dapat
dimanfaatkan :
lines:http://mdm.ca/cpgsnew/cpgs/index.asp and
http://gacguidelines.ca/.
KESIMPULAN
• Farmasis perlu mengkomunikasikan DRP yang
teridentifikasi dan mengkomunikasikan juga
rekomendasi klinis yang sesuai dengan EBM
• Belsey,J. , What is evidence-based medicine?,
Hayward Group Ltd., May 2009.
KOMUNIKASI DOKTER DAN APOTEKER
SEHARI-HARI
EGO
19
• Perbedaan Kepedulian
– Penyembuhan pasien
– Di bawah tekanan hasil semaksimal
mungkin
– Banyak variabel klinis, untuk memprediksi
pasien sulit
– Dalam situasi yang baikpun, the physician
is skating on thin ice-never knowing
precisely what the patient outcome is
going to be.
20
Hal yang perlu diperhatikan
• Perbedaan Kepedulian
• Resistance to change
• Ditekankan pada perawatan pasien
bukan biaya.
• Adopsi teknik detailer
21
• Resistance to change
– Ketidak pastian
– Hukuman malpractice
– PFT
• Harga
• LOS
– Personal attack
22
• Ditekankan pada perawatan pasien
bukan biaya.
23
• Adopsi teknik detailer
24
FOKUS
• KEPENTINGAN PASIEN
• PEMECAHAN MASALAH
• TIDAK MENYALAHKAN
25
CONTOH
“Dr Anton, ny Karim tidak dapat minum
obat yang dokter resepkan”
26
ANALISA
• PERNYATAAN 1 : menunjukkan masalah ada
pada “peresepan dr Anton”
27
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER
• Siap dengan fakta: mis
– Pasien tidak mampu membeli
– Pasien tidak mampu mengingat instruksi
– Pasien tidak tahan akan efek samping dll
• Memahami apa yang dibicarakan
– To the point
– Ringkas
– Identifikasi diri Anda, pasien, masalahnya,
informasi yg telah diberikan
28
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER
29
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER
30
PANDUAN MENDISKUSIKAN
DRP DENGANDOKTER
• Pakai kombinasi teknik
– Assertiveness
– Effective listening
31
Kasus
• Apoteker menemukan bahwa dosis obat untuk
pasien anak terlalu besar. Sporetic 2 dd 1 cth
berat 9 kg. Bagaimana cara menyampaikan
kepada dokter?
• Apoteker menyampaikan kepada dokter bahwa
ada kesalahan pemberian obat ke pasien. Di
resep tertulis Alco sirup yang diserahkan Alco Plus
sirup.
• Dokter menulis resep Mycostatin Fl 1. S 1 dd gtt
1. Petugas mengentry sesuai tanpa konfirmasi ke
dokter. Seharusnya 1 dd 1 ml
• Pasien mendapat obat R/ Levofloxasin dari dr
A, dan dapat Lincomycin dari dokter B.
• Pasien mendapat R/ Doxicyclin 3x1 capsul
Assertive Pharmacist
• Selalu perkenalkan diri (Apoteker)
• Jangan memojokkan dokter
• Persiapkan rekomendasi anda dan simpan
Prepare your recommendation and keep
current references “in reserve”
• Jangan mengharapkan pujian
PUSTAKA
• Michelle T. Dalisay, RPh, MSc, Pharmacist-
Physician Communication
• Berger,B: Guidelines for Physician Interaction