Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA INSTRUMEN DAN

BIOKIMIA

SPEKTOFOTOMETRI UV-VIS DAN SPEKTROFLUOROMETRI

Tanggal Praktikum :5 Oktober 2017

Tanggal pengumpulan : 12 Oktober2017

Disusun oleh :

Putu Chandra Maheswari

10715025

Kelompok: L-2

Nama Asisten : Stella Setiadi (10714017)

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

SEKOLAH FARMASI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
I. Tujuan
a. Menentukan konsentrasi dan absorbtivitas molar larutan
parasetamol tablet menggunakan spektofotometri Absorbsi UV
dan visible
b. Menentukan nilai pKa dan titik isobestik bromtimol biru
menggunakan spektofotometri absorbansi UV dan visible
c. Menentukan konsentrasi quinine pada sampel melalui kurva
kalibrasi antara konsentrasi larutan standard (sumbu x) dan
intensitas fluorosensi (sumbu y) melalui emisi,eksitasi kunin sulfat

II. Cara Kerja


A. Analisis kandungan parasetamol tablet
Disiapkan larutan stok parasetamol dengan cara melarutkan 25 mg
parasetamol dengan 1 N NaOH pada labu ukur ( konsentrasi
parasetamol stock=1 mg/mL)

Disiapkan 5 standar parasetamol untuk dibuat kurva kalibrasi


dengan konsentrasi 2,4,6,8 dan 10 µg/mL parasetamol , dengan
cara diecerkan dengan 1 N NaOH pada labu ukur 10 mL

Dibuat larutan sampel dari parasetamol


(dipersiapkan oleh asisten praktikum)

Diisi 2/3 kuvet squartz dengan senyawa standar 10 10 µg/mL


parasetamol dan ditempatkan pada kompartemen di
spektofotometer.

Kuvet lain diisi dengan 1 N NaOh pada kuvet kosong


Dibuat kurv absorbansi parasetamol menggunakan larutan standar
dengan “Wavelength Scan Procedure”

Dicatat panjang gelombang absorban maksimum dari parasetamol

Diukur absorbansi dari 5 larutan standar yang akan dibuat kurva


kalibrasi dan diukur panjang gelombang maksimum dari sampel
parasetamol dengan fixed wavelength / absorbance reading
procedure

Dibuat kurva kalibrasi dari konsentrasi (x) dan absorbansi (y)


Dibuat persamaan regeresi dari kurva kalibrasi untuk menghitung
konsentrasi sampel parasetamol

Dicari konsentrasi sampel parasetamol melalui persamaan regresi


yang didapatkan

B. Penentuan pKa dan titik isobestik dari bromtimol biru


Disiapkan 7 buah labu ukur 50 mL

Dalam masing-masing labu ukur diberi nomor 1- 7. Kemudian


dipipet masing-masing labu ukur sesuai dengan tabel di bawah
No Bromtimol biru NaHPO4 Na2HPO4 NaOH
Labu (mL) (mL) (mL) (tetes)
Ukur
1. 2 5 0 0
2. 2 5 1 0
3. 2 10 5 0
4. 2 5 5 0
5. 2 1 5 0
6. 2 1 10 0
7. 2 0 5 3

Ditambahkan air distilasi sampai batas , lalu dicampur

Diukur pH tiap larutan dengan pH meter

Dibuka wave length scan procedur

*Diisi 2/3 kuvet dengan larutan nomor 1

*Ditempatkan pada komparteme sampel di spektofotometer

*Kuvet yang lain yang mengandung air distilasi sebagai kompartemen blanko

*Dibuat kurva absorbansi pada larutan dengan wavelenght scan procedure

#
Dicatat panjang gelombang maksimum dari HIN dan nilai absorbansinya

Diulangi langkah yang bertanda * untuk larutan nomor 7

Dicatat panjang gelombang maksimum In- dan absorbannya

Diukur nilai absorbansi pada larutan panjang maksimum Hin dan panjang
maksimum In-
Diulangi langkah yang biberi tanda # untuk larutan nomor 2-6 , diukur nilai
absorbansinya

Setelah semua larutan berubah warna, ditentukan titik isobestik dari larutan
bromtimol biru

Diukur grafik absorbans (y) vs pH (x) untuk masing-masing panjang gelombang


yang digunakan

Ditentukan perbandingan dari [In-] / [HIn]

Dicatat log [In-] / [HIn] vs pH

Dihitung pKa dari bromtimol biru dan dibandingkan dengan pKa hasil percobaan
yang ditemukan pada literatur

C. Penentuan konsentrasi quinin sulfat pada sampel menggunakan


spektrofluorometri
Dari larutan stok quinine sulfat dengan konsentrasi sebesar 1 ppm
(1 g/mL ) , disiapkan 5 larutan standar quinine sulfat dengan
konsentrasi 0,1 ppm, 0,5 ppm, 0,2 ppm, 0,25 ppm, 0,3 ppm
dengan volume 10 mL diencerkan menggunakan 0,1 N H2SO4

Ditentukan panjang gelombang eksitasi quinine sulfat

Ditentukan panjang gelombang emisi quinine sulfat

Diukur intensitas fluorosensi larutan standar dan sampel

Dibuat kurva kalibrasi (konsentrasi standard (sumbu x) vs


Intensitas fluorosensi (sumbu y )
III. Perhitungan dan Pengolahan Data
3.1 Tabel Analisis kandungan parasetamol tablet

No. Konsentrasi Panjang Gelombang Absorbansi


(µg/mL)
1 2 0,4425
2 4 0,6561
3 6 273 nm 0,7742
4 8 0,9118
5 10 1,0121
6 Sampel 0,3465

Kurva Kalibrasi parasetamol

Kurva Konsentrasi Parasetamol terhadap


Absorbansi
1,5
Absorbansi

1
0,5 y = 0,0697x + 0,3409
0 R² = 0,9807
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi ( ppm)

Persamaan regresi adalah y=0,0697x + 0,3409


Absorbansi sampel = 0,3465 , jadi konsentrasi sampel adalah
y=0,0697x + 0,3409
0,3465=0,0697x + 0,3409
x = 0,08 ppm
= 0,08 µg/mL = 0,08 × 10-6 g/(10-3 mL × 151 g/mol)
=0,00053 mol-1L-1
Menghitung absorbtivitas molar

A= € ×b×c
0,3465= € × 1 cm ×0,00053 mol-1L-1
€ =6,537 mol-1cm-1
| |
Galat=

3.2 Tabel Penentuan pKa dan titik isobestik dari bromtimol biru
 ƛ isobestic = 495 nm
[ ]
 =
[ ]

No pH ƛ=429 nm ƛ=615 nm
Absorbansi [HIn]/[In-] log Absorbansi [HIn]/[In-] log
[HIn]/[In-] [HIn]/[In-]
1 4,41 0,99769 - - 0,0145 - -
2 6,07 0,91244 8,01852 0,90892 0,21366 10,68458 1,028757
3 6,3 0,81683 3,29321 0,517619 0,39242 5,157652 0,712452
4 6,564 0,80699 3,071683 0,487376 0,75142 2,157873 0,334026
5 7,32 0,47878 0,496348 -0,30421 1,65431 0,419128 -0,37765
6 7,49 0,39527 0,288918 -0,53923 1,87880 0,248243 -0,60512
7 10,3 0,22122 - - 2,3416 - -

Kurva pH terhadap Log [HIn]/[In-]


ƛ=429 nm
1
Log [HIn]/[In-]

0,5

0
0 2 4 6 8
-0,5

-1
y = -0,9623x + 6,7088
R² = 0,9799
pH

Cara menentukan pKa pada ƛ=429 nm


- Dari persamaan regresi y= 0,9623x + 6,7088 , jika nilai y= 0 , maka
ddidapatkan nilai x= 6,97

Kurva pH terhadap Log [HIn]/[In-]


1,5
ƛ= 615 nm
Log [HIn]/[In-

0,5

0
0 2 4 6 8
-0,5 Series1
Linear (Series1)
-1
pH y = -1,1094x + 7,7059
R² = 0,9935

Cara menentukan pKa pada ƛ=615 nm

- Dari persamaan regresi y = -1,1094x + 7,7059, jika nilai y= 0 , maka


ddidapatkan nilai x= 6,94

Maka pKa= =6,95

| |
Galat pKa =
| |
Galat titik isobestik =
3.3 Tabel quinin sulfat

No. Konsentrasi Intensitas Panjang gelombang


(ppm)
1. Blanko 100,917 455 nm
1 0,1 2384,838
2 0,15 3803,652
3 0,2 4910,113
4 0,25 7177,817 350-455 nm
5 0,3 7397,692
6 Sampel(0,2 ) 5400,611

Kurva Konsentrasi Quinine Sulfat


terhadap Intensitas Fluoresensi
10000
Intensitas Fluoresesi

8000
6000
4000
2000
y = 26800x - 225,13
0
R² = 0,9613
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Konsentrasi (ppm)

Persamaan regresi adalah y = 26800x - 225,13


Intensitas fluoresensi sampel adalah 5400,611=2680x -225,13
5625,741=2680x
x = 2,099 ppm
| |
Galat=

IV. Pembahasan

Spektrofotometri UV-Vis adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


absorbansi dari suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu saat senyawa
tersebut berpindah dari keadaan ground state (tingkat energi paling rendah) ke
excited state (tingkat energi lebih tinngi). Spektrofotometri UV-Vis berada pada
panjang gelombang 200-800 nm. Syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan
spektrofotometri UV-Vis adalah memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor
adalah ikatan atau gugus yang spesifik yang bertanggung jawab atas penyerapan
cahaya pada panjang gelombang tertentu . Contoh adalah ikatan rangkap
terkonjugasi yaitu cincin aromatik,asetilen, aldehid, azo, ikatan rangkap antara
atom C dan C, ikatan ganda antara atom C dan O. Pada cincin aromatik panjang
gelombang serapan maksimum akan bertambah dengan bertambahnya jumlah
ikatan rangkap terkonjugasi.

Gugus aukrosom adalah gugus fungsi dalam suatu molekul yang


mempunyai elektron bebas. Contoh dari gugus aukrosom adalah –OH; -NH2; -
OCH3, (-CH3),-SH. Gugus auksokrom jika berikatan pada gugus kromofor
mengakibatkan pergeseran pita absorbsi menuju panjang gelombang lebih besar
atau disebut pergeseran batokromik dan peningkatan intensitas absorbsi radiasi
atau efek hiperkromik. Selain batokromik dan hiperkromik jenis lain dari
pergeseran panjang gelombang maksimum pada spektrum UV-Vis adalah
Hipokromik adalah penurunan dalam intensitas serapan dibandingkan serapan
seharusnya akibat pengaruh perubahan pelarut atau pH dan Hipsokromik adalah
penurunan panjang gelombang dibandingkan seharusnya akibat pengaruh
perubahan pealrut atau pH. Pergeseran panjang gelombang maksimum UV-Vis
terjadi karena perpanjangan iktan rangkap terkonjugasi, perpanduan kromofor dan
auksosom, penambahan gugus fungsi atau atom, polaritas pelarut, dan
konsentrasi.

Dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada senyawa maka


dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap suatu senyawa. Analisis
kualitatif dilakukan untuk identifikasi senyawa dan kemurnian bahan baku.
Identifikasi senyawa dilakukan dengan cara mengukur terjadinya absorbansi
maksimum pada panjang gelombang tertentu (panjang gelombang maksimum),
lalu dibandingkan dengan data pada literatur dan didapatkan monografi bahan
baku atau sediaan. Jika analisis kuantitatif dapat digunakan untuk mengukur kadar
senyawa tersebut di dalam sampel dengan cara dibuat konsentrasi untuk 6 larutan
standar,kemudian diukur absorbansinya. Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dari 6
larutan standar dengan cara dibuat kurva kalibrasi antara absorbans (sumbu y) dan
konsentrasi sampel (sumbu x). Kemudian dibuat persamaan regresi dari kurva
kalibrasi. Lalu hasil absorbansi dari sampel dimasukkan pada persamaan regresi
sehingga dapat diketahui konsentrasi dari sampel yang disebut metode kurva
kalibrasi. Metode kedua adalah menggunakan one point method yaitu satu larutan
uji dan satu larutan pembanding dengan absorbansi berdekatan, dilakukan pada
rentang linear kurva. Syaratnya adalah panjang gelombang absorbansi maksimum,
suhu, pelarut dan alat harus sama. Cara ketiga untuk metode kuantitatif adalah
dengan menghitung berdasarkan nilai absorbivitas (a) atau absorbtivitas jenis
(A(1%,1cm)/absorptivitas molar (€) yang diketahui. Spektrofotometer Uv-Vis
dapat digunakan untuk mengukur senyawa multikomponen dengan cara kadar
masing-masing dihitung dengan mengukur absorbansi campuran pada kedua
panjang gelombang maksimum.

Proses pengukuran konsentrasi pada sampel menggunakan absorbansi


dapat terjadi karena ada interaksi Radiasi Elektromagnetik dengan sampel , maka
dapat dijelaskan berdasarkan Hukum Lambert-Beer yaitu gabungan dari Hukum
Lambert yang mengatakan Intensitas Radiasi Elektromagnetik yang diteruskan
akan menurun secara proporsional terhadap kenaikan tebal media dan hukum Beer
yang menyatakan intensitas Rdiasi Elektromagnetik yang diteruskan akan
menurun secara proporsional terhadap konsentrasi yang mengabsorbsi. Sehingga
jika dirumuskan maka rumus Hukum Lambert-Beer menjadi

A= € ×b×c
Dengan , A=absorbansi
€ = absorbivitas molar (mol-1cm-1) yaitu absorbansi suatu molekul
dibagi dengan tebal kuvet dan konsentrasi yang dipengaruhi oleh
suhu, pelarut, pH dan konsentrasi
b=tebal skuvet (cm)
c= konsentrasi sampel (mol-1L-1)

Jadi absorbansi berbanding lurus dengan tebal kuvet , absorbivitas molar


sampel, dan konsentrasi sampel. Maka dengan menggunakan hukum Lambert-
Beer dapat diketahui konsentrasi sampel jika diketahui absorbansinya.

Dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis dapat ditentukan titik


isobestik, titik isobestik adalah yaitu titik dimana absorbansi molar yang terukur
dari suatu senyawa adalah sama pada satu panjang gelombang, tidak terpengaruh
oleh konsentrasi dan pH larutan. Titik isobestik digunakan untuk mengukur
absorbansi suatu senyawa yang absorbansinya berubah-ubah tergantung pH pada
titik selain titik isobesti

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi pada spektofotometer UV-


Vis adalah pH yaitu pengukuran absorbansi harus dilakukan sesuai dengan
karakteristik pH pada sampel terutama untuk sampel yang absorbansi
maksimumnya sanagt dipengaruhi oleh pH, jika tidak sesuai maka perubahan pH
dapat mengakibatkan kesalahan pada absorbansi, pelarut yaitu jenis pelarut yaitu
tidak boleh mengadsorpsi cahaya pada panjang gelombang saat melakukan
pengukuran sampel analisis. Sebab jenis pelarut akan mempengaruhi lebar pita
yang tampak pada spektrum, kadar larutan yaitu jika konsentrasi dari laurtan
itnggi akan terjadi polimerisasi yang menyebabkan lamda maksimum berubah
sam sekali atau harga Io < Ia suhu yaitu perbedaan suhu akan memberikan
absorbansi yang berbeda jadi harus dilakukan pengukuran pada suhu optimumnya,
, konsentrasi elektrolit dapat menyebabkan penurunan absorbansi maksimum atau
tidak stabil contohnya pada pengukuran absorbansi maksimum Fe(III)-Fenantrolin
yang ditambahkan ion Co(II) (Novianti Tri K.W,2017) dan pengganggu
menyebabkan kesalahan pengukuran absorbansi maksimum pada panjang
gelombang tertentu(lamda maks). Lalu tebal kuvet, dengan jika tebal kuvet
berbeda maka akan memberikan absorbansi yang berbeda. Kemudian lebar celah
yaitu jika makin lebar celah maka makin lebar pula serapan, cahaya makin
polikromatis, resolusi dan puncak-puncak kurva tidak sempurna.

Monokromator Sampel
Sumber Cahaya

Display Amplifier Detektor

Bagan pada instrumen UV-Vis adalah pertama yaitu sumber cahaya yang
berfungsi sebagai sumber sinar radiasi sehingga elektron dapat bereksitasi.
Sumber cahaya dapat berupa argon dengan panjang gelombang 100-160 nm,
tungsen dengan panjang gelombang 350-800 nm, deuterium 160-360 nm, dan
xenon dengan panjang gelombang 200-900 nm. Spektrofotometri UV-Visible
dapat dibagi dua jenis berdasarkan sumber cahayanya yaitu single beam dan
double beam. Perbedaannya adalah pada pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari
larutan yang dimasukan jika pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko
dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali
proses yang sama.

Lalu monokromator yang berfungsi untuk memecah cahaya polikromatis


menjadi cahaya monokromatis dengan komponen panjang gelombang tertentu.
Bagian-bagian dari monokromator yaitu prisma yang akan mendispersikan radiasi
elektromagnetik sebesar mungkin hingga didapatkan resolusi yang baik dai radiasi
polikromatis, kisi difraksi yang berfungsi agar dispersi disebarkan merata dengan
pendispersi yang sama sehingga hasil dispersi akan menjadi lebih baik, celah
monokromatis yang untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari
sumber radiasi, dan filter untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya
yag diteruskan merupakan cahaya berwarna sesuai dengan panjang gelombang
yang dipilih. Lalu sampel yang ditempatkan dalam kompartemen sampel sebagai
tempat diletakkannya kuvet yaitu wadah yang digunakan untuk meletakkan
sampel yang akan dianalisis. Kuvet yang baik permukaannya harus sejajar secara
optis, tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat ditransmisikan, tidak ikut
bereaksi terhadap bahan-bahan kimia, tidak rapuh, dan bentuknya sederhana.
Kuvet pada spektrofotometri UV-Vis terbuat dari fused silika dan kuarsa untuk
UV dan untuk visible adalah gelas biasa silika atau plastik. Pemilihan bahan untuk
kuvet didasarkan pada panjang gelombang yang digunakan. Selain itu kuvet pada
spektrofotometri UV memilki bagian yang sedikit bura dan jernih, jadi bagian
yang buram dapat disentuholeh tangan sebab bagian yang jernih perlu dapat
dilewati cahaya radiasi. Kemudian detektor yang berfungsi untuk menangkap
sinar yang diteruskan oleh larutan. Jenis detektor adalah phototube,
photomultiplier, solid state, thermocouple, thermistor.Lalu display yang berfungsi
untuk membaca hasil dari % Absorbansi.

Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya (emisi) karena


proses absorbsi cahaya oleh atom pada suatu molekul setelah tereksitasi oleh
cahaya berenergi tinggi. Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan
semula dengan melepaskan energi yang berupa cahaya (de-eksitasi). Fluoresensi
merupakan proses perpindahan tingkat energi dari keadaan atom tereksitasi (S1
atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states). Sedangkan fosforesensi adalah
proses saat suatu molekul mengemisikan radiasi selama transisi dari tingkat
eksitasi terendah triplet T ke tingkat energi dasar singlet So.

Perbedaan fluorosensi dan fosforesensi yaitu fosforesensi dapat bertahan


selama beberapa detik setelah sumber eksitasi dihilangkan namun fluorosensi
tidak, emisi fluorosensi selalu pada panjang gelombang yang lebih pendek
daripada fosforesensi, fluoresensi biasanya diamati pada temperatur ruang dalam
larutan encer jika fosforensi dalam media rigid bertemperatur rendah, dan waktu
fluoresensi life time biasanya berkisar antara 10-7-10-9 detik, berbeda dengan
fosforesensi yang hanya sekitar 10-4 detik.

Syarat suatu senyawa dapat berfluorosensi adalah molekul rangkap yang


memiliki ikatan rangkap terkonjugasi, senyawa aromatik polisiklik, memilki
substituen yang dapat meningkatkan fluorosensi contohnya gugus -NH2,-NHCH3,-
N(CH3)2,-OH,-OCH3.Sedangkan syarat suatu senyawa dapat berfosforesensi
adalah memilki hidrokarbon aromatik, terdapat substituent NH2,SH,OH, nitro
aromatik pada senyawa hidrokarbon aromatik yang meningkatkan fosforesensi.

Alat untuk mengukur besarnya fluorosensi dan fosforesensi adalah


spektrofluorometri. Prinsip pengukuran pada spektrofluorometri adalah
pengukuran intensitas cahya fluorosensi yang dipancarkan oleh zat uji
dibandingkan dnegan yang dipancarkan oelh suatu baku tertentu dan cahaya yang
diemisikan terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom sehingga atom
tereksitasi dan akan kembali ke keadaan semula dengan melepas energi berupa
cahaya (de-eksitasi). Spektra yang dihasilkan adalah spektra eksitasi yaitu
intensitas fluorosensi yang paling tinggi berkaitan dengan panjang gelombang
absorban puncak dari senyawa yang dianalisis dan spektra emisi yaitu spektra
emisi fluorosensi terjadi karena transisi dari keadaan tereksitasi. Senyawa yang
dapat dianalisis dengan spektrofluorometi adalah senyawa yang dapat menyerap
cahay dengan kuat (ada gus kromofor), contohnya adalah senyawa-senyawa
aromatik, heterosiklik, dan sistem konjugasi, memilki struktur molekul yang
planar dan rigid, molekul yang dapat bertransisi ke tingkat kondisi eksitasi
terendah pasangan elektron singlet. Lalu molekul yang tereksitasi kembali ke
ground state dengan berfluoresensi pada waktu relaksasi kurang dari 10-9 detik.

Dalam mengukur besarnya intensitas fluorosensi faktor yang


mempengaruhi adalah suhu dan viskositas yaitu intensitas fluorosensi akan turun
dengan naiknya suhu. Suhu yang lebih tinggi tabrakan-tabrakan antar molekul
atau tabrakan molekul dengan pelarut menjadi lebih sering, sehingga kelebihan
molekul yang tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut, pelarut yaitu pelarut polar
akan meningkatkan intensitas fluorosensi akan makin besar dan jika pelarut logam
berat terlarut intensitas fluorosensi akan menururun, pH bertanggungjawab
terhadap kesetimbangan larutan menjadi bentuk terionisasi atau tidak. Jika dalam
bentuk terionisasi akan menurunkan intensitas fluorosensi. Selanjutnya jika ada
oksigen terlarut dalam pelarut yang digunakan merupakan quencher(zat yang
dapat mendeaktivasi non-radiatif dari molekul tereksitasi oleh suatu zat sehingga
menurunkan intensitas fluorosensi) yang serius bagi beberapa senyawa
hidrokarbon aromatik yang dapat berfluorosensi dan dapat mengoksidasi pelarut.
Lalu energi eksitasi dan metode luminensi(intensitas,kemonokromatisan, dan
panjang gelombang) dengan makin kecil intensitas cahaya maka makin lemah
fluorosensi, fotodekomposisi yaitu makin kuat serapan radiasi pada lamda eksitasi
yang dipilih, makin besar kesalahan karena pengaruh penguraian oleh radiasi,
strukur molekul yaitu senyawa-senyawa yang memilki molekul rangkap
terkonjugasi dan senyawa yang rigid yang mengandung elektron maka dapat
berfluoresensi lebih mudah karena tidak mudah kehilangan eneri yang diabsorbsi
oleh degaradasi dan vibrasi pada molekul.Contohnya adalah biphenyl, fluorene,
napthalene, aniline, fluoresceine, 8-hydroxyqulnoline. Selanjutnya konsentrasi
atau kadar larutan yang digunakan perlu larutan 10-100 kali lebih encer dari
spektrofotometri.

Cermin
Bagan instrumentasi spektrofluorometri ditunjukkan seperti bagan di bawah eksitasi

Sumber Cahaya Monokromator Sampel

Fluorosens Recorder
monokromator

Detektor
Pada instrumentasi spektrofluorometri terdapat sumber cahaya sebagai
sumber sinar radiasi, monokromator untuk memecah cahaya polikromatis menjadi
monokromatis, sampel yang ditempatkan dalam kuvet lalu diletakkan pada
kompartemen sampel di spektrofluorometri, cermin untuk eksitasi setelah molekul
mengalami emisi. Lalu fluoresens monokromator yang berfungsi untuk memecah
cahaya sehingga senyawa dapat berfluorosensi dan kemudian detektor yang
berfungsi untuk mendeteksi molekul, lalu recorder untuk menampilkan hasil dari
analisis terhadap molekul tersebut.

Pada percobaan ini dilakukan analisis kuanitatif terhadap parastamol


dengan cara pertama membuat larutan standar dari parasetamol untuk pembuatan
kurva kalibrasi dengan konsentrasi 2 ppm,4 ppm,6 ppm,8 ppm,dan 10 ppm.
Pembuatan larutan standar parasetamol dilakukan dengan mengencerkan larutan
stok parasetamol dengan larutan 1 N NaOH karena kelarutan parasetamol dalam
NaOH lebih besar daripada kelarutan dalam air. Kemudian diukur absorbansinya
dan ƛmaks (cukup sekali) dengan cara pertama dihidupkan alatnya, lalu diukur
absorbansi dari NaOH sebagai blanko. Kemudian diukur absorbansi dari larutan
standar dengan 5 konsentrasi yang berbeda-beda untuk dibuat kurva kalibrasi.
Volume larutan yang diisi ke kuvet sejumlah 2/3 kuvet. Setiap akan memasukkan
larutan standar dan sampel ke dalam spektrofotometri, dimasukkan larutan NaOH
sebagai blanko karena spektrofotometri UV-Vis yang digunakan merupakan
single beam sehingga terdapat satu kompartemen larutan sampel untuk dianalisis.
Kuvet yang digunakan adalah kuvet silika dengan bentuk kotak dengan terdapat
dua bagian yang buram dan jernih. Bagian yang buram dapat disentuh dengan
tangan namun bagian yang jernih tidak dapat karena dapat megganggu hasil
pembacaan spektrofotometri UV dan hanya ada 2 bagian yang jernih karena
cahaya pada spektrofotometri UV hanya merambat dalam 1 arah. Setiap setelah
kuvet digunakan, dicuci dengan aquades untuk menghilangkan pengotor.
Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi(sumbu y) dan
konsentrasi (sumbu x) menurut Hukum Lambert-Beer. Setelah dibuat kurva dan
didapatkan persamaan regeresi, lalu dapat dihitung konsentrasi dari larutan
sampel.
Untuk bromtimol biru ditentukan titik isobestik dengan cara memasukkan
larutan blanko yaitu aquades sekali ke dalam spektrofotometri UV kemudian
diukur absorbansinya. Lalu diukur absorbansinya untuk larutan nomor 1 dan
ƛmaks untuk pH asam. Kemudian diukur absorbansi dan ƛmaks pada larutan nomor
7 untuk pH basa. Selanjutya diukur absorbansi berurutan unutk larutan nomor 2,
3,4,5,6. Cara mengukur absorbansi sama seperti cara saat analisis konsentrasi
sampel parasetamol. Perbedaan terletak pada saat pengukuran pKa dan titik
isobestik dengan bromtimol biru hanya perlu memasukkan sekali blanko .

Pada alat spektrofluorometri diukur kadar qunin sulfat dengan cara mengencerkan
larutan stok dengan larutan H2SO4. Larutan H2SO4 digunakan karena qunin sulfat
dalam analisis membutuhkan pH asam yang sesuai sehingga dapat dianalisis ,
kemudian pelarut polar akan meningkatkan fluorosensi senyawa. Setelah dibuat
larutan standar quinin sulfat untuk lima konsentrasi yang berbeda, selanjutnya
diukur intensitas fluoresensi dari larutan standar dan larutan sampel. Pertama kali
dimasukkan blanko yaitu H2SO4 yang merupakan pelarut untuk mengencerkan
quinin sulfat. Kuvet yang digunakan pada spektrofluorometri adalah bentuk kubus
yang jernih semua, sehingga perlu disentuh menggunakan lens paper agar tidak
terdapat bekas dari sentuhan tangan berupa lemak yang dapat menggagu analisis.
Empat sisi kuvet yang jernih karena cahaya untuk berfluoresensi berasal dari
semua arah.

Parasetamol dapat dianalisis dengan spektrum UV karena memilki struktur


rigid ,ada senyawa aromatik, dan terdapat ikatan rangkap yang ditunjukkan oleh
bulatan-bulatan berwarna orange. Bromtimol biru berdasarkan strukturnya
memilki ikatan terkonjugasi, rangkap dan gugus aromatik sehingga dapat
dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri. Pada bromtimol biru perubahan
pH yang mengakibatkan perubahan struktur terkonjugasi akan mengakibatkan
perubahan warna dari merah (asam) menjadi kehijauan (basa). Kemudian pada
senyawa bromtimol biru dapat diukur dengan fluoresensi karena memilki gugus
fluoresens yaitu struktur molekul yang rigid, ada senyawa aromatik, dan gugus –
OH.
Parasetamol Bromtimol

Quinin

Hasil analisis dari konsentrasi sampel parasetamol adalah , dengan ƛmaks adalah 273
nm . Menurut literatur sebesar 257,4 nm dalam NaOH 0,1 N (Armin Fitriani,
et.al,2012). Kemudian hasil pengukuran konsentrasi sampel adalah 0,08 ppm,
dengan konsentrasi sesungguhnya adalah 0,2 ppm dengan galat sebesar 88 %.
Perbedaan pengukuran ini terjadi karena adanya pengotor pada pelarut, sehingga
pelarut berwarna kuning dan nilai dari kurva kalibrasi dengan R= 0,98, padahal
nilai R2 yang baik secara statistik adalah linear atau mendekati 1. pKa Bromtimol
biru menurut percobaan adalah 6,95 dan titik isobestik adalah 495 nm. Pada
literature pKa dan titik isobestik tertulis 7,1 dab 495 nm. Galat pKa dan titik
isobestik antara percobaan dan literatur adalah sebesar 2,11 % dan 1%. Terjadinya
galat walaupun tidak terlalu besar dikarenakan terdapat kesalahan pengenceran
saat menambahkan aquades pada larutan kedua. Penentuan konsentrasi quinin
sulfat dengan spektrofotometri menunjukkan hasil 2,099 ppm dengan konsentrasi
yang seharusnya dalah 0,2 ppm , maka terdapat galat sebesar 94,95 %. Galat
sebesar ini terjadi karena kesalahan pada saat pengenceran atau pembuatan kurva
kalibrasi sehingga nilai R2 hanya 0,9613 , terdapat pengganggu, dan adanya gas
O2 yang dapat mengoksidasi pelarut yaitu H2SO4.
V. Kesimpulan
a. Konsentrasi dan absorbtivitas molar larutan parasetamol tablet
adalah 0,08 ppm dan 6,537 mol-1cm-1
a. Nilai pKa dan titik isobestik bromtimol biru adalah 6,95 dan 495
nm.
b. Konsentrasi quinine pada sampel adalah 2,099 ppm

VI. Daftar pustaka

Haryanto,Gunady.2008.Probe Optik. Depok:Universitas Indonesia.

Kristianingrum,Susila dan Marwati,Siti.Analisis Instrumen Spektroskopi UV-


Vis. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

Rovessac,F. dan A.Rouessac.2005.Chemical Anlysis:Modern Instrumentation


Methods and Techniques. London: John Wiley&Sons.hal 189-198,
221-333.
Skoog,D.A,F.J Holler, dan T.A. Nieman.1998. Principle of Instrumental
Analysis 6 th ed. Orlando:Harcourt College Pub, hal 336-372, 300-351.

Tri Kusuma Wardani, Novianti.2017. PENGARUH Co(II) PADA ANALISIS


BESI(III) DENGAN PENGOMPLEKS 1,10- FENANTROLIN PADA pH
3,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. Surabaya:Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Anda mungkin juga menyukai