Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA INSTRUMEN DAN BIOKIMIA

Gas Chromatography (GC)

Tanggal Praktikum :19 Oktober 2017

Tanggal pengumpulan :26 Oktober 2017

Disusun oleh :

Putu Chandra Maheswari

10715025

Kelompok: L-2

Nama Asisten : Septiana Rahma Wati (90717099)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

SEKOLAH FARMASI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
I. Tujuan
Menentukan konsentrasi etanol dan galatnya dengan standar
internal propanol menggunakan kromatografi gas
II. Cara Kerja
Disiapkan standar seperti pada tabel di bawah ini dalam labu ukur 10
mL, dengan cara air distilasi + etanol + propanol dicampur (V dalam
mL)

% Etanol Volume Etanol Volume Propanol


1 0,1 0,1
2 0,2 0,1
3 0,3 0,1
4 0,4 0,1
5 0,5 0,1
6 0,6 0,1
Propanol adalah standar internal dan etanol adalah analit

Dipipet 5 mL dari sampel ke dalam labu ukur 10 mL

Ditambahkan 0,1 mL propanol dan diisi sampai batas dengan double


distilled water
dan dicampurkan dengan rata

Diukur standard dan sampel dengan sistem GC seperti di bawah


Kolom:Parapaq Q T detektor= 225 0 C
Detektor:FID T injektor=175 0 C
Gas Pembawa: Nitrogen T kolom =165 0 C
Flow Rate:20 mL/menit

Diinjeksikan 2 µL etanol murni ke dalam sistem GC, didapatkan


kromatrogram dan dicatat waktu retensi etanol

Diinjeksikan 2 µL propanol murni ke dalam sistem GC, didapatkan


kromatrogram dan dicatat waktu retensi propanol
Diinjeksikan masing-masing standar (6 buah perbandingan konsentrasi
standard internal)

Diinjeksikan 2 µL sampel ke dalam sistem GC, didapatkan


kromatrogram dan dicatat waktu retensi, diulangi sebanyak 2 kali

Sebelum diinjeksikan ke dalam sistem GC, sampel dan standar harus


difiltrasi dengan menggunakan membran 0,45 µm

Pada setiap standar dihitung perbandingan AUC etanol dan AUC


propanol

Dibuat kurva kalibrasi antara perbandingan peak area (y) vs % etanol


dan dicari persamaan regresinya

Dihitung % etanol sampel menggunakan persamaan yang didapat dari


kurva kalibrasi

III. Pengolahan Data


Tabel 1. Data Pengamatan Standar

Standar Konsentrasi AUC Waktu Retensi


Etanol 5% 3287733 3,170
Propanol 5% 3422977 5,026

Tabel 2. Data Pengamatan Standar Campuran

Perbandingan AUC Waktu AUC Waktu Rasio Peak


Konsentrasi Etanol Retensi Propanol Retensi Etanol
Etanol:Propano Etanol Propanol :Propanol
l
(%)
1:1 351728 3,4 304534 5,41 1,15
2:1 1117711 3,4 453630 5,366 2,46
3:1 1806215 3,25 430531 5,373 4,195
4:1 2014284 3,23 342114 5,39 5,888
5:1 3262934 3,213 487547 5,38 6,6925
6:1 3758257 3,196 449042 5,393 8,3695

Tabel 3. Data Pengamatan Sampel

Perbandingan AUC Wakt AUC Waktu Rasio


Konsentrasi Etanol u Propan Retensi Peak
Etanol:Propan Retens ol Propan Etanol
ol i ol :
(%) Etanol Propanol
Injeksi Sampel 154899 3,27 398687 5,383 3,885
1 6
Injeksi Sampel 157247 3,246 415604 5,353 3,783
2 9
Rata-rata 3,834

Kurva Kalibrasi Perbandingan Konsentrasi Etanol:Propanol (%)vs Rasio


Peak
Etanol :Propanol
Konsentrasi sampel
y =1,4425x-0,2563
3,834 =1,4425x-0,2563
x =2,835 %

Galat =
|C hitung−C |
sebenarnya

C sebenarnya

|2,835 %−3 %|
=
3%
=0,05 %

IV. Pembahasan
Prinsip Gas Chromatrography adalah pemisahan berdasarkan
perbedaan distribusinya antara fase gerak yang berupa gas inert
pembawa dan fase diam, kepolaran dan afinitas. Kromatrografi gas
digunakan untuk analisis sampel yang volatil dan stabil terhadap
panas.
Jenis Kromatrografi Gas ada dua yaitu kromatrografi Gas-Cair
dengan fase diam adalah cairan dan Kromatrografi Gas-padatan
dengan fase diam adalah padatan atau polimer. Perbedaan adalah pada
kromatrografi Gas-Cair mengggunakan sistem partisi(larutan)
sedangkan pada kromatrografi Gas-Padatan adalah sistem absorbsid
dan desorpsi.
Komponen-komponen pada kromatrografi gas dapat digambarkan
seperti gambar di bawah ini

Sumber :http://lab-training.com/landing/gc-module-3/

a. Fase Gerak/Gas Pembawa

Fase gerak atau gas pembawa berfungsi untuk membawa analit yang sudah
menguap melalui sistem kromatrografi. Gas pembawa yang digunakan harus inert
agar tidak berinteraksi dengan komponen pada sampel. Gas yang digunakan
didapatkan dari tekanan tinggi gas pada silinder dan harus bebas dari oksigen dan
kelembapan. Gas pembawa yang umumnya digunakan adalah gas helium,
nitrogen, dan hidrogen. Keuntungan menggunakan gas pembawa hidrogen dan
helium membuat analisis lebih cepat daripada nirogen atau argon. Kemudian
keuntungan yang lain dari hidrogen adalah kemampuannya dapat menghilangkan
oksigen (berkebalikan dengan gas nitrogen dan helium, yang dapat
mengakumulasi oksigen dalam jumlah yang besar)

Gas Purifiers yaitu suatu alat yang digunakan untuk menghilangkan kelembapan
dan oksigen dari gas pembawa yaitu berupa lapisan pada fase diam di kolom
kapiler yaitu melalui prosesoksidasi dan hidrolisis. Pentingnya gas pembawa
bebas dari oksigen baik dalam kolom kapiler dan packed kolom sebab jika ada
oksigen maka akan teroksidasi fase cairan, cepat rusaknya kolom, dan sensitivitas
untuk menganalisis elektron turun dan kehilangan retensi kolom dari phase
breakdown.

b. Injektor

Sumber:https://chem.libretexts.org/C ore/Analytical_Chemist
ry/Instrumental_Analysis/Chromatog raphy/Gas_Chromatogr
aphy

Sampel yang dianalisis umumnya dalam bentuk larutan, maka diperlukan


mikrosyringe untuk memasukkan sampel ke dalam sistem GC. Kemudian injektor
memiliki fungsi lain untuk menguapkan dan mencampurkan sampe ke dalam gas
pembawa sebelum sampel memasuki kepala kolom. Terdapat empat jenis injektor
pada kromatografi gas, yaitu injeksi langsung (direct injection), dengan sampel
yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel
masuk menuju kolom, injeksi terpecah (split injection dengan sampel yang
diinjeksikan diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan
pemecahan. Lalu injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), dengan hampir
semua sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom
karena katup pemecah ditutup, dan injeksi langsung ke kolom (on column
injection) dengan pada ujung sempit dimasukkan langsung ke dalam kolom
digunakan untuk sampel yang mudah menguap. Injektor pada sampel GC tidak
seperti pada HPLC yang terdapat sistem loop sehingga volume sampel yang
diinjeksikan dengan menggunakan syringe harus sekaurat mungkin.

c. Oven pada kolom

Kolom terdapat dalam oven. Oven digunakan untuk menguapkan sampel.


Suhu oven harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu tinggi sehingga
fase diam berupa cairan tidak ikut teruapkan lalu ada sedikit sampel yang terlarut
pada suhu tinggi dan dapat mengalir cepat dalam kolom sehingga menjadi
terpisah.

d. Kolom

Kolom pada sistem GC berfungsi sebagai tempat terjadinya pemisahan-


pemisahan komponen sampel. Kolom ditempatkan di setelah injection port dan
sample splitter. Kolom dapat terbuat dari logam(baja, tembaga, atau alumunium),
kaca dan silika. Kolom pada GC dapat dibedakan menjadi kolom kapiler dan
packed kolom. Kolom kapiler pada GC mengandung fase diam yang dapat berupa
adsorbent atau cairan dalam capillary tubing. Kolom dalam GC dibagi menjadi
dua yaitu packed colomn dan kolom terbuka (open tubular column atau capillary
column). Packed column terbuat dari glass, logam dengan panjang 1-6 meter dan
diameter 2-4 mm3. Pada packed colomn terdapat polimer yang digunakan sebagai
Porapaks, Hayesep, Gas Chrom, Tenax-GC, dan Chromosorb Century Series yang
digunakan pada aplikasi untuk analisis pelarut, asam, dan alkohol di air. Packed
colomn lebih digunakan untuk tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah
sampel lebih banyak, contohnya pemurnian dibandingkan untuk tujuan analisis.
Lalu yang kedua adalah capiler coloumn yaitu kolom yang terbuat dari stainless
steel atau quartz, dengan diameter antara 0,1-1,75 mm dengan panjang berkisar
antara 10-100 m. Capiler colomn menampung sampel dalam jumlah lebih sedikit
sehingga lebih digunakan untuk tujuan analisis.

e. Fase diam

Fase diam pada GC dapat berupa fase diam yaitu cairan dan fase diam
berupa padatan. Fase diam yang digunakan berhubungan dengan jenis GC yaitu
jika fase diam adalah cairan maka jenis GC adalah adalah Kromatografi Gas-
Cairan dan Kromatrografi Gas-Padatan. Prinsip kerja saat fase diam cairan
(polysiloxanes dan polyethylene glycols) adalah berdasarkan partisi atau kelarutan
jika fase diam polar dan sampel polar, maka sampel akan tertahan di fase diam
sehingga waktu retensi lebih lama, namun jika sampel non polar maka akan
berkebalikan. Sedangkan jika fase diam berupa padatan ( alumina, porous glass,
gel dan grafit karbon hitam) berdasarkan pada prinsip adsorbsi dan desorpsi yaitu
jika fase diam dan sampel memilki kesamaan kepolaran maka akan terjadi
penempelan solut pada fase diam, namun jika terjadi perbedaan kepolaran maka
proses yang terjadi yaitu desorpsi yaitu proses terjaid pelepasan solut karena
posisi digantikan oleh fase gerak.

f. Detektor

Detektor pada GC berfungsi untuk mendeteksi pemisahan yang terjadi


pada sistem GC. Detektor dapat dibedakan menajdi beberapa detektor,
berdasarkan hasil yang didapatkan maka detektor ada yang hanya dapat
menampilkan waktu retensi dan detektor yang dapat menampilkan sturktur.
Kemudian detektor yang selektif ( hanya mendeteksi senyawa dengan karakteristk
fisika dan kimia tertentu), contohnya UV-Vis dan non selektif(mendeteksi semua
senyawa yang ada pada gas pembawa) yaitu FID. Lalu detektor yang bersifat
destruktif karena merusak sampel yaitu FID dan yang tidak merusak sampel
contohnya TDC. Penjelasan lebih detail tentang detektor dapat diterangkan seeprti
di bawah ini

 Thermal Conductivity Charger (TDC)


Sumber :
Detektor yang tidak destruktif, deteksi tergantung pada perbedaan
konduktivitas thermal antara gas pembawa dan komponen yang
dielusikan, dynamic range yang lebar, dapat merespons gas
inorganik (CO,CO2,NH3,CS2,N2)
 Flame ionisation detector (FID)

Sumber: https://www.slideshare.net/JayRoom3/flame-ionization-detector
Mass sensitive detector, kemampuan deteksi tergantung dari
kekuatan konduksi ion atau elektron yang diproduksi dari
pembakaran senyawa organik dalam flame, detektor yang selektif
namun destruktif karena membakar sampel, tidak dapat merespons
gas inorganik, dan detektor yang umum digunakan apda sistem
GC.

 Nitrogen Phosporous Detector (NPD)


Sumber: http://www.biosite.dk/leksikon/npd.htm
Thermoionic yang sangat sensitif terhadap senyawa yang
mengandung nitrogen dan fosfor dan detektor dengan ion
bermigrasi ke kolektor elektron sehingga dihasilkan arus yang
berbanding lurus dengan kosentrasi sampel
 Electrone Capture Detector (ECD)
Detektor yang selektif untuk senyawa yang memiliki afinitas
elektron yang tinggi dan respons linear yang terbatas. Prinsip
kerjanya berdasarkan absorbsi sinar β. Detektor ECD umumnya
digunakan untuk analisis pestisida yang mengandung klorin.
 Flame photometry Detector (FPD)

Sumber: http://www.shsu.edu/~chm_tgc/FPD/FPD.html
Penggunaan detektor ini untuk senyawa yang spesifik
mengandung sulfur dan fosfor.

 Atomic Emmision Detector


Sumber: http://www.chromedia.nl/chromedia?
waxtrapp=yzdhcDsHqnOxmOlIEcCbCsFlFuB&subNav=vkxvcDsHqnOxmOlIE
cCbCsFlFuBV
Penggantingan flame pada FPD dengan menggunakan microwave
plasma yang mempunayi suhu yang cukup tinggi untuk
menginduksi element meradiasikan cahaya. Ini ekuivalen dengan
emisi atom dengan atom diatomisasi dan memberikan spektrum
emisi yang spesifik. Sehingga dapat memberikan informasi
struktur.
 Mass Spectrometric Detector (MSD)

Sumber: http://www.chemguide.co.uk/analysis/masspec/howitworks.html
Detektor ini dapat ditempatkan di kolom bagian akhir, sehingga
diproduksi fragmentasi spektra dari setiap senyawa yang dielusi.

g. Recorder

Recorder adalah alat untuk mengubah sinyal dari detektor yang diperkuat
melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Berdasarkan kromatrogram
maka dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan
cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif
dengan menghitung AUC dari kromatogram. Sinyal analitik  yang dihasilkan
detektor disambungkan oleh rangkaian  elektronik  agar bisa diolah  rekorder
atau . Cara rekorder bekerja dengan cara menggerakkan kertas dengan kecepatan
tertentu dan di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal
keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika
keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram
berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel  dan jenis
detektor yang digunakan.

Dalam pengukuran untuk analisis kuantitatif di GC memerlukan standard


untuk mengukur konsentrasi sampel dan memperkecil kesalahan dalam
pengukuran. Standar yang ada adalah standar internal, eksternal, dan adisi.
Standar eksternal adalah menambahkan senyawa yang memiliki sifat fisika yang
mirip dengan sampel yang dianalisis, senyawa bersifat netral, tidak bereaksi
dengan molekul sampel dan memilki waktu retensi yang tidak jauh berbeda.
Standar internal adalah menambahkan senyawa dengan memilki sifat yang sama
pada standar eksternal , pada standar internal, standar ditambahkan ke dalam
sampel, kemudian didapatkan respons detektor yang berbeda antara standard dan
sampel sehingga dapat dibuat perbandingan AUC antara standard dan sampel,
digunakan pada analisis sampel yang mudah menguap. Standar adisi adalah
metode penambahan senyawa murni yang dianalisis itu sendiri dengan jumlah
terukur ke dalam sampel.

Derivitisisasi terkadang dibutuhkan untuk analisis GC sehingga senyawa


volatil dan dapat dianalisis dengan GC. Caranya adalah dengan cara asetilasi
alkohol, fenol, dan amin dengan menggunakan anhidrida asetat dengan katalis
asam.

Pembahasan Prosedur

Sistem GC yang digunakan adalah kolom Parapaq Q, dengan detektor FID


dengan kolom yang digunakan melewati pembakaran dengan gas hidrogen dan
udara, dan gas pembawa nitrogen. Fasa diam yang digunakan adalah sistem
adsorpsi dan desorpsi yaitu menggunakan Parapaq Q. Prosedur yang dilakukan
pada praktikum adalah pengukuran waktu retensi etanol dan propanol tidak
dilakukan) karena pengukuran larutan internal akan dilakukan untuk campuran
larutan propanol dan etanol, terdapat enam larutan perbandingan jumlah etanol
dan propanol dengan etanol sebagai sampel yang akan dianalisis dan propanol
sebagai standar internal. Jumlah etanol yang digunakan bervariasi sedangkan
jumlah propanol yang digunakan tetap. Pembuatan enam larutan ini bertujuan
untuk pembuatan kurva kalibrasi standar internal. Standar internal dipilih karena
etanol merupakan senyawa yang mudah menguap sehingga diperlukan standar
internal yang ditambahkan ke dalam sampel untuk meminimalisir kesalahan
pengukuran saat etanol menguap. Volume yang diinjeksikan ke dalam sistem GC
adalah 2 µL dengan tidak boleh terdapat gelembung gas saat memasukkan ek
dalam sistem GC agar tidak menggangu pengukuran, detektor, dan merusak
kolom. Setelah itu saat diinjeksikan larutan standard, maka ditekan recorder
secara berbarengan dan penghitungan waktu retensi selama 8 menit dimulai dari
saat menekan recorder. Sehingga jika tidak ditekan recorder secara bersama-sama
dengan larutan diinjeksikan maka akan mempengaruhi proses pemisahan yang
terjadi. Kemudian setelah 8 menit didapatkan hasil dua waktu retensi dan AUC.
Waktu retensi yang lebih lama adalah propanol dibanding etanol jadi propanol
lebih lama tertahan pada fasa diam karena propanol lebih non polar dari etanol,
maka dengan fasa diam yang non-polar propanol lebih lama tertahan. Propanol
lebih non-polar karena terdiri dari atom karbon lebih banyak dari etanol. Setelah
didapatkan perbandingan AUC etanol dan propanol dan perbandingan konsentrasi
etanol dan propanol maka dibuat kurva kalibrasi. Persamaan regresi yang
didapatkan adalah 1,4425x-0,2563. Pengukuran sampel yang dilakukan pada
sistem GC sama seperti pada larutan standar dan untuk pembuatan kurva standard
internal dengan dilakukan dua kali pengukuran sehingga diketahui kepresisisan
pengukuran. Setelah itu didapatkan hasil perbandingan AUC etanol dan propanol
kemudian dirata-rata dan dimasukan ke persamaan regresi dan didapatkan hasil
konsentrasi sampel adalah 2,835%.. Selanjutnya jika dibandingkan dengan
konsentrasi sampel sebenarnya yaitu 3% maka didapatkan galat sebesar 0,05%.
Pembahasan Hasil

Persamaan regresi yang didapatkan adalah 1,4425x-0,2563 dan nilai R2


adalah 0,993 dengan konsentrasi sampel dari hasil duplo adalah 2,835%.
Konsentrasi sampel sebenarnya adalah 3 % jadi galatnya sebesar 0,05 %. Jika
dilihat maka semakin besar persentase perbandingan etanol dan propanol
pembuatan kurva kalibrasi pada saat pengukuran , maka nilai perbandingan AUC
etanol dan propanol semakin besar, dengan selisih sekitar 1,6 atau lebih namun
pada selisih dari 1% ke 2% hanya 1,3 dan 4% ke 5% hanya 0,8. Perbedaan selisih
tersebut dapat membuat terjadinya kesalahan dalam pembuatan kurva kalibrasi
namun hasil R2 yang dihasilkan masih mendekati 1 yaitu 0,99. Kemudian pada
pengukuran sampel pertama dan kedua terjadi selisih sebesar 0,102. Selisih ini
dapat terjadi karena adanya etanol yang menguap, ada pengganggu pada sampel
berupa gas atau O2 sehingga terjadi galat sebesar 0,05 %. Namun galat yang
terjadi masih tergolong kecil.

V. Kesimpulan
Konsentrasi etanol hasil pengukuran adalah 2,835% dengan galat
sebesar 0,05%

VI. Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Gas Chromatography : Module 8 Types of Gas


Chromatography Detectors, diakses 22 Oktober 2017, http://lab-
training.com/landing/gc-module-8/

Muflihah, Analisis residu Diazinon dan Klorpirifos menggunakan


kromatografi gas. 2004. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Rouessac,F. dan A.Rouessac.2005.Chemical Anlysis:Modern Instrumentation
Methods and Techniques. London: John Wiley&Sons.hal 23-37
Skoog,D.A,F.J Holler, dan T.A. Nieman.1998. Principle of Instrumental
Analysis 6 th ed. Orlando:Harcourt College Pub, hal 701-722

Anda mungkin juga menyukai