Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 4

PENENTUAN KOMPONEN SENYAWA PADA SAMPEL


YANG MUDAH MENGUAP DENGAN KROMATOGRAFI GAS
MENGGUNAKAN DETEKTOR SPEKTROSKOPI MASSA

DISUSUN OLEH
INDRA ADINATA (105118020)

LABORATORIUM KIMIA TERINTEGRASI


PROGRAM STUDI KIMIA
UNIVERSITAS PERTAMINA
6 OKTOBER 2020
PERCOBAAN 4
PENENTUAN KOMPONEN SENYAWA PADA SAMPEL YANG MUDAH MENGUAP
DENGAN KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN DETEKTOR SPEKTROSKOPI
MASSA

I. DASAR TEORI
Dalam kromatografi gas, komponen dari sampel yang diuapkan
dipisahkan dengan mendistribusikan antara fase gerak (gas) dan fase diam
(cairan atau padatan) yang tetap berada di kolom. Dalam melakukan
pemisahan dengan kromatografi gas, sampel diuapkan dan dimasukkan ke
dalam kolom kromatografi. Elusi disebabkan oleh aliran gas inert (fase
gerak). Berbeda dengan kromatografi yang lain, fase gerak tidak
berinteraksi dengan analit. Fase gerak hanya berfungsi untuk
mengangkut/membawa analit melalui kolom (Skoog et al., 2014).
Fase gerak merupakan gas-gas yang bersifat inert, biasanya
nitrogen, helium, atau hidrogen. Sementara fase diam adalah cairan
dengan titik didih tinggi yang tersebar pada penyangga padat partikulat
yang dikemudian ‘dikemas’ di dalam kolom (packed column). Beberapa
alasan yang membuat kromatografi gas disebut sebagai instrumen
kromatografi yang modern adalah (1) menggunakan tekanan gas yang
rendah untuk pemisahan; (2) massa yang berpindah dari fase diam ke fase
gerak lebih mudah didapatkan; (3) difusi cepat dan viskositas (kekentalan)
gas lebih rendah dari cairan; dan (4) detektornya sederhana dan universal
(Robinson et al., 2014).
Dalam spektroskopi massa, molekul-molekul organik dalam fase uap
ditembak dengan menggunakan berkas elektron (electron impact, EI) yang
berenergi tinggi. Molekul organik diubah menjadi ion-ion positif yang disebut
ion molekul. Ion molekul berenergi ini dapat pecah menjadi ion-ion yang
lebih kecil. Molekul organik pada dasarnya terbentuk dari pasangan
elektron. Lepasnya satu elektron dari molekul menghasilkan radikal kation
dan proses ini dapat dinyatakan sebagai M → M+. Ion molekul M+ biasanya
terurai menjadi sepasang pecahan/fragmen yang dapat berupa radikal dan
ion atau molekul netral yang kecil dan radikal kation :
M+. → m1+ + m2. atau m.1 + m2+ …. (1.1)

(Sastrohamidjojo, 2019).

Pada saat sekarang, alat spektrometer massa dapat digabungkan


dengan alat kromatografi gas, sehingga alat itu diberi nama kromatografi
gas-spektrometer massa (gas chromatography – mass spectrometer, GC-
MS) (Sastrohamidjojo, 2019). Instrumen ini dapat mengukur jenis dan
kandungan senyawa dalam suatu sampel baik kualitatif maupun kuantitatif.
GC-MS pada umumnya hanya dibatasi untuk senyawa berwujud gas atau
cairan yang mempunyai tekanan uap minimal 10 – 100 torr (BPPT, 2014).
Berikut merupakan diagram dari GC-MS :

Gambar 1 : Diagram skematik untuk GC-MS (Hussain & Maqbool,


2014).

Sampel atau cuplikan yang akan dianalisis terlebih dahulu


dimasukkan dengan jarum suntik khusus melalui injektor GC yang panas.
Sampel berubah menjadi gas yang kemudian masuk ke dalam kolom
kapiler. Di dalam kolom terjadi pemisahan berdasarkan titik didih yang lazim
mengikuti aturan like dissolve like. Komponen-komponen dalam sampel
yang telah dipisahkan akan dibawa oleh gas pembawa sampai ke detector
dan hasil deteksi diubah menjadi puncak-puncak kromatogram. Setiap
puncak kromatogram merupakan senyawa. Bila diinginkan, setiap
komponen dapat diamati oleh MS (Sastrohamidjojo, 2019). Contoh puncak
kromatogram dari senyawa eugenol :
Gambar 1.2. Contoh puncak kromatogram pada eugenol
(Nurhidayati et al., 2012)

II. TUJUAN
1. Menentukan kandungan eugenol yang ada pada sampel sigma dengan
menggunakan GC-MS.
2. Mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam sampel minyak cengkeh.

III. METODOLOGI
3.1. Alat
• Mikropipet dan tip mikropipet
• Microtube 1,5 mL
• Gelas kimia 100 mL
3.2. Bahan
• Eugenol standar
• Minyak cengkeh sigma (sampel)
• Etanol absolut
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Preparasi Larutan Sampel

Sampel diencerkan hingga menghasilkan deret standar 0;


0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 % (v/v) dengan
menggunakan 2x pengenceran masing-masing ke
volume 500 µL.

Larutan sampel tersebut kemudian diinjeksi ke instrumen


dan dilakukan pembacaan spektrum.

Selesai

3.3.2. Interpretasi Data

Injeksi dilakukan terhadap dua sampel minyak cengkeh


sigma yang diekstraksi dengan berbagai metode.

Kandungan eugenol dalam sampel minyak cengkeh


dianalisis dan dibandingkan dengan larutan standar.

Selesai

IV. HASIL DAN PERHITUNGAN


4.1. Tabel Pengamatan
Tabel 4.1. Data Pengamatan GC-MS pada Larutan Eugenol Standar
Konsentrasi (%) Area
0 20802
0,2 27186838
0,3 44554383
0,4 72474272
0,5 98015793
0,6 122347578
0,7 139746990
Tabel 4.2. Data Pengamatan GC-MS pada Sampel Minyak Cengkeh
Sampel Area
Sigma 01 59177085
Sigma 02 108507371

4.2. Kurva Linear

Kurva 4.1. Konsentrasi Larutan Standar Eugenol VS Area


160000000
140000000
y = 2.108 x - 9.106
120000000 R² = 0,9844
100000000
80000000
Area

60000000
40000000
20000000
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
-20000000
Konsentrasi (%)

4.3. Perhitungan Kandungan Eugenol dalam Sampel Minyak Cengkeh


(sigma).
• Sampel sigma 01
y = 2 × 108 x + 9 × 106
59177085 = 2 × 108 x + 9 × 106
59177085−9×106
x= = 0,2508 % ≈ 0,25 % eugenol
2×108
• Sampel sigma 02
y = 2 × 108 x + 9 × 106
108507371 = 2 × 108 x + 9 × 106
108507371−9×106
x= = 0,4975 % ≈ 0,5 % eugenol
2×108

4.4. Hasil Pemindaian sampel dengan GC-MS.


V. PEMBAHASAN
Pada praktikum mengenai Penentuan Komponen Senyawa pada
Sampel yang Mudah Menguap dengan Kromatografi Gas Menggunakan
Detektor Spektroskopi Massa, dilakukan analisis kandungan eugenol di
dalam sampel minyak cengkeh (sigma). Selain itu, dilakukan juga
identifikasi senyawa yang terdapat pada sampel tersebut dengan
menggunakan spektroskopi massa (MS). Awalnya, sampel tersebut
diencerkan hingga membentuk deret konsentrasi standar dari 0; 0,1; 0,2;
0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7%. Setelah itu dianalisis dengan menggunakan GC
(kromatografi gas) terlebih dahulu. GC menggunakan kolom kapiler yang
dapat dipotong oleh keramik apabila sudah rusak. Kolom kapiler
bergantung pada dimensi dan sifat fase (Balitkabi, 2017). Sampel yang
sudah menjadi gas oleh injektor GC yang panas terpisah berdasarkan titik
didihnya melalui kolom tersebut (Sastrohamidjojo, 2019).

Sampel yang berhasil dipisahkan akan dibawa oleh gas pembawa


sampai ke detektor dan hasil deteksi diubah menjadi puncak-puncak
kromatogram. Kromatogram akan menyatat waktu retensi, yaitu waktu yang
diperlukan oleh komponen untuk keluar dari kolom kapiler. Setiap
komponen yang terdapat pada sampel memiliki waktu retensi yang
berbeda. Waktu retensi yang didapatkan bisa dibandingkan dengan waktu
retensi senyawa yang ada di literatur. Dengan literatur (library) waktu retensi
inilah senyawa dapat diidentifikasi. Setelah muncul puncak-puncak
kromatogram yang merupakan senyawa, proses identifikasi senyawa yang
tergantung dalam sampel dapat menggunakan spektroskopi massa (MS).
MS akan membaca massa dan rumus molekul senyawa tersebut (Balitkabi,
2017).

Berdasarkan hasil perhitungan, kandungan eugenol yang terdapat


dalam sampel 01 minyak cengkeh (sigma 01) adalah 0,25% dan dalam
sampel 02 minyak cengkeh (sigma 02) adalah 0,5%. Kandungan ini dihitung
dengan menggunakan persamaan regresi linear dari kurva 4.1. Setelah itu,
sampel 01 diidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya
dengan menggunakan waktu retensi yang terdapat pada puncak
kromatogram hasil pemindaian GC.
Ada empat buah puncak kromatogram yang ditampilkan oleh GC-
MS. Puncak pertama muncul pada waktu retensi 14,10 menit, puncak kedua
muncul pada 15,57 menit, puncak ketiga muncul pada 16,56 menit, dan
puncak keempat muncul pada 19,07 menit. Puncak tertinggi terjadi pada
14,10 menit dan puncak terendah terjadi pada 16,56 menit. Semua waktu
retensi di sini merupakan waktu retensi untuk setiap senyawa yang terdapat
pada sampel. Waktu retensi dibandingkan dengan data dari library untuk
mengidentifikasi senyawa.

Pada puncak 14,10 menit, senyawa yang memiliki kemiripan waktu


retensi antara library dengan hasil pengamatan adalah eugenol, dengan
kemiripan 996. Artinya, senyawa pertama yang paling banyak terdapat
pada sampel minyak cengkeh adalah eugenol. Berikut hasil pengamatan
yang disajikan oleh GC-MS dan terbaca oleh detektor.

Gambar 5.1. Hasil pembacaan detektor GC-MS pada waktu retensi


14,10 menit.

Pada puncak 15,57 menit, senyawa yang memiliki kemiripan waktu


retensi antara library dengan hasil pengamatan adalah kariofilena
(caryophyllene), dengan kemiripan 985. Caryophyllene merupakan
senyawa kedua yang paling banyak terdapat pada sampel minyak cengkeh.
Berikut hasil pengamatan yang disajikan oleh GC-MS dan terbaca oleh
detektor untuk puncak kedua.
Gambar 5.2. Hasil pembacaan detektor GC-MS pada waktu retensi
15,57 menit.

Pada puncak 16,56 menit, senyawa yang memiliki kemiripan waktu


retensi antara library dengan hasil pengamatan adalah humulena
(humulene), dengan kemiripan 905. Humulene merupakan senyawa ketiga
yang terdapat pada sampel minyak cengkeh. Namun, karena puncak
kromatogram pada 16,56 menit sangat kecil (pendek), maka senyawa
humulene merupakan senyawa yang paling sedikit pada sampel minyak
cengkeh (Amelia et al., 2017). Berikut hasil pengamatan yang disajikan oleh
GC-MS dan terbaca oleh detektor untuk puncak ketiga.

Gambar 5.3. Hasil pembacaan detektor GC-MS pada waktu retensi


16,56 menit.

Pada puncak 19,07 menit, senyawa yang memiliki kemiripan waktu


retensi antara library dengan hasil pengamatan adalah fenol, 4-alil-2-
metoksi-asetat (eugenol acetate), dengan kemiripan 963. Eugenol acetate
merupakan senyawa keempat yang terdapat pada sampel minyak cengkeh.
Berikut hasil pengamatan yang disajikan oleh GC-MS dan terbaca oleh
detektor untuk puncak keempat.

Gambar 5.4. Hasil pembacaan detektor GC-MS pada waktu retensi


19,07 menit.

Menurut literatur, urutan kandungan dari yang terbanyak sampai yang


paling sedikit pada minyak cengkeh adalah eugenol, caryophyllene,
eugenol acetate, dan humulene (Amelia et al., 2017). Hasil pengamatan
pada praktikum ini sudah sesuai dengan literatur dikarenakan tinggi puncak
kromatogram yang dibaca oleh detektor mengikuti trend yang sama seperti
literatur. Puncak tertinggi terdapat pada senyawa eugenol, diikuti dengan
eugenol acetate, caryophyllene, dan puncak terendah terdapat pada
senyawa humulene.

VI. KESIMPULAN
1. Kandungan eugenol dalam sampel minyak cengkeh (sigma 01 dan
sigma 02) adalah 0,25% dan 0,5%.
2. Senyawa yang terkandung dalam sampel minyak cengkeh adalah
eugenol, caryophyllene, eugenol acetate, dan humulene.

VII. REFERENSI

Amelia, B., Saepudin, E., Cahyana, A. H., Rahayu, D. U., Sulistyoningrum, A. S., &
Haib, J. (2017). GC-MS analysis of clove (Syzygium aromaticum) bud essential
oil from Java and Manado. AIP Conference Proceedings, 1862(July).
https://doi.org/10.1063/1.4991186
Balitkabi. (2017). GCMS Terpasang, Penelitian harus Lebih Maju.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/berita/gcms-terpasang-penelitian-harus-
lebih-maju/

BPPT. (2014). GC MS. btbrd.bppt.go.id

Hussain, S. Z., & Maqbool, K. (2014). GC-MS: Principle, Technique and its application
in Food Science. Semantic Scholar. https://www.semanticscholar.org/paper/GC-
MS%3A-Principle%2C-Technique-and-its-application-in-Hussain-
Maqbool/77cae8ddea08d6eb6c8d26e50bd19c63da7deda3

Nurhidayati, L., Desmiaty, Y., Mariani, S., Farmasi, F., & Pancasila, U. (2012).
Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah ( Piper cf
fragile Benth .) dan Sirih Hijau ( Piper betle L .) secara Kromatografi Gas * oleh :
15–16.

Robinson, J. W., Skelly, E. M., & George. (2014). Undergraduate Instrumental


Analysis. CRC Press. https://doi.org/10.1016/s0003-2670(00)86198-x

Sastrohamidjojo, H. (2019). Dasar-dasar Spektroskopi (Kedua). UGM Press.

Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2014). Fundamentals of
Analytical Chemistry. Brooks/Cole Cengage Learning.

Jakarta, 10 November 2020

Analis, Praktikan,

Achmad Muhajirin Indra Adinata

Anda mungkin juga menyukai