Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI INSTRUMENTAL


PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE GC UNTUK
ESTIMASI EUGENOL DALAM EKSTRAK CENGKIH

Tanggal Percobaan : 28 September 2020

Disusun Oleh :

Resa Imani Kusuma (22010319130020)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
PERCOBAAN 4

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE GC UNTUK ESTIMASI


EUGENOL DALAM EKSTRAK CENGKIH

I. TUJUAN
Untuk mengembangkan metode kromatografi gas yang sederhana,
sensitif dan tepat untuk analisis eugenol dalam ekstrak alkohol dan air
cengkeh dan divalidasi sesuai dengan pedoman ICH saat ini.
II. DASAR TEORI
2.1 Pengertian GC-MS
GC-MS adalah kependekan dari gas chromaography massa
spektrofotometri. Instrumen alat ini merupakan gabungan dari alat GC
dan MS. Sampel yang hendak diperiksa diidentifikasi dahulu dengan
alat GC (gas chromatography) baru, kemudian diidentifikasi dengan
alat ms (mass spectrometry). GC dan MS merupakan kombinasi yang
simultan dan digunakan untuk memisahkan serta mengidentifikasi
komponen- komponen campuran (Mulyono, 2011)

2.2 Kelebihan dan Kekurangan


Keunggulan metode GC-MS antara lain: efisien, resolusi tinggi
sehingga dapat digunakan untuk menganalisa partikel berukuran sangat
kecil seperti polutan dalam udara. Aliran fasa bergerak (gas) sangat
terkontrol dan kecepatannya tetap. Pemisahan fisik terjadi didalam
kolom yang jenisnya banyak sekali, panjang dan temperaturnya dapat
diatur. Banyak sekali macam detektor yang dapat dipakai pada
kromatografi gas (saat ini dikenal 13 macam detektor) dan respons
detektor adalah proporsional dengan jumlah tiap komponen yang keluar
dari kolom. Sangat mudah terjadi pencampuran uap sampel kedalam
fasa bergerak. Kromatograf sangat mudah digabung dengan instrumen
fisika-kimia yang lainnya, contohnya GC/FT-IR/MS. Analisis cepat,
biasanya hanya dalam hitungan menit. Tidak merusak sampel.
Sensitivitas tinggi sehingga dapat memisahkan berbagai senyawa yang
saling bercampur dan mampu menganalisa berbagai senyawa meskipun
dalam kadar/konsentrasi rendah. Seperti dalam udara, terdapat berbagai
macam senyawa yang saling bercampur dan dengan ukuran
partikel/molekul yang sangat kecil (Hermanto, 2008).
Selain keunggulan metode GC-MS juga memiliki kekurangan antara
lain sebagai berikut: teknik Kromatografi Gas terbatas untuk zat yang
mudah menguap. Kromatografi Gas tidak mudah dipakai untuk
memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat
mg mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin
dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan
kecuali jika ada metode lain. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase
cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut (Hermanto,
2008).

2.3 Prinsip Kerja


Prinsip kerjanya sebagai berikut: suatu fase gerak berbentuk gas
mengalir dibawah tekanan melewati pipa yang dipanaskan dan disalut
dengan fase diam cair, atau dikemas dengan fase diam cair yang disalut
pada suatu penyangga padat. Analit tersebut dimuatkan kebagian atas
kolom melalui suatu portal injeksi yang dipanaskan, tempat analit
menguap. Analit ini kemudian berkondensasi dibagian atas kolom
tersebut, yaitu pada suhu yang lebih rendah. Suhu oven dijaga konstan
atau diprogram agar meningkat secara bertahap. Ketika sudah berada
dikolom, pemisahan suatu campuran yang terjadi bergantung pada
waktu lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh komponen-
komponen didalam fase diam (Hermanto, 2008).

2.4 Komponen
2.4.1 Fase Gerak
Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas
pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut
ke kolom, oleh karena itu gas pembawa tidak berpengaruh pada
selektifitas. Syarat gas pembawa adalah tidak reaktif, murni /
kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada
detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi
(Rohman, 2009).
2.4.2 Ruang Suntik Sampel
Lubang suntik didesain untuk memasukkan sampel secara
cepat dan efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas
yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum
karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan
syringe. Karena Helium (gas pembawa) mengalir melalui
tabung, sejumlah volume yang diinjeksikan akan segera
menguap untuk selanjutnya dibawa menuju kolom (Rohman,
2009).
2.4.3 Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan
karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom
merupakan komponen sentral pada kromatografi gas. Ada 3
jenis kolom pada kromatografi gas yaitu kolom kemas (packing
column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom
preparative (preparative column). Kolom kemas terbuat dari
gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan
aluminium (Rohmah,2009).
2.4.4 Oven
Oven KG menggabungkan suatu kipas, yang memastikan
distribusi panas yang merata diseluruh oven. Oven-oven ini
dapat diprogram untuk menghasilkan suhu yang tetap, kondisi
isotermal, atau peningkatan suhu secara berangsurangsur.
Kecepatan pemrograman oven dapat berkisar dari 1 oC/menit
sampai 40 oC /menit. Program suhu yang kompleks dapat
dihasilkan dengan melibatkan sejumlah peningkatan suhu
berselang-seling dengan periode-periode kondisi isotermal,
misalnya 60 oC (1 menit)/ 5 oC/menit sampai 100 oC (5 menit)
/ 10 oC /menit sampai 200 oC (5 menit) (Watson,2005).
2.4.5 Detektor
Detektor adalah gawai yang memasok sinyal keluaran
sebagai tanggapan terhadap cuplikan. Alat ini disambungkan
dengan keluaran kolom untuk memantau efluen kolom dalam
waktu sebenarnya. Fungsi detektor adalah untuk mendeteksi dan
mengukur sejumlah kecil komponen yang terpisahkan pada
aliran gas yang meninggalkan kolom. Keluaran dari detektor
direkam oleh sebuah recorder yang akan mengahasilkan sebuah
kromatogram (Kosasih, 1991).
III. CARA KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1. Blender
2. Refluks
3. Blender
4. Kertas saring whatman No 1, 0.45 um dan 0.2 um
5. Sentrifuge
6. Penangas air
7. Labu ukur
8. syringe filter 2 µm
9. injector
10. Kromatografi cairan gas dengan detektor ionisasi nyala

3.1.2 Bahan

1. Tunas cengkih
2. Air
3. Larutan euganol
4. Etanol
5. Methanol
6. Kertas saring
3.2 Cara Kerja
1. Persiapan esktraksi
a. Dicuci tunas cengkeh yang dengan air dan dikeringkan di
tempat teduh.
b. Diblender menjadi bubuk kasar.
c. Dilakukan refluks dari serbuk kasar 50gm selama 2 jam pada
suhu 80 ° C sampai 90 ° C.
d. Didekantasi pelarut dan disaring dengan kertas saring, lalu
diambil kembali dengan distilasi.
e. Dikeringkan ekstrak di bawah penangas air masing-masing
pada suhu 60 ° C sampai 70 ° C..
2. Persiapan sampel standar
Dibuat larutan stok standar eugenol (20mg / mL) dengan
melarutkan 9,3 mL eugenol yang ditimbang secara akurat dalam
etanol 99,9% dan volumenya dibuat hingga 10 mL. Dari stok
standar larutan, standar kerja (200-1000 ng / mL) disiapkan untuk
metode kromatografi gas.
3. Persiapan sampel ekstrak
a. Ditimbang 10 mg ekstrak etanol dan ekstrak air cengkeh
secara akurat dalam labu ukur 10 mL
b. Dilarutkan dengan 99,9% metanol diikuti sonikasi selama 5
sampai 10 menit dan volume dibuat menggunakan pelarut
yang sama.
c. Disaring larutan menggunakan syringe filter 2 µm. Dari
larutan stok, 1 μl diinjeksikan di kepala injektor.
d. Digunakan konsentrasi ini untuk estimasi eugenol dari ekstrak
cengkeh.
DAFTAR PUSTAKA

Hermanto, 2008. Aplikasi Alat HPTLC dan GC- MS. Jakarta : EGC
Kosasih Padmawinata. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB.
Mulyono. 2011. Perencanaan Pembelajaran Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan
Kimia
FPMIPA UPI.
Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Ed I. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sruthi, B.Y.K., Gurupadayya, B.M., Sairam K, Venkata & Kumar, T Narendra.
2014.
Develpoment and Validation Of GC Method for the Estimation of Eugenol
in Clove Extract. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. Vol 6 Issue 2.
Watson, D. G. 2005. Analisis Farmasi Edisi kedua. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai