KROMATOGRAFI GAS
Oleh :
Nim : 062340422519
Kelas : 2 KIC
Kelompok :2
No. Percobaan :B
I. TUJUAN PERCOBAAN
III. TEORI
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan
pada perbedaan partisi zat pada fase diam dan fase gerak.
Tujuan kromatografi preparatif biasanya untuk memisahkan senyawa dalam campuran
dan kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam
suatu campuran. Kromatografi dibagi menjadi dua yaitu kromatografi preparatif dan
kromatografi analitik. Dan juga memang terdapat banyak metode pemisahan tetapi
kromatografi sendiri dikerjakan dan lebih sering dilakukan karena metode ini dapat
dilakukan dengan sederhana dan cepat yaitu hanya dengan beberapa menit saja dan
hanya menggunakan peralatan yang relatif sederhana (Khopkar & A Saptorahardjo,
1990).
Langkah terakhir yaitu deteksi molekul analit ketika terelusi dari kolom. Terdapat
banyak jenis detektor GC, misalnya detektor yang merespon ikatan C-H seperti flame
ionization detector (FID). isalnya detektor yang merespon ikatan C-H seperti flame
ionization detector (FID). detektor yang merespon unsur tertentu, dan detektor yang
merespon sifat tertentu molekul seperti kemampuan menangkap elektron.
Di dalam analisis kuantitatif yang harus kita perhatikan adalah luas puncak
kromatografi (luas kromatogram) dari setiap komponen yang akan kita analisis. Luas
setiap puncak yang terbentuk berbanding lurus dengan konsentrasi atau besar setiap
puncak tersebut. Sehingga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari setiap komponen cuplikan. Bila luas kromatogram disebut A, besamya setiap
puncak adalah Q. maka berdasarkan pernyataan tersebut diatas,
Q=A
Di dalam analisis kuantitatif diperlukan larutan standar. Larutan standar yang akan
digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
• Dapat bercampur dengan cuplikan yang akan dianalisis
• Tidak boleh bereaksi dengan komponen cuplikan
• Hanya memberikan satu puncak dan tidak tumpang tindih (overlap)
dengan puncak-puncak komponen cuplikan
Untuk memperoleh hasil analisis yang akurat, maka kemurnian gas pembawa,
kecepatan alir gas pembawa, suhu detektor, arus kawat pijar, tahanan dan tekanan di
dalam detektor harus selalu tetap. Jika salah satu kondisi ini berubah secara drastis,
kinerja detektor pun akan berubah. Beberapa metode penting yang dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif:
b. Normalisasi (NORM)
dengan mengklik
2. Klik .
3. Klik
4. Jika muncul tampilan menu Login, isi kolom User ID dan Password. Klik OK.
2. Klik .
3. Klik .
4. Jika muncul tampilan menu Login, isi kolom User ID dan Password. Klik
OK.
10. Beri tanda √ pada komponen target. Klik Next akan muncul tampilan berikut
11. Isi nama komponen dan konsentrasinya sesuai waktu retensi masingmasing.
12. Klik Finish. Jika ada pertanyaan klik Yes.
13. Klik File, klik Save Data and Method File.
15. Klik .
16. Pada tab bar Method, drag-in file metode yang telah diset sebelumnya ke
tampilan sebelah kanan.
17. Pada tab bar Data, drag-in file data sesuai konsentrasi pada deret baku.
18. Kurva kalibrasi akan langsung tampil beserta persamaan garis yang
dihasilkan.
19. Untuk menyimpan file metode, klik File, klik Save Method File.
F. PENGKONDISIAN KOLOM
1. Pada menu utama Real Time Analysis klik File, klik Open Method File, pilih
file metode untuk pengkondisian kolom, klik Open.
CATATAN: Sebagai acuan,untuk kondisioning kolom Stabilwax pilih file
Conditioning Stabilwax sedang untuk kondisioning kolom Rtx-1 pilih file
Conditioning Rtx-1.
2. Klik untuk mengirim parameter ke GC-2010.
3. Tunggu beberapa saat hingga baseline cukup lurus atau 1 jam.
Tabel 2. Penentuan konsentrasi etanol dalam sampel secara ISTD dengan kurva
standar
Data pengamatan yang terlampir dibawah ini adalah hasil kromatograf yang memiliki
sampel yang berbeda-beda, yaitu etanol dan butanol dan ada sampel yang hanya satu
senyawa, ada yang campuran dengan suhu yang berbeda yakni 80,110,120,130, serta
peak, ret time dan area nya pun berbeda
VI. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang analisis kromatografi gas.
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya
dengan menggunakan gas sebagai fase gerak dan liquid sebagai fase diam. Gas yang
digunakan dalam percobaan ini adalah gas He, H2, dan N2.
Pada percobaan analisis GC ini, kami menganalisa suatu sample campuran apakah
benar terkandung etanol dan butanol. Sebelum menganalisa sample campuran, terlebih
dahulu dianalisa sample standard. Sample standard yang digunakan adalah standar etanol
dan butanol. Standar pertama yang dianalisa adalah standar etanol. Gas bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam kolom yang berisi fase diam yang berupa larutan teradsorpsi,
kemudian sampel standard etanol diinjeksikan kedalam aliran gas dan ikut terbawa oleh
gas ke dalam kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses pemisahan dari suatu sample
standard etanol menjadi komponen – komponen penyusunnya. Komponen – komponen
tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang diletakkan di ujung
akhir kolom.
Berdasarkan data yang didapatkan dari pratikum ini kita dapat mengetahui bahwa
perubahan suhu pada kolom dan injector dapat mempengaruhi besarnya waktu retensi,
area, dan ketinggian puncak yang dihasilkan. Sehingga nilai resolusi dari keenam
percobaan berbeda-beda.
Dari keenam kromatogram atau hasil percobaan dilihat Dari hasil pengamatan dapat
dilihat bahwa terdapat satu puncak yang merupakan puncak dari standard etanol. Waktu
retensi dari standar etanol yaitu 1.875. Pada hasil pengamatan standard butanol waktu
retensi yaitu 2,200.Pertama, pada campuran 130 peak IA dengan Rt 1,899 mengandung
etanol, peak 2B dengan Rt 1,990 mengandung etanol, peak 3C dengan Rt 2,103
mengandung butanol.kedua,pada campuran 120 peak 1A dengan Rt 1,881 mengandung
etanol,peak 2B dengan Rt 2,003 mengandung butanol,peak 3C dengan Rt 2,150
mengandung butanol.ketiga campuran 110 peak IA dengan Rt 1,905 mengandung etanol,
peak 2B dengan Rt 1.995 mengandung etanol,peak 3C dengan Rt 2,106 mengandung
butanol.keempat campuran 80 peak IA dengan Rt 1,963 mengandung etanol,peak 2B
dengan Rt 2,025 mengandung butanol,peak 3C dengan Rt 2,096 mengandung butanol
Pada kromatogram ini grafik etanol dan propanol berdekatan, untuk mengubah jarak
resolusi kita dapat menurunkan temperature kolom agar garfik antara etanol dan propanol
bisa terpisah begitupaun dengan kelima sampel lainnya. Resolusi yang baik lebih dari 0,1
sehingga pada kromatogram akan dihasilkan grafik etanol,propanol dan batanol yang
terpisah jauh serta besarnya waktu retensi, area, dan ketinggian puncak yang dihasilkan
juga akan berubah.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum ini, dapat kita simpulkan bahwa:
• Perubahan suhu pada injector dan kolom dapat mempengaruhi besarnya waktu
retensi,area, dan ketinggian puncak.
• Penurunan temperature pada kolom dapat meningkatkan nilai resolusi dan
akan berdampak pada perubahan jarak grafik yang ada dalam kromatogram
sehingga kita dapat menganalisanya dengan mudah.
• Kromatografi gas merupakan proses pemisahan suatu senyawa berdasarkan
kecepatan migrasi komponen- komponen suatu cuplikan melalui fase diam
berupa liquid dan fase gerak berupa gas.
• Waktu retensi menunjukkan waktu yang digunakan senyawa tertentu untuk
bergerak melalui kolom menuju ke detector.
• Suhu kolom harus lebih rendah dari suhu injektor supaya senyawa yang
dianalisa dapat terkondesasi dan tertahan sebentar di dalam kolom sehingga
dapat terbaca waktu retensinya.
• Temperatur kolom mempengaruhi waktu retensi senyawa, semakin tinggi
temperatur kolom maka semakin singkat waktu retensi yang diperoleh,
begitupun sebaliknya semakin rendah temperatur kolom maka semakin lama
waktu retensi yang diperoleh.
SEPERANGKAT ALAT GC