Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRATIKUM ANALITIK INSTRUMEN

KROMATOGRAFI GAS

Oleh :

Nama : Sulistiani Zahra

Nim : 062340422519

Kelas : 2 KIC

Kelompok :2

Prodi : DIV Teknologi Kimia Industri

Judul Percobaan : Kromatografi Gas

No. Percobaan :B

Tanggal Percobaan : 22 Febuari 2024

Tanggal Penyerahan : 24 Febuari 2024

Instruktur : Prof. Dr. Ir Rusdiana, M.Si

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


LEMBAR KERJA
LABORSTORIUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN
KOMPETENSI UTAMA
TOPIK : PEMISAH ANALITIK NO PERCOBAAN : B
SUBTOPIK : KROMATOGRAFI GAS

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat :

• Menjelaskan teori kromatografi gas


• Mengoperasikan alat kromatrografi gas dengan baik dan benar
• .Menganalisis suatu senyawa baik secara kualitatif maupun kuantitatif

II. ALAT DAN BAHAN


Seperangkat alat kromatografi gas
Integrator
Alat penyuntiketrom
Botol sampel
Etanol
Butanol
Fener
Campuran Etanol dan Butanol

III. TEORI
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan
pada perbedaan partisi zat pada fase diam dan fase gerak.
Tujuan kromatografi preparatif biasanya untuk memisahkan senyawa dalam campuran
dan kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam
suatu campuran. Kromatografi dibagi menjadi dua yaitu kromatografi preparatif dan
kromatografi analitik. Dan juga memang terdapat banyak metode pemisahan tetapi
kromatografi sendiri dikerjakan dan lebih sering dilakukan karena metode ini dapat
dilakukan dengan sederhana dan cepat yaitu hanya dengan beberapa menit saja dan
hanya menggunakan peralatan yang relatif sederhana (Khopkar & A Saptorahardjo,
1990).

Kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan


prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-
komponen penyusunnya (Underwood & Day, 2001). Gas kromatografi biasa
digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas
dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Dalam kromatografi
gas, fase yang bergerak (atau "mobile phase") adalah sebuah operator gas, yang
biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen.
Stationary atau fase diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atan polimer
yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam
yang disebut kolom. Prinsip dari kromatografi gas yaitu pemisahan campuran dalam
jumlah microgram dengan melewatkan sampel yang diuapkan dalam aliran gas
melalui kolom yang mengandung fase cair atau padat stasioner; komponen bergerak
dengan laju yang berbeda karena perbedaan titik didih, kelarutan atau adsorpsi.

Cara kerja GC adalah GC menggunakan suatu gas sebagai karier (pembawa).


Gas pembawa ini akan membawa molekul sampel sepanjang sistem GC, tanpa
bereaksi dengan sampel maupun mengontaminasi komponen alat. Sampel pertama-
tama diletakkan pada GC dengan suntikan ataupun dengan autosampler. Sampel
disuntikkan ke dalam lubang sampel melalui suatu partisi pemisah yang
memungkinkan sampel dapat masuk tanpa keluarnya fase gerak (gas pembawa).
Lubang ini tersambung dengan suatu kolom yang sangat panjang (10-150 m) dan
sempit (diameter dalam 0.1-0.53 mm) yang mengandung fase diam menyelimuti
dinding kolom. Kolom ini terletak dalam suatu oven yang akan dipanaskan ketika
analisis untuk mengelusi komponen yang kurang volatil. Lubang keluar kolom
tersambung ke detektor yang merespon komponen kimia yang keluar dari kolom
untuk menghasilkan sinyal. Sinyal ini direkam oleh suatu software pada komputer
untuk menghasilkan kromatogram.

Setelah injeksi, komponen kimia dari campuran sampel pertama-tama


diuapkan jika belum dalam fase gas. Untuk sampel dengan konsentrasi rendah,
seluruh uap dipindahkan ke kolom oleh gas karier, dikenal dengan mode splitless.
Untuk sampel dengan konsentrasi tinggi, hanya sebagian sampel yang dipindahkan ke
kolom, dikenal pula dengan mode split, sisanya dibuang dari sistem untuk mencegah
kelebihan muatan dalam kolom analitik. Dalam kolom, komponen- komponen sampel
dipisahkan oleh perbedaan interaksi masing-masing dengan fase diam. Maka, ketika
memilih jenis kolom, volatilitas dan gugus fungsi analit harus dipertimbangkan untuk
menyesuaikan dengan fase diamnya.

Langkah terakhir yaitu deteksi molekul analit ketika terelusi dari kolom. Terdapat
banyak jenis detektor GC, misalnya detektor yang merespon ikatan C-H seperti flame
ionization detector (FID). isalnya detektor yang merespon ikatan C-H seperti flame
ionization detector (FID). detektor yang merespon unsur tertentu, dan detektor yang
merespon sifat tertentu molekul seperti kemampuan menangkap elektron.

Analisis Kuantitatif menggunakan GC

Di dalam analisis kuantitatif yang harus kita perhatikan adalah luas puncak
kromatografi (luas kromatogram) dari setiap komponen yang akan kita analisis. Luas
setiap puncak yang terbentuk berbanding lurus dengan konsentrasi atau besar setiap
puncak tersebut. Sehingga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari setiap komponen cuplikan. Bila luas kromatogram disebut A, besamya setiap
puncak adalah Q. maka berdasarkan pernyataan tersebut diatas,

Q=A

Di dalam analisis kuantitatif diperlukan larutan standar. Larutan standar yang akan
digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
• Dapat bercampur dengan cuplikan yang akan dianalisis
• Tidak boleh bereaksi dengan komponen cuplikan
• Hanya memberikan satu puncak dan tidak tumpang tindih (overlap)
dengan puncak-puncak komponen cuplikan

Ketelitian analisis kuantitatif dengan kromatografi gas sangat bergantung pada


kelinieran detektor. Setiap detektor memberi tanggapan yang berbeda terhadap setiap
komponen cuplikan. Faktor tanggapan ini harus kita ketahui, disamping itu jika
kondisi kerja alat berubalı, tanggapan detektor pun akan berubah. Pada detektor yang
peka terhadap konsentrasi, seperti detektor daya hantar (TCD), harus dijaga agar
kecepatan alir gas pembawa tetap.

Untuk memperoleh hasil analisis yang akurat, maka kemurnian gas pembawa,
kecepatan alir gas pembawa, suhu detektor, arus kawat pijar, tahanan dan tekanan di
dalam detektor harus selalu tetap. Jika salah satu kondisi ini berubah secara drastis,
kinerja detektor pun akan berubah. Beberapa metode penting yang dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif:

a. Luas (% AREA, % AR)

b. Normalisasi (NORM)

c. Metode Standar Dalam (ISTD, Internal Standard)

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas


Kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat menggunakan kolom lebih
panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap
mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas
dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase
diam dan zat-zat terlarut. Selain itu keuntungan menggunakan kromatografi gas
adalah analisa cepat, resolusi baik, bahkan komponen dengan titik didih berdekatan
mampu dipisahkan dimana pemisahan dengan destilasi biasa tidak dapat dilakukan.

Kekurangan kromatografi gas adalah bahwa ia tidak mudah dipakai untuk


memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat (mg) mudah
dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat (g) mungkin dilakukan, tetapi
pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika tidak ada metode
lain. Selain itu teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap.
IV. LANGKAH KERJA
A. Persiapan
1. Hubungkan kabel power ke sumber listrik.
2. Siapkan kebutuhan analisis (larutan baku,sampel,alat-alat
gelas,tisu,microsyringe,dll)
3. Perhatikan consumable part (septum,glass insert,dll). Jika diperlukan ganti
dengan yang baru.
4. Pasang kolom sesuai kondisi analisis. Pastikan kolom terpasang pada lubang
injektor dan detektor yang akan digunakan.
5. Buka aliran gas He.
6. Buka aliran gas N2.
7. Buka aliran gas H2.
8. Hidupkan kompresor udara.
9. Hidupkan GC-2010.
10. Hidupkan komputer dan printer.

B. Instrumentasi (Start Up)

1. Pada menu utama Windows, klik

2. Pada menu utama GCsolution, klik


3. Pada menu Login, isi kolom User ID dan Password. Klik OK.
4. Pada menu utama Real Time Analysis, klik File, klik New Method File.

5. Klik ,atau scroll window bagian bawah hingga muncul tampilan


berikut :

6. Pada tab bar SPL1,isi parameter injector (suhu,laju alir,split ratio,dll).


7. Klik tab bar Column akan muncul tampilan berikut:
8. Isi parameter kolom (suhu oven,jenis kolom,dll). Jika ingin mengatur
program suhu,isi pada table Column Oven Temperature Program.
9. Klik tab bar FID1 akan muncul tampilan berikut:
10. Simpan file metode dengan mengklik File, Save method file as, tulis nama
file,klik Save.
CATATAN: Untuk memanggil file metode yang sudah ada, klik File, Open
Method File, pilih metode file yang diinginkan, klik Open. Selanjutnya ikuti
langkah No 11.

11. Klik untuk mengirim parameter ke GC-2010.

12. Klik untuk mengaktifkan GC-2010.


13. Tunggu beberapa saat hingga semua parameter tercapai (muncul tampilan
status Ready pada layer monitor).
14. Perhatikan baseline, tunggu hingga cukup lurus. Jika diperlukan, nolkan baseline

dengan mengklik

15. Lakukan uji baseline dengan mengklik , tunggu beberapa saat


hingga muncul nilai slope test. Jika nilai slope telah sesuai dengan kriteria,analisis
bisa segera dilanjutkan.
C. Injeksi

1. Pada menu Real Time Analysis, klik , klik .


2. Isi parameter untuk sample yang akan diinjeksikan (terutama parameter Data File).
Untuk mencetak laporan secara otomatis, beri tanda √ pada kolom Report lalu pilih
file format laporan yang diinginkan (misalnya file Laporan Sampel).

3. Klik hingga muncul tampilan status Ready (Stand by).


4. Injeksikan sejumlah larutan sample dengan menggunakan microsyringe ke
injection port, lalu tekan tombol START pada GC-2010.
5. Analisis akan segera berlangsung sesuai waktu analisis yang telah diset. Jika
6. telah diset sebelumnya, laporan akan langsung tercetak.
7. Untuk mengukur sampel selanjutnya,ulangi dari langkah No.1.

D. Kalibrasi Baku (Normalisasi Area) Dan Penentuan Nama Komponen


1. Tutup menu Real Time Analysis.

2. Klik .

3. Klik

4. Jika muncul tampilan menu Login, isi kolom User ID dan Password. Klik OK.

5. Pada tampilan menu utama Post Run Analysis, klik .


6. Pada tampilan Data Explorer, drag-in salah satu file data ke tampilan sebelah
kanan.
7. Klik Edit.
8. Klik tab bar Compound akan muncul tampilan berikut:
9. Isi nama komponen sesuai waktu retensi masing-masing.
10. Klik View.

11. Untuk melihat laporan hasil klik .


12. Untuk memilih format laporan yang diinginkan,drag-in file format laporan
yang dimaksud.

13. Untuk mencetak laporan,klik lalu klik OK. Laporan akan


langsung tercetak.
CATATAN: Jika injeksi dilakukan pada metode yang sudah terkalibrasi maka
setelah injeksi (Langkah bab C. INJEKSI) laporan akan langsung
menunjukkan nama dan konsentrasi komponen.

E. Kalibrasi Baku (Baku Eksternal)


1. Tutup menu Real Time Analysis.

2. Klik .

3. Klik .
4. Jika muncul tampilan menu Login, isi kolom User ID dan Password. Klik
OK.

5. Pada tampilan menu utama Post Run Analysis, klik .


6. Pada tampilan Data Explorer, drag-in salah satu file data ke tampilan sebelah
kanan.
Klik akan muncul tampilan berikut
8. Klik Next akan muncul tampilan berikut:

9. Isi parameter tabel senyawaan,klik Next akan muncul tampilan berikut:

10. Beri tanda √ pada komponen target. Klik Next akan muncul tampilan berikut

11. Isi nama komponen dan konsentrasinya sesuai waktu retensi masingmasing.
12. Klik Finish. Jika ada pertanyaan klik Yes.
13. Klik File, klik Save Data and Method File.

14. Klik untuk kembali ke tampilan utama Realtime Analysis.

15. Klik .
16. Pada tab bar Method, drag-in file metode yang telah diset sebelumnya ke
tampilan sebelah kanan.
17. Pada tab bar Data, drag-in file data sesuai konsentrasi pada deret baku.
18. Kurva kalibrasi akan langsung tampil beserta persamaan garis yang
dihasilkan.
19. Untuk menyimpan file metode, klik File, klik Save Method File.

20. Untuk melihat laporan hasil klik .


21. Untuk memilih format laporan yang diinginkan,drag-in file format laporan
yang dimaksud.

22. Untuk mencetak laporan,klik lalu klik OK. Laporan akan


langsung tercetak.
CATATAN: Jika injeksi dilakukan pada metode yang sudah terkalibrasi maka
setelah injeksi (Langkah bab C. INJEKSI) laporan akan langsung
menunjukkan nama dan konsentrasi komponen.

F. PENGKONDISIAN KOLOM
1. Pada menu utama Real Time Analysis klik File, klik Open Method File, pilih
file metode untuk pengkondisian kolom, klik Open.
CATATAN: Sebagai acuan,untuk kondisioning kolom Stabilwax pilih file
Conditioning Stabilwax sedang untuk kondisioning kolom Rtx-1 pilih file
Conditioning Rtx-1.
2. Klik untuk mengirim parameter ke GC-2010.
3. Tunggu beberapa saat hingga baseline cukup lurus atau 1 jam.

G. Shut down dan Maintenace


1. Pada menu utama Real Time Analysis klik File, klik Open Method File, pilih
file metode untuk mematikan GC, klik Open.
CATATAN: Sebagai acuan,untuk shutdown setelah penggunaan kolom
Stabilwax pilih file Cooling down Stabilwax sedang untuk shutdown setelah
penggunaan kolom Rtx-1 pilih file Cooling down Rtx-1.

2. Klik untuk mengirim parameter ke GC-2010.


3. Tunggu beberapa saat hingga muncul tampilan status Ready.

4. Klik untuk mematikan sistem GC-2010.


5. Matikan GC-2010.
6. Tutup semua menu di computer,lakukan shut down computer.
7. Tutup aliran gas He.
8. Tutup aliran gas H2.
9. Tutup aliran gas N2.
10. Cabut semua kabel power dari sumber listrik (GC,PC,printer dan kompresor
udara).
11. Keluarkan sisa air dari tangki kompresor udara dengan membuka kran drain
cock di sisi bagian bawah tangki.Setelah selesai,tutup kembali.
12. Cuci microsyringe dengan pelarut yang sesuai hingga cukup bersih.
V. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Penentuan konsentrasi etanol dalam sampel secara % area
Sampel
Pengamatan Etanol standar Propanol standar
mengandung etanol
Retention time 0,956 1,231 0,923

Area 4,7705 x 107 0,0374 x 107 2,9897 x 107

Tabel 2. Penentuan konsentrasi etanol dalam sampel secara ISTD dengan kurva
standar

Konsentrasi Propanol Etanol Area


etanol Area RT Area RT propanol/etanol

2 5739800 1,203 722150 0,988 0,1258144883

4 5886700 1,191 899960 0,997 0,1528802215

6 6102300 1,199 1824100 1,008 0,2989200793

8 5912400 1,211 4024500 0,993 0,6806880455

10 6023100 1,214 4889600 1,098 0,811807873

Etanol dalam sampel Propanol dalam sampel


Sampel
Area RT Area RT

A 2889200 1,1012 5890900 1,191

B 3288000 1,011 6144780 1,203

C 3994800 0,987 6098720 1,210

Data pengamatan yang terlampir dibawah ini adalah hasil kromatograf yang memiliki
sampel yang berbeda-beda, yaitu etanol dan butanol dan ada sampel yang hanya satu
senyawa, ada yang campuran dengan suhu yang berbeda yakni 80,110,120,130, serta
peak, ret time dan area nya pun berbeda
VI. ANALISIS PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang analisis kromatografi gas.
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya
dengan menggunakan gas sebagai fase gerak dan liquid sebagai fase diam. Gas yang
digunakan dalam percobaan ini adalah gas He, H2, dan N2.

Pada percobaan analisis GC ini, kami menganalisa suatu sample campuran apakah
benar terkandung etanol dan butanol. Sebelum menganalisa sample campuran, terlebih
dahulu dianalisa sample standard. Sample standard yang digunakan adalah standar etanol
dan butanol. Standar pertama yang dianalisa adalah standar etanol. Gas bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam kolom yang berisi fase diam yang berupa larutan teradsorpsi,
kemudian sampel standard etanol diinjeksikan kedalam aliran gas dan ikut terbawa oleh
gas ke dalam kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses pemisahan dari suatu sample
standard etanol menjadi komponen – komponen penyusunnya. Komponen – komponen
tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang diletakkan di ujung
akhir kolom.

Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi


komponen-komponen suatu cuplikan di dalam kolom. Perbedaan migrasi ini terjadi
karena perbedaan interaksi komponen-komponen tersebut dengan fasa diam dan fasa
gerak. Fasa diamnya berupa cairan yang melekat pada zat pendukung (adsorben),
sedangkan fasa. geraknya berupa gas. Karena gas ini berfungsi membawa komponen-
komponen sepanjang kolomhingga mencapai detektor, maka fasa gerak disebut juga
sebagai gas pembawa (carrier gas).

Berdasarkan data yang didapatkan dari pratikum ini kita dapat mengetahui bahwa
perubahan suhu pada kolom dan injector dapat mempengaruhi besarnya waktu retensi,
area, dan ketinggian puncak yang dihasilkan. Sehingga nilai resolusi dari keenam
percobaan berbeda-beda.
Dari keenam kromatogram atau hasil percobaan dilihat Dari hasil pengamatan dapat
dilihat bahwa terdapat satu puncak yang merupakan puncak dari standard etanol. Waktu
retensi dari standar etanol yaitu 1.875. Pada hasil pengamatan standard butanol waktu
retensi yaitu 2,200.Pertama, pada campuran 130 peak IA dengan Rt 1,899 mengandung
etanol, peak 2B dengan Rt 1,990 mengandung etanol, peak 3C dengan Rt 2,103
mengandung butanol.kedua,pada campuran 120 peak 1A dengan Rt 1,881 mengandung
etanol,peak 2B dengan Rt 2,003 mengandung butanol,peak 3C dengan Rt 2,150
mengandung butanol.ketiga campuran 110 peak IA dengan Rt 1,905 mengandung etanol,
peak 2B dengan Rt 1.995 mengandung etanol,peak 3C dengan Rt 2,106 mengandung
butanol.keempat campuran 80 peak IA dengan Rt 1,963 mengandung etanol,peak 2B
dengan Rt 2,025 mengandung butanol,peak 3C dengan Rt 2,096 mengandung butanol

Pada kromatogram ini grafik etanol dan propanol berdekatan, untuk mengubah jarak
resolusi kita dapat menurunkan temperature kolom agar garfik antara etanol dan propanol
bisa terpisah begitupaun dengan kelima sampel lainnya. Resolusi yang baik lebih dari 0,1
sehingga pada kromatogram akan dihasilkan grafik etanol,propanol dan batanol yang
terpisah jauh serta besarnya waktu retensi, area, dan ketinggian puncak yang dihasilkan
juga akan berubah.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum ini, dapat kita simpulkan bahwa:

• Perubahan suhu pada injector dan kolom dapat mempengaruhi besarnya waktu
retensi,area, dan ketinggian puncak.
• Penurunan temperature pada kolom dapat meningkatkan nilai resolusi dan
akan berdampak pada perubahan jarak grafik yang ada dalam kromatogram
sehingga kita dapat menganalisanya dengan mudah.
• Kromatografi gas merupakan proses pemisahan suatu senyawa berdasarkan
kecepatan migrasi komponen- komponen suatu cuplikan melalui fase diam
berupa liquid dan fase gerak berupa gas.
• Waktu retensi menunjukkan waktu yang digunakan senyawa tertentu untuk
bergerak melalui kolom menuju ke detector.
• Suhu kolom harus lebih rendah dari suhu injektor supaya senyawa yang
dianalisa dapat terkondesasi dan tertahan sebentar di dalam kolom sehingga
dapat terbaca waktu retensinya.
• Temperatur kolom mempengaruhi waktu retensi senyawa, semakin tinggi
temperatur kolom maka semakin singkat waktu retensi yang diperoleh,
begitupun sebaliknya semakin rendah temperatur kolom maka semakin lama
waktu retensi yang diperoleh.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang
GAMBAR ALAT

SEPERANGKAT ALAT GC

Anda mungkin juga menyukai