Dosen Pengampu :
Anerasari M. B.Eng,. M.Si
1
Soal :
2. Membuat satu contoh soal tentang pemisahan analit dalam suatu sampel menggunakan
kromatografi gas.
Jawaban:
1. Prinsip Dasar Kromatografi Gas
A. Analisis Kualitatif
Tujuan utama kromatografi yaitu adalah memisahkan komponen- komponen yang terdapat
dalam suatu sampel. Dengan demikian, jumlah puncak yang terdapat dalam kromatogram
menunjukkan jumlah komponen yang terdapat dalam suatu sampel. Selain digunakan untuk
keperluan pemisahan, kromatografi juga sering kali digunakan dalam analisis kualitatif
senyawa-senyawa yang mudah menguap. Untuk mengidentifikasi tiap puncak dalam
kromatogram dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain:
3
kromatogram sampel dan standar bisa diidentifikasi komponen- komponen dalam sampel
karena waktu retensi sangat karakteristik. Karena tiga komponen yang terdeteksi pada sampel
memiliki waktu retensi yang sama dengan komponen-komponen dalam kromatogram larutan
standar, maka dapat diduga bahwa sampel mengandung komponen yang sama dengan
komponen pada larutan standar.
b. Melakukanko-kromatografi
Analisa kualitatif berdasarkan perbandingan waktu retensi bukan merupakan analisa
kualitatif yang baik, karena pada kromatografi gas, waktu retensi untuk satu komponen di
dalam satu sampel saja, sangat sulit untuk mendapatkan waktu retensi yang sama persis pada
pengulangan berikutnya. Hal inilah yang menjadikan waktu retensi tidak bisa dijadikan
sebagai dasar yang baik dari analisa kualitatif pada kromatografi gas. Cara yang lebih teliti
dengan melakukan ko-kromatografi. Standar ditambahkan pada sampel kemudian dilakukan
pengukuran dengan kromatografi gas. Bila ada luas atau tinggi salah satu puncak bertambah
maka analit yang mengalami pertambahan luasnya identik dengan standar. Untuk lebih
jelasnya, Anda perhatikan gambar 25.
B. Analisis Kuantitatif.
Analisis kuantitatif dengan kromatografi gas dapat didasarkan pada salah satu pendekatan,
tinggi puncak atau luas puncak analit dan standar. Tinggi dan luas puncak berbanding lurus
dengan konsentrasi analit yang diinjeksikan. Penggunaan tinggi puncak lebih mudah diukur
dan lebih teliti dibandingkan luas puncak. Tinggi puncak kromatogram diperoleh dengan
membuat base line pada suatu puncak kemudian mengukur tingginya. Biasanya, kromatografi
gas modern telah dilengkapi dengan piranti untuk menghitung luas area peak secara otomatis.
Pendekatan ini hanya berlaku jika lebar puncak standar dan analit tidak berbeda, dengan kata
lain variasi kondisi kolom tidak boleh menyebabkan perubahan lebar puncak. Oleh karena
itu, beberapa variabel harus dikontrol, seperti kolom, laju alir fasa gerak serta kecepatan dan
volume injeksi sampel sehingga efisiensi kolom dapat dipertahankan konstan. Kesalahan
dengan pendekatan ini berkisar antara 5% sampai 10%. Apabila hal ini tidak terjaga maka
variasi tinggi puncak dapat menurunkan keakuratan dan ketepatan analisis kuantitatif.
Penggunaan tinggi puncak biasanya dilakukan jika ukuran sampel kurang dari 10 µg untuk
kolom kemasan dan kurang dari 0,1 µg untuk kolom kapiler. Pilihan yang lain adalah
menggunakan luas puncak. Penghitungan luas puncak otomatis memperhitungkan lebar
puncak sehingga perbedaan lebar puncak antara standar dan analit tidak menjadi sumber
permasalahan. Namun tingkat ketelitian dan keakuratannya masih lebih rendah dibandingkan
tinggi puncak.
Ada tiga metode analisis kuantitatif kromatografi gas yaitu, metode standar kalibrasi,
metode standar internal, dan metode normalisasi area.
a. Metode standarkalibrasi.
Analisis kuantitatif dengan metode kalibrasi dilakukan dengan cara mempersiapkan
sederet larutan standar yang komposisinya sama dengan analit kemudian tiap larutan standar
diukur dengan kromatografi gas sehingga diperoleh kromatogram untuk tiap larutan standar.
Selanjutnya diplot luas atau tinggi puncak sebagai fungsi konsentrasi larutan standar. Plot
data harus diperoleh garis lurus yang memotong titik nol. Selanjutnya tinggi atau luas puncak
yang didapatkan dari pengukuran sampel diplotkan dalam kurva kalibrasi sehingga
ditemukan konsentrasi analit dalam sampel. Kelemahan metode kalibrasi adalah kesulitan
5
dalam mempertahankan volume injeksi sehingga identik untuk setiap standar dan sampel.
Namun di bawah kondisi terbaik saja, seseorang akan memiliki perbedaan sekitar 5% dan
bahkan seringkali jauh lebihburuk.
b. Metode standarinternal.
Metode standar internal atau standar dalam digunakan apabila tinggi dan luas puncak
kromatogram tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya sampel, tetapi juga oleh fluktuasi laju
aliran gas pembawa, suhu kolom dan detektor, dan sebagainya, yang mempengaruhi
kepekaan dan respon detektor. Efek tersebut dapat dihilangkan dengan metode standar
internal yang diketahui dari zat pembanding ditambah sampel yang akan dianalisis.
c. Metode normalisasiarea.
Metode normalisasi area yaitu cara kuantitatif tanpa menggunakan larutan standar
untuk menghitung konsentrasi komponen-komponen dalam sampel dalam % dengan cara
mengukur luas puncak setiap komponen dan membaginya dengan luas puncak total seluruh
komponen. Metode normalisasi area dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan yang
berhubungan dengan injeksi sampel. Dengan metode ini diperlukan elusi yang sempurna dan
seluruh puncak yang dihasilkan terukur. Semua komponen campuran harus keluar dari
kolom. Namun respon detektor terhadap setiap komponen seringkali berbeda. Untuk
mengatasi hal ini, dapat ditambahkan faktor koreksi detektor. Luas puncak setiap komponen
yang muncul dihitung kemudian luas puncak tersebut dikoreksi dengan cara mengalikan
terhadap respon detektor. Selanjutnya konsentrasi analit ditentukan dengan membandingkan
luas suatu puncak yang sudah terkoreksi terhadap total luas semua komponen. Keuntungan
penggunaan metode normalisasi luas puncak adalah tidak memerlukan kalibrasi, perhitungan
cepat dan sederhana, serta ukuran sampel yang diinjeksikan tidak perlu tepat sekali.
Nafas manusia, cairan tubuh, air kencing dan air liur terdiri dari berbagai senyawa organik
volatil yang mengandung nutrisi penting, zat antara metabolisme dan produk samping,
kontaminan lingkungan, serta zat dengan berat molekul rendah yang terlibat dalam berbagai
proses metabolisme. Pengetahuan tentang komposisi campuran kompleks ini memberikan
potensi yang cukup besar untuk pengenalan karakteristik sidik jari biokimia dari etiologi,
patogenesis atau diagnosis penyakit. Kromatografi gas terutama yang dikombinasikan dengan
spektrometri massa dapat digunakan secara efektif untuk analisis tersebut. Penggunaan
kromatografi gas dalam analisis biokimia klinis sangat banyak, diantaranya analisis alkana
6
dalam sistem pernafasan manusia; metabolit volatile dalam plasma; asam organik dalam feses
atau urin; serta asam amino, amina, gula, kolesterol, dan asam empedu dalam cairan tubuh.
Kromatografi gas juga dapat digunakan untuk menentukan kandungan kolesterol dalam
cairan tubuh mengidentifikasi kandungan asam empedu dalam cairan tubuh. Gambar 26
menunjukkan hasil analisis kandungan alkohol dalam darah.
Salah satu contoh analisis toksikologi yang banyak dilakukan adalah screening obat. Dalam
screening obat, diperlukan teknik yang mampu mendeteksi analit sebanyak mungkin pada
sampel yang sangat kecil, seperti plasma, serum, darah secara utuh, urin, vitreous humour,
atau jaringan dengan sensitivitas yang tinggi. Penggunaan kromatografi gas dalam analisis
screening obat sangat banyak, diantaranya analisis amphetamine, anticholinergic,
anticonvulsant, antihistamine, barbiturate, benzodiazepine, cannabinoid, monoamine oxidase
inhibitors (MAOIs), narcotic analgesic, paracetamol, antidepressant, dan pesticides
(organochlorine, organophosphate, dan carbamate). Dalam screening obat, fasa diam
dengan berbagai tingkat polaritas dapat digunakan.
Sampel lingkungan yang biasa dianalisis meliputi: air (air sungai, air laut, air minum),
limbah (limbah industri, limbah rumah tangga), sedimen (air tawar, air laut), jaringan biologis
(berbagai organisme seperti ikan invertebrata, burung), gas (emisi industry, emisi rumah
tangga, emisi lingkungan) dan minyak (tumpahan). Selain itu juga pestisida, pelarut,
7
hidrokarbon poliaromatik (PAHs), dan polychlorinated biphenyls (PCBs). Pestisida dapat
berupa insektisida atau herbisida (organoklor, organofosfor atau organonitrogen). Gambar 27
menunjukkan kromatogram hasil analisis kandungan pestisida dalam airminum.
Jawab: