Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE

KROMATOGRAFI PADA GAS DAN KROMATOGRAFI


LAPIS TIPIS

Di Susun Oleh: Kelompok 2


 Cindy Claudia Pangga (B1D120097)
 Charles Lidang Djawa (B1D120104)
 Yustika Irianti Dewi (B1D120136)
 Fitriah Wardayani (B1D120094)
 Dini Alvionita Rasid (B1D120116)
 Dwi Alfira (B1D120127)

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MEGAREZKY
Tahun Ajaran 2020/2021
Tujuan: untuk mengetahui penerapan metode Kromatografi gas dan
Kromatografi lapis tipis.
Ringkasan Teori dan Pembahasan
1. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif pada Kromatografi gas(GC)
Kromatografi gas merupakan jenis kromatografi yang umum digunakan dalam analisis kimia
untuk pemisahan dan analisis senyawa yang dapat menguap tanpa mengalami
dekomposisi. Penggunaan umum KG mencakup pengujian kemurnian senyawa tertentu,
atau pemisahan komponen berbeda dalam suatu campuran.

A. Analisis kualitatif atau banyak senyawa yang dipisahkan Menggunakan Gc dapat


dilihat dari Berdasarkan jumlah puncak kromatogram yang sebanding Dengan
banyak komponen pada sampel. Dalam analisis kualitatif ada dua hal yang perlu
dilakukan:

1. Perbandingan nilai tR

Jika suhu dan Alir gas diatur Benar maka Waktu retensi Dan volume retensi
adalah sifat khas Dari suatu sampel Yang Dipisahkan-tR dapat digunakan
sebagai alat untuk identifikasi komponen sampel.Membandingkan nilai tR
Sampel dipisahkan Dengan nilai tR standar.

2. Kombinasi GC dan MS

Untuk senyawa yang tidak mempunyai senyawa Baku maka dapat dilakukan
Dengan metode ini,Hasil Pemisahan di dentifikasi dengan MS Sehingga
menghasilkan Spektra yang dibandingkan dengan nilai data base(library
instrumen)

Catatan:

Syarat analisis kualitatif dengan membandingkan nilai waktu retensi harus


benar-benar dalam kondisi yang sama(baik kolom fase diam,fase gerak dan
kondisi alat yang digunakan)

A. Analisis kuantitatif Banyaknya kadar senyawa yang Dipisahkan menggunakan


GC,dapat dilihat Berdasarkan % area suatu senyawa yang Sesuai dengan waktu
retensinya

Luasan puncak Sebanding dengan jumlah/kadar Komponen sampel

a. Syarat yang harus dipenuhi dalam analisis Kuantitatif

 Analit (solut) harus telah diketahui Dan terpisah sempurna Dari


komponen lain dalam kromatogram.
 Baku dengan kemurnian harus tersedia.
 Prosedur kalibrasi yang sudah diketahui harus digunakan.

b. Metode Analisis Kuantitatif

 Metode standar eksternal (Kurva standar)


 Metode standar internal
 Metode normalisasi area
 Metode adisi standar

Prinsip kerja Kromatografi gas:

1. Cuplikan
Cuplikan akan diinjeksikan ke dalam injektor kemudian diuapkan hingga
hasilnya berubah menjadi uap atau gas. Cuplikan yang sudah berbentuk
menjadi gas/uap akan masuk ke dalam kolom pemisah. Kemudian
komponen-komponen sampel yang akan terpisah ketika melewati kolom
karena perbedaan daya adsorpsi fasa diam dari komponen sampel tersebut.
Komponen yang telah terpisah didorong oleh fasa gerak agar dapat bergerak
di sepanjang kolom yang berupa pita-pita.
Sampel yang telah dipisahkan menjadi komponen-komponen akan keluar dari
kolom bersama fasa gerak. Konsentrasi komponen dapat diukur dengan
detektor yang menghasilkan sinyal untuk dikirim ke pencatat. 
Komponen-komponen sampel yang telah terpisah juga menghasilkan kurva-
kurva karena masing-masing komponen ditahan pada kolom dalam waktu
berbeda-beda. Jangak waktu lamanya komponen ditahan oleh kolom adsorpsi
menjadi ciri khas komponen dengan sebutan waktu tambat atau waktu
retensi.
2. Interface
Prinsip kerja yang kedua dari kromatografi gas adalah interface. Prinsip ini
dikenal sangat penting karena prosesnya memiliki keterkaitan erat dengan
gas pembawa. Bagian interface menghubungkan antara kromatografi gas
dengan spektrometri massa ketika dalam kondisi hampa udara yang tinggi.
Tujuan interface adalah menghilangkan gas pembawa tanpa menghilangkan
analit. Pemindahan analit yang ideal harus secara kuantitatif dan mampu
mengurangi tekanan serta laju alir ke sebuah tingkat sehingga dapat ditangani
spektrum massa.
3. Spektrometri Massa
Spektrometri massa memiliki prinsip kerja sampel diuapkan dalam keadaan
vakum. Selanjutnya akan dialirkan menuju ruang pengion. Di ruang inilah,
sampel ditembak dengan arus partikel berenergi tinggi. Hasil adalah ion
dengan kelebihan energi atau disebut juga radikal ion yang mampu memecah
dan tidak bisa dipecah juga. 
Spektrometri massa hanya mendeteksi ion-ion positif dan dipresentasikan
menjadi grafik atau tabel yang memuat puncak (massa/muatan) dengan
intensitas tergantung kelimpahan relatif ion.
4. Sistem Pengolah Data
Prinsip kerja yang terakhir dari kromatografi gas adalah sistem pengolah data.
Sesuai namanya, sistem ini berguna untuk pengolahan dan memberikan data
analisis. Selain itu juga berguna untuk menyimpan data analisis sebagai
pembanding dari data analisis analit hasil penentuan. 
Data-data tersebut diberikan dengan tingkat keakuratan tinggi dan berkaitan
erat dengan penelitian atau eksperimen yang sedang dijalankan. Sistem
pengolah data sangat penting agar data-data tersebut bisa disimpan untuk
mendukung penelitian menjadi lebih baik lagi.

2.Kromatografi Lapis Tipis


Merupakan kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium
yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk
lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan
pertama pada pemisahan dengan kromatografi. KLT sering digunakan untuk
memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida –
lipida dan hidrokarbon.

Rumus Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis sebagai alat analisis yang banyak digunakan karena kesederhanaannya, biaya
relatif rendah, sensitivitas tinggi, dan kecepatan pemisahan. Pada penyelesaian pemisahan, setiap
komponen muncul sebagai bintik-bintik yang dipisahkan secara vertikal. Setiap bitnik dalam rumus
penghitungan memiliki faktor retensi (Rf) yang dinyatakan sebagai:

Dimana faktor yang mempengaruhi faktor retardasi adalah sistem pelarut, jumlah material yang terlihat,
absorben dan temperatur.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis


1. Pemisahan bergantung pada afinitas relatif senyawa terhadap fase diam dan fase gerak.
2. Senyawa di bawah pengaruh fase gerak (didorong oleh aksi kapiler) bergerak di atas permukaan
fase diam. Selama pergerakan ini, senyawa dengan afinitas yang lebih tinggi ke fase diam
bergerak perlahan sementara yang lain bergerak lebih cepat. Dengan demikian, pemisahan
komponen dalam campuran tercapai.
3. Begitu pemisahan terjadi, masing-masing komponen divisualisasikan sebagai bintik-bintik pada
tingkat perjalanan yang berbeda pada pelat. Sifat atau karakter mereka diidentifikasi dengan
menggunakan teknik deteksi yang sesuai.

Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis


1. Pelat Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Plates), Pelat siap pakai yang
digunakan secara kimiawi inert dan stabil. Fase diam diaplikasikan pada permukaannya yang
berupa lapisan tipis. Fase diam pada pelat memiliki ukuran partikel yang halus dan juga memiliki
ketebalan yang seragam.
2. Biliki Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Chamber), Bilik digunakan
untuk mengembangkan pelat. Ini bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan yang stabil di
dalam yang akan membantu dalam mengembangkan bitnik. Selain itu, ini mencegah penguapan
pelarut dan membuat seluruh proses bebas debu.
3. Fase Gerak Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Mobile phase), Fase
gerak adalah fase yang bergerak dan terdiri dari campuran pelarut atau pelarut. Fase ini harus
bebas partikulat. Semakin tinggi kualitas kemurnian perkembangan bintik-bintik semakin baik.
4. Kertas Saring Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Filter Paper),Ini harus
ditempatkan di dalam bilik. Itu dibasahi dalam fase gerak.

Dalam metode Kromatografi ini adalah metode yang digunakan untuk


memisahkan zat-zat penyusun Suatu campuran berdasarkan perbedaan
kemampuan melarut dalam pelarut tertentu dengan menggunakan kertas
sebagai medianya.

Alat dan bahan:

 Gelas ukur

 Kertas

 Pensil

 penggaris

 Perekat

 Pipet tetes

 Zat pewarna

 Pelarut

Prosedur kerja:
 Membuat garis pada salah satu ujung kertas
 Teteskan zat yang di uji padagaris garis ditetapkan sebagai garis acuan
 Celupkan Ujung kertas yang dekat dengan garis kedalam larutan
 Amati dan tunggu beberapa saat
 Ukur jarak Antara batas Pelarut dan noda Terhadap garis
 Buat perbandingan antara jarak noda terhadap Garis dengan jarak batas pelarut
Terhadap garis.

Perbandingan ini Disingkat dengan nama RI yang merupakan singkatan dari


Retadation factor (atau dikenal juga dengan retention factor)

 Nilai RF merupakan konstanta fisika. Nilai ini bergantung pada Beberapa faktor
yaitu Jenis kertas, ketebalan kertas,Jenis pelarut,suhu dan banyaknya tetesan.

Apabila dua zat pewarna berbeda dicampur Apakah nilai RF Masing-masing zat
pewarna tersebut Masih bisa terbaca?untuk mengetahuinya lakukan hal berikut:

 Teteskan campuran pada kertas


 Celupkan kertas tersebut kedalam pelarut
 Amati yang terjadi
 Akan terjadi pemisahan zat pewarna
 Pemisahan warna terjadi karena Masing-masing zat pewarna mempunyai
kemampuan melarut yang berbeda dalam pelarut yang sama sehingga zat
pewarna yang lebih mudah larut memiliki kecepatan Lebih tinggi daripada zat
Pewarna yang Memiliki kemampuan melarut lebih rendah.

Hasil
Pada akhirnya di dapatkan dua jenis zat pewarna yang terpisah Sehingga nilai
RF masing-masing zat pewarna bisa dihitung. Ternyata selama percobaan
dilakukan Pada kondisi,nilai RF masing-masing zat penyusun campuran Masih
tetap sama dengan Nilai RF zat murninya. Oleh karena itu metode ini dapat
digunakan untuk identifikasi Zat pewarna penyusun Campuran dengan
Membandingkan nilai RF Yang dimiliki masing-masing zat pewarna.

DAFTAR PUSTAKA
 https://www.dosenpendidikan.co.id/kromatografi-
adalah/

 https://genecraftlabs.com/id/prinsip-kerja-
kromatografi-gas/

 https://www.pakarkimia.com/kromatografi-lapis-
tipis/

Anda mungkin juga menyukai