Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMISAHAN KIMIA

KROMATOGRAFI GAS

Dosen Pengampu : Dr. Sandra Hermanto, M.Si

Anggota : 1. Riska Salma Utama (11210960000003)

2. Mayang Dyah Cempaka (11210960000017)

3. Lailani Apta Alila (11210960000025)

4. Dinar Aprilia Putri (11210960000029)

5. Naufal Ajhar (112109600000044)

Kelompok :1

Kelas : Kimia 4A-1

Tanggal Praktikum : 5 Juni 2023

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Pada praktikum ini dilakukan percobaan pada kromatografi filtrasi gel. Prinsip kerja
kromatografi gas yaitu sampel diinjeksikan ke dalam aliran fase gerak, kemudian akan
dibawa oleh fase gerak yang berupa gas inert ke dalam kolom untuk dilakukan pemisahan
komponen sampel berdasarkan kemampuan interaksi diantara fase gerak dan fase diam.
Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa
cairan dengan titik didih tinggi yang terikat pada zat penunjangnya.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Memahami proses pemisahan senyawa dengan kromatografi gas
2. Menentukan nilai Resolusi dan plat teoritis (N) dari hasil pemisahan sampel,
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi merupakan metode pemisahan campuran atau larutan senyawa kimia


dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat
penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut
tingkat kepolaran senyawa, pada sebagian senyawa perbedaan tersebut dapat dicirikan oleh
adanya perbedaan warna (Hardjono, 1991).

Kromatografi Gas (GC) merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk pemisaha
dan pengidentifikasian senyawa-senyawa yang digunakan mudah menguap dalam suatu
campuran. Kromatografi Gas memiliki kegunaan untuk melakukan pemisahan yang
dinamis dan pengidentifikasian semua jenis senyawa organic yang mudah menguap, dan juga
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (Rahman, Abdul,
2017).
Kromatografi Gas (GC) merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
pemisahan dan pengidentifikasian senyawa-senyawa yang digunakan mudah menguap dalam
suatu campuran. Kromatografi Gas memiliki kegunaan untuk melakukan pemisahan yang
dinamis dan pengidentifikasian semua jenis senyawa organic yang mudah menguap, dan juga
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (Rahman, Abdul,
2017).
Kromatografi Gas (GC) merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
pemisaha dan pengidentifikasian senyawa-senyawa yang digunakan mudah menguap dalam
suatu campuran. Kromatografi Gas memiliki kegunaan untuk melakukan pemisahan yang
dinamis dan pengidentifikasian semua jenis senyawa organic yang mudah menguap, dan juga
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran. Kromatografi
Gas biasa digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat dalam
campuran suatu gas dan memiliki peranan penting dalam mengestimasi konseentrasi senyawa
dalam fasa gas. Suatu data yang dihasilkan dari detector, pada kromatografi gas merupakan
kromatogram yang pembacanya memiliki fungsi tertentu tiap spesifikasinya. Dalam
kromatografi gas, fase geraknya gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan prastisi sampel antara fasa-fasa gerak dan fase diam berupa cairan dan titik didih tinggi
(tidak mudah menguap) yang terlihat pada zat padat digunakan suatu zat padat (Rahman,
Abdul, 2017).
Prinsip kerja kromatografi gas yaitu sampel diinjeksikan ke dalam aliran fase gerak,
kemudian akan dibawa oleh fase gerak yang berupa gas inert ke dalam kolom untuk dilakukan
pemisahan komponen sampel berdasarkan kemampuan interaksi diantara fase gerak dan fase
diam. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa
cairan dengan titik didih tinggi yang terikat pada zat penunjangnya (Khopkar, 2007). Pada
kromatografi gas sampel diuapkan dan diinjeksikan ke dalam kolom. Elusi berjalan karena
aliran gas inert sebagai fase geraknya. Fase gerak tidak berinteraksi dengan molekul dari analit,
hanya berfungsi sebagai pembawa analit ke dalam kolom. Ada dua macam kromatografi gas,
yaitu:

1) Kromatografi gas-cair
Fase diam cair adalah zat cair sebagai lapisan tipis yang tetap pada penyangga padat
inert, fase gerak berupa gas inert.
2) Kromatografi gas-padat
Fase diam merupakan butiran-butiran adsorben padat. Fase gerak berupa gas (Musir,
Akhmad., et al, 2014)
1) Kromatografi gas-cair Fase diam cair adalah zat cair sebagai lapisan tipis yang tetap
pada penyangga padat inert, fase gerak berupa gas inert.
2) Kromatografi gas-padat Fase diam merupakan butiran-butiran adsorben padat. Fase
gerak berupa gas (Musir, Akhmad., et al, 2014)

Analisis pada kromatografi gas ada dua yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif:

1. Analisis kualitatif Untuk mengidentifikasi tiap peak kromatogram dapat dilakukan


berbagai metode analisis, sebagai berikut:
a. Membandingkan waktu retensi analit dan standar.
b. Waktu retensi standar dibandingkan dengan dengan waktu retensi analit.
c. Ko-kromatogram, standar ditambahkan ke dalam cuplikan kemudian dilakukan
kromatografi gas. Jika salah satu luas peak analit yang mengalami pertambahan
luasnya identic dengan standar.
d. Metode spektrometri.
Spektrometri massa/IR dihubungkan kekolom kromatografi gas.
2. Analisis kuantitatif Di dalam analisis kuantitatif diperlukan larutan standar. Syarat
larutan standar yang digunakan sebagai berikut:
a. Dapat bercampur dengan cuplikan yang dianalisis
b. Tidak boleh bereaksi dengan komponen cuplikan
c. Hanya memberikan satu puncak dan tidak tumpang tindih (overlap) dengan puncak-
puncak komponen cuplikan.
d. Mempunyai waktu retensi (RT) yang tidak jauh berbeda dengan waktu retensi
komponen cuplikan.

Ketelitian analisis kuantitatif dengan kromatografi gas sangat bergantung pada


kelinieran detector. Setiap detector memberi tanggapan yang berbeda terhadap setiap
komponen cuplikan. Faktor tanggapan ini harus diketahui, disamping itu kondisi kerja alat
berubah, tanggapan detector juga berubah. Beberapa metode penting dalam analisis kuantitatif
sebagai berikut:

a) Pendekatan peak tinggi Tinggi peak kromatografi diperoleh dengan membuat base line
pada suatu peak dan mengukur tinggi garis tegak lurus yang menghubungkan base line
dengan peak. Pendekatan ini dilakukan jika lebar peak standard dan analit tidak jauh.
b) Pendekatan area peak Dapat dilakukan dengan memperhitungkan lebar peak sehingga
yang berbeda antara standard analit tidak masalah. Pendekatan ini lebih baik dari
pendekatan tinggi peak, dengan % kesalahan 0,44-2,6%. Rumus:
𝐴𝑛
𝑄𝑛 =
𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
c) Metode kalibrasi
Mempersiapkan larutan standard, kemudian setiap larutan standard diukur dengan
kromatografi. Area peak/ tinggi peak diplot terhadap konsentrasi hingga diperoleh
persamaan garis, kemudian kita bisa menentukan konsentrasi sampel. Rumus:
𝑓𝑛 × 𝐴𝑛
𝑄𝑛 =
𝑓𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐴 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan:
A total = jumlah luas permukaan kromatografi
An = luas kromatografi komponen n
Qn = konsentrasi komponen n
d) Metode normalisasi area
Metode ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang berhubungan dengan injeksi
cuplikan. Dengan metode ini dapat diperlukan elusi yang sempurna semua komponen
campuran harus keluar dari kolom. Area peak yang muncul dihitung. Kemudian area
peak-peak tersebut dikoreksi terhadap respon detector untuk jenis senyawa yang
berbeda. Selanjutnya konsentrasi analit ditentukan dengan membandingkan area peak
terhadap total semua komponen (Anonim, 2012).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu perangkat elektroforesis, alat-alat
gelas dan UV transilluminator.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu agarosa, tris HCl, asam borat,
EDTA, loading dye, DNA marker, Peq Dye dan 1 kb DNA ladder.
3.3 Prosedur Percobaan

Elektroforesis Gel hasil Isolasi DNA


3.3.1. Pembuatan Agarose 1%.
Pembuatan agarose 1% dilakukan dengan membuat larutan bufer TBE 5x dari
Tris HCl 1 M pH 8.3, asam borat 0.83 M, dan EDTA 10 mM. Sebanyak 0.3 gram
agarose ditimbang lalu dilarutkan ke dalam 30 mL TBE 1x. Campuran kemudian
dipanaskan menggunakan penangas sampai homogen (tidak berwarna). Setelah itu, 2
μL Peq Dye ditambahkan ke dalam agarose lalu dihomogenkan. Agarose cair dituang
ke dalam cetakan yang telah dipasang sisiran (15 sumur). Sisiran kemudian diangkat
setelah gel memadat.
3.3.2. Running Elektroforesis
Pada proses ini larutan TBE 1x dituang ke dalam tangki elektroforesisis yang
telah disiapkan. Sebanyak 5 μL DNA genom dihomogenkan dengan 1 μL DNA
Loading Dye kemudian dimasukkan ke dalam sumur agarose. Sebanyak 6 μL Generuler
1 kb plus DNA Ladder dimasukkan ke dalam sumur agarose yang berada di ujung
kanan. Elektroforesis dilakukan selama 45 menit pada 85 volt. Hasil elektroforesis
divisualisai menggunakan UV transilluminator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada interaksiantara


sampel dengan fasa diam dan fasa gerak. Prinsip kromatografi gas adalah sampel yang berupa
cairan akan dipanaskan sehingga menjadi fasa gas (vapourize), kemudian dibawa oleh gas
pembawa sebagai fasa gerak, dilewatkan melalui kolom dengan fasa diam sebagai penahan
spesifik, selanjutnya uap organik tersebut akan menginduksi terjadinya aliran listrik pada
detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion.

Praktikum ini bertujuan untuk memahami proses pemisahan senyawa dengan


kromatografi gas dan menentukan nilai HETP sebagai parameter efisiensi pemisahan dalam
kromatografi gas.

Langkah awal yaitu menyiapkan perangkat lunak dengan mengaktifkan Un-


interrupable Power Supply (UPS) agar mengantisipasi daya listrik mati saat instrument sedang
digunakan, lalu computer yang sebelumnya sudah di konfigurasikan diaktifkan untuk
instrument gas chromatography. Setelah itu, dibuka katup gas atau flow controller dan
dialirkan gas ke GC, terdiri dari gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier), gas Nitrogen
(N2) sebagai pembawa (carrier) dan sebagai make up gas (FID), gas Hidrogen (H2) sebagai
gas pembakar (FID) dan gas Compres Air sebagai pembakar (FID). Lalu diaktifkan instrument
gas chromatography dengan tombol On/Off berada di sisi kiri bawah, ditunggu hingga
instrument menginisiasi komponen dan self test sekitar kira kira 2 menit. Pada computer, buka
aplikkasi instrument dan pastikan computer dan instrument terbubung. Dilakukan pre
conditioning instrument kromatografi gas dengan mengatur laju alir gas, takanan dan suhu yang
akan digunakan pada proses pemisahan dalam kolom. Setting instrument untuk melakukan
conditioning dan ditunggu sampai 20-30 menit dan setting identitas sample pada bagian
aplikasi lalu masuk ke running methode instrument. Perangkat lunak siap digunakan.

Langkah berikutnya yaitu dengan dilakukan pembilasan pada jarum suntik mikro
dengan menggunakan aseton sebanyak 3 kali, lalu ditarik secara perlahan sebanyak 1,0
mikroliter. Jika terdapat gelembung udara maka segera keluarkan dengan cepat. Dan untuk
menghilangkan gelembung udara, ditarik kembali plunger. Sedangkan untuk mencegah
penguapan dengan menarik 1,0 mikroliter lebih jauh kedalam jarum suntik. Kemudian
dimasukkan secara perlahan ke dalam port injeksi sample dan otomatis kromatogram akan
merekam. Satu menit setelah puncak sebelumnya, injeksikan lagi 1 mikroliter aseton dan
setelah mencapai puncak ditunggu 1 menit dan diinjeksikan lagi 1 mikroliter aseton. 1 menit
setelah akhir puncak sebelumnya, puncak telah terbentuk sempurna dan kromatogram berhenti.
Sehingga didapatkan data gambar dibawah ini :

Tahap selanjutnya yaitu dilakukan perlakuan yang sama dengan menggunakan


etilbenzen, dibilas jarum suntik mikro dengan etilbenzen sebanyak 3 kali sebelum
diinjeksikan, lalu ditarik secara perlahan sebanyak 1,0 mikroliter, jika terdapat gelembung
udara segera dikeluarkan dan ditarik kembali plunger untuk menarik 1,0 mikroliter lebih jauh
kedalam jarum suntik untuk mencegah penguapan. Kemudian dimasukkan secara perlahan ke
dalam port injeksi sample dan kromatogram akan merekam. 1 menit setelah akhir puncak
sebelumnya, puncak telah terbentuk sempurna dan kromatogram berhenti. Sehingga
didapatkan data gambar dibawah ini :
Berdasarkan gambar di atas, didapatkan kondisi pada temperatur 170°C dan aliran

kolom sebesar 23 mL/min dengan tekanan 93,2 kPa. Penentuan laju alir penggunaan HETP

23,19,16, 13, 10, 8, dan 6.

Setelah dilakukan proses kromatografi, maka terdapat hanya 1 peak pada flow rate 23
mL/min, yang dimana HETP-nya 15,44 dan waktu retensinya 4,483, dan dilakukan lagi untuk
pada flow rate 6 mL/min, yang dimana terdapat hanya 1 peak, HETP-nya 43,27 dan waktu
retensinya 12,559. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil laju alirannya, maka
waktu retensinya besar.

Pada tahap terakhir yaitu kromatografi sampel C yang terdiri dari campuran pelarut
organik yang belum diketahui, mula-mula sama seperti tahap sebelumnya yaitu dibersihkan
dengan aseton selama 3 kali, kemudian ditarik sampel C sebanyak 0,1 mikroliter, setelah itu
dimasukkan ke dalam port untuk melakukan proses kromatografi gas yang direkam oleh
kromatogram pada software.

Dari grafik di atas terdapat 4 peak yang terekam pada kromatogram, dan laju alirannya
sekitar 17 mL/menit, pada peak pertama waktu retensinya 2,068 dan HETP-nya 9,55, dan
senyawanya merupakan aseton. Pada peak kedua waktu retensinya 3,070 dan HETP-nya 11,43,
dan senyawanya merupakan aseton. Pada peak ketiga waktu retensinya 4,857 dan HETP-nya
15,54, dan senyawanya merupakan etilbenzena, dan pada peak terakhir waktu retensinya 7,919
dan HETP-nya 22,72.
Dari sampel C dapat disimpulkan bahwa senyawa yang terdapat pada sampel C terdiri
dari aseton dan etilbenzena, yang menguap lebih dulu adalah aseton jika dilihat berdasarkan
HETP pada grafik dan titik didih literaturnya yaitu 56 o C, dan yang menguap terakhir adalah
etilbenzen jika dilihat berdasarkan HETP pada grafik dan titik didih literaturnya yaitu 136 o C.
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan kromatografi gas diperoleh hasil perhitungan nilai resolusi
pada puncak 2-3 sebesar 0,095, puncak 3-5 sebesar 0,132, dan puncak 5-7 sebesar
0,160. Kemudian didapatkan nilai plat teoritis sebesar 0,750; 1,154; 1,562; 1,943.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Analisis Kromatografi Gas. http://scribd.com// pada 06 Juni 2023.


Hardjono, D. S. (1991). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty
Khopkar. (2007). Kimia Analisis Instrumen. Jakarta: Erlangga.
Musir, Akhmad., et al. (2014). Penuntun Praktikum Teknologi Pemisahan. Jakarta:
Universitas Pancasila.
Rahman, Abdul. (2017). Analisis obat secara kromatografi dan spektrofotometri.
Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

• Perhitungan
Diketahui :
Waktu retensi puncak 2 = 2,068
Waktu retensi puncak 3 = 3,070
Waktu retensi puncak 5 = 4,857
Waktu retensi puncak 7 = 7,919
Lebar alas puncak 2 = 9,55
Lebar alas puncak 3 = 11,43
Lebar alas puncak 5 = 15,54
Lebar alas puncak 7 = 22,72
Ditanya : Nilai resolusi (R) dan nilai plat teoritis (N)?
Jawab :
∆𝑡𝑅 3,070
➢ Rs23 = 2 (𝑊1+𝑊2 ) N3 = 16 (11,43 )2
1,002
Rs23 = 2 (9,55+11,43 ) N3 = 1,154

Rs23 = 0,095
𝑡𝑅
➢ N5 = 16 ( )2
𝑊

∆𝑡𝑅 4,857 2
➢ Rs35 = 2 (𝑊3+𝑊5 ) N5 = 16 ( )
15,54

1,787 N5 = 1,562
Rs35 = 2 ( )
11,43 + 15 ,54

Rs35 = 0,132
𝑡𝑅
➢ N7 = 16 ( )2
𝑊
7,919
➢ R57 = 2 (𝑊5+𝑊7 )
∆𝑡𝑅 N7 = 16 (22,72 )2

3,067 N7 = 1,943
R57 = 2 ( )
15,54 + 22,72

R57 = 0,16

𝑡𝑅
➢ N 2 = 16 ( )2
𝑊
2,068
N 2 = 16 ( 9,55 )2

N 2 = 0,75

𝑡𝑅
➢ N 3 = 16 ( 𝑊 )2
• Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Aseton
Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : Cairan yang tidak berwarna
Bau : Seperti buah
pH : 5-6 pada 395 g/l 20℃
Titik Didih : 56,2℃ pada 1.013 hPa
Titik Lebur : - 95,4℃
Titik Nyala : < -20℃
Bahaya : Cairan dan uap amat mudah menyala. Pendedahan berulang-ulang dapat
menyebabkan kulit kering atau pecah-pecah. Menyebabkan iritasi mata yang serius.
Dapat menyebabkan mengantuk dan pusing
Pertolongan Pertama : Bilas secara menyeluruh dengan air yang banyak setidaknya
selama minimal 15 menit. Pindahkan korban ke udara segar (hirup udara segar ).
Segera mendapatkan bantuan medis.

2. Metanol (CH 3 OH)


Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : Cair tidak bewarna
Penampilan : Tidak berwarna
Titik Lebur/Rentang : -98 °C / -144,4 °F
Titik didih/Rentang : 64,7 °C / 148,5 °F @ 760 mmHg
Titik Nyala : 12 °C / 53.6 °F
Bahaya : Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar. Beracun jika tertelan, jika kena
kulit, atau jika terhirup. Menyebabkan kerusakan pada organ. Menyebabkan kerusakan
pada organ melalui paparan yang lama atau berulang.
Pertolongan Pertama : Segera bilas dengan banyak air. Pindah ke udara segar, jika
sulit bernafas, berikan oksigen. Segera mendapatkan bantuan medis.

3. Bovine Serum Albumin (BSA)


Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Cair tidak berwarna
Titik lebur : - 115 ℃
Titik nyala : 12 ℃
Kelarutan dalam air : pada 20 ℃
Bahaya : Menyebabkan iritasi kulit, mata, dan bahaya jika tertelan
Pertolongan Pertama : Bilas dengan air, Beri air minum kepada korban (dua gelas
paling banyak). Segera hirup udara segar. Periksakan ke dokter jika merasa tidak sehat.

4. Gelatin
Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan fisik : Padat
Warna : Tidak berwarna
Bahaya : Zat/campuran ini tidak mengandung satu komponen pun yang dianggap baik
persisten, bioakumulatif, dan beracun (PBT) maupun sangat persisten dan sangat
bioakumulatif (vPvB) pada kadar 0,1% atau lebih.
Pertolongan Pertama : Hirup udara segar. Bilaslah dengan air. Beri air minum kepada
korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai