Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KROMATOGRAFI GAS
MATA KULIAH KIMIA ANALISIS

Oleh:
Ni Kadek Ayu Setya Pradnyani (211033)
Michelle Novena Nauli (211035)
Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (211037)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini pula kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan
referensi dalam mempelajari “Kromatografi Gas” ini. Akhir kata, tak ada gading yang tak
retak. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, 7 Januari 2023

DAFTAR ISI

i
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Kromatografi Gas........................................................................................................2
2.2 Instrumen Dan Bagian-Bagian Kromatografi gas.......................................................2
2.3 Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Kromatografi gas.................................................4
2.4 Perhitungan Menggunakan Kromatografi gas.............................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Istilah kromatografi berasal
dari gabungan kata “chroma” (warna) dan “graphein” (menuliskan). Prinsip
pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fase
diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan
dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase diam
(stationer) dan fase bergerak (mobile). Kromatografi yang sering digunakan untuk
analisa di laboratorium yaitu, Kromatografi partisi, Kromatografi kertas,
Kromatografi gas, dan HPLC. Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi
gas. Metode ini sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap
seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah
telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini (Ardianingsih, 2009). Pada makalah
ini akan membahas mengenai kromatografi gas lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kromatografi gas dan bagaimana prinsip kerjanya?
2. Apa saja instrumentasi dan bagian-bagian dari kromatografi gas?
3. Bagaimana analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode kromatografi
gas?
4. Bagaimana perhitungan menggunakan metode kromatografi gas?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan prinsip kerja dari kromatografi gas
2. Mengetahui instrumentasi dan bagian-bagian kromatografi gas
3. Mengetahui cara analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan kromatografi gas
4. Mengetahui perhitungan menggunakan kromatografi gas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan suatu cara kromatografi di mana sampel diuap
dan diinjeksikan ke dalam bagian atas dari kolom. Sampel kemudian dibawa melalui
kolom oleh gas pembawa yang bersifat inert. Di dalam kolom sendiri telah ada fasa
diam. Baik kromatografi gas padat maupun kromatografi gas cair mempunyai
komponen - komponen alat yang hampir sama (Rubiyanto, 2017).
Pada umumnya kromatografi gas memiliki prinsip kerja yang didasari dari
pemisahan fisik senyawa organik pada suhu tertentu, di mana senyawa tersebut
dibawa oleh suatu gas pembawa menuju kolom partisi. Setiap senyawa akan memiliki
kecepatan yang berbeda-beda dalam melewati kolom sesuai dengan nilai kepolaran.
Keuntungan dari penggunaan kromatografi gas dalam pengujian gas adalah analisis
yang cepat, efisien, dan akurat. Metode kromatografi gas merupakan salah satu teknik
pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi pergerakan yang terjadi di
antara fase gerak dan fase diam untuk pemisahan senyawa yang berada pada larutan.
Senyawa gas yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom partisi yang
merupakan fase diam. Senyawa yang memiliki kesesuaian kepolaran dengan bahan
yang berada di dalam fase diam yang diletakkan di dalam kolom partisi akan
cenderung bergerak lebih lambat daripada senyawa yang memiliki perbedaan
kepolaran dengan bahan yang ada di kolom partisi (Faricha, Rivai dan Suwito, 2014).

2.2 Instrumen Dan Bagian-Bagian Kromatografi Gas

Gambar 2.1 Bagian-bagian kromatografi gas

2
Instrument dan bagian-bagian kromatografi gas:
1. Gas pembawa
Gas pembawa merupakan istilah pengganti fasa gerak dalam kromatografi gas.
Gas ini terdapat pada suatu tanki bertekanan sangat tinggi (± 150 atm).
Persyaratan ideal gas pembawa antara lain :
a. Gas pembawa harus bersifat inert
b. Murni , murah dan mudah diperoleh
c. Pemilihan gas pembawa sangat tergantung pada jenis detektor yang
digunakan
d. Sistem pendukung gas pembawa harus menyediakan molecular sieves
sebagai bahan untuk menghilangkan air dan impurities yang lain.
Selain berfungsi sebagai carrier, gas ada juga yang difungsikan sebagai
penghasil nyala untuk GC dengan detektor ionisasi nyala (flame ionization
detektor). Untuk keperluan ini digunakan gas seperti hidrogen, oksigen dan
udara.
2. Pengatur aliran dan tekanan gas pembawa
Kecepatan aliran gas mempengaruhi kerja kolom, sehingga diperlukan
pengaturan yang tepat untuk mendukung proses kerja dalam kolom. Pengatur
ini disebut juga pengurang Dragger, yang bekerja dengan baik pada tekanan
2,5 atm. Harga umum kecepatan alir gas dikaitkan dengan diameter luar (OD)
dari kolom adalah :
1/4 " OD, kecepatan alirnya = 75 mL / menit
1/8 " OD, kecepatan alirnya = 25 mL / menit
3. Tempat injeksi sampel (injection port)
Fungsi dasar injektor adalah mengubah fasa sampel menjadi gas atau uap.
Volume injeksi bervariasi tergantung fasa sampel. Untuk sampel gas berkisar
antara 0,5-50 mL dan untuk cairan berkisar antara 0,2-20 mikroliter.
4. Kolom
Lazimnya tampak luar suatu kolom adalah tabung berbentuk kumparan akan
tetapi terdapat pula kolom yang berbentuk lurus atau bengkok seperti huruf V
atau W. tabung ini terbuat dari bermacam - macam bahan seperti tembaga,
Teflon, stainless steel, aluminium dan gelas. Tabung tembaga tidak digunakan
untuk senyawa senyawa seperti amina, asetilen, terpena dan steroid karena

3
akan terjadi reaksi kimia. Panjang kolom bervariasi menurut standar pabrik
pembuatnya.
5. Detektor
Untuk mengidentifikasi setiap senyawa yang telah dipisahkan dari kolom
kemudian mengubahnya menjadi signal listrik untuk kemudian datanya diolah
di dalam sistem komputer. Data yang bisa kita lihat dari hasil pemisahan GC
adalah berupa puncak-puncak kromatogram. Sinyal elektronik akan berguna
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen
yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
6. Komputer
Kromatografi modern menggunakan komputer yang Memfasilitasi setting
parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas, suhu oven dan
pemrograman suhu, serta penyuntikan sampel secara otomatis. Menampilkan
kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik
berwarna. Output dari alat gas chromatography ini berupa data yang berisi
nilai-nilai hasil pembacaan. Data tersebut bisa berbentuk mentah atau
kesimpulan dari hasil library sesuai dengan jenis alat gas kromatografi
(Rubiyanto, 2017).

2.3 Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Kromatografi Gas


Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat waktu retensi dari sampel gas.
Waktu retensi yang berbeda dari masing-masing puncak berguna untuk menentukan
senyawa yang ada dalam sampel gas asalkan ada gas standarnya. Bila waktu retensi
dari gas sampel sama dengan waktu retensi gas standar pada kondisi alat yang sama,
maka dapat diketahui macam gas sampelnya (Deliana, W dan Sugik S, 1992).

4
Gambar 2.2 Contoh output kromatogram dari kromatografi gas
Gambar 2.2 diatas adalah contoh output kromatogram dari Gas kromatografi
pemisahan seri n-alkana yang dilakukan pada suhu isotermal (gambar a) dan pada
suhu terprogram (pada gambar b) (Kealey and Haines 2002).
Pada pemisahan n-alkana diatas secara isotermal (gambar a) heksana (C6)
sampai dekana (C10) tidak terpisah secara sempurna sementara itu dengan
menggunakan suhu terprogram ke semua seri alkana terpisah secara sempurna.
(Abdul Rohman, 2007)
Analisis kuantitatif dengan gas chromatography menggunakan metode standar
internal. Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan injeksi
sampel dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel yang
tidak sesuai atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography
(Rizalina et al., 2018). Ada beberapa cara analisis kuantitatif, antara lain dengan
metode penormalan luas dan metode standar. Analisis kuantitatif dapat dihitung
dengan cara mengukur tinggi dan luas puncak dari kromatogram. Luas puncak dapat
diukur melalui planimetri, penimbangan, mengalikan tinggi puncak dan yang paling
teliti adalah dengan integrator listrik atau computer (Day dan Underwood, 1986).
Metode penormalan luas merupakan cara sederhana untuk menghitung suatu
komponen dengan mengukur luas puncak keseluruhan. Cara ini dapat digunakan
untuk menghitung persen berat jika komponen yang dianalisis terdiri atas deret
homolog yang titik didihnya tidak berbeda jauh dan dianggap semua puncak terelusi
serta mempunyai kepekaan terhadap detektor. Sedangkan metode standar dalam
dikenal sebagai kalibrasi tidak langsung. Faktor koreksi dapat diperoleh dengan
membuat kurva kalibrasi perbandingan berat dan luas puncak cuplikan, kemudian ke
dalam cuplikan yang akan dianalisis ditambahkan senyawa standar dalam jumlah
yang terukur, selanjutnya campuran ini di kromatografikan. Perbandingan luas diukur
berat senyawa yang dianalisis terhadap senyawa standar dibaca oleh grafik, sehungga
senyawa yang dianalisis dapat dihitung dengan mudah (Mashuni, 1993).

2.4 Perhitungan Menggunakan Kromatografi gas


Mekanisme pemisahan dari kromatogarfi gas berdasarkan pada koefisien partisi
dari sampel terhadap fase diam dan fase gerak. Koefisien partsi dapat didefinisikan
sebagai berikut:

5
Cl
K=
Cg
Keterangan:
K: koefisien partisi
Cl: konsentrasi sampel dalam fase diam (kolom)
Cg: konsentrasi sampel dalam fase gerak (carrier)
Dengan adanya perbedaan koefsien partisi maka sampel akan bergerak dengan
kecepatan migrasi yang berbeda sehingga terjadilah proses pemisahan(W dan S, 1992)
Dengan Cl adalah konsetrasi molar komponen di dalam fase diam dan Cg adalah
konsentrasi molar komponen di dalam fase gerak. Idealnya, K konstan pada kisaran
konsentrasi yang luas sehingga Cl proporsional terhadap Cg (Nur, 2003).

Contoh analisis obat:


Metode penelitian analisis alkohol dalam obat batuk sirup mengacu pada
United States Pharmacopeia (2016). Alkohol dalam sampel dianalisis dengan
menggunakan alat headspace kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor FID
(Flame ionization detector) (Suseno dan Qomariyah, 2021).
Sampel yang digunakan adalah 14 obat batuk sirup yang dalam kemasannya
tidak mencantumkan keterangan alkohol dan 1 sampel obat batuk sirup yang dalam
kemasannya mencantumkan keterangan alkohol. Semua sampel merupakan obat
batuk sirup yang umum digunakan oleh masyarakat dan dapat dibeli pada apotek
maupun toko obat.
Adanya kandungan alkohol dalam sampel terlihat dari adanya puncak pada
rentang waktu tertentu dalam kromatogram kromatografi gas. Analisis data kadar
alkohol atau kadar residual solven dalam sampel didapat dengan menggunakan kurva
kalibrasi standar alkohol pada persamaan garis Y= bx + a yang dimasukkan ke dalam
rumus berikut.
luasarea spl−a

( )
Kadar residual solvent mg =
Kg
b
W spl
Keterangan:
a = Intercept dari kurva kalibrasi standar alcohol
b = slope dari kurva kalibrasi standar alcohol
Wspl = bobot penimbangan sampel (g).

6
Hasil Kurva Standar Alkohol

Gambar 2.2 kurva standar alcohol

Kurva standar alkohol yang menggambarkan konsentrasi alkohol (x) terhadap


luas area (y) dalam kromatogram. Semakin tinggi konsentrasi alkohol maka semakin
luas pula luas area yang dihasilkan. Persamaan y = 24,6575x - 3086,7072 menyatakan
bahwa kenaikan 1 nilai x maka akan menyebabkan bertambahnya nilai y sebesar
24,6575. Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati 1 menggambarkan bahwa
analisis standar alkohol dilakukan secara teliti sehingga memberikan respons yang
linier pada peningkatan nilai konsentrasi alkohol terhadap peningkatan luas area.

7
Hasil Analisis Alkohol dalam Sampel

Tabel 2.1 Data konsentrasi kandungan alkohol dalam sampel

Hasil analisis alkohol dalam sampel obat batuk sirup. Sebanyak 9 sampel yang
tidak menuliskan keterangan alkohol dalam kemasaanya terdeteksi mengandung
alkohol dengan konsentrasi yang bervariasi. Satu sampel yang dalam kemasaannya
menuliskan keterangan alkohol kurang dari 1% tidak terdeteksi mengandung alkohol
setelah dianalisis menggunakan metode headspace kromatografi gas.

Linearitas Kurva Standar Alkohol


Linieritas metode dapat menggambarkan ketelitian pengerjaan analisis suatu
metode yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) dengan syarat nilai R2
> 0,997. Alat kromatografi gas akan mempunyai linieritas yang tinggi bila
menghasilkan data nilai korelasi (r) yang mendekati 1. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kurva standar alkohol memiliki persamaan Y = 24,6575X – 3086,7072 dengan
R2 sebesar 0,999 dan r = 0,9995. Alat kromatografi gas yang digunakan memiliki
nilai batas deteksi (LoD) alkohol sebesar 2,8 mg/L atau 3,59 x 10-4% v/v. Jika sampel
yang diuji memiliki konsentrasi alkohol di bawah LoD-nya, kandungan alkoholnya
tak akan terdeteksi (Suseno dan Qomariyah, 2021).

8
Konsentrasi Alkohol dalam Sampel Obat Batuk Sirup
Dari 15 sampel yang diuji diketahui 9 sampel mengandung alkohol dengan
konsentrasi terbesar, yaitu 1,569% v/v pada sampel D. Ditemukannya kandungan
alkohol pada sampel bisa disebabkan karena limit deteksi alat yang digunakan untuk
menganalisis alkohol berbeda-beda dan dapat dimungkinkan pula bahwa limit deteksi
alat yang digunakan oleh produsen obat untuk menganalisis alkohol tersebut di atas
alat kromatografi gas yang digunakan pada penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari
rentang konsentrasi alkohol yang ditemukan pada sampel, yang berada dalam rentang
sangat kecil, yaitu 0,045%−1,569%. Makin kecil limit deteksi alat (LoD), akan makin
baik untuk analisis suatu senyawa yang konsentrasinya kecil pula (Suseno dan
Qomariyah, 2021).

Metode Analisis Alkohol dalam Sampel


Analisis alkohol menggunakan kromatografi gas memiliki sensitifitas dan
limit deteksi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lain. Metode headspace
dan gas kromatografi multidimensional Heart-cut yang digabungkan dengan
spektroskopi massa (HS-MDGC/MS) mampu mendeteksi alkohol pada LoQ 0,06%
(v/v) dengan rentang akurasi 96,71% sampai 101,38%. Metode kromatografi gas juga
mampu mendeteksi alkohol pada obat Kumaryasava dan Mustakarista sebesar
0,011-0,025% v/v.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kromatografi gas merupakan suatu cara kromatografi di mana sampel diuap
dan diinjeksikan ke dalam bagian atas dari kolom. Sampel kemudian dibawa melalui
kolom oleh gas pembawa yang bersifat inert. Keuntungan dari penggunaan
kromatografi gas dalam pengujian gas adalah analisis yang cepat, efisien, dan akurat.
Metode kromatografi gas merupakan salah satu teknik pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan distribusi pergerakan yang terjadi di antara fase gerak dan fase
diam untuk pemisahan senyawa yang berada pada larutan. Instrument dan bagian-
bagian kromatografi gas terdiri dari gas pembawa, pengatur aliran dan tekanan gas
pembawa, tempat injeksi sampel (injection port), kolom, detector, computer. Analisis
kualitatif dilakukan dengan melihat waktu retensi dari sampel gas. Waktu retensi yang
berbeda dari masing-masing puncak berguna untuk menentukan senyawa yang ada
dalam sampel gas asalkan ada gas standarnya. Ada beberapa cara analisis kuantitatif,
antara lain dengan metode penormalan luas dan metode standar. Analisis kuantitatif
dapat dihitung dengan cara mengukur tinggi dan luas puncak dari kromatogram.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ardianingsih, R. (2009) “Penggunaan High Performance Liquid Chromatography (Hplc)


Dalam Proses Analisa Deteksi Ion,” Berita Dirgantara, 10(4), hal. 101–104.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. (1986) Analisa Kimia Kuantitatif. edisi IV. Jakarta:
Erlangga.
Faricha, A., Rivai, M. dan Suwito (2014) “Sistem Identifikasi Gas Menggunakan Sensor
Surface Acoustic Wave dan Metoda Kromatografi,” Jurnal Teknik ITS, 3(2), hal.
157–162.
Kealey, D. dan Haines, P.J. (2002). Analytical Chemistry. London: BIOS Scientific Publisher
Mashuni (1993) Karakterisasi Sitronelal, Sitronelol dan Geraniol dalam minyak sereh
dengan kromatografi gas. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Nur, M. A. (2003) Kromatografi Gas dan HPLC. Perguruan Tinggi Negeri Di Indonesia
bagian Timur dan Kalimantan.
Rizalina, H. et al. (2018) “Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan
Gas Chromatography,” Indonesian Journal of Chemical Science, 7(3), hal. 254–
261.
Rohman, A. (2007) Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rubiyanto, D. (2017) Metode Kromatografi: Prinsip Dasar, Praktikum dan Pendekatan
Pembelajaran kromatografi. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Suseno, D. dan Qomariyah, Q. (2021) “Analisis Kadar Alkohol dalam Obat Batuk Sirup
dengan Menggunakan Metode Headspace Kromatografi Gas,” Jurnal Kesehatan
Vokasional, 6(3), hal. 139. doi: 10.22146/jkesvo.65911.
W, Deliana. dan S, Sugik. (1992) “Analisis Kemurnian Gas Argon, Nitrogen, Helium dan
Hidrogen Hasil Industri Memakai Kromatografi Gas,” Pusat Penelitian Sains
Materi.

11

Anda mungkin juga menyukai