Oleh:
KELOMPOK 2
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
nya kami dapat menyelesaikan ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Instrumen Analisi Farmasi dan juga untuk menambah
makalah ini, kami selaku penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Terutama dari dosen pengampu dari mata kuliah Analisis Instrumen
Farmasi, Bapak Armon Fernando, M. Si, Apt. Maka pada kesempatan ini, kami
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gas Chromatography (GC)?
2. Bagaimana prinsip alat Gas Chromatography (GC)?
3. Bagaimana prinsip analisa menggunakan alat Gas Chromatography (GC)?
4. Apa saja contoh analisa menggunakan Gas Chromatography (GC)?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami pengertian Gas Chromatography (GC)
2. Dapat memahami prinsip alat Gas Chromatography (GC)
3. Dapat memahami prinsip analisa menggunakan alat Gas Chromatography
(GC).
3
4. Dapat mengetahui contoh analisa menggunakan Gas Chromatography
(GC)
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya (GC) hanya digunakan untuk analisis gas saja. Akan tetapi dengan
kemajuan ilmu dan teknologi, akhirnya (GC) dapat digunakan untuk analisis
bahan cair dan padat termasuk bahan polimer. Sekarang ini, kromatografi sangat
diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu campuran senyawa.
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah
satu fase adalah fase diam.
5
2.2. Prinsip Kerja Gas Chromatography (GC)
dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperatur
gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase
cair dan temperatur tidak dimiliki. Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan
yang mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas)
bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute
dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fase. Salah
satu fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain yaitu
gas yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute
tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.
dapat diatur. Komponenkomponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan
akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Komponen- komponen
akan teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat dengan
6
kecepatan berbeda sesuai dengan nilai kd masing- masing komponen sehingga
terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar
tersebut. Sinyal lau diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat
melalui nyala hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan
aliran listrik sebanding dengan ion campuran gas dapat dipisahkan dengan
kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas padat)
gas padat sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, silika gel atau
saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10
m) dan tipis.
Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas
akan dipartasi pada fase gas dan fase cair mengikuti hukum partisi. Senyawa yang
kurang larut pada fase diam akan keluar lebih dahulu. Metode ini sangat baik
untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan
ester.
7
2.3. Prinsip Analisa Gas Chromatography (GC)
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam
suatu sampel berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen tersebut ke
dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak berupa gas dan fasa diam bisa cairan atau padatan.
Selain pemisahan, kromatografi gas juga dapat melakukan pengukuran kadar
komponen-komponen dalam sampel. Pengukuran analit dalam kromatografi gas
berdasarkan perbedaan tinggi atau luas puncak sebagai akibat perbedaan
konsentrasi analit. Berdasarkan fasa diamnya kromatografi gas dibagi ke dalam
dua bagian, yaitu:
1. Kromatografi gas cair (KGC)
Pada KGC fasa diamnya berupa cairan yang sukar menguap dan melekat
pada padatan pendukung berupa butiran halus yang inert. Secara lebih
spesifik, prinsip pemisahan pada KGC terjadi akibat perbedaan partisi
komponen-komponen dalam sampel di antara fasa diam dan fasa gerak.
2. Kromatografi gas padat (KGP)
Fasa diam pada KGP berupa padatan seperti karbon, zeolit dan silika gel.
Dalam hal ini, proses pemisahan terjadi akibat perbedaan adsorpsi fasa
diam terhadap komponen-komponen dalam sampel. Koefisien distribusi
umumnya jauh lebih besar daripada KGC, sehingga KGP banyak
digunakan untuk pemisahan spesi yang tidak ditahan oleh kolom gas-cair,
seperti komponen udara, hidrogen sulfida, karbon disulfida, nitrogen
oksida, karbon monoksida, dan karbon dioksida. Ada beberapa kendala
pada KGP yaitu adsorbsi fasa diam terhadap komponenkomponen sampel
bersifat semi permanen terutama terhadap molekul yang aktif atau molekul
yang polar. Disamping itu KGP seringkali memberikan bentuk
kromatografi yang berekor. Kendala lain dari KGP adalah efektifitas
pemisahan komponen sangat dipengaruhi oleh massa molekul relatif (Mr).
KGP lebih efektif untuk pemisahan komponen-komponen dengan Mr
rendah.
8
1. Analisa kualitatif, berupa pengidentifikasikan senyawa yang terkandung
dalam suatu campuran dengan menggunakan perbandingan waku retensi
antara analit standar dengan sampel
2. Analisa kuantitatif, untuk mengetahui nilai-nilai yang berhubungan dengan
kromatogram. Nilai-nilai yang dapat diketahui adalah resolusi kolom,
konsentrasi sampel (dengan metode kurva kalibrasi), efisiensi dan lain-
lain. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan perbandingan
tinggi dari puncak analit dengan standar.
9
dari data yang didapat yakni respon instrumen dan waktu retensi masih dapat
dipengaruhi oleh seyawa kontaminan atau penganggu lainnya yang ikut
terbawa pada sampel. Kemudian, tiap alat kromatografi gas memiliki
sensitivitas dan selektivitas yang berbeda pula sehingga dalam analisis yang
menggunakan FAME standar perlu dilakukan validasi metode yakni
penentuan linearitas serta faktor selektivitas dari instrument GC terhadap
senyawa FAME.
Analisis FAME menggunakan detektor FID dan kolom tertentu untuk
meningkatkan resolusi senyawa atau komponen pada kromatografi gas saat
ini masih menjadi topik penelitian yang cukup sering dilakukan. Pada
Gambar 1 merupakan gambar contoh kromatogram FAME standar C8-C24.
10
analisis dengan GC. Semakin panjang rantai karbon maka semakin sulit untuk
menguap. Hal ini sejalan pada proses deteksi GC dengan FID. FID
mengionkan senyawa yang dianalisis sehingga terinterpretasi pada recorder
dan muncul dengan resolusi dan waktu retensi tertentu. Oleh karena itu metil
kaprilat dengan atom C8 memiliki resolusi dan pemisahan yang cukup baik
jika dibandingkan dengan metil lignoserat dengan atom C24.
Linearitas perlu dilakukan karena dapat memberikan info mengenai ketepatan
(presisi) respon faktor instrumen terhadap sampel serta batas deteksi dari
sampel yang dianalisis. Linearitas dalam penelitian ini merupakan kurva baku
eksternal standar dari masing-masing komponen FAME C8-C24. Tabel 1
merupakan tabel linearitas dari masing-masing komponen FAME C8-C24.
11
pada GC. Hal ini dibuktikan dengan FAME berantai pendek yaitu metil
kaprilat dengan atom C8 memiliki nilai korelasi 0.999 akan tetapi FAME
yang berantai panjang seperti metil stearat (C18), metil oleat (C18:1), dan
metil dokosanoat (C22) juga memiliki nilai korelasi sebesar 0.999.
Kesimpulan
Dari hasil kajian ini disimpulkan bahwa,
1. Senyawa-senyawa FAME memiliki linearitas cukup baik dengan nilai
korelasi 0.995-0.999.
2. Senyawa-senyawa FAME dapat terpisah dengan baik karena memiliki
faktor selektivitas yang mendekati 1.
12
Dengan spesifikasi tersebut, kromatografi gas secara luas di gunakan untuk
memonitor keamanan teh terhadap kandungan residu pestisida. Demikian
juga pemilihan detektor merupakan hal yang sangat penting. Sifat senyawa
target yang akan dianalis harus diketahui dengan pasti sehingga dapat
ditentukan detektor yang sesuai agar diperoleh hasil analisis yang akurat.
Instrumen analitik GC-ECD yang digunakan untuk analisis residu
perstisida α-endosulfan dan bifentrin dalam teh mempunyai kinerja yang
sangat baik yang ditunjukkan dengan parameter verifikasi memuaskan yang
terdiri dari Instrumen Detection Limit (IDL), linieritas, dan presisi pada
kondisi optimum pemisahan kedua senyawa target tersebut.
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1. Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya
2. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara
solute dengan fase diam
3. Analisa pada GC meliputi :
a. Analisa kualitatif, berupa pengidentifikasikan senyawa yang
terkandung dalam suatu campuran dengan menggunakan
perbandingan waku retensi antara analit standar dengan sampel
b. Analisa kuantitatif, untuk mengetahui nilai-nilai yang berhubungan
dengan kromatogram. Nilai-nilai yang dapat diketahui adalah
resolusi kolom, konsentrasi sampel (dengan metode kurva
kalibrasi), efisiensi dan lain-lain. Analisa kuantitatif dari gas
kromatografi berdasarkan perbandingan tinggi dari puncak analit
dengan standar.
3.2. Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk penulisan makalah
yang lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15