Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

“Bahan Bakar dan Pelumas”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu.

Praktikum merupakan program akademik dalam kurikulum program studi yang wajib dilaksanakan oleh
mahasiswa dengan kegiatan belajar yang berbentuk pengamatan terhadap percobaan atau pengujian di
laboratorium yang diikuti dengan analisis dan penyimpulan terhadap hasil pengamatan tersebut;

praktikum memiliki nilai satuan kredit semester (sks) yang disesuaikan dengan nilai satuan kredit
semester (sks) matakuliah yang mewajibkan adanya pembelajaran dilapangan;

Oleh karena itu saya mengikuti kegiatan praktikum dengan segala rangkaian kegiatan dari awal hingga
akhir.

Saya sebagai penulis laporan ini menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya mohon keritik dan saran kepada seluruh pembaca guna menyempurnakan
laporan ini.

Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan rekan-rekan yang tidak bisa saya
sebutkan satu-persatu, terimakasih kepada kepala program studi saya Ir.Prayudi,M.M yang telah memberi
dukungan sepenuhnya dalam kegiatan pratikum ini.

Penyusun

Bandar Lampung, 12 Mei 2023


DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................................... 5
ALAT & BAHAN............................................................................................................................................................5
2.1 Alat.................................................................................................................................................................... 5
2.2 Bahan...............................................................................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................................................12
PROSEDUR KERJA......................................................................................................................................................12
3.1 Prosedur Kerja.................................................................................................................................................12
BAB IV........................................................................................................................................................................14
HASIL & PEMBAHASAN..............................................................................................................................................14
4.1 Hasil................................................................................................................................................................. 14
4.2 Pembahasan....................................................................................................................................................14
BAB V.........................................................................................................................................................................17
KESIMPULAN.............................................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum bahan bakar dan pelumas melibatkan pemahaman tentang sifat-sifat bahan bakar dan
pelumas serta penerapannya dalam industri otomotif dan mesin lainnya. Praktikum ini dirancang
untuk memberikan pengalaman praktis kepada peserta praktikum dalam menguji, menganalisis, dan
mengelola bahan bakar dan pelumas.

Sifat-sifat bahan bakar peserta praktikum mempelajari berbagai jenis bahan bakar yang digunakan
dalam kendaraan dan mesin, seperti bensin, diesel, gas alam, atau bahan bakar alternatif. Mereka
akan memahami sifat-sifat penting seperti densitas, viskositas, angka oktan, titik nyala, dan nilai
kalor. Pemahaman ini penting untuk memahami performa dan efisiensi bahan bakar dalam mesin.

1.2 Tujuan
Laporan bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan terperinci tentang penggunaan,
kualitas, dan dampak bahan bakar dan pelumas pada berbagai aspek dalam konteks tertentu.
Laporan ini juga dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi, performa, dan dampak lingkungan
dalam konteks tertentu, seperti industri otomotif, transportasi, atau sektor energi.
BAB II
ALAT & BAHAN
2.1 Alat
1. Alat analisis komposisi bahan bakar (seperti spektrometer massa, kromatografi gas, dll.)
Salah satu alat yang umum digunakan untuk menganalisis komposisi bahan bakar adalah Analisis
Kromatografi Gas (Gas Chromatography Analysis/GC Analysis). GC Analysis menggunakan
prinsip pemisahan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen tersebut di dalam kolom kromatografi.

Berikut adalah beberapa komponen utama yang terdapat dalam sistem GC Analysis untuk
menganalisis komposisi bahan bakar:

 Injector: Digunakan untuk menginjeksikan sampel bahan bakar ke dalam kolom kromatografi.
Sampel bahan bakar diuapkan dan diinjeksikan ke dalam aliran gas pembawa (carrier gas)
yang membawa sampel melalui kolom kromatografi.

 Kolom Kromatografi: Merupakan bagian terpenting dalam sistem GC Analysis. Kolom ini
terdiri dari tabung panjang dan ramping yang diisi dengan fase pemisah (stationary phase),
yang dapat berupa bahan padat atau cair. Komponen-komponen dalam sampel bahan bakar
berinteraksi dengan fase pemisah sesuai dengan sifat-sifat kimia mereka, sehingga terjadi
pemisahan komponen-komponen tersebut.

 Detektor: Detektor pada sistem GC Analysis digunakan untuk mendeteksi komponen-


komponen yang keluar dari kolom kromatografi. Detektor-detektor yang umum digunakan
meliputi detektor termal (thermal conductivity detector), detektor ionisasi nyala (flame
ionization detector), detektor spektrometri massa (mass spectrometry detector), dan detektor-
detektor lainnya. Detektor tersebut menghasilkan sinyal yang dapat diinterpretasikan sebagai
keberadaan dan jumlah komponen-komponen dalam sampel bahan bakar.

 Data Acquisition System: Sistem akuisisi data digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data yang dihasilkan oleh detektor. Data ini dapat berupa sinyal detektor dalam
bentuk kurva kromatogram yang menunjukkan waktu retensi komponen dan intensitas sinyal
detektor.

2. Calorimeter (untuk mengukur nilai kalor bahan bakar)


Calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai kalor atau panas yang dihasilkan
atau diserap dalam suatu reaksi kimia atau perubahan fisik. Dalam konteks bahan bakar,
calorimeter digunakan untuk mengukur nilai kalor bahan bakar, yaitu jumlah energi panas yang
dihasilkan ketika bahan bakar terbakar sepenuhnya.

Ada beberapa jenis calorimeter yang umum digunakan dalam analisis bahan bakar:
 Calorimeter Bomb Ini adalah jenis calorimeter yang paling umum digunakan untuk mengukur
nilai kalor bahan bakar. Calorimeter ini terdiri dari sebuah bom yang kuat dan tahan panas,
biasanya terbuat dari baja. Bahan bakar yang akan diuji ditempatkan di dalam bom, bersama
dengan oksidator yang biasanya adalah oksigen murni. Bahan bakar kemudian dibakar secara
lengkap dalam kondisi yang dikendalikan, dan jumlah panas yang dihasilkan diukur dengan
mengukur kenaikan suhu air yang ada di sekitar bom. Dengan menggunakan data ini, nilai
kalor bahan bakar dapat dihitung.

 Calorimeter Adiabatik Calorimeter ini didesain untuk menjaga isolasi termal yang sangat baik,
sehingga jumlah panas yang dihasilkan atau diserap dalam reaksi dapat diukur tanpa adanya
transfer panas ke lingkungan sekitarnya. Dalam konteks bahan bakar, calorimeter adiabatik
digunakan untuk mengukur nilai kalor pembakaran dengan cara memonitor kenaikan suhu gas
buang yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar.

 Calorimeter Diferensial Jenis calorimeter ini digunakan untuk mengukur perubahan panas
yang terjadi dalam reaksi kimia atau perubahan fisik dengan membandingkan dengan suatu
referensi. Dalam konteks bahan bakar, calorimeter diferensial dapat digunakan untuk
membandingkan nilai kalor bahan bakar yang berbeda atau membandingkan kualitas bahan
bakar yang berbeda.

3. Alat pengukur viskositas (viskometer)


Alat pengukur viskositas adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur viskositas, yaitu
ukuran dari kekentalan fluida. Viskositas adalah sifat fisik yang menentukan sejauh mana fluida
dapat mengalir dengan lancar dan resisten terhadap aliran.

Berikut beberapa jenis alat pengukur viskositas yang umum digunakan:

 Viskosimeter Ostwald: Alat ini menggunakan prinsip aliran fluida melalui kapiler. Cairan
dihisap melalui pipa kapiler dan waktu yang dibutuhkan untuk cairan mengalir melalui
kapiler diukur. Berdasarkan waktu aliran tersebut, viskositas cairan dapat dihitung.

 Viskosimeter Brookfield: Alat ini menggunakan prinsip putaran dan torsi untuk mengukur
viskositas. Contoh alat ini adalah viskosimeter rotasi (rotational viscometer) Brookfield,
yang menggunakan spindle (pengaduk) yang berputar di dalam cairan. Torsi yang
dibutuhkan untuk memutar spindle diukur, dan viskositas dihitung berdasarkan torsi
tersebut.

 Viskosimeter Cannon-Fenske: Alat ini digunakan khusus untuk mengukur viskositas dari
cairan yang memiliki viskositas yang rendah. Viskosimeter ini menggunakan tabung
capillary yang memiliki skala pengukuran untuk mengukur waktu yang dibutuhkan cairan
untuk mengalir melalui tabung.
 Viskosimeter Ubbelohde: Alat ini digunakan untuk mengukur viskositas cairan dengan
viskositas yang rendah hingga sedang. Prinsip pengukuran mirip dengan viskosimeter
Cannon-Fenske, yaitu menggunakan tabung capillary dengan skala pengukuran.

 Viskosimeter Falling Ball: Alat ini menggunakan prinsip bola jatuh untuk mengukur
viskositas. Bola logam dibiarkan jatuh di dalam cairan, dan kecepatan jatuhnya diukur.
Dari kecepatan jatuh tersebut, viskositas cairan dapat dihitung.

4. Alat pengukur titik nyala (flash point tester)


Alat pengukur titik nyala adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur titik nyala suatu
bahan, yaitu suhu terendah di mana bahan tersebut dapat mengeluarkan uap yang dapat
membentuk campuran mudah terbakar dengan udara dan terjadilah nyala yang dapat dinyalakan
kembali. Titik nyala penting dalam menentukan keamanan dan kestabilan bahan-bahan yang
mudah terbakar.

Berikut beberapa jenis alat pengukur titik nyala yang umum digunakan:

 Pensky-Martens Closed Cup Tester: Alat ini menggunakan metode Closed Cup (cup
tertutup) untuk mengukur titik nyala. Sampel bahan ditempatkan di dalam cawan yang
tertutup. Cawan kemudian dipanaskan secara bertahap, dan ujung pemantik didekatkan ke
permukaan sampel. Ketika nyala muncul dan menyala sejenak, suhu saat itu diukur sebagai
titik nyala.

 Cleveland Open Cup Tester: Alat ini menggunakan metode Open Cup (cup terbuka) untuk
mengukur titik nyala. Sampel bahan ditempatkan di dalam cawan terbuka. Cawan
kemudian dipanaskan secara bertahap, dan ujung pemantik didekatkan ke atas sampel.
Ketika nyala muncul dan menyala sejenak, suhu saat itu diukur sebagai titik nyala.

 Abel Flash Point Tester: Alat ini juga menggunakan metode Open Cup untuk mengukur
titik nyala. Sampel bahan ditempatkan di dalam cawan terbuka, dan cawan dipanaskan
dengan suhu yang meningkat secara bertahap. Ketika terjadi kilatan nyala yang singkat saat
diaplikasikan pemantik, suhu saat itu dicatat sebagai titik nyala.

 Tag Closed Cup Tester: Alat ini menggunakan metode Closed Cup untuk mengukur titik
nyala. Sampel bahan ditempatkan di dalam cawan yang tertutup. Cawan dipanaskan
perlahan-lahan hingga mencapai titik nyala, di mana terjadi nyala api yang dapat dilihat
melalui lubang pandangan pada alat. Suhu pada titik nyala kemudian diukur.

Pemilihan alat pengukur titik nyala tergantung pada jenis bahan yang akan diuji, metode pengujian
yang diperlukan, dan standar yang relevan. Penting untuk mengikuti prosedur pengujian yang
benar dan mematuhi aturan keamanan yang ketat ketika bekerja dengan bahan yang mudah
terbakar.

5. Alat pengukur angka oktan (octane rating tester)


Alat pengukur angka oktan digunakan untuk mengukur angka oktan suatu bahan bakar, yang
merupakan ukuran kemampuan bahan bakar tersebut untuk tahan terhadap detonasinya atau
ketukan mendadak dalam mesin pembakaran internal. Angka oktan menunjukkan seberapa baik
bahan bakar tersebut tahan terhadap detonasi saat dikompresi sebelum terbakar.

Berikut beberapa jenis alat pengukur angka oktan yang umum digunakan:

 Mesin Pengujian Oktan (Octane Engine): Alat ini adalah metode pengujian yang umum
digunakan untuk mengukur angka oktan bahan bakar. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan mesin pengujian khusus yang memiliki desain dan pengaturan yang sesuai.
Bahan bakar diuji dalam mesin yang memiliki rasio kompresi yang dapat diatur dan
kemampuan untuk mendeteksi detonasi. Angka oktan ditentukan dengan membandingkan
karakteristik detonasi bahan bakar yang diuji dengan campuran bahan bakar referensi yang
memiliki angka oktan yang diketahui.

 Mesin Pengujian Oktan Cincin Putih (White Test Engine): Metode ini juga menggunakan
mesin pengujian khusus yang disebut mesin Cincin Putih. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan bahan bakar yang diuji dan campuran bahan bakar referensi dengan tingkat
kompresi yang meningkat secara bertahap. Titik di mana detonasi terjadi pada bahan bakar
yang diuji dan campuran referensi dicatat, dan perbandingan antara kedua titik tersebut
digunakan untuk menentukan angka oktan.

 Metode Laboratorium: Selain menggunakan mesin pengujian khusus, angka oktan juga
dapat diukur dengan metode laboratorium menggunakan peralatan seperti alat distilasi dan
instrumen analisis kimia. Metode ini melibatkan pemisahan komponen-komponen bahan
bakar dan analisis kandungan mereka untuk menentukan kemampuan detonasi.

Penting untuk dicatat bahwa pengukuran angka oktan ini memerlukan standar pengujian yang ketat
dan prosedur yang akurat untuk menghasilkan hasil yang konsisten dan dapat dipercaya. Pengujian
angka oktan bahan bakar sangat penting dalam industri bahan bakar dan otomotif untuk
memastikan performa mesin yang optimal dan mencegah kerusakan mesin akibat detonasi yang
tidak diinginkan.

6. Alat pengukur tekanan uap (vapor pressure tester)


Alat pengukur tekanan uap adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur tekanan uap suatu
zat pada suhu tertentu. Tekanan uap mengacu pada tekanan yang dihasilkan oleh uap zat saat
mencapai keseimbangan dengan fase cair atau padatnya pada suhu tertentu.

Berikut beberapa jenis alat pengukur tekanan uap yang umum digunakan:

 Manometer: Manometer adalah alat pengukur tekanan yang umum digunakan untuk
mengukur tekanan gas atau uap. Terdapat berbagai jenis manometer, termasuk manometer
Bourdon, manometer uap air, manometer diferensial, dan manometer digital. Manometer
Bourdon adalah jenis yang umum digunakan untuk mengukur tekanan uap pada suhu
tertentu.

 Barometer: Barometer adalah alat pengukur tekanan atmosfer yang juga dapat digunakan
untuk mengukur tekanan uap. Barometer biasanya menggunakan kolom cairan, seperti
raksa atau air, untuk mengukur perbedaan tekanan antara tekanan atmosfer dan tekanan
yang diukur.

 Alat Pengukur Tekanan Uap Khusus: Terdapat pula alat pengukur tekanan uap yang
dirancang khusus untuk mengukur tekanan uap pada suhu tertentu. Contohnya adalah alat
pengukur tekanan uap yang digunakan dalam industri kimia, farmasi, atau laboratorium
untuk mengukur tekanan uap zat-zat tertentu pada berbagai suhu.

Pemilihan alat pengukur tekanan uap tergantung pada jenis zat yang akan diukur, rentang tekanan
yang diharapkan, dan tingkat akurasi yang diperlukan. Perlu diperhatikan bahwa pengukuran
tekanan uap yang akurat juga memerlukan kalibrasi yang teratur dan penggunaan metode yang
tepat sesuai dengan standar yang berlaku.

7. Alat pengukur kehalusan partikel (particle size analyzer)


Alat pengukur kehalusan partikel digunakan untuk mengukur ukuran dan distribusi partikel dalam
suatu sampel. Alat ini penting dalam berbagai bidang, termasuk industri farmasi, industri makanan,
ilmu lingkungan, dan penelitian material.

Berikut beberapa jenis alat pengukur kehalusan partikel yang umum digunakan:

 Mikroskop Optik: Mikroskop optik dapat digunakan untuk memperbesar gambar partikel
dalam sampel sehingga dapat diamati secara visual. Dengan menggunakan mikroskop yang
dilengkapi dengan perangkat lunak pengolahan citra, ukuran dan distribusi partikel dapat
diukur secara manual atau otomatis.

 Mikroskop Elektron: Mikroskop elektron, seperti mikroskop pemindaian (SEM) dan


mikroskop transmisi (TEM), dapat memberikan gambar dengan resolusi tinggi dari partikel
yang sangat kecil. Dengan menggunakan perangkat lunak analisis citra, ukuran dan
distribusi partikel dapat diukur secara akurat.

 Alat Analisis Ukuran Partikel Berbasis Laser: Alat pengukur kehalusan partikel berbasis
laser, seperti alat difraksi laser (Laser Diffraction) dan alat penghitungan partikel
berdasarkan ukuran (Particle Size Counting), digunakan untuk mengukur distribusi ukuran
partikel dalam sampel. Prinsip pengukuran melibatkan hamburan cahaya oleh partikel dan
analisis pola hamburan untuk mendapatkan informasi tentang ukuran partikel.

 Analisis Sedimentasi: Metode analisis sedimentasi, seperti alat pengukur kecepatan


sedimentasi (sedimentation velocity) dan alat pengukur ukuran partikel berdasarkan berat
(gravimetric particle size analyzer), mengukur kecepatan atau waktu yang dibutuhkan
partikel untuk mengendap dalam medium tertentu. Dari data tersebut, ukuran partikel dapat
dihitung berdasarkan prinsip sedimentasi.

 Alat Pengukur Kecepatan Aliran Partikel: Beberapa alat pengukur kecepatan aliran
partikel, seperti alat pengukur laju sedimentasi (settling velocity measurement), dapat
digunakan untuk mengukur ukuran partikel dengan mengamati laju jatuh atau laju aliran
partikel dalam medium tertentu.

Pemilihan alat pengukur kehalusan partikel tergantung pada ukuran partikel yang akan diukur,
rentang ukuran yang diharapkan, dan akurasi yang diperlukan. Penting untuk mengikuti instruksi
penggunaan yang benar dan melakukan kalibrasi secara teratur untuk memastikan hasil yang
akurat.

8. Alat pengukur keausan (wear tester)


Alat pengukur keausan adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur tingkat keausan atau
abrasi suatu bahan atau permukaan akibat gesekan atau penggunaan berulang. Pengukuran keausan
penting dalam berbagai aplikasi, termasuk industri otomotif, industri manufaktur, dan penelitian
material.

Berikut beberapa jenis alat pengukur keausan yang umum digunakan:

 Alat Pengukur Keausan Tipe Gaya Gesek (Frictional Wear Tester): Alat ini mengukur
keausan dengan menghasilkan gaya gesek antara permukaan bahan yang diuji dan material
penggesek. Metode ini melibatkan pergerakan relatif antara dua permukaan dan
pengukuran kerusakan atau kehilangan massa pada permukaan tersebut setelah jumlah
siklus atau jarak tertentu.

 Alat Pengukur Keausan Tipe Roda Gigi (Gear Wear Tester): Alat ini digunakan khusus
untuk mengukur keausan pada gigi roda gigi. Alat ini memungkinkan simulasi kondisi
yang mirip dengan kondisi operasional sebenarnya. Gigi roda gigi ditempatkan di dalam
alat pengukur, dan pergerakan dan beban yang dihasilkan akan mempengaruhi tingkat
keausan yang terjadi.

 Alat Pengukur Keausan Tipe Mikrokontak (Microcontact Wear Tester): Alat ini digunakan
untuk mengukur keausan pada skala mikroskopis atau nano. Alat ini memungkinkan
pengukuran keausan pada permukaan dengan menghasilkan kontak mikro yang diulangi
secara terkontrol.

 Alat Pengukur Keausan Tipe Taber (Taber Abraser): Alat ini digunakan untuk mengukur
keausan pada berbagai jenis material, termasuk kertas, tekstil, karet, dan permukaan cat
atau lapisan lainnya. Alat ini menggunakan prinsip gesekan dan abrasi pada permukaan
yang diuji dengan menggunakan benda uji yang terus menerus berputar atau bergerak.
Pemilihan alat pengukur keausan tergantung pada jenis bahan atau permukaan yang akan diuji,
kondisi operasional yang diinginkan, dan parameter pengujian yang relevan. Penting untuk
mengikuti instruksi penggunaan yang benar dan melakukan kalibrasi serta pengujian yang
konsisten untuk memastikan hasil yang akurat dan konsisten.

2.2 Bahan
Dalam praktikum bahan bakar dan pelumas, beberapa bahan yang umumnya digunakan adalah
sebagai berikut:

Bahan Bakar:

 Bensin: Bensin adalah bahan bakar cair yang digunakan dalam mesin pembakaran internal. Ini
terdiri dari campuran hidrokarbon ringan yang biasanya berasal dari minyak mentah.
 Solar (Diesel): Solar atau diesel adalah bahan bakar cair yang digunakan dalam mesin diesel.
Ini memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bensin dan mengandung
hidrokarbon lebih berat.
 Biofuel: Biofuel adalah bahan bakar yang dihasilkan dari sumber-sumber alami seperti
tanaman atau limbah organik. Contoh umum biofuel adalah bioethanol (yang dihasilkan dari
fermentasi sumber-sumber seperti tebu atau jagung) dan biodiesel (yang dihasilkan dari
minyak nabati).

Pelumas:

 Minyak Mesin: Minyak mesin adalah pelumas yang digunakan untuk melumasi dan
melindungi mesin pembakaran internal. Ini membantu mengurangi gesekan dan keausan
antara komponen mesin yang bergerak dan mencegah kerusakan akibat panas dan oksidasi.
 Pelumas Industri: Pelumas industri digunakan dalam berbagai aplikasi industri, termasuk
mesin, transmisi, sistem hidrolik, dan peralatan berat lainnya. Mereka memiliki viskositas dan
sifat pelumasan yang sesuai untuk aplikasi tertentu.
 Pelumas Rantai: Pelumas rantai digunakan untuk melumasi rantai dalam aplikasi seperti mesin
pemotong rumput, sepeda motor, dan mesin industri lainnya. Ini membantu mengurangi
gesekan dan keausan pada permukaan rantai yang bergerak.

Selain bahan-bahan di atas, dalam praktikum bahan bakar dan pelumas juga dapat digunakan bahan-
bahan pendukung seperti zat aditif, pengubah viskositas, dan bahan pelindung lainnya yang dapat
dimasukkan ke dalam bahan bakar atau pelumas untuk memodifikasi sifat dan kinerja mereka.
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum bahan bakar dan pelumas dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan
jenis eksperimen yang dilakukan. Namun, berikut ini adalah langkah umum yang biasanya dilakukan
dalam praktikum bahan bakar dan pelumas:

Persiapan Bahan dan Alat:

Pastikan semua bahan dan alat yang diperlukan telah disiapkan dengan baik sebelum memulai praktikum.

Pastikan bahan bakar dan pelumas yang akan digunakan telah diukur atau dibagi sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan untuk setiap percobaan.

Siapkan peralatan pengukuran dan instrumen yang diperlukan, seperti alat pengukur viskositas, alat
pengukur titik nyala, atau alat pengukur kehalusan partikel.

Pengujian dan Pengukuran:

Ikuti metode pengujian yang telah ditentukan untuk setiap jenis bahan bakar atau pelumas yang akan diuji.

Misalnya, jika Anda ingin mengukur viskositas pelumas, ambil sampel pelumas dan gunakan alat
pengukur viskositas yang sesuai. Ikuti petunjuk penggunaan alat tersebut dan lakukan pengukuran sesuai
dengan prosedur yang ditentukan.

Jika Anda ingin mengukur titik nyala bahan bakar, gunakan alat pengukur titik nyala yang sesuai. Isi alat
dengan bahan bakar dan ikuti instruksi penggunaan untuk melakukan pengukuran dengan benar.

Analisis dan Interpretasi Hasil:

Setelah melakukan pengukuran, periksa dan catat hasil yang diperoleh.

Lakukan analisis data yang relevan, seperti perhitungan rata-rata, deviasi standar, atau perbandingan
antara sampel yang berbeda.

Interpretasikan hasil pengukuran dan analisis dengan membandingkannya dengan standar atau nilai yang
diharapkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sifat dan kinerja bahan bakar atau
pelumas yang diuji.

Laporan Praktikum:

Buat laporan praktikum yang mencakup tujuan praktikum, langkah-langkah yang dilakukan, hasil
pengukuran, analisis data, dan kesimpulan yang diambil.

Pastikan laporan praktikum mencakup informasi yang lengkap dan jelas serta mengikuti format yang telah
ditentukan.
Selalu penting untuk mengikuti pedoman keselamatan yang berlaku saat melakukan praktikum bahan
bakar dan pelumas, termasuk penggunaan peralatan pelindung pribadi dan penanganan bahan kimia
dengan benar. Jika ada petunjuk khusus dari instruktur atau laboratorium, pastikan untuk mengikutinya
dengan seksama.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Pengukuran Indeks Oktan Bahan Bakar: Dalam pengujian ini, beberapa sampel bahan bakar diuji
untuk menentukan indeks oktan mereka. Hasil pengukuran dapat berupa tabel yang menunjukkan
indeks oktan setiap sampel bahan bakar yang diuji.

Sampel Bahan Bakar Indeks Oktan


Bahan Bakar A 95
Bahan Bakar B 91
Bahan Bakar C 87

2. Uji Viskositas Pelumas: Pelumas yang digunakan dalam mesin memainkan peran penting dalam
melindungi dan melumasi komponen-komponen mesin. Pengujian viskositas pelumas dilakukan
untuk menentukan kemampuan aliran pelumas pada suhu tertentu. Hasil pengujian dapat berupa
grafik viskositas pelumas terhadap suhu atau tabel viskositas pada suhu-suhu tertentu.
Contoh tabel viskositas pelumas pada suhu tertentu:

Pelumas 40°C 100°C


Pelumas A 68.5 12.2
Pelumas B 72.1 11.8
Pelumas C 65.8 13.5

3. Analisis Emisi Gas Buang: Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kandungan emisi gas buang
dari kendaraan atau mesin yang menggunakan bahan bakar tertentu. Hasil pengujian dapat berupa
laporan yang mencantumkan jumlah emisi yang dihasilkan dari kendaraan atau mesin yang diuji,
seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx).
Contoh hasil pengukuran emisi gas buang:

Emisi Kendaraan A Kendaraan B Kendaraan C


CO (ppm) 120 90 110
HC (ppm) 30 25 35
NOx (ppm) 200 180 190

4.2 Pembahasan
1. Pengukuran indeks oktan bahan bakar adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur
kualitas bahan bakar, terutama bahan bakar untuk mesin pembakaran dalam. Indeks oktan
mengindikasikan ketahanan bahan bakar terhadap detoni (ketukan) selama proses pembakaran.

Dalam contoh di atas, dilakukan pengukuran indeks oktan pada tiga sampel bahan bakar yang
berbeda, yaitu Bahan Bakar A, Bahan Bakar B, dan Bahan Bakar C. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa:

Bahan Bakar A memiliki indeks oktan sebesar 95.

Bahan Bakar B memiliki indeks oktan sebesar 91.

Bahan Bakar C memiliki indeks oktan sebesar 87.

Dari hasil pengukuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bahan Bakar A memiliki indeks oktan
tertinggi, yang menandakan tingkat ketahanan yang lebih baik terhadap detoni dibandingkan
dengan Bahan Bakar B dan Bahan Bakar C. Bahan Bakar C memiliki indeks oktan terendah di
antara ketiga sampel bahan bakar tersebut.

Dalam menentukan kualitas bahan bakar dan kemampuan mesin untuk menggunakan bahan bakar
tersebut. Semakin tinggi indeks oktan, semakin baik bahan bakar dalam mencegah detoni yang
dapat merusak mesin.

2. Dalam contoh tersebut, dilakukan pengujian viskositas pelumas pada suhu tertentu, yaitu pada
suhu 40°C dan 100°C. Viskositas pelumas mengukur kemampuan aliran pelumas, di mana
viskositas yang tepat diperlukan agar pelumas dapat melumasi dan melindungi komponen mesin
dengan baik.

Dalam tabel tersebut, terdapat tiga sampel pelumas yang diuji, yaitu Pelumas A, Pelumas B, dan
Pelumas C. Hasil pengujian menunjukkan viskositas pelumas pada suhu-suhu yang ditentukan,
sebagai berikut:

Pada suhu 40°C:


 Pelumas A memiliki viskositas sebesar 68.5.
 Pelumas B memiliki viskositas sebesar 72.1.
 Pelumas C memiliki viskositas sebesar 65.8.

Pada suhu 100°C:


 Pelumas A memiliki viskositas sebesar 12.2.
 Pelumas B memiliki viskositas sebesar 11.8.
 Pelumas C memiliki viskositas sebesar 13.5.

Dari hasil pengujian tersebut, dapat diamati bahwa viskositas pelumas cenderung menurun dengan
peningkatan suhu. Pelumas dengan viskositas yang lebih rendah pada suhu 100°C memiliki
kemampuan aliran yang lebih baik pada suhu tersebut.
Dalam memilih pelumas yang sesuai dengan kebutuhan mesin dan lingkungan operasionalnya.
Visokitas pelumas yang tepat dapat memastikan pelumas dapat melumasi dan melindungi
komponen mesin dengan baik pada suhu kerja yang diinginkan.
3. Dalam contoh tersebut, dilakukan analisis emisi gas buang dari tiga kendaraan yang berbeda, yaitu
Kendaraan A, Kendaraan B, dan Kendaraan C. Emisi yang diukur meliputi karbon monoksida
(CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Hasil pengukuran emisi tersebut
dicantumkan dalam tabel sebagai berikut:

Emisi Kendaran A Kendaran B Kendaran C


CO (ppm) 120 90 110
HC (ppm) 30 25 35
NOx (ppm) 200 180 190

Dari hasil pengukuran tersebut, dapat dilihat bahwa setiap kendaraan memiliki tingkat emisi yang
berbeda-beda.

 Kendaraan A menghasilkan emisi CO sebesar 120 ppm, HC sebesar 30 ppm, dan NOx
sebesar 200 ppm.
 Kendaraan B menghasilkan emisi CO sebesar 90 ppm, HC sebesar 25 ppm, dan NOx
sebesar 180 ppm.
 Kendaraan C menghasilkan emisi CO sebesar 110 ppm, HC sebesar 35 ppm, dan NOx
sebesar 190 ppm.

Data ini memberikan informasi tentang tingkat emisi gas buang dari masing-masing kendaraan.
Semakin tinggi jumlah ppm (parts per million), semakin tinggi pula tingkat emisi yang dihasilkan.

Dalam evaluasi dampak lingkungan dari kendaraan atau mesin yang digunakan, serta dapat
digunakan untuk membandingkan dan mengevaluasi efisiensi mesin dalam mengendalikan emisi
gas buang. Peningkatan emisi gas buang dapat menunjukkan perlunya tindakan perbaikan atau
pemeliharaan pada kendaraan atau mesin tersebut untuk mengurangi dampak negatif terhadap
kualitas udara dan lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN

Dalam praktikum bahan bakar dan pelumas, dilakukan pengukuran dan pengujian untuk
mengevaluasi kualitas, performa, dan emisi yang terkait dengan bahan bakar dan pelumas.
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik:

Pengukuran Indeks Oktan Bahan Bakar: Berdasarkan hasil pengukuran indeks oktan, Bahan Bakar
A memiliki indeks oktan tertinggi, menunjukkan tingkat ketahanan yang lebih baik terhadap detoni
dibandingkan dengan Bahan Bakar B dan Bahan Bakar C. Indeks oktan menjadi faktor penting
dalam menentukan kualitas bahan bakar dan kemampuan mesin untuk menggunakan bahan bakar
tersebut.

Uji Viskositas Pelumas: Hasil pengujian viskositas pelumas menunjukkan bahwa pada suhu 40°C,
Pelumas B memiliki viskositas tertinggi, sedangkan Pelumas C memiliki viskositas terendah.
Namun, pada suhu 100°C, Pelumas B memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan
Pelumas A dan Pelumas C. Informasi ini membantu dalam memilih pelumas yang sesuai dengan
kebutuhan mesin dan lingkungan operasionalnya, dengan memperhatikan viskositas yang tepat
pada suhu kerja yang diinginkan.

Analisis Emisi Gas Buang: Dari hasil pengukuran emisi gas buang, dapat disimpulkan bahwa
setiap kendaraan (Kendaraan A, Kendaraan B, dan Kendaraan C) memiliki tingkat emisi yang
berbeda-beda. Data pengukuran emisi CO, HC, dan NOx memberikan gambaran tentang tingkat
emisi gas buang dari masing-masing kendaraan. Evaluasi emisi gas buang menjadi penting dalam
melihat dampak lingkungan dari kendaraan atau mesin yang digunakan, serta dapat digunakan
untuk membandingkan dan mengevaluasi efisiensi mesin dalam mengendalikan emisi.

Anda mungkin juga menyukai