Anda di halaman 1dari 28

KROMATOGRAFI GAS

Dosen Pengampu :
Patimah, S.Si., M.Farm., Apt.
Disusun oleh :
Alshiba Karinina ( P23135017006 )
Annisa Cita Amalia ( P23135017010 )
Danti Ayu Pramesti ( P23135017016 )
Dilla Kanitha ( P23135017021 )
Husnul Chotimah ( P23135017030 )
Indry Wulandari ( P2135017033 )
Larastiti Ayu Pandanwangi ( P23135017036 )

Prodi D-III Analisa Farmasi dan Makanan


September 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan informasi
mengenai mata kuliah Kromatografi. Dalam makalah ini terdapat beberapa ulasan mengenai Prinsip,
uraian instrument Kromatografi gas, sampai aplikasi kuantitatif dan kualitatif.
Penulis mengambil dari beberapa sumber dalam pembuatan makalah ini, dan diharapkan
makalah ini bisa menjadi sumber referensi untuk mata kuliah kromatografi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu, saran serta kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis ucapakan terima kasih.

Jakarta, 22 September 2018


Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... 2


Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4
1.4 Metode Penulisan ........................................................................................... 4
Bab II Pembahasan
2.1 Gambaran Umum Kromatografi Gas
2.1.1 Alat kromatografi gas .......................................................................... 5
2.2.2 Gas Pembawa ...................................................................................... 6
2.2.3 Masukan Cuplikan .............................................................................. 8
2.2.4 Penyangga Padat ................................................................................. 8
2.2.5 Suhu dan Perekam ............................................................................... 8
2.2 Pengatur Tekanan .......................................................................................... 10
2.3 Tempat Penyuntikkan ................................................................................... 11
2.4 Kolom
2.4.1 Kolom.................................................................................................. 11
2.4.1.1 Penyangga Kolom .................................................................. 13
2.4.2 Menyiapkan Kolom ............................................................................ 13
2.5 Detektor
2.5.1 Ciri - Ciri Detektor ............................................................................. 14
2.5.2 Detektor Antar Bahang ( Katarometer ) ............................................. 15
2.5.3 Detektor Helium ............................................................................... 18
2.5.4 Detektor Nyala Logam Alkali .............................................................

2.6 Aplikasi
2.6.1 Analisa Kualitatif .............................................................................. 20
2.6.2 Analisa Kuantitatif ............................................................................ 21
2.6.3 Sumber Kesalahan ............................................................................. 22
2.6.4 Penerapan .......................................................................................... 26
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 28

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu metode pemisahan yangg sering diterapkan adalah Kromatografi.
Kromatografi sendiri didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen
campuran diantara dua fase, yaitu cair dan padat. Banyaknya macam-macam
kromatrogafi dan salah satunya adalah Kromatografi Gas, dimana cara ini dapat
digunakan untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan uap,
serta suhu yang dipakai untuk proses pemisahannya. Tekanan uap atau keatsirian
memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase geraknya
yang berupa gas.
KG merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang-bidang industri,
lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik, forensik, dan makanan. KG dapat
diotomatisasi untuk analisis sampel padat, cair dan gas. Sampel padat dapat diekstraksi
atau dilarutkan dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan ke dalam system KG,
demikian juga sampel gas dapat langsung diambil dengan penyuntik (syringer) yang ketat
terhadap gas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu Kromatografi gas ?
1.2.2 Apa saja komponen instrument Kromatografi gas ?
1.2.3 Bagaimana aplikasinya dalam segi Kualitatif dan Kuantitatif ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Sebagai salah satu referensi pembelajaran materi Kromatografi Gas

1.3.2 Untuk mengetahui prinsip dan pengaplikasian Kromatografi Gas

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan adalah pengumpulan berbagai referensi dan lieratur

4
Bab II
Pembahasan

2.1 Kromatografi Gas


2.1.1 Alat Kromatografi gas
Alat kromatografi gas terdiri dari beberapa bagian yang memerlukan
suatu rangkaian sistem yang masing - masing sangat menentukan di dalam
penggunaan alat, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Prinsip Kerja :
a. Contoh atau cuplikan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas dari gas
pengangkut akan membawa cuplikan yang telah teratsirikan masuk ke
dalam kolom.
b. Kolom akan memisahkan komponen - komponen dari contoh. Kemudian
komponen - komponen dideteksi oleh detektor, dan sinyal dalam bentuk
puncak akan dihasilkan oleh pencatat ( rekorder ).

Gambar 1.1 Komponen Gas Chromatography

Gambar 1.2 Instrumental Gas Chromatography


5
2.1.2 Gas Pembawa
Gas pembawa berfungsi membawa contoh/sampel dari tempat
penyuntikan ke dalam kolom untuk dipisahkan dan kemudian menuju
detektor. Sebagai sumber gas pembawa digunakan tangki gas berteknan yang
dilengkapi katup pengatur tekanan untuk menjamin teknan yang tetap di dalam
kolom sehingga didapat laju aliran yang tetap. Dengan demikikian akan
menghasilkan waktu retensi yang khas.
Syarat - syarat gas pembawa antara lain :
a. Inert agar tidak terjadi interaksi dengan contoh maupun fasa diam
b. Dapat meminimumkan difusi gas
c. Mudah didapat
d. Murni
e. Sesuai untuk detector yang digunakan

Tangki gas bertekanan tinggi berlaku sebagai sumber gas pembawa. Pada
KG suhu-tetap, ketelapan kolom tidak berubah selama analisis. Suatu pengatur
tekanan digunalan untuk menjamin tekanan yang seragam pada pemasuk
kolom sehingga diperoleh laju aliran gas tetap. Pada sembarang suhu tertentu,
laju aliran yang tetap akan mengelusi komponen campuran pada waktu yang
khas ( waktu tambat ). Karena laju aliran tetap, komponen mempunyai kolom
gas pembawa yang khas ( volum tambat ).

Gas yang biasa dipakai ialah hidrogen, helium dan nitrogen. Gas pembawa
haruslah
a. Lembam untuk mencegah antaraksi dengan cuplikan atau pelarut ( fase
diam )
b. Dapat meminimumkan difusi gas
c. Mudah didapat dan murni
d. Murni
e. Cocok untuk detektor yang digunakan

6
Gambar 1.1 Rajah Van Deemter

Gambar 1.2 Semprit Kedap


Gas 10.0 ml

Gambar 2.3 Katup Cuplikan Gas

Cara paling sederhana untuk mengukur laju aliran ialah dengan menggunakan
sukar aliran gelembung sabun dan jam-henti.

7
2.1.3 Memasukkan Cuplikan
Cuplikan harus dimasukkan ke dalam kolom sekaligus. Pemeriksaan cara
memasukkan cuplikan yang baik ialah dengan menaikkan suhu pemanas
tempat suntik dan memperkecil ukuran cuplikan. Bila salah satu dari kedua
faktor ini memperbesar jumlah pelat teori, artinya cara mencuplik tidak baik.

Cuplikan gas biasanya dimasukkan dengan semprit kedap-gas atau jalan kitar
cuplikan. Bila digunakan jalan kitar cuplikan, keterulangan lebih baik daripada
0.5% nisbi.

Zat cair ditangnani dengan semprit. Baru - baru ini gawai untuk menyuntikkan
zat padat langsung sudah dapat dibeli. Tetapi cara yang paling mudah untuk
zat padat ialah dengan melarutkannya dalam suatu pelarut yang tanggapannya
tidak mengganggu cuplikan yang dianalisis.

2.1.4 Penyangga Padat


Penyangga padat menyediakan permukaan yang luas dan seragam, tempat
penyebaran fase cair. Beberapa sifat penyangga yang diperlukan adalah
a. Lembam ( mencegah penjerapan )
b. Daya tahan remuknya tinggi ( tidak mudah remuk )
c. Permukaannya luas
d. Bentuknya teratur, ukurannya seragam

2.1.5 Suhu dan Perekam


Suhu
Supaya tepat, pada pelaporan hasil analisis harus dilaporkan juga suhu ruang
suntik, suhu kolom, dan suhu detektor. Karena suhu ketiga bagian radas
tersebut mempunyai tugas yang berbeda, kromatograf perlu sekali mempunya
tiga pengendali suhu yang berlainan.
a. Suhu gerbang suntik
Gerbang suntik harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan
sedemikian cepat sehingga tidak menghilangkan keefisienan yang
disebebkan oleh cara penyuntikan. Sebaliknya, suhu gerbang suntik harus
cukup rendah untuk mencegah penguraian atau penataan ulang akibat
8
panas. Suatu cara pengujian yang praktis ialah dengan meninggikan suhu
gerbang suntik.
b. Suhu kolom
Suhu kolom harus cukup tinggi sehingga analisis dapat diselesaikan dalam
waktu yang layak dan harus cukup rendah sehingga pemisahan yang
dikehendaki tercapai
c. Suhu detektor
Pengaruh suhu pada detektor sangat bergantung pada jenis detektor yang
digunakan. Tetapi, sebagai patokan umum dapat dikatakan bahwa detektor
dan sambungan antara kolom dan detektor harus cukup panas sehingga
cuplikan dan/atau fase diam tidak mengembun. Pelebaran puncak dan
menghilangnya puncak komponen merupakan ciri khas terjadinya
pengembunan. Kemantapan dan kepekaan - terpakai yang dihasilkan oleh
detektor - hantar - bahang bergantung pada kemantapan pengendalian suhu
detektor.

Rekaman
Yang dilakukan sekarang ini ialah menggunakan perekam gaftar carik
untuk memperoleh rekaman hasil yang permanen. Dianjurkan agar
menggunakan tanggapan skala penuh 1 mV dan 1 detik. Perekam jenis
potensiometer yang digunakan pada KG adalah suatu gawai penyetimbang
tegangan yang dijalankan servo. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
motor penyetimbang B akan memindahkan penyadap pusat kawat-geser
potensiometer sehingga sinyal masukkan ( V¹ ) dari kromatograf
disetimbangkan dengan sinyal umpan balik ( V² ). Besarnya putaran motor
berbanding lurus dengan besarnya tegangan yang diukur. Putaran motor
dihubungkan dengan suatu pena yang mencatat perubahan tegangan
dengan berjalannua waktu, pada kertas gaftar.

9
Gambar 1.4 Bagian Perekam Potensiometri

Ciri perekam yang mempengaruhi kemampuan merajah sinyal masukan secara


teliti akan dibahas sebagai berikut ini.
Pita mati. Rentangan dimana kuantitas yang diukur dapat diubah tanpa
menimbulkan tanggapan grafik yang terbaca disebut pita mati, biasanya
dinyatakan dalam persen skala penuh. Dua faktor yang menyebabkan pita mati
adalah beban mekanik dan bati - pemerkuat.
Rentangan. Daerah yang diliputi oleh kedua bilangan skala ujung adalah
rentangan perekam : rentangan perekam KG baku ialah 1 mV.
Pergeseran Nol. Pergeseran titik nol perekam dapat terlihat pada perekam
yang perlindunganya terhadap pengaruh rangkaian arus bolak - balik tidak
memadai.
Kecepatan Pena. Waktu yang diperlukan untuk merekam perubahan sinyal
langkah skala - penuh yang diterapkan pada perekam disebut kecepatan pena.
Kebanyakan perekam kromatografi mempunyai tanggapan skala penuh 1 detik
atau kurang.
Rentangan Linier. Rentangan linier perekam sama dengan nisbah puncak
100% terhadap puncak terkecil yang masih dapat dibedakan dengan jelas,
biasanya kira - kira 0,5%. Tentu saja rentangan linier diperbesar secara efektif
dengan cara atenuasi sinyal masukkan.

2.2 Pengatur Tekanan


Digunakan mengatur tekanan gas pembawa aliran gas. Tekanan pada tempat
masuk lebih besar dari kolom diperlukan untuk mengalirkan cuplikan agar masuk ke
dalam kolom. Hal ini dikarenakan lubang akhir dari kolom biasanya mempunyai
tekanan atmosfer yang normal.

10
2.3 Tempat Peyuntikan
Tempat penyuntikan merupakan pintu gerbang dimana contoh memasuki
sistem kromatografi gas. Tempat penyuntikkan dilengkapi dengan septum karet
silicon yang harus segera berubah kembali setelah penyuntikkan. Setelah disuntikkan
maka contoh harus segera berubah menjadi gas dan kemudian dibawa oleh gas
pembawa menuju ke kolom. Oleh karena itu, tempat penyuntikkan harus dipanaskan
diatas titik didih komponen atau diatas titik didih tertinggi komponen campuran, jika
yang akan dipisahkan merupakan campuran, namun tidak boleh terlalu tinggi (
overheating ) karena septum karet silicon akan menghasilkan gas yang akan menjadi
kontaminan.

Cuplikan yang ideal untuk KG harus mengandung hanya senyawa yang akan
dipisahkan dalam kolom dan, dalam kebanyakan hal, pelarut yang atsiri. Walaupun
cairan dan bahkan zat padat yang atsiri dapat disuntikkan langsung, kebanyakan
cuplikan dikromatografi berupa larutan di dalam pelarut organik dan kering, yang
konsentrasinya berkisar 1-10%. Bahan yang tidak atsiri atau bahan yang
keatsiriannya lebih rendah daripada cuplikan tidak boleh ada karena bahan itu akan
tertinggal pada ruang suntik dan merusak keefektifan kolom. Pelarut yang paling
umum ialah hidrokarbon bertitik didih rendah, etil eter, alcohol, keton.

Persyaratan yang sangat menentukan pada penyuntikan cuplikan ialah


cuplikan yang banyaknya sesuai, dimasukkan ke dalam tempat yang cocok dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya. Jika cuplikan tidak disuntikkan dengan semestinya,
misalnya dari sempritan hanya sebagian yang masuk ke ruang suntik. Maka dari itu
dikenal istilah pembilasan dengan pelarut yang dipakai untuk memastikan bahwa
semua cuplikan keluar dari sempritan dan memasuki sistem.

2.4 Kolom
2.4.1 Kolom
2.4.1.1 Penyangga Padat
Penyangga yang optimum haruspunyabeberapasifatttusebagaiberikut:
a. Luaspermukaanjenis yang besarmulai 1 sampai 20m/gram
b. Strukturpori yang mempunyaigaristengah yang seragam

11
c. Kelembaban ,antaraksikimiadengancuplikandanpenyerapan yang
minimum
d. Partikelberbentuteratur ,ukuranseragam agar kemasanefisien.
e. Kekuatanmekaniktidakbolehpecahpecahketikaditangani.

Bahan baku untuk kebanyakan penyangga kromatografi gas adalah


diatomit.
Sifat fisika penyangga

2.4.1.2 Fasecair “adi-selektif”


Beberapa cairan dibawah ini tergantung pada pembentukan hasil adiksi
kimia secara longgar dengan linarut tertentu agar terjadi dipemisahan.
Kompleksperaknitrat
Larutan telah digunakan sebagai pelarut selektif untuk olefin.
a. Kompleksraksa (II) perklorat
Raksa(II)
perklorattelahdigunakanuntukmemisahkansenyawatakjenuh
b. Tetra sianoetilpentaeritritol(TCEPE)
TCEPE sangatselektifuntuksenyawa aromatic
c. Bentone-34 untuk isomer o,m,p.

Campuran Bentone-34 dengan ester ftalatatauminyak silicon


digunakanuntukmelapisipenyanggapadat .
d. Hablurcairadalahfasepertengahanantarapadatanhablurdancairanisot
rop “normal”

12
Fase cair yang disarankan berdasarka jenis cuplikan

2.4.2 Menyiapkan Kolom


Ada beberapacara yang dapat digunaka nuntuk menyalut penyangga padat
dengan fase cair
a. Cara penguap putar
1. Larutkan fase cair dalam pelarut yang sesuai
2. Masukkan kedalam labu alas bulat
3. Tambahkan penyangga padat yang telah ditimbang
4. Pasang labu bulat pada penguap putar
5. Turunkan tekanan dalam labu dengan pompa arus air
6. putar labu sampai semua pelarut menguap

Gunakan lampupemanas untuk membantu penguapan ,cara ini tidak di


anjurkan untuk chromosorb T.

b. Cara menyalut dengan panci


1. Fase cair ditimbang dan dilarutkan
2. Tambahkan kedalam panic salut yang berisi penyangga padat yang
telah ditimbang
3. Biarkan pelarut menguap
4. Dalam pengeringan campuran digerakkan perlahan - lahan

c. Cara menyalutdengancorong
1. Larutkan 20mg penyangga di dalam 100ml larutanfasecair yang
sesuaidalamlabusaring

13
2. Tekanandalamlabudikurangiselamabeberapamenitdenganmenggunakan
pompaarus air
3. Tekanandilepasdanlabudibiarkanselama 15 menit
4. Tuangkanbahankedalamcorongkacamasirdanbiarkanmenetesbebassam
paipenyanggamenurun
5. Rendahkantekananselamakirakira 5 menit
6. Tebarkanpenyanggadiataskertassaringsupayakering

2.5 Detektor
Detector kromatografi suatu gawai yang menunjukkan dan mengukur banyaknya
komponen yang terbisahkan dalam gas pembawa. Detector dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Detector mengintegrasi
Detector yang memberikan tanggapan yang berbanding lurus dengan massa total
komponen dalam daerah yang dielusi
b. Detector mendiferensiasi
Detector yang menghasilkan tanggapan yang berbanding lurus dengan konsentrasi
atau laju aliran massa komponen yang dielusi. Contohnya detector hantar bahang
dan detector katarometer.

2.5.1 Ciri-Ciri Detector


Karena detector kromatografi berbeda prinsip kerjanya, sukar untuk
membandingkannya, namun dapat dibantu dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Keselektifan
Keselektifan suatu detector bergantung pada prinsip kerjanya. Setiap detector
perlu ditera untuk menentukan faktor koreksi untuk keperluan analisis kuantitatif.
b. Kepekaan atau keterdeteksian
Kepekaan adalaha tanggapan detector, biasanya dalam millivolt, per satuan
konsentrasi komponen. Dinyatakan sebagai berikut :

S = mv / (mg/cm3)
= ( mv . cm3) / mg

14
c. Tanggapan
Tanggapan detector adalah besarnya sinyal yang ditimbulkan oleh sejumlah
tertentu cuplikan. Atau dengan kata lain tanggapan detector pengionan sebagai
ukuran proses pengionan pada perubahan molekul cuplikan menjadi ion yang
terkumpulkan.

Tanggapan = ½ alas (det) x tinggi (amper) = coul/g


g

d. Derau dan kuantitas terdeteksi minimum


Keluaran listrik suatu detector dapat diperbesar sampai hampir sebesar yang
diinginkan dengan cara penguatan elektronik. Namun derau listrik yang terlalu
tinggi dapat menutupi tanggapan detector.

Kuantitas terdeteksi minimum suatu komponen adalah banyaknya komponen yang


menghasilkan tanggapan detector sebesar 2x aras derau
e. Rentang linier
Analisis kuantitatif yang teliti bergantung pada hubungan linier antara konsentrasi
dan tanggapan detector.

2.5.2 Detektor Hantar Bahang ( Katarometer)


Benda panas akan kehilangan bahang dengan laju yang bergantung pada
susunan gas di sekitarnya. Jadi, laju kehilangan bahang dapat dipakai sebagai
ukuran susunan gas.
Kawat pijar yang dipanaskan dapat melepaskan bahang melalui proses berikut
:
a. Penghantaran bahang ke airan gas
b. Konveksi
c. Radiasi
d. Penghantaran melalui hubungan logam

15
1. Unsur pengindera detektor hantar bahang
Sel hantar bahang terdiri darikawat pijar berbentuk spiral dipasang
didalam satu rongga yang terdapat dalam balok logam. kawat pijar terbuat
dari logam yang tahanan listriknya berubah sangat besar dengan
berubahnya suhu artinya ia mempunyai koefisien suhu tahanan yang
tinggi.

2. Faktor yang mempengaruhi kepekaan


a. Arus
Suku menunjukan bahwa peningkatan arus pada kawat pijar akan
meningkatkan sinyal keuaran secara berarti. Peningkatan arus kawat
pijar menyebabkan peningkatan suhu kawat pijar. Hasil akhir adalah
kepekaan meningkat sebesar empat sampai delapan kali untuk setiap
peningkatan arus kawat pijar sebesar dua kali.

b. Suhu
Peningkatan suhu kawat pijar akan meningkatkan kepekaan detektor.
Tetapi suhu balok detektor harus diusahakan serendah mungkn agar
selisih (Tf-Tb) sebesar-besarnya. Suhu balok harus cukup tinggi agar
cuplikan tidak mengembun didalam detektor.

c. Gas pembawa
Pilihlah gas pembawa yang memmpunyai hantar bahang sebesar
besarnya. Hidrogen atau helium menghasilkan kepekaan tertinggi
untuk senyawa organik.

d. Detektor Ionisasi Nyala ( Flame Ionization Detector )


Nyala api ditimbulkan oleh Hidrogen dan udara. Energi ini dapat
mengionisasi hampir semua komponen organik dan beberapa senyawa
organik, serta suhu dari hidrogen-udara cukup untuk mengionisasi
karbon. Detektor ini tidak dapat memberikan respon terhadap senyawa
anorganik, termasuk Nitrogen, Oksigen, Karbondiokasida, dan air.
Respon dengan senyawa organik akan berkurang jika jumlah oksigen,

16
nitrogen, sulfurm dan subsituen halida meningkat. Detektor ini
mempunyai jangkauan dinamik yang llebar dan kepekaan 1000 kali
detektor konduktivitas termal.

Detector ini memberi tanggapan kepada hamper semua senyawa,


kecuali
senyawa pada table berikut :

He CS2 NH3CO
Ar COS CO
Kr H2S CO2
Ne SO2 H2O
Xe NO SiCl4
O2 N2O SiHCl3
N2 NO2 Sif4

Tidak adanya tanggapan terhadap udara dan CS2 menyebabkan


detector cocok untuk menganalisis pencemar udara atau cuplikan
larutan dalam air misalnya minuman beralkohol, bahan hayati, dsb.

Pemilihan laju aliran gas yang cocok umumnya pada aliran gas
pembawa 30 ml/menit, aliran hydrogen 30 ml/menit, dan aliran udara
300 ml/menit.

e. Detektor Penangkap Elektron ( Electrin Capture Detector )


Dalam detektor ini memiliki element radioaktif yang memancarkan
partikel β. Partikel tersebut dapat bertubrukan dengan gas pembawa
sehingga cukup untuk membuat energi positif.

Elektron yang di pancarkan selama ionisasi berlangsung ditangkap


oleh elektroda + dan menyebabkan arus listrik mengalir pada sirkuit
eksternal. Jika senyawa organik yang mempunyai afinitas terhadap

17
elektron memasuki detektor dan sebagian elektrin yang di panvarkan
gas pembawa tersebut akan ditangkap oleh komponen maka arus
komponen pada sirkuit eksternal akan berkurang dan ini menjadi
indikasi adanya komponen dalam contoh.

Detektor ini sangat bagus digunakan untuk : Analisis pestisida,


senyawa organic yang mengandung Timbal, Polychlorinates Bipheryl
(PCB), dan senyawa lain yang mengandung atom elektronegatif.
Namun tidak memberikan respon kepada hidrokarbon jenuh dan lebih
sensitif dibandingkan detektor ionisasi nyala dan detektor
konduktifitas.Untuk keselektifan detector tangkap ini sangat peka
terhadap molekul tertentu seperti alkil halide, karbonil terkonjugasi,
nitril, nitrat, dan organlogam.

2.5.3 Detektor Helium


Detektor helium telah dikembangkan untuk menganlisis ultrasesepora gas
permanen. Detektor ini menggunakan pelat sejajar dengan elektrode brjarak 1
mm. Sumber tenagalistrik yang mantap menghasilkan potensial elektrode 400
V.
a. Prinsip kerja
Gabungan radiasi a dari tritium dan landasan medan yang besar (4000
volt per cm) meningkatkan helium ke tingkat tahana metastabil dengan
potensial pengionan 19,8 eV. Semua senyawa yang mempunyai
potensial pengionan yang lebih rendah akan terion dan menghasilkan
sinyal positif.

18
b. Keelektifan detektor
Detektor helium bersifat semesta, artinya dtektor ini memberi
tanggapan terhadap semua senyawa. Tetapi kepekaan yang tinggi
terhadap bocoran fase cair membatasi kegunaannya hanya untuk
menganalisis senyawa yang dapat dpisahkan pada Porapak dan kolom
padat aktif seperti alumina, arang, silika gel, berbagai ayakan molekul.
c. Penggunaan
Detektor helium telah digunakan pada penelitian diet dan penentuan
kapasitas difuasi24 gere dan shatting25 telah menunjukan analisis
sesepora dalam etilena, oksigen, argon, hidrogen, kabon monoksida,
nitrogen oksida tingkat kemurnian tinggi, dan hawa napas.

2.5.4 Detektor nyala logam alkali


Pengurangan penggunaan pestisda hidrokarbon terklorinasi belakangan ini
telah menyebabkan meningkatnya pemakaian pestisida organofosfat.
a. Ciri kerja
Terdapat tiga perbedaan utama antara DPN baku dan detektor nyala
logam alkali yaitu pada ujung garam logam alkali, laju aliran udara,
dan konfigurasi elektrode.

Detektor nyala logam alkali bekerja pada kondisi ‘kekurangan


oksigen’. Laju aliran udara sebesar 130 ml/menit jelas dibawah laju
aliran udara DPN normal (300-400 ml/menit). Karena laju aliran udara
dan hidrogen penting bagi kemampuan detektr, diperlukan pengatur
ion.
b. Penggunaan
Banyak digunakan pada analisi pestisida organofosfat26 telah
menunjukan keunggulan kualitatif yang ampuh dari detektor ini untuk
senyawa nitrogen pada analisis turunan metil oksim dari 3- trimetilsilil
androsteron.

19
2.6 Aplikasi
2.6.1. Analisa Kualitatif
Waktu retensi (tR atau Rt) merupakan waktu antara saat penyuntikan dan
saat puncak mencapai maksimum. Waktu retensi ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berubah-ubah meliputi laju aliran fasa gerak, suhu kolom, jenis fasa
diam,

Apabila faktor-faktor yangn mempengaruhi dapat dikendalikan, waktu


retensi dapat digunakan untuk identifikasi. Tetapi karena ada kemungkinan
lebih dari satu komponen memberikan waktu yang sama, maka perlu dilakukan
spiking atau co-kromatografi (penambahan baku pada contoh). Dan untuk
identifikasi contoh tidak dikenal (unknow sample) dianjurkan penggunaan lebih
dari satu kolom atau lebih dari satu detektor atau dihubungkan dengan alat
analisis lain atau disertai cara-cara analisis lainnya.

Sebelum suatu senyawa dilakukan evaluasi, suatu senyawa dari


sampel dilakukan tahapan sebagai berikut :

a. Penimbangan
Apabila suatu sample sediaan serbuk atau padat maka dilakukan
penimbangan baik setara ataupun seksama. Timbang seksama membatasi
toleransi ±0,1% dari nominal penimbangan. Misal kita akan menimbang
nominal 100 gram, maka syarat toleransi penimbangan adalah diantara 99,9
gr sampai dengan 100,1 gr. Ini memberi konsekuensi bahwa timbangan
yang kita pakai untuk menimbang, pada kalibrasi di titik 100 gr, harus
memiliki penyimpangan (error ditambah ketidakpastiannya) kurang dari
rentang syarat toleransi di atas.Jadi, Timbang Lebih kurang artinya toleransi
± 10%Timbang saksama artinya toleransi ± 0,1% dengan menggunakan
timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
b. Pelarutan
Setelah diperoleh hasil timbangan yang sesuai maka sampel dilarutkan
dengan pelarut yang sesuai, pelarut yang digunakan cukup 2/3 bagian dari
pelarut tersebut setelah dirasa larut (bening) maka ditara hingga batas yang
diinginkan apabila larutan tersebut tidak berwarna maka diamati dengan
20
miniskus bawah apabila larutan tersebut berwarna dan pekat maka
digunakan miniskus atas. Lalu larutan yang sudah di adkan di homogenkan.
c. Penyaringan
Larutan yang telah di homogenkan di saring agar meyakinkan bahwa larutan
tersebut tidak terkandung pengotor yang masih tersisa pada larutan tersebut
dengan melakukan penyaringan menggunakan kertas saring dan corong.
Melipat kertas saring dilakukan dengan benar agar hasil yang diperoleh
maksimal, dengan melipat kertas saring 3-4 kali untuk mengambil endapan
(pengotor) dan lipatan sampai kecil untuk pengambilan hasil filtrat.
d. Evaluasi
Setelah mendapatkan hasil filtrat, filtrate tersebut dimasukkan ke dalam
sebuah vial untuk diletakkan di tempat peninjeksi, disana di tempatkan vial
berisi sampel, baku dan limbah yang nantinya kromatografi gas tersebut
yang akan meninjeksi secara otomatis dengan urutan vial yang diletakkan.
Pengoperasian dilakukan dengan computer yang nantinya data sampel akan
muncul berupa waktu retensi yang digambarkan oleh sebuah puncak.

2.6.2. Analisa Kuantitatif


Metode – metode yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif
ialah metode normalisasi, metode baku eksternal, metode baku internal, dan
metode adisi.
a. Metode normalisasi
Metode ini meliputi pengukuran tinggi atau luas puncak yang
dianalisis kemudian dibandingkan dengan total contoh jumalh parameter yang
sama untuk semua puncak. Dalam metode ini dianggap bahwa semua senyawa
yang terpisah mempunyai faktor respons yang sama dan bahwa keseluruhan
contoh menguap. Metode ini hanya digunakan untuk beberapa kasus spesifik.

b. Metode Baku eksternal


Metode ini digunakan secara luas. Dibuat kurva kalibrasi dari
serangkaian larutan baku murni. Kemudian contoh dianalisis dan luas puncak
diukur dan dibandingkan/siplotkan dalam kurva kalibrasi, Apabila bobot
contoh diketahui kolom dapat diperhitungkan. Metode ini cukup sederhana
tetapi memerlukan baku yang cukup murni dan ketelitian injeksi yang tinggi.
21
c. Metode baku internal
Untuk menghindari masaiah yang disebabkan oleh non-
reproduksibilitas volume yang diinjeksikan, digunakan baku internal. Baku
internal ini ditambahkan kedalam larutan baku maupun larutan uji dan yang
dibandingkan atau diplotkan kedalam kurva kalibrasi adalah rasio atau
perbandingan luas puncak yang diperoloh. Baku internal yang baik ialah yang
memenuhi syarat sebagai berikut
• Tidak tordapat dalam contoh, memberikan puncak yang terpisah baik dengan
komponen - komponen contoh, ditambahkan dalam jumlah tertentu sehingga
memberikan puncak yang hampir sama tinggi dengan komponen yang
dianalisis, tersediaan dalam keadaan murni.

d. Metode adisi
Dalam metode adisi senyawa yang hendak ditentukan diukur terhadap
contoh lain yang mengandung sejumlah tertentu senyawa yang sama. Metode
ini cocok untuk yang banyak mengandung kotoran.

2.6.3. Sumber Kesalahan


Dalam analisis kuantitatif menggunakan kromatografi gas, diperlukan
langkah- langkah penting yaitu sampling, penyiapan contoh, kromatografi,
integrasi, dan perhitungan. Di setiap langkah ini mungkin terjadi
kesalahan/ketidaktepatan. Pada sampling, sumber kesalahan mungkin contoh
yang kurang mewakili keadaan keseluruhan contoh yang diuji atau terjadi
kontaminan. Pada penyiapan contoh nungkin diperlukan penggerusan,
pelarutan, penyaringan, ekstraksi, pengenceran atau pemekatan atau
derivatisasi. Kemungkinan kesalahan pada langkah ini yaitu kehilangan
contoh, perubahan komposisi kimia atau kontaminan contoh
Kromatografi meliputi penyuntikan contoh, pemisahan dalam kolom, deteksi
dan pencatatan puncak-puncak. Disini mungkin terjadi kesalahan meliputi :
kehilangan contoh, kebocoran, tidak terelusi, overlap atau puncak tak
terdeteksi, problem detektor, dan problem rekorder. Pada integrasi dan
perhitungan kemungkinan kesalahan sebagai berikut : puncak tidak terpisah
dengan baik, terlalu kecil, atau mempunyai garis dasar yang tidak lurus.
22
Surnber kesalahan ini harus dapat dikendalikan dengan baik hingga
mendapatkan hasil analisis yang dapat dipercaya.
a. Cara mencuplik
Masalah pertama adalah mengambil cuplikan yang tepat yang hendak
dianalisis. Ditinjau cuplikan minyak mentah-apakah hundak mencuplikan
fase gerak, fase caoran atau fase padat? Hal ini merupakan masalah
pencuplikan yang klasik dan dapat menjadi sumber galat dala banyak caea
KG. Masalah kedua adalah memastikan bahwa semua cuplikan yang kita
ambil dapat masuk ke dalam kromatografi, cuplikan terurai, menguap atau
mengalami reaksi sejak cuplikan diambil sampai dimasukkan ke dalam
kromatografi? Masalah ini Nampak jelas banyak peneliti tidak
memperhatikan dan hasil kuantitatif nya menjadi korban.
b. Penjerapan atau penguraian cuplikan
Sumber galat kedua terletak pada semua cuplikan yang disuntikan bener-
bener menghasilkan puncak. Terjadi bahwa senyawa terurai atau terjerap
dalam gerbang suntik pada kolom atau dalam detektor. Kromatografi
kuantitatif menuntut semua cuplikan yangdisuntikkan menghasilkan puncak
yang integrasi. Kehilangan yang terulangkan memungkinkan membuat
kurva kalibrasi dan dengan demekian mengimbangi sumber galat tersebut.
Salah satu cara mengecek adalah mencampurkan senyawa sulit dengan
hidrokarbon yang lembam dan menyuntikkan berbagai pengenceran dari
campuran itu. Nisbah luas puncak harus tetap.
c. Kinerja detektor
Setiap detektor memberi tanggapan yang berbeda terhadap senyawa yang
berlainan. Jika kondisi alat kerja berubah, tanggapan detektor pun berubah.
Pengaruh ini harus diketahui dan kurva kalibrasi yang harus dibuat. Dalam
sel hantar bahan misalnya, tanggapan disebabkan oleh perbedaan
penghantar bahan antara gas pembawa murni dan campuran yang terdiri atas
gas pembawa dan cuplikan. Untuk memperoleh hasil analisi yang teliti dan
terulang, maka kemurnian gas pembawa, laju aliran gas, suhu detektor, arus
kawat pijar, tahanan kawat pijar dan tekanan di dalam detektor harus selalu
tetep. Jika alah satu dari kondisi berubah secara dratis, kinerja detektor pun
akan berubah.
23
d. Kinerja perekam
Perekam adalah gawai listrik-mekanik yang dapat menimbulkan galat.
Untuk mendapatkan hasil kuantitatif yang teliti, harus mengecek kelinieran,
rentang, kecepatan pena, pita mati dan nol listrik, semua factor ini dapat
mempengaruhi hasil kuantitatif. Jika digunakan untuk pengukuran kualitatif,
perekam dapat menjadi sumber galat dan ketelitian yang diperoleh dengan
baku harus ditentukan.
e. Carain integrasi
Tahap yang paling menentukan adalah pengubahan puncak kromatografi
menjadi sejumlah angka yang berkaitan dengan susunan cuplikan, yang
merubah puncak analog menjadi bentuk ‘digital’.
f. Perhitungan
Jika angka yang menyatakan luas puncak telah diperoleh, angka tersebut
hurus dikaitkan dengan susunan cuplikan.

1. Faktor koreksi
Luas puncak senyawa tidak berbanding lurus dengan susunan dalam %
artinya senyawa yang berbeda mempunyai tanggapan detektor yang
berlainan. Karena factor koreksi harus ditentukan. Jika telah ditentukan,
factor koreksi dapat dipakai untuk menghitung susunan dalam %.
Karena detektor bekerja berdasarkan prinsip yang berbeda, maka factor
harus dihitung sesuai dengan jenis detektornya.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴/𝐹A
%A = Σ × 100
Luas/Faktor

a. Cara menghitung factor tanggapan % bobot untuk DPN sebagai


berikut:
Dibuat larutan senyawa a,b,c,d dan e dan dihasilkan kromatogram
seperti yang digambar. Bobot ‘W’ yang disuntikkan

Diketahui luas puncak ‘A’ diukur pada kromatografi.nisbah A/W


untuk puncak dihitung. Faktor koreksi ‘F’ dihitung dengan membagi

24
A/W untuk masing-masing puncak dengan A/W benzena, berarti
bahwa faktor untuk benzene dianggap 1,00

Pada kondisi detektor yang sama, dapat dipakai berulang-ulang


untuk menghitung persen bobot ‘b’, ‘c’, ‘d’ dan ‘e’ nisbi terhadap
‘a’ (benzene). Dari hasil bobot senyawa ‘b’ yang tak diketahui dapat
dihitung :

𝑊𝑎.𝑊𝑏
Wb= 𝐹𝑏.𝐴𝑎

Wb : Bobot komponen b
Wa : Bobot senyawa baku a
Aa : Luas puncak senyawa baku a,hasil pengukuran
Ab : Luas puncak komponen b, hasil pengukuran
Fb : Faktor koreksi senyawa b nisbi terhada senyawa a pada bobot
yang sama.

2. Simpangan Baku dan Retensi Relatif


a. Simpangan Baku Relatif
Suatu parameter yang berguna adalah keberulangan dari
penyuntikkan ulang larutan baku yang paling baik dinyatakan
dalam simpangan baku relatif yang dapat dihitung dengan
persamaan.
Keterangan :
X : Nilai Absorbansi
x̄ : Nilai rata-rata absorbansi
n : Junlah data

25
b. Retensi Relatif
Untuk mencapai keseragaman penafsiran, simbol serta
definisi berikut ini digunakan dalam rumus-rumus pada
monografi.

2.6.4. Penerapan
Bahan Farmasi dan Obat
Kromatografi gas memegang peranan yang penting pada analisis
sediaan farmasi dan Obat. Kromatografi gas digunakan pada
pengendalian mutu, analisis sediaan baru, dan pada pemantauan
metabolit dalam cairan biologi.

Makanan
Nishimoto menguraikan cara kromatografi gas untuk
antioksidan dan pengawet. Biasanya kromatografi gas digabung
dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom untuk
memeriksa pemalsuan, pencemaran, dan penguraian makanan,
misalnya minyak zaitun, minyak babi, Olahan susu, dan peliat dalam
makanan.

Sisa Pestisida
Pada tahun 1939 Paul Muller menemukan manfaat DDT
sebagai insektisida.Sejak itu banyak senyawa sejenis telah disintesis
dan disemprotkan kepada tanaman pertanian dan dedaunan di seluruh
dunia. Karena banyak dari senyawa ini merupakan racun sistemik,
sudah jelas bahwa pengendalian dan analisis pestisida serta sisa
akhirnya banyak mendapat perhatian. Kromatografi gas memegang
peranan yang menonjol karena alat ini mempunyai detector yang

26
selektif dan peka untuk senyawa halogen organic dan senyawa
organofosfat.

Minyak Bumi
Kromatografi gas pertama kali dipakai secara luas dalam
industry minyak. Telah digunakan untuk memisahkan segala jenis hasil
minyak bumi, mulai gas hidrokarbon ringan sampai lilin, aspal, dan
minyak mentah.

27
Daftar Pustaka

Gritter, R. J., J. M. Bobbit, and A. E. Schwarting, 1991, Pengantar Kromatografi,


ed. 2, terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.

Patimah, S.Si., M.Farm., Apt, dkk, Serial Buku ajar Kromatografi, Politeknik
Kementerian Kesehatan jakarta II Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan.

McNair, H. M. dan E. J. Bonelli, 1988, Dasar Kromatografi Gas, Terjemahan


Kosasih
Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung,

28

Anda mungkin juga menyukai