“ ABSORBSI GAS ”
DISUSUN OLEH
Adhitya Eko Bagus Sasongko (M1B117015)
Candra Irpandi (M1B117016)
Suci Fauziah (M1B117021)
Arum Silvia Anggraeni (M1B117022)
Echa (M1B117023)
Amrizal (M1B117026)
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan laporan resmi Praktikum Proses Kimia materi “Absorbsi
Gas” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan laporan resmi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi mata kuliah Praktikum Operasi Teknik Kimia 1 (OTK 1) yang telah
diberikan pada semester V.
Pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Oki Alfernando, S.T., M.T. dan Ira Galih Prabasari, S.T., M.Si. selaku dosen
pembimbing Praktikum Operasi Teknik Kimia 1 materi Absorbsi Gas.
2. Freddy Manullang selaku asisten Praktikum Operasi Teknik Kimia 1
pengampu materi Absorbsi Gas yang telah membantu dan membimbing
selama praktikum.
3. Segenap laboran Praktikum Operasi Teknik Kimia 1 yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan praktikum.
4. Semua pihak yang telah mendukung tersusunnya laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
LEMBAR PENUGASAN. ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN. .................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah ............................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Absorbsi ..............................................................................2
2.2 Sifat-sifat Fisika dan Kimia CO2 ..........................................................5
2.3 Proses Absorbsi CO2 ............................................................................5
2.4 Kolom Absorbsi. ...................................................................................6
2.4.1 Prinsip Kerja Kolom Absorbsi. ...................................................7
2.4.2 Jenis Alat Absorbsi Gas. ..............................................................8
2.5 Absorben. ............................................................................................12
2.6 Faktor Pemilihan Solvent. ...................................................................13
2.7 Perhitungan Dasar Neraca Massa. ..........................................................
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.2 Bahan-bahanyang digunakan ..............................................................18
3.1 Alat-alat yang digunakan ....................................................................18
3.3 Prosedur
Perobaan
................................................................................................................
18
3.3.1 Pengambilan Sampel
Gas.
................................................................................................................
18
iv
3.3.2 Cara Analisa Sampel Gas (Hempl
Analysis).
................................................................................................................
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Percobaan
................................................................................................................
21
4.2 Pembahasan
................................................................................................................
21
4.2.1 Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Kecepatan Udara 30 L/
menit dengan Variasi Kecepatan Aliran
Air.
......................................................................................................
21
4.2.2Perbandingan Hasil Analisa Gas CO2 dalam Udara yang Diukur
Berdasarkan Hempl Analyzer dan Pengukuran Laju
Alir.
......................................................................................................
23
4.2.3 Jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dengan S1 dan S3
dengan
S2.
......................................................................................................
25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
................................................................................................................
38
v
5.2 Saran
................................................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B LEMBAR PERHITUNGAN
LAMPIRAN C DOKUMENTASI
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.3 Menara Sembur (Redjeki, 2013) .............................................. 9
Gambar 2.4 Menara Gelembung (Redjeki, 2013) ...................................... 10
Gambar 2.5 Menara Pelat (Redjeki, 2013) ................................................. 11
Gambar 2.6 Menara Packing (Redjeki, 2013) ............................................ 11
Gambar 2.7 Macam-macam Isian Menara (Redjeki, 2013) ....................... 12
Gambar 2.8 Mekanisme Absorbsi Gas CO2 (Yulianto, 2000) ................... 16
Gambar 3.1 Hempi Analysis ..................................................................... 22
Gambar 4.1 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 Flowmeter ................ 24
Gambar 4.2 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter ......... 26
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 Flowmeter ................ 29
Gambar 4.4 Kurva Hubungan Laju Alir CO2 ............................................ 32
Gambar 4.5 Kurva Hubungan Laju Alir CO2 ............................................ 35
Gambar 4.7.a Hubungan antara jumlah CO2
(ketinggian kolom 1L/menit) .............................................. 38
Gambar 4.7.b Hubungan antara jumlah CO2
(ketinggian kolom 3L/menit) .............................................. 39
Gambar 4.7.c Hubungan antara jumlah CO2
(ketinggian kolom 5L/menit) .............................................. 39
DAFTAR TABEL
vii
Table 2.1 Sifat fisika dan kimia CO2 ......................................................................... 6
Table 4.1 Hasil Percobaan pada Bagian Bawah Menara (valve 3) atau S3 . 23
Table 4.2 Hasil Percobaan pada Bagian Tengah Menara (valve 2) atau S2 25
Table 4.3 Hasil Percobaan pada Bagian Atas Menara (valve 1) atau S1 ..... 28
Table 4.4 Hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2
yang terabsorbsi(V2S2) .............................................................. 31
Table 4.5 Hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2
yang terabsorbsi(V1S1)............................................................... 34
Table 4.7 Nilai rata-rata gas CO2 yang terabsorbsi ........................................... 38
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan oleh gaya-gaya fisik
(pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorbsi
kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih
dahulu dengan kecepatan yang lebih tinggi. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi
dan kontak antara dua fasa. Pada dasarnya prinsip absorbsi adalah suatu proses
penyerapan, yaitu zat yang ingin diserap (absorbat) dapat larut dalam zat penyerap
(absorbent). Pada absorpsi ini terjadi pertemuan antara gas dan cairan dimana
komponen tertentu pada gas yang dapat larut dalam cairan akan terserap.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam praktikum operasi teknik kimia 1
yang berjudul absorbsi gas ialah menara isian (menara packing). Alat ini terdiri dari
sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan
gas dan ruang distribusi padabagian bawah, pemasukan zat cair pada bagian atas,
sedang pengeluaran gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah, serta suatu
zat padat tak aktif (inert) diatas penyangganya yang disebut packing. Adanya
packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan terjadinya
hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas maupun
cairan yang melewati akan mengalami pressure drop atau penurunan.
1
Dalam proses pencairan gas alam, CO2 bersifat merugikan, karena pada
suhu sangat rendah CO2 akan menjadi padat (icing), sehingga mengakibatkan
tersumbatnya sistem perpipaan, dan karena sifatnya yang korosif, dapat merusak
bagian dalam utilitas pabrik dan sistem perpipaannya.Gas CO2 juga merupakan
produk samping pada industri amoniak. Karena CO2 merupakan racun terhadap
katalis sintesa amoniak, maka CO2 harus dipisahkan dari gas proses sebelum
memasuki unit sintesa amoniak. Melihat besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan
oleh CO2, maka penting sekali dilakukan proses pemisahan CO2 dari aliran gas.
2
2. Mahasiswa dapat membandingkan hasil analisa gas CO2 dalam udara
yang diukur berdasarkan Hempl Analysis dengan berdasarkan
pengukuran laju alir.
3. Mahasiswa dapat membandingkan jumlah CO2 terabsorbsi hasil
percobaan dengan yang diperoleh dari neraca massa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Pengertian Absorbsi
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatucampuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya
fisik (pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada
absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia
akandilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena
itu absorbsi kimia mengungguli absorbsi fisik.Proses absorpsi dapat dilakukan
dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung
(bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed
column) atau piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya
didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan
ekonomi.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan
komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang
tidak mudah menguap (Franks, 1967). Untuk memfasilitasi berlangsungnya
tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorbsi dijalankan dalam reaktor
tangki berpengaduk bersparger, kolom gelembung (bubble column) atau kolom
yang berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair
dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang masih
bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada industri yang melibatkan pelarutan
gas dalam cairan, seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid dll (Coulson 1996).
Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksida yang kuat merupakan proses
absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH-
membentuk ion CO32- dan H2O. Sedangkan reaksi antara CO2denganCO32-
membentuk ion HCO3- biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekar dan
Sharma, 1972). Namun, menurut Rehm et al. (1963) proses ini juga bisa dianggap
mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
4
sifatnya yang korosif dan memadat pada suhu operasional yang sangat rendah. Hal
ini dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan dan sistem perpipaan pabrik.
Seperti senyawa lainnya, karbondioksida memiliki beberapa sifat fisik dan kimia
yang penting untuk diketahui. Gas CO2tidak berwarna, tidak berbau, dan bersifat
asam. Berikut tabel 2.1 yang menjelaskan sifat-sifat fisika dan kimia dari
karbondioksida:
Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Kimia CO2
No Sifat Keterangan
1 Titik didih -78.5 oC
2 Titik leleh -56.6 o C
3 Densitas 1.873 kg/m3
4 Temperatur kritis 38 oC
5 Tekanan kritis 0.6 kg/cm2.G
6 Kelarutan dalam air 1.45 g/L
7 Keasaman 6.35 & 10.33
8 Viskositas 0.07 cp pada -78 oC
9 Berat molekul 44.01 g/mol
10 Momen dipole Nol
11 Bentuk molekul Linear
12 Kereaktifan Tidak reaktif
(Sumber : Perry, 1997).
5
diperlukan penambahan energy untuk regenerasi larutan, cukup menurunkan
tekanan sebagai driving force (gaya dorong) (Treybal, 1981).
Aplikasi dari absorbs fisika adalah proses absorbsi gas CO2kedalam air,
dimana CO2 akan berdifusi kedalam air tanpa terjadi reaksi kimia. Absorbsi CO2
kedalam air adalah proses yang dijadikan sebagai pembanding dalam
menggunakan pelarut lain sebagai absorben. Pada dasarnya, CO2 tetap bereaksi
dengan air, dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi kesetimbangan dan konstanta
kesetimbangan yang terjadi sangat kecil. Oleh karena itu, reaksi kimia antara CO2
dan air dapat diabaikan. Reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Kim dan
Yang, 2000):
CO2(g)+ H2O(l)↔ H2CO3(aq)↔ H+(aq)+ HCO3-(aq)
Absorbsi gas CO2 kedalam pelarut senyawa amina adalah absorbsi kimia,
dimana terjadi reaksi kimia antara CO2 dengan senyawa amina. Reaksi tersebut
merupakan mekanisme Zwitter-ion. MEA, DEA, dan MDEA adalah pelarut
(absorben) yang biasa digunakan untuk meng-absorb CO2, dimana pelarut-pelarut
tersebut dapat diregenerasi kembali (Shuo et.al, 1996).
6
Keterangan :
Bagian a : Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
Bagianb : Output gas keluar
Bagian c : Input pelarut masuk
Bagian d : Output pelarut dan gas terserap keluar
Bagian e : Tempat pencampuran pelarut dan umpan
Bagian f :Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga
mudah untuk diabsorbsi
7
Gambar 2.2 Macam-Macam Tangki Absorbsi (Redjeki, 2013)
1. Menara Sembur
Menara sembur terdiri dari sebuah menara, dimana dari puncak menara cairan
disemburkan dengan menggunakan nosel semburan. Tetesan cairan akan bergerak
ke bawah karena gravitasi, dan akan berkontak dengan arus gas yang naik ke atas.
Jarak jatuhnya liquid ditentukan berdasarkan waktu kontak dan pengaruh jumlah
massa yang dipindahkan. Nosel semburan dirancang untuk membagi cairan kecil-
kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan, makin besar kecepatan transfer massa. Tetapi
apabila ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes cairan dapat terikut arus gas keluar.
Menara sembur biasanya digunakan umtuk transfer massa gas yang sangat mudah
larut. Spray Tower digunakan untuk perpindahan massa gas-gas yang sangat mudah
larut dimana tahanan fasa gas yang menjadi kendali dalam fenomena ini.
2. Menara Gelembung.
8
Menara gelembung terdiri dari sebuah menara, dimana di dalam menara
tersebut gas didispersikan dalam fase cair dalam bentuk gelembung. Transfer massa
terjadi pada waktu gelembung terbentuk dan pada waktu gelembung naik ke atas
melalui cairan. Menara gelembung digunakan untuk transfer massa gas yang relatif
sukar larut. Gelembung dapat dibuat misalnya dengan pertolongan distributor pipa,
yang ditempatkan mendatar pada dasar menara. Perpindahan massa yang terjadi
selama gelembung naik melalui fasa liquid, gerakan gelembung tersebut
mengurangi tahanan fasa liquidnya bubble tower digunakan bila laju perpindahan
massa dikendalikan oleh tahanan fasa gas.
3. Menara Pelat.
Menara pelat adalah menara yang secara luas telah digunakan dalam industri.
Menara ini mempunyai sejumlah pelat dan fasilitas yang ada pada setiap pelat,
maka akan diperoleh kontak yang sebaik-baiknya antara fase cair dengan fase gas.
Fasilitas ini dapat berupa topi gelembung (bubble caps) atau lubang ayak (sieve)
yang dapat dilihat pada Gambar 2.5. Pada pelat topi gelembung dan lubang ayak,
gelembung - gelembung gas akan terbentuk. Transfer massa antar fase akan terjadi
pada waktu gelembung gas terbentuk dan pada waktu gelembung gas naik ke atas
pada setiap pelat. Cairan akan mengalir dari atas ke bawah melintasi pelat di dalam
kolom.
9
Gambar 2.5 Menara Pelat (Redjeki, 2013)
4. Menara Packing.
Menara packing adalah menara yang diisi dengan bahan pengisi. Adapun
fungsi bahan pengisi ialah untuk memperluas bidang kontak antara kedua fase.
Di dalam menara ini, cairan akan mengalir ke bawah melalui permukaan bawah
pengisi, sedangkan cairan akan mengalir ke atas secara arus berlawanan, melalui
ruang kosong yang ada diantara bahan pengisi. Tower/kolom yang memiliki
packing ini digunakan bila perpindahan massa dikendalikan oleh kedua tahanan
baik gas maupun liquid. Ada beberapa bentuk packing yaitu Rasching Ring, Berl
saddle, Pull ring, Intalox metal, Jaeger metal Tri-pack. Berikut adalah bentuk
packing yang dibuat dari keramik (Redjeki, 2013).
10
Gambar 2.7 Macam-macam Isian Menara Packing(Redjeki, 2013)
a. ceramic support grid, e.ceramic dome,
b. ceramic ball, f.ceramic conjugate ring
c.ceramic cascade ring, g.ceramic saddle,
d.ceramicberls-saddles, h.ceramicrashing ring
Menurut Redjeki (2013), persyaratan yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1. Tidak bereaksi (kimia) dengan fluida di dalam menara.
2.Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair
yang terperangkap (hold up) atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu
tinggi.
3. Memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan gas.
4. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat, serta tidak terlalu mahal.
2.5 Absorben
11
Menurut Redjeki (2013), absorben atau pelarut adalah cairan yang dapat
melarutkan bahan yang akan diabsorbsi pada permukaannya, baik secara fisik
maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebu tsebagai cairan pencuci.
Syarat-syarat absorben/pelarut diantaranya adalah:
1. Pelarut minimum
3. Stabil (mengurangi kebutuhan penggantian pelarut)
4. Tidak korosif (mengurangi perawatan dan penggunaan alat anti korosi)
5. Viscositas rendah (menurunkan pressure drop dan kebutuhan pompa,
menaikkan aliran massa)
6. Tidak berbusa bila berkontak dengan gas (mengurangi ukuran alat)
7. Tidak beracun dan non-flammable (safety)
8. Kelayakan proses (mengurangi cost, menurunkan kebutuhan untuk external
source).
12
Jika terjadi reaksi kimia dalam absorbsi, maka kelarutan akan sangat besar. Namun
jika pelarut akan diregenerasi, maka reaksi tersebut harus reversible.
2. Volatilitas
Pelarut harus memiliki tekanan uap yang rendah karena jika gas yang
meninggalkan kolom absorbsi jenuh dengan pelarut, maka akan ada banyak solven
yang terbuang. Bila diperlukan, dapat digunakan cairan pelarut kedua, yaitu pelarut
yang volatilitasnya lebih rendah untuk menangkap porsi gas yang teruapkan.
3. Korosivitas
Material bangunan menara absorbsi sebisa mungkin tidak dipengaruhi oleh
sifat solven. Solven atau pelarut yang korosif dapat merusak menara, sehingga
diperlukan material menara yang mahal atau tidak mudah dijumpai.
4. Viskositas
Viskositas pelarut yang sangat rendah amat disukai karena memungkinkan
laju absorbsi yang tinggi, meningkatkan karakter flooding dalam kolom, pressure
drop yang kecil, dan sifat perpindahan panas yang baik.
2.7 Analisis Perpindahan Massa Dan Reaksi Dalam Proses Absorpsi Gas
Oleh Cairan.
Operasi transfer massa umumnya dilakukan dengan menggunakan menara
yang dirancang sedemikian sehingga diperoleh kontak yang baik antara kedua fase.
Alat transfer massa yang berupa menara secara umum dapat dibagi ke dalam 4
golongan, yaitu: menara sembur, menara gelembung, menara pelat dan menara
paking (Satir,2013).
13
5. Tidak terlalu mahal.
Secara umum, proses absorbsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai
reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2
melalui lapisan gas menuju lapisan antar fase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2
dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas
kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil
(OH-) (Yulianto,2000). Skema proses tersebut dapat dilihat pada gambar 1.10.
Gambar 2.8 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH (Yulianto,2000).
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke dalam larutan NaOH dinyatakan
sebagai berikut: (Yulianto,2000)
14
√𝐷𝑎. 𝑘2 .[𝑂𝐻−]
≫> 1 ...................................... (1.3)
𝑘𝑙
dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-], yaitu = 2
Jika keadaan batas (b) tidak terpenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam larutan.
Hal ini berakibat:
Dengan demikian maka laju absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH akan
mengikuti persamaan:
𝑎.𝐻.𝑝𝑔.∅.𝑘𝑙
𝑅𝑎 = 𝑎.𝐻.∅.𝑘𝑙 .............................................. (1.6)
1+
𝑘𝐺𝑎
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 kedalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu didalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
dapat dihitung menurut persamaan (1.7) : (Yulianto,2000)
15
1⁄
𝑘𝐺𝑎 . 𝑑𝑝2 𝜌𝐶𝑂2 . 𝑄𝐶𝑂 1,4003 𝜇𝐶𝑂2 3
2
= 4,0777 × ( ) × (𝜌 ) ........ (1.7)
𝐷𝐴 𝜇𝐶𝑂2 . 𝑎 𝐶𝑂2 . 𝐷𝐴
6(1−𝜀) 𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑
Dengan 𝑎 = dan 𝜀 =
𝑑𝑝 𝑉𝑟
........................ (1.8)
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka p1m dapat didekati dengan ∆𝑝 = 𝑝𝑖𝑛 −
𝑝𝑜𝑢𝑡 . Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empiric dengan persamaan (1.9) :
(Yulianto,2000)
................ (1.9)
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju
difusi CO2 kedalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan
dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2 yang sangat
cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian, tebal film (x) dapat
ditentukan dengan persamaan: (Yulianto,2000)
........................ (1.10)
16
Difase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa
tahapan proses: (Yulianto,2000)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Yang Digunakan
1. 300 Larutan NaOH 1 M
2. Air
3. Gas CO2
4. Udara
3.2 Alat - Alat Yang Dipakai
1. Peralatan absorbsi
2. Labu 500 ml
3. Becker glass
4. Corong
5. Pipet tetes
6. Spatula
3.3 Prosedur Kerja
17
3.3.1 Pengambilan Sampel Gas
Prosedur ditampilkan pada Gambar A, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Dua tabung pola pada perangkat analisa absorbsi diisi pada bagian kiri panel
dengan 1 M NaOH. Level permukaan NaOH pada tabung bola diatur sampai
angka 0 dan pipa skala menggunakan valve pembuangan Cv dan buangan
ditampung ke dalam labu. Prosedur ini diulangi setiap kali akan melakukan
percobaan berikutnya.
2. Tangki penampungan diisi cairan sampai ¾ bagian dengan air bersih
3. Dengan valve pengendali aliran gas C2 dan C3 tertutup pompa cairan mulai
dijalankan, aliran air menuju kolom diatur sehingga flowmeter F1
menunjukkan kecepatan 5,6,7 l/min dengan cara mengatur valve C1.
4. Compressor mulai dijalankan dan valve pengendali C2 diatur
5. Kemudian valve regulator tekanan pada tabung CO2 dibuka secara hati-hati,
lalu valve C3 diatur.
6. Pengambilan sampel gas kemudian dilakukan setelah 5 menit atau ketika
operasi telah berjalan dengan baik. Sampel gas dari bawah kolom diambil
dan dari atas atau tengah kolom. Sampel gas diambil dari bawah dengan
cara valve S3 dibuka dengan valve saluran atas S1 dan tengah S2 tertutup,
begitu juga sebaliknya
3.3.2 Cara Analisa Sampel Gas (Hempl Analysis)
1. Mula-mula sisa gas yang terdapat pada saluran pengambilan sampel
dibersihkan dengan cara menghisap saluran itu menggunakan piston dan
mendorong atau mengeluarkannya ke atmosfir (dengan saluran pada tabung/
tabung terisolasi) prosedur ini dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 4
kali sampai diperkirakan saluran sudah dianggap bersih.
2. Tabung penyerapan / tabung bola dan lubang ke atmosfir ditutup, kemudian
diisi penghisap dengan sampel gas dengan cara piston ditarikperlahan-
lahan, sampai tabung terisi kira-kira 20 ml(Vi). Valve S yang telah dibuka
sebelumnya, tabung penghiap dari kolom dan tabung bola ditutup.
Kemudian ditunggu sedikitnya 2 menit agar suhu gas sama dengan suhu
tabung.
18
3. Saluran yang menuju ke kolom diisolasi, kemudian tabung penghisap
dengan tabung penyerapan/ tabung bola dihubungkan.
4. Level cairan ditabung penyerapan/ tabung bola ditunggu pada posisi ‘0’
yang menunjukkan bahwa tekanan di tabung adalah atmospheris, lalu
ditutup saluran ke atmosfir.
5. Secara perlahan piston ditekan sehingga semua gas berpindah ke tabung
bola. Setelah itu piston ditarik kembali pada posisi semula. Level ketinggian
yang terbaca pada skala diperhatikan, langkah diulangi sampai level cairan
tidak berubah. Volume akhir cairan (V2) dicatat, yang menunjukan volume
sampai gas CO2 yang dianalisa (yang terserap).
19
Gambar 3.1 . Hempl Analysis
BAB 1V
Tabel 4.1 Hasil Percobaan pada Bagian Bawah Menara (valve 3) atau 𝑆3
20
1 0,02 0,0027 0,090909 0,135
0.16
0.14
0.12
0.1
F3/(F2+F3)
0.08 F1 = 1 L/menit
0.06 F1 = 3 L/menit
F1 = 5 L/menit
0.04
0.02
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
V2/V1
Gambar 4.1 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter dan Fraksi CO2
dari Analisa Hempl pada Valve S3
21
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan nilai fraksi gas CO2 (Yi) yang
diperoleh dari hasil perhitungan laju alir memiliki perbedaan yang kecil dengan
hasil pengukuran alat Hampl Analyzer. Pada kecepatan flow air 1 L/menit dan
kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Yi yang di ukur dari flowmeter sebesar
0,032258 dan nilai Yi dari analisa hempl sebesar 0,13. Untuk kecepatan flow air 3
L/menit, kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,032258
dan dari analisa hempl sebesar 0,15. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit,
kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,032258 dan dari
analisa hempl sebesar 0,15. Untuk kecepatan flow air 1 L/menit, kecepatan flow
CO2 3 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,090909 dan dari analisa hempl
sebesar 0,135. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit
nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,090909 dan analisa hempl sebesar 0,16. Untuk
kecepatan flow air 5 L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Yi dari flowmeter
sebesar 0,090909 dan analisa hempl sebesar 0,165. Untuk kecepatan flow alir air
1 L/menit, kecepatan flow CO2 5 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857
dan analisa hempl sebesar 0,15. Untuk kecepatan flow alir air 3 L/menit,
kecepatan flow CO2 5 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857 dan analisa
hempl sebesar 0,17. Untuk kecepatan flow alir air 5 L/menit, kecepatan flow CO2
5 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857 dan analisa hempl sebesar
0,175. Sehingga dapat disimpulkan semakin naik kecepatan flow air maka nilai Yi
pada analisa hempl semakin meningkat. Hal ini dapat karena semakin tinggi laju
alir absorben (air) maka semakin kecil ukuran tetes air dan memperbesar
kecepatan transfer massa sehingga semakin tinggi laju alir absorben maka nilai
fraksi gas CO2 nilainya akan semakin besar pula.
22
Laju alir Laju alir Laju alir Perhitungan Yi
air udara gas CO2
No V1 (L) V2 (L)
F1 F2 F3 F3/(F2+F3)
(V2/V1)
(L/mnt) (L/mnt) (L/mnt)
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka didapat kurva perbandingan nilai
fraksi CO2 dari flowmeter dan fraksi CO2 dari analisa hempl pada valve S2 adalah
sebagai berikut :
23
0.1600
0.1400
0.1200
0.1000
F3/(F2+F3)
0.0800
F1 = 1 L/menit
0.0600 F1 = 3 L/menit
0.0400 F1 = 5 L/menit
0.0200
0.0000
0 0.05 0.1 0.15 0.2
V2/V1
Gambar 4.2 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter dan Fraksi CO2
dari Analisa Hempl pada Valve S2
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat flow air 1 L/menit dan kecepatan flow CO2 1
L/menit nilai Yi yang di ukur dari flowmeter sebesar 0,032258 dan nilai Yi dari
analisa hempl sebesar 0,075. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit, kecepatan flow
CO2 1 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,032258 dan dari analisa hempl
sebesar 0,085. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit, kecepatan flow CO2 1 L/menit
nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,032258 dan dari analisa hempl sebesar 0,125.
Untuk kecepatan flow air 1 L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Yi dari
flowmeter sebesar 0,090909 dan dari analisa hempl sebesar 0,08. Untuk
kecepatan flow air 3 L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Yi dari flowmeter
sebesar 0,090909 dan analisa hempl sebesar 0,1. Untuk kecepatan flow air 5
L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,090909
dan analisa hempl sebesar 0,135. Untuk kecepatan flow air 1 L/menit, kecepatan
flow CO2 5 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857 dan analisa hempl
sebesar 0,085. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit, kecepatan flow CO2 5 L/menit
nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857 dan analisa hempl sebesar 0,11. Untuk
24
kecepatan flow air 5 L/menit, kecepatan flow CO2 5 L/menit nilai Yi dari flowmeter
sebesar 0,142857 dan analisa hempl sebesar 0,145. Sehingga dapat disimpulkan
semakin naik kecepatan flow air maka nilai Yi pada analisa hempl semakin
meningkat. Hal ini dapat karena semakin tinggi laju alir absorben (air) maka
semakin kecil ukuran tetes air dan memperbesar kecepatan transfer massa
sehingga semakin tinggi laju alir absorben maka nilai fraksi gas CO2 nilainya akan
semakin besar pula.
Tabel 4.3 Hasil Percobaan pada Bagian Atas Menara (valve 1) atau 𝑆1
25
5 0,02 0,002 0,142857 0,1
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka didapat kurva perbandingan nilai
fraksi CO2 dari flowmeter dan fraksi CO2 dari analisa hempl pada valve S1 adalah
sebagai berikut :
0.16
0.14
0.12
0.1
F2/(F2+F3)
0.08 F1 = 1 L/menit
0.06 F1 = 3 L/menit
F1 = 5 L/menit
0.04
0.02
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
V2/V1
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter dan Fraksi CO2
dari Analisa Hempl pada Valve S1
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat Pada kecepatan flow air 1 L/menit dan
kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Yi yang di ukur dari flowmeter sebesar
0,032258 dan nilai Yi dari analisa hempl sebesar 0,05. Untuk kecepatan flow air 3
L/menit, kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,032258
dan dari analisa hempl sebesar 0,055. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit,
kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,032258 dan dari
analisa hempl sebesar 0,075. Untuk kecepatan flow air 1 L/menit, kecepatan flow
CO2 3 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,090909 dan dari analisa hempl
26
sebesar 0,06. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit
nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,090909 dan analisa hempl sebesar 0,06. Untuk
kecepatan flow air 5 L/menit, kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Yi dari flowmeter
sebesar 0,090909 dan analisa hempl sebesar 0,85. Untuk kecepatan flow air 1
L/menit, kecepatan flow CO2 5 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857
dan analisa hempl sebesar 0,07. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit, kecepatan
flow CO2 5 L/menit nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857 dan analisa hempl
sebesar 0,07. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit, kecepatan flow CO2 5 L/menit
nilai Yi dari flowmeter sebesar 0,142857 dan analisa hempl sebesar 0,1. Sehingga
dapat disimpulkan semakin naik kecepatan flow air maka nilai Yi pada analisa
hempl semakin meningkat. Hal ini dapat karena semakin tinggi laju alir absorben
(air) maka semakin kecil ukuran tetes air dan memperbesar kecepatan transfer
massa sehingga semakin tinggi laju alir absorben maka nilai fraksi gas CO2 nilainya
akan semakin besar pula.
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat diketahui bahwa
hasil perhitungan Yi secara toritis memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh
dengan pecobaan yang dilakukan. Hasil tersebut menunjukan bahwa proses
analisa sampel dilakukan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memiliki
keakuratan tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel yang dianalisa tidak
mengalami kontak dengan NaOH pada tabung bola. Hal ini terjadi karena sebelum
dihubungkan dengan tabung bola, saluran dari tabung penghisap lebih dahulu
dibuka menuju ke atmosfir untuk menyamakan tekanan gas dengan tekanan
larutan NaOH. Selain itu, perbedaan kecil pada hasil perhitungan Yi teoritis dengan
hasil pecobaan terjadi karena secara teoritis (F3/(F2+F3)) diasumsikan bahwa gas
yang mengalir adalah gas ideal, sementara pada percobaan, gas yang digunakan
adalah gas real.
4.4 Hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi bagian
tengah menara (valve 2) atau 𝑺𝟐
27
Tabel 4.4. Hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi bagian
tengah menara (valve 2) atau 𝑺𝟐 dan pada bagian atas menara (valve 1) atau S1
Laju Perhitungan Yi
Laju alir Laju alir
alir air F2 Absorsi
udara gas CO2 V1 +
F1 V2 (L) Y1 gas CO2
F2 F3 (L) F3/(F2+F3) V2/V1
(L/mnt F3 (Fa2-3)
(L/mnt) (L/mnt)
)
0,07 3
1 0,02 0,0015 0,032258 0,13 56,0884
5 1
0,08 3
3 30 1 0,02 0,0017 0,032258 0,15 55,8287
5 1
0,12 3
5 0,02 0,0025 0,032258 0,15 55,2857
5 1
0,13 3
1 0,02 0,0016 0,090909 0,08 58,8525
5 3
3
3 30 3 0,02 0,002 0,090909 0,1 0,16 58,2000
3
0,13 0,16 3
5 0,02 0,0027 0,090909 57,6757
5 5 3
0,08 3
1 0,02 0,0017 0,142857 0,15 61,4444
5 5
3
3 30 5 0,02 0,0022 0,142857 0,11 0,17 60,7489
5
0,14 0,17 3
5 0,02 0,0029 0,142857 60,2183
5 5 5
28
Dari tabel 4.4. dapat dilihat hasil percobaan pada bagian tengah menara
(valve 2) atau 𝑆2 . Dari data yang telah diperoleh, maka didapatkan kurva
hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi pada valve S2.
62.0000
61.0000
60.0000
59.0000
Fa 2-3
58.0000 F1 = 1 L/menit
57.0000 F1 = 3 L/menit
F1 = 5 L/menit
56.0000
55.0000
54.0000
0 1 2 3 4 5 6
Laju alir CO2 (F3)
Gambar 4.4. Kurva Hubungan Laju Alir CO2 dengan Jumlah CO2 yang Terabsorbsi
pada Valve S2
Pada gambar 4.4. dapat dilihat kecepatan flow lir CO2 berbanding terbalik
dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi pada valve S2. Pada bagian tengah menara
atau valve S2, pada kecepatan flow air 1 L/menit dan kecepatan flow CO2 1 L/menit
nilai Fa2-3 sebesar 56,0884. Untuk kecepatan flow airnya 3 L/menit dan kecepatan
flow CO2 yaitu 1 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 55,8287. Untuk kecepatan flow airnya
5 L/menit dan kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 55,2857. pada
kecepatan flow air 1 L/menit dan kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Fa2-3 sebesar
58,8525. Untuk kecepatan flow airnya 3 L/menit dan kecepatan flow CO2 yaitu 3
L/menit nilai Fa2-3 sebesar 58,2000. Untuk kecepatan flow airnya 5 L/menit dan
kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 57,6757. pada kecepatan flow air
1 L/menit dan kecepatan flow CO2 5 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 61,4444. Untuk
kecepatan flow airnya 3 L/menit dan kecepatan flow CO2 yaitu 5 L/menit nilai Fa2-
3 sebesar 60,7489. Untuk kecepatan flow airnya 5 L/menit dan kecepatan flow CO2
29
5 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 60,2183. Dapat disimpulkan bahwa semakin naik
kecepatan flow air maka semakin sedikit jumlah CO2 yang terabsorbsi pada valve
S2, karena semakin meningkatnya laju alir absorben (air), maka waktu kontak
antara air dan udara semakin cepat, waktu kontak yang cepat ini akan
menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih singkat dan gas CO2 yang terserap
semakin menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan pada
operasi absorbsi dengan laju alir besar, waktu kontak antara NaOH dengan CO 2
untuk jumlah molekul yang sama akan semakin kecil. Waktu kontak yang singkat
ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CO 2 yang
terserap juga lebih sedikit (Fuad dan Januar, 2004).
4.5 Hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi bagian
atas menara (valve 1) atau S1
Tabel 4.5 Hubungan laju alir CO2 dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi bagian atas
menara (valve 1) atau S1
Laju Perhitungan Yi
Laju alir Laju alir
alir air F2 Absorsi
udara gas CO2 V1 +
F1 V2 (L) Y1 gas CO2
F2 F3 (L) F3/(F2+F3) V2/V1
(L/mnt F3 (Fa2-3)
(L/mnt) (L/mnt)
)
3
1 0,02 0,001 0,032258 0,05 0,13 56,6857
1
0,05 3
3 30 1 0,02 0,0011 0,032258 0,15 56,2972
5 1
0,07 3
5 0,02 0,0015 0,032258 0,15 55,6262
5 1
30
0,13 3
1 0,02 0,0012 0,090909 0,06 59,5877
5 3
3
3 30 3 0,02 0,0012 0,090909 0,06 0,16 59,1509
3
0,08 0,16 3
5 0,02 0,0017 0,090909 58,5981
5 5 3
3
1 0,02 0,0014 0,142857 0,07 0,15 62,6744
5
3
3 30 5 0,02 0,0014 0,142857 0,07 0,17 61,9355
5
0,17 3
5 0,02 0,002 0,142857 0,1 61,2500
5 5
Dari tabel 4.5. dapat dilihat hasil percobaan pada bagian atas menara (valve
1) atau S1. Dari data yang telah diperoleh, maka didapatkan kurva hubungan laju
alir CO2 dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi pada valve S1.
31
64.0000
63.0000
62.0000
61.0000
60.0000
Fa 2-3
F1 = 1 L/menit
59.0000
F1 = 3 L/menit
58.0000
F1 = 5 L/menit
57.0000
56.0000
55.0000
0 1 2 3 4 5 6
Laju alir CO2 (F3)
Gambar 4.5. Kurva Hubungan Laju Alir CO2 dengan Jumlah CO2 yang Terabsorbsi
pada Valve S1
Pada gambar 4.5. dapat dilihat kecepatan flow air berbanding terbalik
dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi pada valve S1. Pada bagian atas menara atau
valve S1, pada kecepatan flow air 1 L/menit dan kecepatan flow CO2 1 L/menit nilai
Fa2-3 sebesar 56,6857. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit dan kecepatan flow CO2
yaitu 1 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 56,2972. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit dan
kecepatan flow CO2 tetap yaitu 1 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 55,6262. Pada
kecepatan flow air 1 L/menit dan kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Fa2-3 sebesar
59,5877. Untuk kecepatan flow air 3 L/menit dan kecepatan flow CO2 yaitu 3
L/menit nilai Fa2-3 sebesar 59,1509. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit dan
kecepatan flow CO2 3 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 58,5981. Pada kecepatan flow air
1 L/menit dan kecepatan flow CO2 5 L/menit nilai Fa2-3 sebesar 62,6744. Untuk
kecepatan flow air 3 L/menit dan kecepatan flow CO2 yaitu 5 L/menit nilai Fa2-3
sebesar 61,9355. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit dan kecepatan flow CO2 5
L/menit nilai Fa2-3 sebesar 61,2500. Dapat disimpulkan bahwa semakin naik
kecepatan flow air maka semakin sedikit jumlah CO2 yang terabsorbsi pada valve
S1, karena semakin meningkatnya laju alir absorben (air), maka waktu kontak
antara air dan udara semakin cepat, waktu kontak yang cepat ini akan
32
menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih singkat dan gas CO2 yang terserap
semakin menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan pada
operasi absorbsi dengan laju alir besar, waktu kontak antara NaOH dengan CO 2
untuk jumlah molekul yang sama akan semakin kecil. Waktu kontak yang singkat
ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CO 2 yang
terserap juga lebih sedikit (Fuad dan Januar, 2004).
Gas CO2 yang terabsorbsi paling banyak terdapat pada valve (S1), karena
Kolom absorbsi yang tinggi mengakibatkan kontak antara gas CO2 dan air menjadi
semakin lama, sehingga jumlah gas CO2 yang terabsorbsi menjadi semakin banyak.
Jadi, tinggi menara absorbsi sebanding dengan jumlah gas CO2 yang terbasorbsi.
Percobaan dilakukan dengan variasi laju alir air (F1) 1 L/menit, 3 L/menit ,
dan 5 L/menit, serta variasi laju alir CO2 (F3) 1 L/menit, 3 L/menit dan 5 L/menit
dengan laju alir udara (F2) tetap yatitu 30 L/menit. Sampel diambil pada bagian
bawah, tengah dan atas menara dengan menggunakan piston yang telah
dibersihkan.
Perhitungan gas CO2 yang terabsorbsi dengan neraca massa sebagai berikut:
[CO2 ]in − [CO2 ]out = [CO2 ]absorbed
(Yi − Y0−2 )
Fa2−3 = x (F2 + F3 )
(1 − Y0−2 )
33
(0,16 − 0,1)
Fa2−3 = x 33
(1 − 0.1)
Fa2−3 = 2,2
Tabel 4.7 Nilai rata-rata gas CO2 yang terabsorbsi pada masing-masing valve
terhadap tinggi kolom dan laju alir
F1 F2 F3 S1 S2 S3
1 56,6857 56,0884 0
1 3 59,5877 58,8525 0
5 62,6744 61,4444 0
30
1 56,2972 55,8287 0
3 3 59,1509 58,2 0
5 61,9355 60,7489 0
34
1 55,6262 55,2857 0
5 3 58,5981 57,6757 0
5 61,25 60,2183 0
70
60
50
40
F3 = 1 L/menit
Fa
30
F3 = 3 L/menit
20 F3 = 5 L/menit
10
0
0 50 100 150
Tinggi kolom
Gambar 4.7.a Hubungan antara Jumlah CO2 yang Terabsopsi dengan Ketinggian
Kolom pada Laju Alir Air 1 L/menit
70
60
50
40
F3 = 1 L/menit
Fa
30
F3 = 3 L/menit
20 F3 = 5 L/menit
10
0
0 50 100 150
Tinggi Kolom
35
Gambar 4.7.b Hubungan antara Jumlah CO2 yang Terabsopsi dengan Ketinggian
Kolom pada Laju Alir Air 3 L/menit
70
60
50
40
F3 = 1 L/menit
Fa
30
F3 = 3 L/menit
20 F3 = 5 L/menit
10
0
0 50 100 150
Tinggi kolom
Gambar 4.7.c Hubungan antara Jumlah CO2 yang Terabsopsi dengan Ketinggian
Kolom pada Laju Alir Air 5 L/menit
Gambar 4.7.a, 4.7.b, 4.7.c diatas merupakan hubungan antara tinggi kolom
dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi dengan menggunakan air sebagai absorben.
Pada gambar 4.7.c dengan laju alir CO2 sebesar 1, 3 dan 5 L/menit, serta laju alir
air 1,3 dan 5 L/menit dan laju alir udara 30 L/menit. Pada gambar 4.7.c dengan
kecepatan flow air 1 L/menit dan kecepatan CO2 5 L/menit dengan ketinggian 140
cm, jumlah CO2 yang terabsorbsi sebesar 62,6744. Untuk kecepatan flow air 3
L/menit dan kecepatan flow CO2 5 L/menit dengan ketinggian 140 cm, jumlah CO2
yang terabsorbsi sebesar 61,9355. Untuk kecepatan flow air 5 L/menit dan
kecepatan flow CO2 5 L/menit dengan ketinggian 140 cm, jumlah CO2 yang
terabsorbsi sebesar 61,2500. Pada ketinggian menara atau kolom yang sama sebesar
140 cm, dapat disimpulkan semakin tinggi kecepatan flow air maka semakin sedikit
CO2 yang terabsorbsi. Begitu juga untuk kecepatan flow CO2, semakin tinggi
kecepatan flow CO2 maka jumlah CO2 yang terabsorbsi semakin menurun. Hal ini
36
dikarenakan laju alir absorben (air) yang semakin tinggi menyebabkan waktu
kontak antara absorben dan udara CO2 semakin cepat sehingga semakin sedikit CO2
yang terabsorbsi oleh absorben.
Dari tabel 4.7 diatas dapat juga disimpulkan bahwa gas CO2 yang terabsorbsi
paling banyak terdapat pada kolom atas (S1) yaitu 62,6744 untuk laju alir air 1
L/menit dan laju alir CO2 5 L/menit. Hal ini sesuai dengan teori karena semakin
tinggi menara atau kolom absorbsi maka akan mengakibatkan kontak antara gas
CO2 dan air menjadi semakin lama sehingga semakin banyak gas CO2 yang
terabsorbsi. Sedangkan gas CO2 yang terabsorsi paling sedikit terdapat pada kolom
bawah (S3) yaitu 0. Hal ini karena tinggi menara atau kolom absorbsi terlalu rendah
sehingga gas CO2 tidak berkontak dengan air, atau kontak gas CO2 dan air terjadi
hanya sekilas dan sangat cepat sehingga bisa dikatakan tidak ada gas CO2 yang
terabsorbsi.
BAB V
4.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi laju alir maka gas CO2 yang terabsorbsi semakin besar
fraksi CO2. Akan tetapi CO2 yang terabsorbsi semakin sedikit seiring
bertambahnya laju alir air.
37
2. Penyerapan gas CO2 terbesar terjadi pada bagian atas kolom (S1) yang
ditandai dengan gas CO2 yang terabsorbsi paling besar terdapat pada
kolom S1 sebesar 62,6744.
3. Semakin lama waktu operasi, maka fraksi volume gas yang terabsorbsi
akan semakin besar dimana hal ini menunjukkan waktu operasi
berbanding lurus dengan volume gas CO2 yang terabsorbsi
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
38
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid
th
flow, heat transfer and mass transfer, 5 ed. Butterworth Heinemann, London,
UK.
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid Reactions, McGraw-Hill Book Company, Inc.,
New York, pp. 42-44.
Perry, R.H and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th ad.,
McGrwa-Hill Book Company, New York.
Rehm, T. R., Moll, A. J. and Babb, A. L., 1963, Unsteady State Absorption
ofCarbon Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions, American Institute
of Chemical Engineers Journal, 9(5), 760-765.
Satir, D.,O. 2013. “Absorpsi II absorpsi CO2dalam air menggunakan alat analisa
gas”.http://depisatir.blogspot.com/2013/06/absorpsi-ii-absorpsi-co2-dalam-
air.html. Depok.
Treybal, Robert E., 1981, "Mass-Transfer Operations Third Edition", Tokyo:
McGraw-Hill International Book Company.
Yulianto,E. 2000. “Praktikum Absorbsi”.http://www.academia.edu/4769014/
Praktikum Absorbsi.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
39
F1(Laju Alir H20) = 3 L/menit
F2(Laju Alir Udara) = 30 L/menit
F3(Laju Alir CO2) = 3 L/menit
1. Perhitungan NaOH
Akan dibuat larutan NaOH 1 M sebanyak 1 liter (dengan BM NaOH = 40)
dari padatan NaOH, maka massa NaOH :
massa 1000
1 M=
Mr V
massa 1000
1 M=
40 1000
Massa = 40 gram
2. Pengambilan Sampel dari Bawah Menara Packing (Valve S3)
V1 = 20 ml
V2 = 2 ml
F3 3
Yi = =
F2 + F3 30 + 3
= 0,09090909 L/menit
V2 3,2
Yi = =
V1 20
= 0,16
3. Pengambilan Sampel dari Tengah Menara Packing (Valve S2)
V1 = 20 ml
V2 = 2 ml
Total aliran masuk = F2 + F3
= 30 + 3
= 33 L/menit
V2
Y0−2 = ( )
V1 0−2
2
=
20
= 0,1
40
V2
Yi = ( )
V1
V2 dan V1 untuk perhitungan Yi diambil dari data fraksi CO2 yang diambil dari
bawah menara packing (Valve S3)
3,2
Yi =
20
Yi = 0.16
Neraca Massa :
[CO2 ]in − [CO2 ]out = [CO2 ]absorbed
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 − Fa2−3 )Y0−2 ] = Fa2−3
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 )Y0−2 ] = Fa2−3 − Fa2−3 Y0−2
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 )Y0−2 ] = Fa2−3 (1 − Y0−2 )
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 )Y0−2 ]
Fa2−3 =
(1 − Y0−2 )
(Yi − Y0−2 )
Fa2−3 = x (F2 + F3 )
(1 − Y0−2 )
(0,16 − 0,1)
Fa2−3 = x 33
(1 − 0.1)
Fa2−3 =2,2
4. Pengambilan Sampel dari Atas Menara Packing (Valve S1)
V1 = 20 ml
V2 = 1,2 ml
= 30 + 3
= 33 L/menit
V2
Y0−1 = ( )
V1 0−1
1,2
=
20
= 0.06
V2
Yi = ( )
V1
41
V2 dan V1 untuk perhitungan Yi diambil dari data fraksi CO2 yang diambil dari
bawah menara packing (Valve S3)
3.2
Yi =
20
Yi = 0,16
Neraca Massa :
[CO2 ]in − [CO2 ]out = [CO2 ]absorbed
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 − Fa1−3 )Y0−1 ] = Fa1−3
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 )Y0−1 ] = Fa1−3 − Fa1−3 Y0−1
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 )Y0−1] = Fa1−3 (1 − Y0−1 )
[(F2 + F3 )Yi] − [(F2 + F3 )Y0−1 ]
Fa1−3 =
(1 − Y0−1 )
(Yi − Y0−1 )
Fa1−3 = x (F2 + F3 )
(1 − Y0−1 )
(0,16 − 0,06)
Fa1−3 = x 33
(1 − 0.06)
Fa1−3 = 3,510638298
LaporanSementara
PraktikumLaboratoriumTeknik Kimia II
42
Judulpraktikum : Absorbsi Gas
Hari / Tanggal : Selasa, 07 April 2015
Kelompok / kelas : 4 / C
Anggota : Benny Ahmadi
Charismayani
Febrian Adithya R
Nurhasanah
Data Pengamatan :
1. PembuatanLarutanNaOH 1 M dalam 1000 ml air
𝑔𝑟 10000
M = x
𝑀𝑟 𝑣
𝑔𝑟 1000
1 = 40 x = 40 grNaOH
1000 𝑚𝑙
2. PengambilanSampel Gas
a) Dari BagianAtasKolom (S1)
Laju alir Laju alir Laju alir Perhitungan Yi
air udara gas CO2
No V1 (L) V2 (L)
F1 F2 F3 F3/(F2+F3) (V2/V1)
(L/mnt) (L/mnt) (L/mnt)
43
5 0,02 0,002 0,142857 0,1
44
3 0,02 0,003 0,032258 0,15
Freddy Manullang
45