Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KERJA PRAKTEK

“PENYEBAB TERJADI LOST CIRCULATION PADA


SUMUR A DENGAN MENGUNAKAN DUA METODE
PENANGGULANGAN”

Diajukan sebagai laporan praktek untuk memenuhi persyaratan


Mata kuliah Kerja Praktek Studi S1 Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Balikpapan

Disusun Oleh:

Jery Palinoan
1901100

TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS
BUMI BALIKPAPAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Mahasiswa

Jery Palinoan
NIM : 1901100

Mengetahui dan menyetujui,

Plt. Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


S1 Teknik Perminyakan

Abdi Suprayitno, ST.,M.Eng Angeline Marlin Kuncoro, S.T.,M.T


NIDN : 1110098502 NIDN : 1128119301

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun laporan kerja praktek yang berjudul “Penyebab
Terjadinya Lost Circulation Pada Sumur A Dengan Menggunakan Dua
Metode Penanggulangan”. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan secara online
untuk memenuhi syarat dalam kurikulum STT MIGAS Balikpapan pada Program
Studi Teknik Perminyakan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung serta membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini,
diantaranya:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmat dan kurnia-Nya
yang tak terhingga.
2. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dalam
penyusunan laporan ini.
3. Bapak Abdi Suprayitno, ST., M.Eng. selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Perminyakan.
4. Ibu Angeline Marlin Kuncoro, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek yang senantiasa memberikan bimbingan serta dukungan dalam
pelaksanaan kerja praktek.
5. Seluruh dosen Se-STT MIGAS Balikpapan yang telah memberikan
ilmunya selama ini.
6. Teman satu kontrakan “GANG DAMAI” yang selalu membimbing selama
penyusunan laporan ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Perencanaan pembuatan laporan ini terbantu dengan materi yang
penulis peroleh dari referensi buku dan jurnal. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan
di masa mendatang. Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

iii
Balikpapan, April 2022

Jery Palinoan

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Kerja Praktek..........................................................................................1
1.4 Waktu Pelaksanaan.............................................................................................2
1.5 Metode Penulisan...............................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Pemboran..........................................................................................3
2.2 Pengertian Lumpur Pemboran............................................................................3
2.2.1 Jenis lumpur pemboran...............................................................................4
2.2.2 Fungsi lumpur pemboran............................................................................5
2.3 Hilang Sirkulasi Lumpur Pemboran (Lost Circulation)......................................5
2.4 Cara Penanggulangan Lost Circulation..............................................................5
BAB III LOST CIRCULATION........................................................................................6
3.1 Pengertian Lost Circulation................................................................................6
3.2 Penentuan Tempat Terjadinya Lost Circulation.................................................8
3.3 Analisa Data.......................................................................................................9
3.3.1 Perhitungan Hidrostatik saat Lost...............................................................9
3.3.2 Perhitungan Tekanan Rekah Formasi.............................................................9
3.3.3 Perhitungan ECD dan BHCP....................................................................10
3.4 Hasil Pembahasan.............................................................................................10
BAB IV METODE PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION.............................12

v
4.1 Metode Penanggulangan Lost Circulation........................................................12
BAB V PENUTUP...........................................................................................................15
5.1 Kesimpulan......................................................................................................15
5.2 Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lumpur Pemboran...........................................................................4

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perhitungan Hidrostatik Saat Lost......................................................9

Table 3.2 Perhitungan Tekanan Rekah Formasi..............................................10

Tabel 3.3 Perhitungan ECD dan BHCP.............................................................10

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Lumpur pemboran merupakan salah satu komponen utama pada suatu operasi
pemboran untuk menentukan kelancaran dan keberhasilan kegiatan pemboran. Pada
saat operasi pemboran lumpur yang digunakan harus sesuai dengan kondisi formasi
serta litologi yang harus ditembus. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat
berpengaruh terhadap suatu operasi pemboran karena salah satu faktor yang yang
menetukan berhasil atau tidaknya suatu pemboran adalah tergantung dari lumpur yang
digunakan. Dengan menggunakan lumpur pemboran yang tepat dan baik maka
diharapkan pemboran berjalan dengan lancar sehingga diperoleh biaya pemboran yang
optimal. Pada operasi pemboran sumur minyak dan gas yang dilakukan tidak selalu
lancar sesuai dengan perencanaan, ada kalanya terjadi permasalahan pada operasi
pemboran tersebut. Salah satu masalah dalam operasi pemboran yaitu hilang sirkulasi
lumpur (lost circulation), ini merupakan hilangnya sebagian (partial lost) atau semua
(total lost) dari fluida pemboran ke dalam formasi, sehingga sirkulasi fluida pemboran
tidak sesuai yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah merupakan suatu permasalahan yang memerlukan tanggapan
dan pemecahan tentang apa yang menyebabkan terjadinya masalah serta bagaimana
cara pemecahan masalah yang ada.
Dalam penelitian terhadap hilangnya sirkulasi lumpur pemboran, terdapat
beberapa permasalahan yang terjadi, yaitu:
a. Apa itu lumpur pemboran.
b. Apa itu hilangnya sirkulasi lumpur pemboran.
c. Bagaimana cara mengatasi masalah hilangnya sirkulasi lumpur pemboran.

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Pelaksanaan kerja praktek yang penulis lakukan untuk:
a. Mengetahui masalah lost circulation pada sumur pemboran.
1
b. Mengetahui faktor penyebab lost circulation.
c. Mengetahui metode yang digunakan dalam mengatasi masalah lost circulation.

1.4 Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan kerja praktek dilakukan secara online.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang penulis gunakan dengan menggunakan beberapa jurnal
dan buku terkait dengan judul penulis.

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Pemboran

Dalam industry minyak dan gas bumi tidak lepas dari kegiatan pemboran. Dimana
kegiatan ini dilakukan untuk mengambil fluida yang ada didalam permukaan.
Pemboran adalah suatu kegiatan utama dalam industri perminyakan yang bertujuan
untuk membuat lubang dari permukaan menuju target reservoir untuk memproduksikan
hidrokarbon. Operasi pemboran membutuhkan biaya besar dengan resiko pekerjaan
sangat tinggi, sehingga perencanaan yang baik dan matang sangat diperlukan sebelum
kegiatan ini dilakukan agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Namun tidak bisa
dipungkiri dalam kegiatan pemboran tidak selamanya berjalan dengan baik tetapi sering
muncul berbagai masalah sehingga dapat menghambat kegiatan pemboran dan
menggunakan banyak waktu dan biaya.

2.2 Pengertian Lumpur Pemboran


Lumpur pemboran merupakan unsur yang penting dalam suatu operasi pemboran,
pada saat pemboran tidak menggunakan lumpur akan menimbulkan berbagai masalah
yang dapat menghambat aktivitas pemboran. Dalam operasi pemboran digunakan
lumpur pemboran untuk disirkulasikan kedalam sumur pemboran demi kelancaran dan
keberhasilan suatu pemboran tetapi lumpur yang digunakan harus sesuai dengan
kondisi formasi dan lithologi yang harus ditembus. Komposisi dan sifat fisik lumpur
sangat berpengaruh terhadap operasi pemboran, karena merupakan salah satu faktor
yang menentukan berhasil tidaknya suatu pemboran dan tergantung pada lumpur yang
digunakan. Hal ini dapat dicapai apabila sifat lumpur selalu diamati dan dijaga secara
kontinew dalam setiap tahap operasi pemboran. Sifat penting tersebut adalah berat
jenis, rheology, sand content, solid, control, alkalinity filtrate, fluid loss dan pH dari
lumpur yang digunakan. Lumpur pemboran yang digunakan pada saat ini mulanya
berasal dari pengembangan penggunakan air untuk mengangkat serbuk bor.
Sehubungan dengan perkembangan teknologi pemboran lumpur pemboran mulai
digunakan selain itu gas atau di udara juga digunakan sebagai fluida pemboran.

3
Gambar 2.1 Lumpur Pemboran

2.2.1 Jenis lumpur pemboran


Air dan minyak merupakan fluida pemboran yang cukup baik di dalam beberapa
penggunaan, meskipun begitu umumnya fungsi lumpur membutuhkan sifat-sifat
lumpur yang tidak dapat diperoleh dari cairan biasa sehingga secara umum komposisi
lumpur pemboran terdiri atas tiga komponen, yaitu:
a. Water base mud
Jenis lumpur ini paling banyak digunakan karena biaya relatif murah. Lumpur
pemboran ini terbagi atas fresh water dan salt water. Apabila dilihat dari
komposisinya terbagi atas gel spud mud, lignosulfate, polimer mud, sea water mud.
b. Oil base mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya dan komposisinya
diatur agar kadar airnya rendah (3-5% volume). Oil base mud sumur serta untuk
melepaskan drill pipe terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
c. Emulsion mud
Emulsion mud terbagi atas oil in water emulsion dan water in oil emulsion
tergantung dari fasa apa yang terdispersi. Fungsi lumpur ini adalah untuk menambah
ROP, mengurangi filtration loss, menambah pelumas dan mengurangi torque, dimana
lumpur ini banyak digunakan dalam directional drilling. Komposisinya adalah
lumpur dasar ditambah minyak mentah atau minyak solar 2-15% atau lumpur dengan
dasar minyak ditambahkan air 24-45% air.
4
2.2.2 Fungsi lumpur pemboran
Dalam penggunaan lumpur pemboran memiliki fungsi atau kegunaannya
seperti apa. Berikut beberapa fungsi utama penggunaan lumpur pemboran antara
lain:
a. Mengangkat serpih bor.
b. Pendingin dasar pelumas pahat.
c. Pembersih dasar lubang.
d. Melindungi dinding lubang bor.
e. Mengimbangi dan menjaga tekanan formasi.
f. Menahan serpih bor ketika sirkulasi dihentikan.
g. Mencegah dan menghambat laju korosi.
h. Membentuk mud cake.

2.3 Hilang Sirkulasi Lumpur Pemboran (Lost Circulation)


Lost circulation didefinisikan sebagai hilangnya fluida pemboran sebagian atau
seluruhnya yang masuk kedalam formasi selama pemboran berlangsung. Masuknya
lumpur pemboran kedalam formasi bisa diakibatkan secara alamiah dan secara
mekanis. Berikut faktor-faktor penyebab lost circulation:
a. Jenis formasi.
b. Lost circulation karena tekanan.

2.4 Cara Penanggulangan Lost Circulation


Beberapa metode yang dilakukan untuk menanggulangi lost circulation, yaitu:
a. Cara penyumbatan dengan LCM (lost circulation material).
b. Teknik penyemenan.

5
BAB III

LOST CIRCULATION

3.1 Pengertian Lost Circulation


Lost circulation didefinisikan sebagai hilangnya fluida pemboran sebagian atau
seluruhnya yang masuk kedalam formasi selama pemboran berlangsung. Masuknya
lumpur pemboran kedalam formasi bisa diakibatkan secara alamiah dan secara
mekanis. Akibat dari hilangnya sirkulasi lumpur pemboran adalah tekanan hidrostatik
turun sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kick atau masalah lainnya. Masalah ini
sudah sering terjadi saat ini sehingga juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan bertambahnya biaya pemboran (Drilling Cost). Berdasarkan lajunya
hilangnya lumpur pemboran dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sleeping lost.
b. Partial lost.
c. Total lost.
Berdasarkan penyebab hilangnya lumpur pemboran dapat terjadi karena kondisi
alami formasi dan tekanan:
1. Faktor kondisi alami formasi yaitu:
a. Coarsely permeable formation.
Ini merupakan formasi permeable yang terdiri dari butir-butir penyusun yang kasar.
Formasi ini menjadi penyebab terjadinya loss. Contoh dari formasi ini adalah
gravel dan pasir
b. Cavernous formation (Vulugar formation)
Ini merupakan formasi yang banyak mengandung reef, gravel dan juga cavern (gua-
gua). Ketika pemboran melewati zona ini lumpur akan cepat hilang kedalam
formasi. Contoh dari formasi ini adalah batuan kapur (limestone dan dolomite).
c. Fissure,fracture,and faulst formation
Jenis formasi ini merupakan celah-celah atau retakan didalam formasi
yang terjadi secara alamiah maupun karena sebab mekanis atau buatan.

6
2. Faktor Tekanan

Pada kegiatan pemboran terdapat dua jenis tekanan yang perlu


diperhatikan khusus yaitu tekanan formasi dan tekanan hidrostatis.
a. Tekanan formasi
Tekanan formasi adalah tekanan reservoir atau tekanan yang diukur pada
dasar lubang sumur dalam keadaan tertutup maka tekanan formasi ini disebut
sebagai tekanan dasar lubang sumur. Persamaan tekanan formasi adalah:

Pf = Gf x D

Dimana:
Pf = Tekanan formasi, psi
Gf = Gradien tekanan formasi, psi/ft
D = Kedalaman, ft

b. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh berat dari
kolom fluida pemboran dalam keadaan statis. Persamaan yang digunakan untuk
menentukan tekanan hidrostatik adalah:

Ph = 0.052 x MW lumpur x D

Dimana:
Ph : Tekanan hidrostatik ,psi.
MW : Mud weight,ppg.
D : Kedalaman,ft.
0.052 : Faktor konversi.

c. Tekanan rekah formasi


Tekanan rekah formasi adalah tekanan dimana formasi mulai rekah
apabila ada penambahan tekanan. Persamaan yang digunakan yaitu:

7
Pfr = ( 0,052 x MW x D) + Psurface

Dimana:
Pfr = Tekanan rekah formasi, psi
MW = Mud weight, ppg
D = Kedalaman, ft
Psurface = Tekanan di permukaan, psi

3.2 Penentuan Tempat Terjadinya Lost Circulation


Biasanya jika terjadi lost circulation selama dilakukan operasi pemboran,
LCM (Lost Circulation Material) akan dipompakan sepanjang zona yang diduga
menjadi tempat hilangnya lumpur untuk mengatasinya. Ada beberapa meode yang
telah berhasil digunakan dalam penetuan letak zona hilang lumpur atau sering
disebut “thief” antara lain:

a. Temperature survey
Alat perekam suhu diturunkan ke dalam lubang dengan menggunakan
wireline untuk memberikan data suhu pada kedalaman tertentu. Pada kondisi
normal, kenaikan temperature berbanding lurus dengan kenaikan kedalaman.
b. Radioactive tracer survey
Gamma ray log dijalankan untuk mendapatkan radioaktif formasi normal
dan bertindak sebagai dasar untuk perbandingan. Kemudian sejumlah kecil bahan
radioaktif dimasukkan ke dalam lubang sekitar daerah dimana kemungkinan
terdapat “thief”. Gamma ray log yang kedua kemudian dijalankan dan
dibandingkan dengan log dasar (gamma ray pertama). Titik kedalaman terjadinya
hilang lumpur ditujukan dengan penurunan radioaktif log kedua yang disebabkan
karena bahan radioaktif yang kedua hilang ke formasi.
c. Spiner survey
Kumparan yang dipasang pada ujung kabel diturunkan kedalam lubang
untuk menetukan kemungkinan letak zone hilang zona. Kumparan ini akan

8
berputar karena adanya gerakan vertical lumpur yang kemungkinan terjadi karena
di dekat “thief”. Kecepatan rotor direkam dalam sebuah film sebagai rangkaian
titik dan spasi. Metode ini terbukti tidak efektif jika digunakan sejumlah besar
LCM dalam lumpur. Pada suatu operasi pemboran seringkali terjadi hambatan
yang terjadi didalam lubang bor.

3.3 Analisa Data


Analisa ini dilakukan dengan menganalisa perhitungan hidrostatik saat lost (Ph),
perhitungan rekah formasi (Pfr), equivalent circulatingdensity (ECD) dan bottom hole
circulating pressure (BHCP).

3.3.1 Perhitungan Hidrostatik saat Lost


Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh berat dari
kolom fluida pemboran dalam keadaan statis. Persamaan yang digunakan adalah:

pH = 0,052 x MW x D

Dimana:
pH = Tekanan hidrostatik, psi
MW = Mud weight, ppg
D = Kedalaman, ft

Kedalaman MW pH
(ft) (ppg) (psi)
6.611 10 3.432,8
6.979 10,08 3.719,64
Tabel 3.1 Perhitungan Hidrostatik Saat Lost

3.3.2 Perhitungan Tekanan Rekah Formasi

Tekanan rekah formasi mulai rekah apabila ada penambahan tekanan.


Persamaan yang digunakan adalah:

Pfr = ( 0,052 x MW x D) + Psurface

9
Dimana:
Pfr = Tekanan rekah formasi, psi
MW = Mud weight, ppg
D = Kedalaman, ft
Psurface = Tekanan di permukaan, psi

Kedalaman MW Psurface Pfr


(ft) (ppg) (psi) (psi)
6.611 10 0,97 3.438,69
6.979 10,08 1,38 3,659,49
Table 3.2 Perhitungan Tekanan Rekah Formasi

3.3.3 Perhitungan ECD dan BHCP

Equivalen circulation density (ECD) adalah densitas lumpur pada saat


melakukan sirkulasi, sedangkan Botton Hole Circulation Pressure (BHCP) adalah
tekanan bor pada saat dilakukan sirkulasi lumpur yang besarnya sama dengan
tekanan hidrostatik lumpur ditambah kehilangan tekanan annulus. Persamaan
yang digunakan yaitu:

∆𝑷
ECD =
𝟎,𝟎𝟓𝟐 𝑿 𝑻𝑽𝑫 + 𝑴𝑾

BHCP = (0,052 x ECD x TVD)

Dimana:
ECD = Equivalen circulation density, ppg
BHCP = Bottom hole circulation, ppg
TVD = Kedalaman tegak, ftsssss
∆𝑃 = Kehilangan tekanan, psi

Kedalaman ∆𝑃 MW ECD BHCP


(ft TVD) (psi) (ppg) (psi) (psi)
6.611 3.455,22 10 10,08 3.466,14
6.979 3.747,87 10,24 10,36 3.769,75
Tabel 3.3 Perhitungan ECD dan BHCP

10
3.4 Hasil Pembahasan
Pemboran sumur A terjadi loss pertama kali yaitu pada kedalaman 6.611 ft
TVD dimana tekanan hidrostatiknya sebesar 3.437,8 psi, tekanan rekah formasi
sebesar 3.334,59 psi, ECD 10,08 ppg dan BHCP 3.466,14 psi. Dan pada
kedalaman 6.979 ft TVD, tekanan hidrostatiknya sebesar 3.719,64 psi, tekanan
rekah formasi sebesar 5.138,11 psi, ECD 10,36 ppg, BHCP 3.760,02. Jika
dibandingkan dari tekanan hidrostatik, ECD, BHCP maka tidak ada yang
melebihi tekanan rekah formasi, sehingga penyebab dari hilang sirkulasi ini
berasal dari faktor alamiah. Pada kedalaman 6.611 ft TVD dilakukan penanganan
spot LCM sebanyak dua kali namun gagal sehingga dilakukan penyemenan pada
kedalaman 6.979 ft TVD untuk mengatasi lost.

11
BAB IV

METODE PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION

Lost Circulation didefinisikan sebagai hilangnya fluida pemboran sebagian atau


seluruhnya yang masuk ke dalam formasi selama pemboran berlangsung. Masuknya lumpur
pemboran ke dalam formasi bisa diakibatkan secara alamiah dan secara mekanis. Akibat dari
hilangnya sirkulasi lumpur pemboran adalah tekanan hidrostatik turun sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kick atau masalah lainnya. Masalah ini sudah sering terjadi saat ini
sehingga juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan bertambahnya biaya pemboran
(Drilling Cost).

4.1 Metode Penanggulangan Lost Circulation


Untuk mengatasi masalah lost circulation pada sumur pemboran dapat dilakukan
dengan beberapa metode. Berikut beberapa metode yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah lost circulation adalah:
1. Penanggulangan dengan menggunakan lost cirkulation material (LCM)
Penanggulangan dengan cara menggunakan LCM digunakan untuk loss
yang kecil seperti seepage loss dan partial loss. LCM tidak efektif untuk formasi
yang menggandung rekahan yang cukup besar atau bergua-gua.
a) Teknik penyumbatan seepage Loss
Seepage loss adalah bila hilang lumpur dalam jumlah yang relative kecil.
Usaha –usaha yang dapat di lakukan :
 Pengeboran dilanjutkan terus dengan mengurangi densitas.
 Apabila diperlukan dapat ditambahkan bahan penyumbat yang halus sekitar 5
lbs/bbl melalui lumpur mud screen.
 Apabila belum berhasil, pahat diangkat beberapa ft di atas tempat terjadinya
loss lalu ditunggu walaupun sirkulasi di hentikan sementara, dengan harapan
serbuk bor dapat menyumbat .

12
b) Teknik penyumbatan partial loss
Apabila terjadi partial loss, yaitu hilang lumpur yang relative besar atau
hilang lumpur sebagian besar dari volume lumpur total. Maka usaha-usaha yang
dapat dilakukan adalah:
 Mengurangi berat lumpur, tekanan pompa dan menunggu periode
pengeboran selanjutnya.
 Dapat dilakukan dengan menambahkan bahan penyumbat.
 Kita siapkan bahan penyumbat dari berbagai macam bahan jenis serta
ukuran, kira-kira sebanyak 25-35 lb/bbl dan menyiapkan lumpur khusus
untuk membawa bahan bahan tersebut sebanyak 200 bbl dan
disirkulasikan. Apabila hilang lumpur semakin banyak, maka jumlah dan
ukuran bahan penyumbat dapat ditambahkan. Pemompaan bahan itu
dilakukan ketika bahan penyumbat di sekitar pahat. Jika berhasil, maka
diulangi sampai sirkulasi kembali normal.

2 Penanggulangan dengan teknik penyemenan


Apabila dengan menggunakan bahan penyumbat zona loss tidak dapat
diatasi, maka dilakukan sumbat semen untuk setiap zona loss. Penyemenan ini
dapat di lakukan ke semua zona loss. Cara mengatasi probem loss sirkulasi
dengan penyemenan menggunakan prinsip keseimbangan kolom fluida, cara
adalah sebagai berikut:
a. Mengangkat pahat dan mengukur statik mud levelnya.
b. Menempatkan sementing sub pada drill pipe (dp) dan memilih jenis sluryy semen
dengan zona loss.
c. Menentukan tempat hilang lumpur.
d. Memasukan drill pipe dengan sementing sub kedalam lubang bor dimana
sementing sub terletak kira-kira 50 ft diatas zona loss dan memompakan semen
slurrt kedalam annulus ditunggu 5 menit dengan pompa dimatikan.
e. Kemudian sisa campuran semen disirkulasikan dengan kecepatan 10 lb/menit
dengan lumpur secukupnya

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari data analisa yang penyusun lakukan dapat disimpulkan bahwa lost
circulation adalah hilangnya fluida pemboran sebagian atau seluruhnya yang masuk
kedalam formasi selama pemboran berlangsung yang diakibatkan oleh adanya faktor
tekanan formasi dan tekanan faktor alami formasi. Lost circulation bisa diatasi dengan
beberapa metode yaitu penyumbatan LCM (lost circulation material), teknik
penyemenan, brind drilling dan aerated drilling atau underbalanced drilling.
Pada masalah lost circulation ini penanggulangannya dilakukan dengan
penyumbatan lost circulation material sebanyak 2 kali namun gagal sehingga loss baru
berhasil ditanggulangi setelah melakukan penyumbatan cementing pada kedalaman
6.979 ft. Formasi yang mengalami loss pada kedalaman 6.611 ft dan 6.979 ft adalah
formasi batu raja dengan lithilogi limestone. Penyebab terjadinya lost circulation
karena formasi yang memiliki lubang pori yang cukup besar sehingga terbentuk
rongga-rongga atau terbentuk gua (cavern).

5.2 Saran
Saran saya, khususnya untuk referensi-referensi paper atau jurnal yang saya
gunakan sekiranya dalam penulisan penelitiannya untuk cara penanggulangannya
mungkin bisa disertakan dengan cara kerjanya dan dijelaskan secarar rinci agar
pembaca lebih mudah memahaminya.

14
DAFTAR PUSTAKA

H., P. Z., Hamid, A., & Wijayanti, P. (2017). ANALISA PENYEBAB HILANG SIKULASI LUMPUR PADA
PEMBORAN SUMUR X LAPANGAN Y. Jurnal Petro 2017, VI(3), 86-98.

Hamid, A. (2018). PENGGUNAAN FIBROSEAL DAN CaC03 UNTUK MENGATASI MASALAH LOST
CIRCULATION PADA SISTEM LUMPUR KCL POLYMER. Jurnal Petro 2018, 43-46.

Hilmy, M. E., & Hamid, A. (2015). EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLING PADA SUMUR
DINDRA LAPANGAN PANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM
TECHNOLOGYCENTER. Seminar Nasional Cendekia 2015, 292-296.

Raharja, R., Kasmungin, S., & Hamid, A. (2018). ANALISIS RHEOLOGI LUMPUR LIGNOSULFONAT
DENGAN PENAMBAHAN LCM BERBAHAN SERBUK GERGAJI, BATOK, DAN SEKAM
BERBAGAI TEMPERATUR. Jurnal OFFSHORE, 2(2), 33-42.

Satiyawira, B., & Imanurdana, G. (2018). EVALUASI PENYEBAB HILANG SIRKULASI LUMPUR DAN
PENANGGULANGANNYA PADA PEMBORAN SUMUR-SUMUR LAPANGAN MINYAK "X".
Jurnal Petro 2018, VII(4), 152-158.

15

Anda mungkin juga menyukai