Disusun Oleh:
Jery Palinoan
1901100
TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS
BUMI BALIKPAPAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Mahasiswa
Jery Palinoan
NIM : 1901100
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun laporan kerja praktek yang berjudul “Penyebab
Terjadinya Lost Circulation Pada Sumur A Dengan Menggunakan Dua
Metode Penanggulangan”. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan secara online
untuk memenuhi syarat dalam kurikulum STT MIGAS Balikpapan pada Program
Studi Teknik Perminyakan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung serta membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini,
diantaranya:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmat dan kurnia-Nya
yang tak terhingga.
2. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi dalam
penyusunan laporan ini.
3. Bapak Abdi Suprayitno, ST., M.Eng. selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Perminyakan.
4. Ibu Angeline Marlin Kuncoro, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek yang senantiasa memberikan bimbingan serta dukungan dalam
pelaksanaan kerja praktek.
5. Seluruh dosen Se-STT MIGAS Balikpapan yang telah memberikan
ilmunya selama ini.
6. Teman satu kontrakan “GANG DAMAI” yang selalu membimbing selama
penyusunan laporan ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Perencanaan pembuatan laporan ini terbantu dengan materi yang
penulis peroleh dari referensi buku dan jurnal. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan
di masa mendatang. Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
iii
Balikpapan, April 2022
Jery Palinoan
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Kerja Praktek..........................................................................................1
1.4 Waktu Pelaksanaan.............................................................................................2
1.5 Metode Penulisan...............................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Pemboran..........................................................................................3
2.2 Pengertian Lumpur Pemboran............................................................................3
2.2.1 Jenis lumpur pemboran...............................................................................4
2.2.2 Fungsi lumpur pemboran............................................................................5
2.3 Hilang Sirkulasi Lumpur Pemboran (Lost Circulation)......................................5
2.4 Cara Penanggulangan Lost Circulation..............................................................5
BAB III LOST CIRCULATION........................................................................................6
3.1 Pengertian Lost Circulation................................................................................6
3.2 Penentuan Tempat Terjadinya Lost Circulation.................................................8
3.3 Analisa Data.......................................................................................................9
3.3.1 Perhitungan Hidrostatik saat Lost...............................................................9
3.3.2 Perhitungan Tekanan Rekah Formasi.............................................................9
3.3.3 Perhitungan ECD dan BHCP....................................................................10
3.4 Hasil Pembahasan.............................................................................................10
BAB IV METODE PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION.............................12
v
4.1 Metode Penanggulangan Lost Circulation........................................................12
BAB V PENUTUP...........................................................................................................15
5.1 Kesimpulan......................................................................................................15
5.2 Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lumpur pemboran merupakan salah satu komponen utama pada suatu operasi
pemboran untuk menentukan kelancaran dan keberhasilan kegiatan pemboran. Pada
saat operasi pemboran lumpur yang digunakan harus sesuai dengan kondisi formasi
serta litologi yang harus ditembus. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat
berpengaruh terhadap suatu operasi pemboran karena salah satu faktor yang yang
menetukan berhasil atau tidaknya suatu pemboran adalah tergantung dari lumpur yang
digunakan. Dengan menggunakan lumpur pemboran yang tepat dan baik maka
diharapkan pemboran berjalan dengan lancar sehingga diperoleh biaya pemboran yang
optimal. Pada operasi pemboran sumur minyak dan gas yang dilakukan tidak selalu
lancar sesuai dengan perencanaan, ada kalanya terjadi permasalahan pada operasi
pemboran tersebut. Salah satu masalah dalam operasi pemboran yaitu hilang sirkulasi
lumpur (lost circulation), ini merupakan hilangnya sebagian (partial lost) atau semua
(total lost) dari fluida pemboran ke dalam formasi, sehingga sirkulasi fluida pemboran
tidak sesuai yang diinginkan.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Pemboran
Dalam industry minyak dan gas bumi tidak lepas dari kegiatan pemboran. Dimana
kegiatan ini dilakukan untuk mengambil fluida yang ada didalam permukaan.
Pemboran adalah suatu kegiatan utama dalam industri perminyakan yang bertujuan
untuk membuat lubang dari permukaan menuju target reservoir untuk memproduksikan
hidrokarbon. Operasi pemboran membutuhkan biaya besar dengan resiko pekerjaan
sangat tinggi, sehingga perencanaan yang baik dan matang sangat diperlukan sebelum
kegiatan ini dilakukan agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Namun tidak bisa
dipungkiri dalam kegiatan pemboran tidak selamanya berjalan dengan baik tetapi sering
muncul berbagai masalah sehingga dapat menghambat kegiatan pemboran dan
menggunakan banyak waktu dan biaya.
3
Gambar 2.1 Lumpur Pemboran
5
BAB III
LOST CIRCULATION
6
2. Faktor Tekanan
Pf = Gf x D
Dimana:
Pf = Tekanan formasi, psi
Gf = Gradien tekanan formasi, psi/ft
D = Kedalaman, ft
b. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diakibatkan oleh berat dari
kolom fluida pemboran dalam keadaan statis. Persamaan yang digunakan untuk
menentukan tekanan hidrostatik adalah:
Ph = 0.052 x MW lumpur x D
Dimana:
Ph : Tekanan hidrostatik ,psi.
MW : Mud weight,ppg.
D : Kedalaman,ft.
0.052 : Faktor konversi.
7
Pfr = ( 0,052 x MW x D) + Psurface
Dimana:
Pfr = Tekanan rekah formasi, psi
MW = Mud weight, ppg
D = Kedalaman, ft
Psurface = Tekanan di permukaan, psi
a. Temperature survey
Alat perekam suhu diturunkan ke dalam lubang dengan menggunakan
wireline untuk memberikan data suhu pada kedalaman tertentu. Pada kondisi
normal, kenaikan temperature berbanding lurus dengan kenaikan kedalaman.
b. Radioactive tracer survey
Gamma ray log dijalankan untuk mendapatkan radioaktif formasi normal
dan bertindak sebagai dasar untuk perbandingan. Kemudian sejumlah kecil bahan
radioaktif dimasukkan ke dalam lubang sekitar daerah dimana kemungkinan
terdapat “thief”. Gamma ray log yang kedua kemudian dijalankan dan
dibandingkan dengan log dasar (gamma ray pertama). Titik kedalaman terjadinya
hilang lumpur ditujukan dengan penurunan radioaktif log kedua yang disebabkan
karena bahan radioaktif yang kedua hilang ke formasi.
c. Spiner survey
Kumparan yang dipasang pada ujung kabel diturunkan kedalam lubang
untuk menetukan kemungkinan letak zone hilang zona. Kumparan ini akan
8
berputar karena adanya gerakan vertical lumpur yang kemungkinan terjadi karena
di dekat “thief”. Kecepatan rotor direkam dalam sebuah film sebagai rangkaian
titik dan spasi. Metode ini terbukti tidak efektif jika digunakan sejumlah besar
LCM dalam lumpur. Pada suatu operasi pemboran seringkali terjadi hambatan
yang terjadi didalam lubang bor.
pH = 0,052 x MW x D
Dimana:
pH = Tekanan hidrostatik, psi
MW = Mud weight, ppg
D = Kedalaman, ft
Kedalaman MW pH
(ft) (ppg) (psi)
6.611 10 3.432,8
6.979 10,08 3.719,64
Tabel 3.1 Perhitungan Hidrostatik Saat Lost
9
Dimana:
Pfr = Tekanan rekah formasi, psi
MW = Mud weight, ppg
D = Kedalaman, ft
Psurface = Tekanan di permukaan, psi
∆𝑷
ECD =
𝟎,𝟎𝟓𝟐 𝑿 𝑻𝑽𝑫 + 𝑴𝑾
Dimana:
ECD = Equivalen circulation density, ppg
BHCP = Bottom hole circulation, ppg
TVD = Kedalaman tegak, ftsssss
∆𝑃 = Kehilangan tekanan, psi
10
3.4 Hasil Pembahasan
Pemboran sumur A terjadi loss pertama kali yaitu pada kedalaman 6.611 ft
TVD dimana tekanan hidrostatiknya sebesar 3.437,8 psi, tekanan rekah formasi
sebesar 3.334,59 psi, ECD 10,08 ppg dan BHCP 3.466,14 psi. Dan pada
kedalaman 6.979 ft TVD, tekanan hidrostatiknya sebesar 3.719,64 psi, tekanan
rekah formasi sebesar 5.138,11 psi, ECD 10,36 ppg, BHCP 3.760,02. Jika
dibandingkan dari tekanan hidrostatik, ECD, BHCP maka tidak ada yang
melebihi tekanan rekah formasi, sehingga penyebab dari hilang sirkulasi ini
berasal dari faktor alamiah. Pada kedalaman 6.611 ft TVD dilakukan penanganan
spot LCM sebanyak dua kali namun gagal sehingga dilakukan penyemenan pada
kedalaman 6.979 ft TVD untuk mengatasi lost.
11
BAB IV
12
b) Teknik penyumbatan partial loss
Apabila terjadi partial loss, yaitu hilang lumpur yang relative besar atau
hilang lumpur sebagian besar dari volume lumpur total. Maka usaha-usaha yang
dapat dilakukan adalah:
Mengurangi berat lumpur, tekanan pompa dan menunggu periode
pengeboran selanjutnya.
Dapat dilakukan dengan menambahkan bahan penyumbat.
Kita siapkan bahan penyumbat dari berbagai macam bahan jenis serta
ukuran, kira-kira sebanyak 25-35 lb/bbl dan menyiapkan lumpur khusus
untuk membawa bahan bahan tersebut sebanyak 200 bbl dan
disirkulasikan. Apabila hilang lumpur semakin banyak, maka jumlah dan
ukuran bahan penyumbat dapat ditambahkan. Pemompaan bahan itu
dilakukan ketika bahan penyumbat di sekitar pahat. Jika berhasil, maka
diulangi sampai sirkulasi kembali normal.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data analisa yang penyusun lakukan dapat disimpulkan bahwa lost
circulation adalah hilangnya fluida pemboran sebagian atau seluruhnya yang masuk
kedalam formasi selama pemboran berlangsung yang diakibatkan oleh adanya faktor
tekanan formasi dan tekanan faktor alami formasi. Lost circulation bisa diatasi dengan
beberapa metode yaitu penyumbatan LCM (lost circulation material), teknik
penyemenan, brind drilling dan aerated drilling atau underbalanced drilling.
Pada masalah lost circulation ini penanggulangannya dilakukan dengan
penyumbatan lost circulation material sebanyak 2 kali namun gagal sehingga loss baru
berhasil ditanggulangi setelah melakukan penyumbatan cementing pada kedalaman
6.979 ft. Formasi yang mengalami loss pada kedalaman 6.611 ft dan 6.979 ft adalah
formasi batu raja dengan lithilogi limestone. Penyebab terjadinya lost circulation
karena formasi yang memiliki lubang pori yang cukup besar sehingga terbentuk
rongga-rongga atau terbentuk gua (cavern).
5.2 Saran
Saran saya, khususnya untuk referensi-referensi paper atau jurnal yang saya
gunakan sekiranya dalam penulisan penelitiannya untuk cara penanggulangannya
mungkin bisa disertakan dengan cara kerjanya dan dijelaskan secarar rinci agar
pembaca lebih mudah memahaminya.
14
DAFTAR PUSTAKA
H., P. Z., Hamid, A., & Wijayanti, P. (2017). ANALISA PENYEBAB HILANG SIKULASI LUMPUR PADA
PEMBORAN SUMUR X LAPANGAN Y. Jurnal Petro 2017, VI(3), 86-98.
Hamid, A. (2018). PENGGUNAAN FIBROSEAL DAN CaC03 UNTUK MENGATASI MASALAH LOST
CIRCULATION PADA SISTEM LUMPUR KCL POLYMER. Jurnal Petro 2018, 43-46.
Hilmy, M. E., & Hamid, A. (2015). EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLING PADA SUMUR
DINDRA LAPANGAN PANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM
TECHNOLOGYCENTER. Seminar Nasional Cendekia 2015, 292-296.
Raharja, R., Kasmungin, S., & Hamid, A. (2018). ANALISIS RHEOLOGI LUMPUR LIGNOSULFONAT
DENGAN PENAMBAHAN LCM BERBAHAN SERBUK GERGAJI, BATOK, DAN SEKAM
BERBAGAI TEMPERATUR. Jurnal OFFSHORE, 2(2), 33-42.
Satiyawira, B., & Imanurdana, G. (2018). EVALUASI PENYEBAB HILANG SIRKULASI LUMPUR DAN
PENANGGULANGANNYA PADA PEMBORAN SUMUR-SUMUR LAPANGAN MINYAK "X".
Jurnal Petro 2018, VII(4), 152-158.
15