SEMINAR TAMBANG
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Seminar
Tambang Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung
Oleh :
Dimas Dwi Prasetyo
1031711019
SEMINAR TAMBANG
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Seminar
Tambang Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung
Oleh:
Dimas Dwi Prasetyo
1031711019
Janiar Pitulima,S.T.,M.T.
NP.307512045
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
seminar tambang yang berjudul “Pengaruh Variabel Kemiringan Dan
Kecepatan Air Pencuci Terhadap Kadar Konsentrat Dan Recovery Timah
Pada Alat Shaking Table Di PT Babel Utama Korpora” dengan baik dan tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi aktivitas
kerja alat shaking table yang berfokus pada analisis kadar konsentrat dengan
variabel kecepatan air pencuci dan kemiringan. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan di lapangan, literatur dari berbagai referensi yang ada kaitannya
dengan tema penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan laporan ini, sehingga kritik dan saran yang membangun dibutuhkan
guna penyempurnaannya. Penulis berharap semoga laporan seminar tambang ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca sekalian, Amin.
Penulis
iv
INTISARI
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI ........................... 4
2.1 Studi Terdahulu................................................................................... 4
2.2 Timah .................................................................................................. 6
2.4 Pengolahan Bahan Galian ................................................................... 9
2.5 Shaking Table ..................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 16
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 17
3.3 Langkah Penelitian ............................................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 21
4.1 Mengaplikasikan Standar Baru Pengaturan Variabel Shaking Table . 21
4.1.1 Pengaturan Variasi Kemiringan Meja...................................... 21
4.1.2 Pengaturan Variasi Kecepatan Air Pencuci ............................. 22
4.1.3 Pengaturan Variasi Kombinasi ................................................ 23
4.2 Analisis Variabel Alat Pada Kadar dan Recovery Sn yang Optimal .. 23
4.2.1 Analisis Pengaruh Kemiringan Meja ....................................... 24
4.2.2 Analisis Pengaruh Kecepatan Air Pencuci .............................. 25
4.2.3 Analisis Pengaruh Variabel Kombinasi ................................... 26
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 30
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik mineral……………………………….................. 8
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………………………………... 16
Tabel 4.1 Hasil variasi kemiringan meja…………………………………. 21
Tabel 4.2 Hasil variasi kecepatan air pencuci……………………………. 22
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram alir pengolahan bahan galian……………………... 11
Gambar 2.2 Shaking Table……………………………………………… 13
Gambar 2.3 Head Motion……………………………………………….. 12
Gambar 2.4 Riffle pada Shaking Table………………………………...... 13
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian……………………………………… 17
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian……………………………………. 20
Gambar 4.1 Pengaturan variabel kemiringan meja……………………… 21
Gambar 4.2 Pengaturan variabel kecepatan air pencuci…………………. 22
Gambar 4.3 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi 24
kemiringan meja…………………………………………....
Gambar 4.4 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi kecepatan 25
air pencuci……………………………………......................
Gambar 4.5 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi 26
kombinasi………………………………………………......
Gambar A.1 Shaking Table……………………………………………… 31
Gambar B.1 Sekrup pengatur kemiringan meja………………………….. 32
Gambar B.2 Sketsa pengukuran ketinggian kaki meja A dan B………….. 33
Gambar C.1 Pengaturan kecepatan air pencuci………………………….. 35
Gambar F.1 Proses pengambilan sampel produk dengan menampung 45
konsentrat yang keluar dari pipa dengan plastik sampel…….
Gambar F.2 Penimbangan sampel menggunakan timbangan digital……. 45
Gambar F.3 Tuas pengatur kemiringan meja……………………………. 46
Gambar F.4 Kran pengatur kecepatan air pencuci………………………. 46
Gambar F.5 Penggunaan spliter untuk sampel feed……………………... 47
Gambar F.6 Pengambilan titik koordinat menggunakan GPS…………… 47
Gambar F.7 Hasil titik koordinat pada GPS……………………………... 48
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berdampak pada shaking table primer karena kadar konsentrat timah yang
dihasilkan karena tidak selalu dapat mencapai target kadar (≥ 60%) sehingga perlu
dilakukan analisis pengaruh variabel-variabel terhadap perolehan kadar mineral
cassiterite pada alat shaking table. Variabel-variabel yang terdapat pada alat
shaking table yang akan dianalisis yaitu kecepatan air pencuci dan kemiringan pada
shaking table.
4
5
200# mesh, karena pada ukuran tersebut mineral berharga telah terlepas dari
mineral pengotornya.
5. Menurut Somsak S at al. (2016) dalam Jurnal Mineral Processing Departemen
Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Universitas Chulalongkorn, Bangkok,
Thailand, Vol. 20 No. 4 yang berjudul Recovery Cassiterite Halus dari Tailing
Dump di Tambang Tin Jarin, Thailand. Recovery konsentrat kasiterit dari
pembuangan tailing di Tambang Timah Jarin, Thailand dilakukan melalui proses
konsentrasi basah dan konsentrasi kering. Tempat pembuangan tailing dengan
ukuran mineral lebih kecil dari 5 mm dikumpulkan melalui penambangan timah
di daerah 20 tahun yang lalu dengan jumlah total 17 juta ton. Tumpukan besar
dari pembuangan tailing dapat berdampak pada lingkungan di daerah tersebut,
jadi tempat tumpukan tersebut perlu dirawat dan diproses untuk mineral berat
yang berharga dan pasir tailing untuk industri konstruksi lokal. Metode yang
digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Kadar dari pembuangan tailing adalah
0,05% Sn, 0,002% Nb, 0,001% Ta. Hasil dari setelah proses basah oleh
hidrosiklon, konsentrator spiral, dan shaking table, konsentrat terdiri dari
sebagian besar kasiterit, ilmenit, garnet, zirkon, monasit, xenotime, dan kuarsa,
mengandung kadar 20% Sn dengan recovery sekitar 0,2%. Proses kering
berikutnya menggunakan rotary dryer, penyaringan, elektrostatik separator,
magnetic separator untuk memisahkan kasiterit dari mineral berat dan kuarsa.
Konsentrat terakhir dapat ditingkatkan menjadi 72% Sn yang dapat dijual ke
pabrik peleburan timah. Analisis ekonomi proses perolehan kasiterit dilakukan
dengan menggunakan model arus kas diskonto untuk mengatasi biaya dan
manfaat dari proses
proses oksida yang menghasilkan lapisan oksida sehingga tidak mudah untuk
berkarat. Menurut Sukandarrumidi (2007), semua timah putih komersial berasal
dari mineral kasiterit, stanit, dan tealit. Mineral kasiterit terhambur pada batuan
tersebut dan baru dapat terlepas dari batuan induknya apabila batuan tersebut
mengalami pelapukan. Pelapukan dan konsentrasi mekanik membentuk endapan
alluvial maupun elluvial, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama bijih kulit
atau kaksa. Kasiterit termasuk resisten terhadap pengangkutan air, sehingga
memungkinkan dapat terkumpul sebagai endapan placer. Dari hasil analisa
laboratorium, secara umum mineral Kasiterit (SnO2) mempunyai kandungan
oksigen (O2) 21,4% dan Tin (Sn) 78,6%. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan
rumus kimia SnO2. Stannum oksida atau kasiterit atau bijih timah adalah satu bahan
galian timah oksida, SnO2 yang berwarna hitam atau merah kecoklatan. Kasiterit
biasanya mengandung mineral ikutan seperti pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit,
plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, kuprit, xanotim, dan monasit selain
mineral utama timah. Dan dari hasil percobaan bahwa kasiterit Indonesia
mempunyai komposisi kimia meliputi timah (Sn) sebesar 57,62%, natrium (Na)
4,05%, silicon (Si) 1,00%, aluminium (Al) 1,03%, fosfor (P) 1,87%, titanium (Ti)
1,35%, Besi (Fe) 2,42%, lantanum (La) 0,69%, serium (Sr) 1,48%, serta logam lain-
lainnya. Mineral ikutan timah adalah sebutan untuk mineral-mineral yang selalu
hadir pada proses penambangan dan pencucian bijih timah. Mineral ikutan yang
terkandung pada kasiterit juga merupakan mineral yang ekonomis.
Mineral utama pembawa timah dan mineral ikutan timah memiliki
karakteristik serta sifat yang bervariasi yang dapat dilihat pada penjelasan berikut
ini (Elsner, 2010).
1. Kasiterit
Kasiterit adalah mineral pembawa Sn atau mineral penghasil logam timah yang
paling ekonomis di dunia, sehingga tidak salah jika mineral kasiterit disebut
sebagai mineral utama pembawa timah. Karakteristik dari mineral kasiterit dapat
dilihat pada Tabel 2.1
8
2. Zirkon
Zirkon merupakan mineral yang memiliki karakteristik seperti batu mulia,
sehingga digunakan sebagai ornamen perhiasan pada porselen dan keramik.
Karakteristik dari mineral zirkon dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3. Ilmenit
Ilmenit merupakan mineral sumber titanium yang begitu ekonomis. Ilmenit
adalah besi hitam-titanium oksida dengan rumus kimia FeTiO3. Karakteristik
dari mineral ilmenit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
4. Monasit
Monasit merupakan mineral logam tanah jarang yang paling ekonomis selain
mineral bastnaesit. Monasit merupakan mineral sumber thorium, lanthanum.
Dan serium yang menjadikan monasit sebagai radioaktif. Karakteristik dari
mineral monasit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
5. Xenotim
Xenotim merupakan mineral pospat berwarna kuning keabuan yang
mengandung logam tanah jarang ittrium. Dapat dilakukan proses ekstraksi untuk
mengambil yutrium yang banyak digunakan sebagai paduan untuk baja.
Karakteristik dari mineral xenotim dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Berikut adalah ringkasan dari karakteristik dari mineral kasiterit, zircon,
ilmenit, monasit, dan xenotim yang dimuat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Karakteristik mineral
Nama Mineral
No Klasifikasi
Kasiterit Zirkon Ilmenit Monasit Xenotim
Rumus SnO2 ZrSiO4 FeTiO3 CeLaPO4 YPO4
1
Kimia
Berat Jenis 7,68 4,68 4,72 4,6-5,7 4,4–5,3
2
(g/cm3)
Hitam, Bening Hitam, coklat Kuning cerah, Kuning
coklat kekuningan, orange, Keabuan
3 Warna kekuningan, merah, coklat kemerahan
coklat
kemerahan
Sifat Nonmagnet Nonmagnet Paramagnetik Paramagnetik Magnetik
4
Magnet
Sifat Konduktor Nonkonduktor Konduktor Nonkonduktor Nonkonduktor
5
Listrik
Kekerasan 6-7 7,5 5-5,5 5-5,5 4–5
6
(Mohs)
Sumber : Elsner, 2010
9
penting dan proses unit yang murah diperlukan, terutama pada tahap awal, di mana
volume material yang diolah relatif tinggi.
Menurut Syardilla (2014), bijih dari tambang umumnya masih berukuran
relatif besar, sehingga mineral berharga belum terliberasi, maka perlu direduksi
ukurannya dengan menggunakan alat peremuk (crusher) dan alat penggerus
(grinding mill). Supaya hasil peremukan dan penggilingan mempunyai ukuran yang
sama, maka perlu dilakukan pengelompokan ukuran (sizing) yaitu dengan cara
pengayakan (screening) maupun classifying, kemudian akan dilakukan pemisahan
untuk konsentrat dan tailing. Alat-alat yang digunakan pada pengolahan bahan
galian contohnya adalah untuk alat peremuk menggunakan Jaw Crusher, alat
penggerus menggunakan Rod Mill, alat pengayakan menggunakan Rotary Screen
dan Vibrating Screen, dan alat pemisahan konsntrat dengan tailing menggunakan
Humphrey Spiral yang nantinya konsentratnya akan masuk kedalam Shaking Table
untuk tahap pemisahan akhir.
Keterangan Gambar :
A. Drive Shaft E. Toogle
B. Eccentric F. Stationary block
C. Pitman G. Crosspin
D. Toogle H. Guides
Mekanisme kerja alat head motion diawali dengan proses ketika shaking table
sedang tidak dioperasikan spiral pegas (spring) dalam kondisi memanjang atau
meregang dan toggle dalam keadaan mendatar. Saat shaking table mulai
dioperasikan, kedua pitman bergerak secara eksentrik, sehingga toggle dalam
keadaan miring. Akibatnya meja bergerak ke belakang atau mundur sampai pitman
13
bergerak miring mencapai titik paling atas dan spiral pegas merapat. Lalu pitman
kembali bergerak turun, sehingga toggle dalam keadaan mendatar lagi dan spiral
pegas kembali merenggang. Akibatnya meja kembali bergerak maju ke depan.
Gerakan maju mundur terus berulang ketika shaking table dioperasikan.
2. Riffle
Riffle berperan penting dalam peningkatan kapasitas pada operasi shaking
table. Riffle adalah media penahan yang ditempelkan di atas meja dengan pola
tertentu. Tipe riffle bermacam-macam sesuai dengan penggunaan masing-masing
proses tabling, biasanya riffle terbuat dari kayu mahoni atau dari jenis kayu keras
di atas permukaan meja yang dilapisi linoleum. Riffle berfungsi untuk menahan
partikel-partikel berat agar tidak ikut terbawa aliran air pencuci dengan membentuk
arus eddy yang akan membantu proses konsentrasi mineral umpan dan akan
membentuk aliran turbulen yang mengakibatkan terjadinya efek stratifikasi.
Hubungan riffle dengan ukuran partikel dijelaskan bahwa, jika tinggi riffle terlalu
rendah (jika dibandingkan terhadap diameter partikel), maka partikel akan mudah
terbawa laju aliran air pencuci menuju ke zona tailing. Apabila tinggi riffle sangat
tinggi, maka arus tidak mampu mengaduk dan mengangkat partikel yang berada
di lapisan terbawah di antara riffle.
stabil. Motor penggerak mempunyai batang baja yang disambungkan ke meja agar
meja bergerak sesuai rotor.
4. Kotak Umpan (Feed Box)
Kotak umpan merupakan kotak yang terletak di ujung kiri atas dari meja.
Kotak ini berfungsi sebagai tempat jatuh umpan dari feeder ke atas permukaan meja
melalui celah-celah pada bagian bawah dinding kotak umpan yang selanjutnya
umpan di alirkan menuju permukaan meja.
5. Kotak Air (Water Box)
Kotak air (water box) berada diantara kotak umpan dan saluran air yang
berfungsi mengalirkan air bersih ke atas permukaan meja melalui celah di bagian
bawah kotak tersebut. Selain itu, saluran air dengan celah-celah mengatur aliran air
bersih tersebut yang akan membantu membersihkan dan mendorong mineral
mineral berat yang terjebak dalam pengotor selama lintasan riffle. Air Pencuci
merupakan air yang ditambahkan untuk memberikan pengaruh sluicing effect pada
material dan mengatur keceperatan aliran fluida yang ada di shaking table.
Shaking Table juga dibagi kedalam 2 jenis berdasarkan ukuran partikel yang
biasanya dimasukkan. Yang pertama adalah Sand Table. Alat ini digunakan untuk
memisahkan pertikel yang berukuran 3 mm hingga 100µm. Untuk ukuran yang
lebih kecil dari 100 µm digunakan Slime Table. Alat ini berbeda dengan Sand Table
kerena bukannya memiliki beberapa riffle namun Slime Table memliki kombinasi
cekungan kedalam dan riffle pada permukaan mejanya. Pada pemisahan partikel,
panjang dorongan dari mesing atau amplitudo alat yang digunakan menjadi salah
sati variabel penting. Jarak dorongan yang biasa digunakan bervariasi antara 10-25
mm berdasarkan bijih yang akan dipisahkan, dengan kecepatan putaran antara 240
hingga 350 rpm. Secara umum feed yang halus membutuhkan kecepatan putaran
yang lebih tinggi dan panjang dorongan yang lebih pendek. Kecepatan yang tinggi
akan memberikan dorongan lebih tinggi sebelum meja dipantulkan kembali.
Dengan kecepatan yang lebih tinggi dan pukulan yang lebih pendek maka partikel
akan menempuh jarak maju lebih jauh dibandingkan dengan jarak mundurnya.
Shaking table memiliki beberapa variabel yang mempengaruhi proses
pemisahan mineral. Variabel-variabel itu adalah sebagai berikut.
15
1. Kemiringan Dek
Kemiringan meja memang berperan penting dalam operasi shaking table yang
berkisar 1-6°. Kemiringan meja dapat diatur dengan memutar keran sekrup di
bagian bawah meja dan keran sekrup. Dek yang terlalu miring akan mempengaruhi
kecepatan aliran air dan bila kecepatan aliran air tersebut terlalu cepat maka partikel
ringan akan terbawa air semuanya sehingga yang tertinggal hanya mineral berat.
Dengan begitu hasil yang didapatkan adalah produkta yang berkadar tinggi tetapi
kapasitasnya sedikit. Untuk kemiringan yang kecil sehingga kecepatan aliran air
lambat maka produkta yang didapat berkadar rendah dengan kapasitas besar.
2. Kecepatan Air Pencuci
Kecepatan air pencuci harus diatur agar tidak terlalu cepat maupun terlalu
lambat. Jika kecepetan air pencuci terlalu cepat, maka konsentrat akan keluar
jalurnya. Sedangkan jika kecepatan air pencuci terlalu lambat maka tailing akan
masuk ke jalur konsentrat.
3. Jumlah dan Panjang Stroke
Pengaruh terhadap proses pemisahan adalah stroke yang panjang untuk
material kasar dan stroke kecil untuk material halus.
4. Perbandingan Solid dan Liquid Feed
Bila terlalu encer pemisahan akan baik dan sebaliknya bila kental maka
semua partikel akan masuk ke konsentrat.
5. Kecepatan Feed
Bila terlalu cepat pengumpananya dan kemiringan dek kecil, maka proses
pemisahan akan berjalan kurang baik karena umpan tertumpuk dan akan masuk ke
konsentrat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Minggu ke-
No Kegiatan
I II III IV
1 Orientasi Lapangan
2 Pengambilan Data Lapangan
3 Analisis Laboratorium
4 Pengolahan Data Lapangan
5 Penyusunan Laporan
Berikut ini juga merupakan peta lokasi sekaligus peta luasan SHP dari TB
Pemali yang diolah oleh PT Bumako.
16
17
s
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian
menunjang, maka dalam tahapan ini dilakukan proses pengolahan dan analisis
data berdasarkan data di lapangan (data primer). Pengolahan data dilakukan
dengan perhitungan matematis, data-data yang sudah diolah selanjutnya akan
dilakukan analisis menggunakan data yang telah diolah guna mengetahui
permasalahan yang ada berikut pemecahannya, serta menarik kesimpulan dari
hasil pengolahan dan analisis data tersebut. Aspek-aspek yang dibahas dalam
penelitian ini yaitu :
a. Melakukan pengukuran dan perhitungan terhadap parameter alat
(kemiringan meja dan kecepatan air pencuci).
b. Pengambilan sample produk.
c. Melalukan sampling produk (konsentrat timah).
5. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada tahapan
sebelumnya, maka pada tahapan ini dilakukan pembahasan hasil berdasarkan
data yang teleh diolah dan dianalisis, sehingga dapat dimunculkan kesimpulan
dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran yang dapat direkomendasikan
untuk perusahaan yang dapat diterapkan di lapangan, adapun diagram alir
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 di halaman selanjutnya.
20
Orientasi Lapangan
dan Dokumentasi
Hasil :
1. Kadar konsentrat dan recovery hasil pengaturan
variabel kemiringan meja
2. Kadar konsentrat dan recovery hasil pengaturan
variabel kecepatan air pencuci
3. Kadar konsentrat hasil pegaturan variabel kombinasi
Kesimpulan
25
26
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat, bahwa material dengan kadar feed
2% Sn mengalami kenaikan kadar konsentrat disetiap kemiringan meja bertambah.
Kadar konsentrat tertinggi terdapat pada variasi kemiringan 1,14o mempunyai kadar
Sn 55,3% dengan recovery 62%, diikuti oleh variasi kemiringan 1,11o mempunyai
kadar Sn 51,6% dengan recovery 76%, dan yang terakhir variasi kemiringan 1,00o
mempunyai kadar Sn 22,7% dengan recovery 60%.
4.1.2 Pengaturan Variasi Kecepatan Air Pencuci
Pengaturan variasi kecepatan air pencuci dilakukan sebanyak 3 variasi.
Kecepatan air pencuci diatur dengan cara memutar kran air pencuci yang berada
diatas kotak air pencuci. Kecepatan dihitung dengan cara menggunakan media tali
rapiah sepanjang 1 meter yang diikatkan ke gabus. Dalam penelitian ini terdapat
asumsi bahwa berat tali rapiah dan gabus adalah 0 kg (tidak ada berat). Untuk
pengaturan variasi kecepatan air pencuci terlampir pada Lampiran C, perhitungan
debit feed dan debit produk terdapat pada Lampiran D, dan perhitungan recovery
terdapat pada Lampiran E.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat, bahwa material dengan kadar feed
2% Sn mengalami kenaikan kadar konsentrat disetiap kecepatan air pencuci
bertambah. Kadar konsentrat tertinggi terdapat pada variasi kecepatan air pencuci
1,04 m/s dengan kadar Sn 67,4%, diikuti oleh variasi keceptan air pencuci 0,83 m/s
dengan kadar Sn 62%, dan yang terakhir variasi kecepatan air pencuci 0,68 dengan
kadar Sn 51,6%.
4.1.3 Pengaturan Variasi Kombinasi
Pengaturan variasi variabel kombinasi ini dilakukan berdasarkan variasi-
variasi pada variabel-variabel sebelumya yang telah dilakukan, yaitu kombinasi
antara kemiringan meja dan panjang stroke. Berdasarkan pada variasi-variasi
sebelumnya, maka dapat dilakukan variasi kombinasi sebanyak 9 variasi. Untuk
perhitungan debit feed dan debit produk terdapat pada Lampiran D, dan perhitungan
recovery terdapat pada Lampiran E.
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat, bahwa material dengan kadar feed
2% Sn mengalami kenaikan dan penurunan kadar konsentrat disetiap kecepatan air
pencuci maupun kemiringan meja yang berubah. Kadar konsentrat tertinggi
terdapat di uji nomor 7 yaitu sebesar 67,4% Sn, selanjutnya uji nomor 5 sebesar
64% Sn, dan diikuti uji nomor 5 sebesar 61,6% Sn.
28
4.2 Analisis Variabel Alat Terhadap Kadar dan Recovery Sn yang Optimal
Berdasarkan hasil percobaan pada alat shaking table, kadar dan recovery Sn
yang didapat nantinya dapat diperoleh hubungan antara recovery kemiringan meja
dan kecepatan air pencuci terhadap efektifitas pemisahan mineral bijih timah sisa
hasil pencucian pada alat shaking table.
4.2.1 Analisis Pengaruh Kemiringan Meja
Percobaan ini menghasilkan data-data berupa recovery pemisahan, kadar Sn
konsentrat pada pengoperasian shaking table. Hasil dari percobaan variasi
kemiringan ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.
60 62 60
55,3
50 51,6
40
30
20 22,7
10
0
1,14 1,11 1
Gambar 4.3 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi kemiringan meja
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa bijih timah yang diproses
dengan varian kemiringan 1,11° memiliki nilai recovery yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa kemiringan mempengaruhi recovery dan kadar Sn yang ada.
Hasil dari ketiga varian tersebut dapat kita lihat terjadi perubahan pada kadar dari
mineral timah tersebut. Kadar terbaik dimiliki oleh meja dengan kemiringan 1,14°.
Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berat jenis dari timah yang tergolong berat
pada feed tersebut. Akan tetapi mineral penganggu yang cukup berat juga
memungkinkan akan masuk ke jalur konsentrat timah. Hal ini terbukti dari analisis
29
40
30
20
10
0
0,68 0,83 1,04
Gambar 4.4 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi kecepatan air
pencuci
30
Berdasarkan Gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa bijih timah yang diproses
dengan varian kecepatan air pencuci sebesar 0,68 m/s memiliki nilai recovery yang
tinggi yaitu sebesar 74% namun dengan kadar Sn paling rendah yaitu 51,6% Sn.
Hal ini disebabkan karena semakin cepat kecepatan air pencuci akan menyebabkan
mineral penganggu akan terbawa arus keluar dari jalur konsentrat. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan konsentrat bijih timah lebih berat dari mineral penganggunya
yang akan masuk ke jalur middling dan jalur tailing. Hal ini menunjukkan bahwa
kecepatan air pencuci mempengaruhi recovery dan kadar Sn yang dihasilkan.
Dalam percobaan varian kecepatan air pencuci sebesar 1,04 m/s memiliki
kadar Sn paling tinggi yaitu 67,4% Sn namun dengan recovery paling rendah yaitu
56%. Hal ini dikarenakan umpan tercuci dengan baik, sehingga umpan yang berisi
konsentrat dengan mineral terganggu terpisah.
4.2.3 Analisis Pengaruh Variabel Kombinasi
Percobaan ini menghasilkan data-data berupa recovery pemisahan, kadar Sn
konsentrat pada pengoperasian shaking table. Hasil dari percobaan kombinasi ini
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat dibuat diagram
recovery-kadar Sn vs kombinasi seperti berikut.
20 22,7 22,6
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berdasarkan Gambar 4.5 didapatkan nilai recovery paling tinggi pada uji coba
No. 9 dengan kadar 38,63% Sn dan recovery 78% dan diikuti uji coba No. 5 dengan
kadar 61,6% Sn dengan recovery 75%, dan recovery terendah didapatkan pada uji
coba No. 6 dengan kadar 22,6% Sn dan recovery 48%. Kadar konsentrat tertinggi
didapatkan dari uji coba No. 7 dengan kadar 67,4% Sn dengan recovery 56%.
Untuk mendapatkan kadar yang tinggi, kemiringan meja semakin besar dan
kecepatan air pencuci semakin cepat maka kadar Sn yang didapatkan akan semakin
tinggi namun recovery bisa menjadi rendah dikarenakan banyaknya mineral
kasiterit yang ikut terbuang ke kolam tailing. Hal ini disebabkan oleh semakin
miring permukaan meja maka mineral kasiterit bisa masuk kedalam jalur middling
maupun tailing. Hal ini juga berlaku terhadap semakin cepatnya kecepatan air
pencuci bisa menyebabkan mineral kasiterit ikut terbawa arus air pencuci sehingga
keluar dari jalur konsentrat.
Berdasarkan Tabel 4.3 dan uraian di atas, bahwa pengaturan optimal terdapat
pada uji coba no. 5 dengan kemiringan 1,11° dan kecepatan air pencuci 0,83 m/s,
dikarenakan kadar pada konsentrat tergolong cukup tinggi dari sembilan uji coba
dan recovery tinggi sehingga mineral berharga timah tidak banyak terbuang saat
proses pemisahan berlangsung.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada bab hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan variabel shaking table dilakukan pada kemiringan meja, panjang
stroke dan kombinasi antara kemiringan meja dan panjang stroke. Pada uji coba
variabel kemiringan meja dilakukan sebanyak 3 variasi yaitu 1,14°, 1,11° dan
1,00°, sedangkan untuk kecepatan air pencuci juga dilakukan sebanyak 3 variasi
yaitu 0,68 m/s, 0,83 m/s ,dan 1,04 m/s, sedangkan untuk variabel kombinasi
dilakukan sebanyak 9 kali uji coba.
2. Kadar dan recovery Sn yang optimal pada shaking table dengan kadar feed >2%
Sn, kemiringan yang optimal yaitu pada 1,11o dengan kadar konsentrat 51,6%
Sn dan recovery 76%, sedangkan untuk kecepatan air pencuci yang optimal yaitu
pada kecepatan air 0,83 m/s dengan kadar konsentrat 62% Sn dan recovery 67%.
Untuk variabel kombinasi kondisi optimal terdapat uji coba no. 4 dengan
kemiringan 1,11° dan kecepatan air pencuci 0,83 m/s, dikarenakan kadar pada
konsentrat tergolong cukup tinggi dari sembilan uji coba dan recovery tinggi
sehingga mineral berharga timah tidak banyak terbuang saat proses pemisahan
berlangsung.
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran
yang berhubungan dengan penggunaan variabel shaking table, sebagai berikut :
1. Sebaiknya untuk pengturan variabel kombinasi pada shaking table dengan feed
2% Sn, menggunakan kecepatan air pencuci 0,83 m/s dengan kemiringan meja
1,11o.
2. Sebaiknya feed dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
pengolahan untuk memudahkan petugas dalam mengontrol variabel-variabel
alat.
28
29
3. Sebaiknya ditambahkan screen pada hopper tempat masuknya feed, agar ukuran
butiran lebih seragam dan pengolahan dapat berjalan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas dkk. 2020. Studi Pengolahan Mineral Zircon (ZrO²) Menjadi Zirconia pada
PT. Kalimantan Zircon Industri di Desa Gohong Kecamatan Kahayan Hilir
Kabupaten Pulang Pisau. Jurnal Himasapta, Vol. 5, No. 2 .
Drzymala, J. 2007. Mineral Processing: Foundations of Theory and Practice of
Minerallogy. Wroclaw: Wroclaw University of Science and Technology.
Elsner, H. 2010. Heavy Minerals of Economic Importance. Germany:
Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) Joe’s Blog. 2014.
Maharani, S dkk. 2020. Pengaruh Kemiringan Shaking Table Terhadap Kadar dan
Recovery Cassiterite. Jurnal Pertambangan. Fakultas Teknik Sriwijaya.
Prayitno, Eko dkk. 2018. Efektivitas Penggerusan Bijih Timah Primer
menggunakan Ball Mill di PT Menara Cipta Mulia Desa Senyubuk
Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Mineral. Jurusan Teknik Pertambangan.
Universitas Bangka Belitung.
Richma, Ansi. 2013. Manual Book Dasar Teori Bahan Galian. Institut Teknologi
Bandung. Jawa Barat.
Sukandarrumidi. 2007. Geologi Mineral Logam. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Taggart, A. F. 1976. Handbook of Mineral Dressing Ores and Industrial
Minerals. New York. Chicester. Brisbane. Toronto.
Taylor, R.G. 1979. Geology of Tin Deposits, Volume 11 1st Edition. Elvisier
Science.
Vabela, Lola dkk. 2018. Pengaruh Variabel Shaking Table Terhadap Kadar dan
Recovery Sn Sisa Hasil Pencucian di Unit Metalurgi PT Timah Tbk Muntok
Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Mineral. Jurusan Teknik Pertambangan.
Universitas Bangka Belitung.
Wills, B. A dkk. 2006. Mineral Processing Technology an Introduction to The
Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery 7th Edition.
Elsevier Science & Technology Books. Australia.
Wills, B. A. 1981. Mineral Processing Technology, Pergamon Press, Oxford, pp
116-153.
29
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI ALAT
30
31
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN KEMIRINGAN MEJA
Sekrup tersebut apabila diputar ke arah kanan maka kemiringan meja akan
bertambah besar, sebaliknya apabila sekrup diputar ke arah kiri maka kemiringan
meja akan semakin kecil. Cara pengukuran sudut kemiringan meja : Melakukan
pemutaran sekrup yang terletak disamping meja ke arah kiri dengan melakukan satu
putaran penuh,kemudian baru dilakukan pengukuran tinggi kaki meja dengan
menggunakan alat bantu seperti meteran dan papan yang lurus. Papan yang lurus
32
digunakan sebagai alat bantu untuk titik 0 dasar meja dalam mengukur ketinggian
meja.
1. Uji coba 1
Tinggi kaki meja A titik 0 = 23 cm
Tinggi kaki meja B = 19,92 cm
2. Uji coba 2
Tinggi kaki meja A titik 0 = 23 cm
Tinggi kaki meja B = 20,2 cm
3. Uji coba 3
Tinggi kaki meja A titik 0 = 23 cm
Tinggi kaki meja B = 20,3 cm
4. PxLxT alat = 4500 x 1825 x 1525 mm
1. Depan = 23 cm – 19,92 cm
= 3,08 cm
3,08 𝑐𝑚
Tan = 155 𝑐𝑚
= 0.0198
Arc Tan 0.0198 = 1.14°
2. Depan = 23 cm – 20 cm
= 3 cm
3 𝑐𝑚
Tan = 155 𝑐𝑚
= 0.0193
Arc Tan 0.0193 = 1.11°
3. Depan = 23 cm – 20.3 cm
= 2.7 cm
2.7 𝑐𝑚
Tan =
155 𝑐𝑚
= 0.0174
Arc Tan 0.0174 = 1.00°
34
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN KECEPATAN AIR PENCUCI
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN DEBIT FEED DAN DEBIT PRODUK
0,0124
= 0,001389
= 8,92 kg/Jam
2. Uji 2 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 21 gram/5 detik
• Debit 2 : 19 gram/5detik
• Debit 3 : 17 gram/5 detik
• Debit 4 : 20 gram/5 detik
• Debit 5 : 19 gram/5 detik
Total = 96 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
19,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
36
0,0192
= 0,001389
= 13,73 kg/jam
3. Uji 3 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 25 gram/5 detik
• Debit 2 : 22 gram/5detik
• Debit 3 : 20 gram/5 detik
• Debit 4 : 22 gram/5 detik
• Debit 5 : 21 gram/5 detik
Total = 110 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
22 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,012
= 0,001389
= 15,84 kg/Jam
0,012
= 0,001389
= 8,64 kg/Jam
2. Uji 2 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 8,6 gram/5 detik
• Debit 2 : 9,4 gram/5detik
• Debit 3 : 9,6 gram/5 detik
• Debit 4 : 8,1 gram/5 detik
• Debit 5 : 9,3 gram/5 detik
Total = 45 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
9 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,009
= 0,001389
= 6,48 kg/jam
3. Uji 3 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 7,5 gram/5 detik
• Debit 2 : 6,64 gram/5detik
• Debit 3 : 5,6 gram/5 detik
• Debit 4 : 7,4 gram/5 detik
• Debit 5 : 7,86 gram/5 detik
Total = 35 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
35𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,035
= 0,001389
= 5,04 kg/Jam
38
0,012
= 0,001389
= 8,64 kg/jam
Uji 2 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
19 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,019
=
0,001389
= 13,68 kg/jam
Uji 3 : Konsentrat
1 𝑘𝑔
22 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,022
= 0,001389
= 15,84 kg/jam
Uji 4 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
9 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,009
= 0,001389
39
= 6,48 kg/jam
Uji 5 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
13 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,013
= 0,001389
= 9,36 kg/jam
Uji 6 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
18 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,018
= 0,001389
= 12,96 kg/jam
Uji 7 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
7 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,007
= 0,001389
= 5,04 kg/jam
Uji 8 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
12 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,012
= 0,001389
= 8,64 kg/jam
Uji 9 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
17 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,017
= 0,001389
= 12,24 kg/jam
40
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN RECOVERY
Rumus Recovery :
𝐶.𝑐
R =𝐹.𝑓 𝑥 100%
Keterangan :
C : berat konsentrat
c : kadar Sn dalam konsentrat
F : berat umpan
f : kadar Sn dalam umpan
Uji 1 : Recovery
6,973.55,3
R= 𝑥 100%
300.2
= 62%
Uji 2 : Recovery
8,92.51,6
R= 𝑥 100%
300.2
= 76%
Uji 3 : Recovery
15,84.22,7
R= 𝑥 100%
300.2
= 60%
41
Rumus Recovery :
𝐶.𝑐
R= 𝑥 100%
𝐹.𝑓
Keterangan :
C : berat konsentrat
c : kadar Sn dalam konsentrat
F : berat umpan
f : kadar Sn dalam umpan
Uji 1 : Recovery
8,64.51,6
R= 𝑥 100%
300.2
= 74%
Uji 2 : Recovery
6,48.62
R= 𝑥 100%
300.2
= 67%
Uji 3 : Recovery
5,04.67,4
R= 𝑥 100%
300.2
= 56%
42
Rumus Recovery :
𝐶.𝑐
R =𝐹.𝑓 𝑥 100%
Keterangan :
C : berat konsentrat
c : kadar Sn dalam konsentrat
F : berat umpan
f : kadar Sn dalam umpan
Uji 1 : Recovery
6,73.55,3
R= 𝑥 100%
300.2
= 62%
Uji 2 : Recovery
8,92.51,6
R= 𝑥 100%
300.2
= 76%
43
Uji 3 : Recovery
15,84.22,7
R= 𝑥 100%
300.2
= 60%
Uji 4 : Recovery
6,48.64
R= 𝑥 100%
300.2
= 69%
Uji 5 : Recovery
7,36.61,6
R= 𝑥 100%
300.2
= 75%
Uji 6 : Recovery
12,96.22,6
R= 𝑥 100%
300.2
= 48%
Uji 7 : Recovery
5,04.67,4
R= 𝑥 100%
300.2
= 56%
Uji 8 : Recovery
8,64.51,8
R= 𝑥 100%
300.2
= 74%
Uji 9 : Recovery
12,24.38,63
R= 𝑥 100%
300.2
= 78%
44
LAMPIRAN F
KEGIATAN PENELITIAN