Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH VARIABEL KEMIRINGAN DAN KECEPATAN

AIR PENCUCI TERHADAP KADAR KONSENTRAT DAN


RECOVERY TIMAH PADA ALAT SHAKING TABLE
DI PT BABEL UTAMA KORPORA

SEMINAR TAMBANG

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Seminar
Tambang Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung

Oleh :
Dimas Dwi Prasetyo
1031711019

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH VARIABEL KEMIRINGAN DAN KECEPATAN AIR


PENCUCI TERHADAP KADAR KONSENTRAT DAN
RECOVERY TIMAH PADA ALAT SHAKING TABLE
DI PT BABEL UTAMA KORPORA

SEMINAR TAMBANG

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Seminar
Tambang Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung

Oleh:
Dimas Dwi Prasetyo
1031711019

Telah disetujui dan disahkan oleh :


Dosen Pembimbing

E.P.S.B Taman Tono, S.T., M.Si


NIPPPK.196905202021211005

Balunijuk, Desember 2021


Diketahui dan Disahkan Oleh
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung

Janiar Pitulima,S.T.,M.T.
NP.307512045

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah Seminar Tambang ini disusun untuk melengkapi tugas Seminar


Tambang dimana penelitian dilaksanakan pada Bulan April hingga Mei tahun 2021.
Makalah Seminar Tambang dibuat sebagai bukti bahwa penulis benar telah
melaksanakan kegiatan penelitian di PT Babel Utama Korpora. Makalah ini juga
ditulis sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis.
Atas selesainya laporan Seminar Tambang ini penulis bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak lupa ucapan terimakasih atas segala bantuan serta
motivasi dalam proses penyelesaiannya dipersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan berupa doa dan yang telah
membiayai penulis selama ini. Beliau juga yang selalu mencurahkan kasih
sayangnya dan pengorbanannya begitu besar.
2. Janiar Pitulima, S.T, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan
penelitian di PT Babel Utama Korpora.
3. E.P.S.B Taman Tono, S.T, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan penulis bimbingan dan masukan selama mengerjakan makalah
Seminar Tambang.
4. Bapak Mario Zefanya Napitu, S.T., selaku Kepala Penanggung Jawab
Operasional PT Babel Utama Korpora sekaligus Pembimbing Lapangan yang
sangat berperan dalam membantu dalam membimbing dan mengarahkan penulis
selama di lapangan.
5. Semua teman – teman Jurusan Teknik Pertambangan yang telah memberi
semangat.

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
seminar tambang yang berjudul “Pengaruh Variabel Kemiringan Dan
Kecepatan Air Pencuci Terhadap Kadar Konsentrat Dan Recovery Timah
Pada Alat Shaking Table Di PT Babel Utama Korpora” dengan baik dan tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi aktivitas
kerja alat shaking table yang berfokus pada analisis kadar konsentrat dengan
variabel kecepatan air pencuci dan kemiringan. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan di lapangan, literatur dari berbagai referensi yang ada kaitannya
dengan tema penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan laporan ini, sehingga kritik dan saran yang membangun dibutuhkan
guna penyempurnaannya. Penulis berharap semoga laporan seminar tambang ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca sekalian, Amin.

Balunijuk, September 2021

Penulis

iv
INTISARI

PT Babel Utama Korpora adalah perusahaan tambang yang bergerak dalam


proses penambangan dan pengolahan sisa hasil produksi (SHP) bijih timah primer.
Pengaturan variabel alat Shaking Table di lapangan umumnya dilakukan dengan
trial and error. Keadaan ini berdampak pada target kadar minimum (≥60%) tidak
tercapai sehingga perlu dilakukan analisis pengaruh variabel-variabel alat terhadap
perolehan kadar konsentrat timah pada alat Shaking Table. Metode pengambilan
data dilakukan dengan cara melakukan beberapa variasi pengaturan variabel alat
shaking table seperti kemiringan meja sebanyak 3 kali uji coba yaitu 1,14°, 1,11°,
1,00° dan kecepatan air pencuci dilakukan sebanyak 3 kali uji coba yaitu 0,68 m/s,
0,83 m/s, dan 1,04 m/s. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui pengaturan
variabel apakah yang optimal untuk diterapkan pada shaking table di PT Bumako.
Hal ini dapat meminmalisir terbuangnya mineral kasiterit ke kolam tailing.
Optimalisasi kadar Sn dan recovery pada alat shaking table yang tepat adalah
dengan variabel : kemiringan meja 1,11° dengan kadar konsentrat 51,6% Sn dan
recovery 76%, sedangkan untuk kecepatan air pencuci yang optimal yaitu pada
kecepatan air 0,83 m/s dengan kadar konsentrat 62% Sn dan recovery 67%.

Kata Kunci: Shaking Table, Variabel, Kadar, dan Recovery.

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI ........................... 4
2.1 Studi Terdahulu................................................................................... 4
2.2 Timah .................................................................................................. 6
2.4 Pengolahan Bahan Galian ................................................................... 9
2.5 Shaking Table ..................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 16
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 17
3.3 Langkah Penelitian ............................................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 21
4.1 Mengaplikasikan Standar Baru Pengaturan Variabel Shaking Table . 21
4.1.1 Pengaturan Variasi Kemiringan Meja...................................... 21
4.1.2 Pengaturan Variasi Kecepatan Air Pencuci ............................. 22
4.1.3 Pengaturan Variasi Kombinasi ................................................ 23
4.2 Analisis Variabel Alat Pada Kadar dan Recovery Sn yang Optimal .. 23
4.2.1 Analisis Pengaruh Kemiringan Meja ....................................... 24
4.2.2 Analisis Pengaruh Kecepatan Air Pencuci .............................. 25
4.2.3 Analisis Pengaruh Variabel Kombinasi ................................... 26
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 30

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik mineral……………………………….................. 8
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………………………………... 16
Tabel 4.1 Hasil variasi kemiringan meja…………………………………. 21
Tabel 4.2 Hasil variasi kecepatan air pencuci……………………………. 22

Tabel 4.3 Hasil variasi kombinasi………………………………………... 23


Tabel A.1 Spesifikasi alat Shaking Table………………………………… 31
Tabel B.1 Kemiringan meja……………………………………………… 32
Tabel C.1 Kecepatan air pencuci…………………………………………. 35
Tabel D.1 Laju feed dan laju produk pada variabel kemiringan meja…….. 36
Tabel D.2 Laju feed dan laju produk pada variabel kecepatan air pencuci... 37
Tabel D.3 Laju feed dan laju produk pada variabel kombinasi…………… 39
Tabel E.1 Kadar dan Recovery Sn pada variabel kemiringan meja……… 41
Tabel E.2 Kadar dan Recovery Sn pada variabel kecepatan air pencuci….. 42
Tabel E.3 Kadar dan Recovery Sn pada variabel kombinasi……………… 43

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Diagram alir pengolahan bahan galian……………………... 11
Gambar 2.2 Shaking Table……………………………………………… 13
Gambar 2.3 Head Motion……………………………………………….. 12
Gambar 2.4 Riffle pada Shaking Table………………………………...... 13
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian……………………………………… 17
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian……………………………………. 20
Gambar 4.1 Pengaturan variabel kemiringan meja……………………… 21
Gambar 4.2 Pengaturan variabel kecepatan air pencuci…………………. 22
Gambar 4.3 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi 24
kemiringan meja…………………………………………....
Gambar 4.4 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi kecepatan 25
air pencuci……………………………………......................
Gambar 4.5 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi 26
kombinasi………………………………………………......
Gambar A.1 Shaking Table……………………………………………… 31
Gambar B.1 Sekrup pengatur kemiringan meja………………………….. 32
Gambar B.2 Sketsa pengukuran ketinggian kaki meja A dan B………….. 33
Gambar C.1 Pengaturan kecepatan air pencuci………………………….. 35
Gambar F.1 Proses pengambilan sampel produk dengan menampung 45
konsentrat yang keluar dari pipa dengan plastik sampel…….
Gambar F.2 Penimbangan sampel menggunakan timbangan digital……. 45
Gambar F.3 Tuas pengatur kemiringan meja……………………………. 46
Gambar F.4 Kran pengatur kecepatan air pencuci………………………. 46
Gambar F.5 Penggunaan spliter untuk sampel feed……………………... 47
Gambar F.6 Pengambilan titik koordinat menggunakan GPS…………… 47
Gambar F.7 Hasil titik koordinat pada GPS……………………………... 48

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cadangan bijih timah dibagi dalam dua tipe, yaitu endapan bijih timah
primer dan sekunder. Endapan timah primer merupakan endapan bijih timah yang
masih berada pada batuan pembawa timah atau batuan tempat bijih timah terbentuk,
sedangkan endapan timah sekunder adalah jenis endapan timah yang sudah
bergeser dari batuan sumbernya dan terendapkan di tempat yang baru akibat proses
perlapukan, transportasai dan pengendapan kembali. Endapan timah primer
terbentuk bersamaan dengan proses pembekuan batuan granit. Batuan granit itu
sendiri awal mulanya merupakan magma asam yang menerobos batuan di daerah
Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang penambangan timah primer
adalah PT Timah Tbk yang diantara terdapat pada site open pit TB 1.42 Pemali.
Dalam proses pengolahannya menyisakan tailing timah primer atau yang disebut
Sisa Hasil Produksi (SHP). Perusahaan yang mengolah Sisa Hasil Produksi ini salah
satunya adalah PT Babel Utama Korpora.
PT Babel Utama Korpora yang selanjutnya disebut dengan PT Bumako
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan tailing timah
primer/Sisa Hasil Produksi, berlokasi di Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka. PT
Bumako memperoleh tailing dari sisa pengolahan tambang open pit TB 1.42 Pemali
PT Timah Tbk. Menurut Prayitno (2020), dalam penelitian yang dilakukan di
perusahaan tersebut kadar awal tailing timah sebesar <2%. Dengan kadar tersebut
perusahaan melakukan pengolahan kembali untuk meningkatkan kadarnya dengan
melakukan pengolahan tailing menggunakan alat humprey spiral, rod mill, dan
shaking table, dengan hasil pengolahan diperoleh peningkatan kadar hingga 60%.
Berdasarkan jenisnya, Shaking Table di PT Bumako dibedakan menjadi
shaking table primer dan shaking table sekunder. Pengaturan variabel alat shaking
table di lapangan umumnya dilakukan dengan trial and error. Keadaan ini

1
2

berdampak pada shaking table primer karena kadar konsentrat timah yang
dihasilkan karena tidak selalu dapat mencapai target kadar (≥ 60%) sehingga perlu
dilakukan analisis pengaruh variabel-variabel terhadap perolehan kadar mineral
cassiterite pada alat shaking table. Variabel-variabel yang terdapat pada alat
shaking table yang akan dianalisis yaitu kecepatan air pencuci dan kemiringan pada
shaking table.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada kegiatan penelitian di PT Bumako ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah setelan variabel kemiringan meja dan kecepatan air pencuci pada
shaking table di unit pengolahan PT Bumako?
2. Berapa besar pengaruh variabel kemiringan meja dan kecepatan air pencuci pada
alat shaking table terhadap kadar Sn di unit pengolahan PT Bumako?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang diteliti disini hanya membahas tentang variabel alat
shaking table seperti : kemiringan meja dan kecepatan air pencuci untuk
mendapatkan kadar dan recovery Sn yang optimal guna meminimalisir terbuangnya
bijih timah pada settling pond yang dilaksanakan Bulan April 2021 sampai Mei
2021 di PT Bumako, Pemali, Kabupaten Bangka.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya kegiatan penelitian di PT Bumako ini adalah sebagai
berikut:
1. Penulis setelan variabel kemiringan meja dan kecepatan air pencuci pada
shaking table di unit pengolahan PT Bumako.
2. Penulis memahami pengaruh variabel kemiringan meja dan kecepatan air
pencuci pada alat shaking table terhadap kadar Sn di unit pengolahan PT
Bumako.
3

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti
Pada penelitian ini penulis dapat mengimplementasikan cara mengoperasikan
alat shaking table dalam upaya mendapatkan kadar Sn optimal dengan cara
mengatur variabel alat shaking table serta dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang alat-alat pengolahan bahan galian. Penulis juga dapat
mengetahui bagaimana organisasi kerja yang baik selama melaksanakan
penelitian di lapangan dan bagaimana cara menyelesaikan suatu permasalahan
di lapangan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan bacaan sekaligus referensi untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kadar Sn pada shaking table.
3. Bagi Industri
Mengemukakan pendapat pada industri untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan bagaimana cara mendapatkan kadar Sn Sisa Hasil Produksi
yang optimal pada alat shaking table serta dapat dijadikan sebaga bahan referensi
bagi peneliti yang melaksanakan penelitian di PT Bumako selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

2.1 Studi Terdahulu


Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil studi terdahulu/penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Penelitian
terdahulu yang dipilih relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang
pengaruh variabel shaking table terhadap kadar Sn SHP Di PT Bumako di Pemali,
Kabupaten Bangka. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang
menjadi rujukan penulis pada penelitian kali ini, diantaranya:
1. Menurut Sajima at al. (2011) dalam Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan – BATAN Yogyakarta, yang berjudul
Peningkatan Kadar Zirkon Untuk Umpan Proses Peleburan Pada Pembuatan
Natriaun Zirkonat. Telah dilakukan peningkatan kadar zirkon dari pasir zirkon
menggunakan Dry Magnetic Separator dan High Gradient Magnetic Separator.
Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Bahan baku yang
digunakan adalah pasir zirkon dengan kadar ZrO2 sebesar 54,1 % di alirkan pada
kecepatan 17 kg per jam ke shaking table yang telah di aliri air pada kecepatan
15 liter per menit. Konsentrat, middling dan tailing dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 105o C selama 5 jam, kemudian didinginkan. Pemisahan
konsentrat dilakukan menggunakan magnetic Separator dengan kekuatan 10.000
gauss dilanjutkan pemisahan dengan High Gradient Magnetic Separator pada
kekuatan magnet 20.000 gauss. Hasil proses pemisahan dianalisis menggunakan
XRF. Kondisi operasi terbaik diperoleh pada ukuran butir -180 + 90 μm dan
kecepatan aliran umpan 5 kg per jam. Konsentrat yang diperoleh pada kondisi
ini mempunyai kadar ZrO2 sebesar 71,2 %.
2. Maharani dkk (2020) dalam Jurnal Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya dengan judul “Pengaruh Kemiringan Shaking Table Terhadap Kadar
dan Recovery Cassiterite” yang membahas mengenai pengaruh kemiringan
Shaking Table terhadap perolehan kadar dan recovery cassiterite. Metode yang

4
5

dilakukan yaitu dengan melakukan 5 percobaan dengan 3 variasi kemiringan.


Berdasarkan hasil penelitian yang memperoleh kadar dan recovery lebih optimal
yaitu pada kemiringan 1.507o dengan mengasilkan rata-rata kadar konsentrat
65% sn, recovery dengan rata -rata 39% dan tailing rata - rata 1,7%. Dipilihnya
sudut kemiringan ini karena dianggap dapat menghasilkan kadar konsentrat dan
recovery yang cukup tinggi, selain itu kadar bijih timah yang terbuang ke tailing
cenderung lebih rendah.
3. Vabela (2018) dalam Jurnal Mineral dengan judul “Pengaruh Variabel Shaking
Table Terhadap Kadar Dan Recovery Sn Sisa Hasil Pencucian Di Unit Metalurgi
PT Timah Tbk Muntok Kabupaten Bangka Barat” yang membahas mengenai
variabel Shaking Table terhadap kadar dan recovery Sn sisa hasil pencucian.
Metode yang dilakukan dengan masing – masing variabel dilakukan uji coba
sebanyak 3 variasi dan uji kombinasi dari kedua variabel tersebut sebanyak 9
variasi. Berdasarkan hasil penelitian kadar dan recovery Sn yang optimal pada
Shaking Table jenis Slime Table dengan kadar feed <10% Sn, kemiringan yang
optimal yaitu pada 0,939° dengan kadar konsentrat 35,50% Sn, middling 29,10%
Sn, tailing 1,90% Sn dan recovery 58,30%, sedangkan untuk panjang pukulan
yang optimal yaitu pada 17 mm dengan kadar konsentrat 30,30% Sn, middling
10,50% Sn, tailing 4,10% Sn dan recovery 44,74%, dimana kondisi optimal
tersebut dapat meminimalisir terbuangnya mineral berharga timah agar tidak
terbuang ke settling pond.
4. Prayitno dkk (2018) dalam Jurnal Mineral dengan judul “Efektivitas
Penggerusan Bijih Timah Primer menggunakan Ball Mill di PT Menara Cipta
Mulia Desa Senyubuk Kabupaten Belitung Timur” yang membahas ukuran butir
yang tepat untuk proses konsentrasi, melakukan analisis pengaruh variabel
terhadap hasil gerusan Ball Mill dan mendapatkan efektivitas penggerusan timah
menggunakan Ball Mill. Metode yang dilakukan dengan percobaan sebanyak 27
(dua puluh tujuh) kali, dan setiap percobaan dilakukan perubahan pada variabel
yang diteliti agar diperoleh hasil berupa pengaruh dari variabel – variabel
tersebut terhadap hasil gerusanyang didapatkan. Dari penelitian ini didapatkan
bahwa ukuran material yang tepat untuk proses konsentrasi berukuran 60# s.d. -
6

200# mesh, karena pada ukuran tersebut mineral berharga telah terlepas dari
mineral pengotornya.
5. Menurut Somsak S at al. (2016) dalam Jurnal Mineral Processing Departemen
Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Universitas Chulalongkorn, Bangkok,
Thailand, Vol. 20 No. 4 yang berjudul Recovery Cassiterite Halus dari Tailing
Dump di Tambang Tin Jarin, Thailand. Recovery konsentrat kasiterit dari
pembuangan tailing di Tambang Timah Jarin, Thailand dilakukan melalui proses
konsentrasi basah dan konsentrasi kering. Tempat pembuangan tailing dengan
ukuran mineral lebih kecil dari 5 mm dikumpulkan melalui penambangan timah
di daerah 20 tahun yang lalu dengan jumlah total 17 juta ton. Tumpukan besar
dari pembuangan tailing dapat berdampak pada lingkungan di daerah tersebut,
jadi tempat tumpukan tersebut perlu dirawat dan diproses untuk mineral berat
yang berharga dan pasir tailing untuk industri konstruksi lokal. Metode yang
digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Kadar dari pembuangan tailing adalah
0,05% Sn, 0,002% Nb, 0,001% Ta. Hasil dari setelah proses basah oleh
hidrosiklon, konsentrator spiral, dan shaking table, konsentrat terdiri dari
sebagian besar kasiterit, ilmenit, garnet, zirkon, monasit, xenotime, dan kuarsa,
mengandung kadar 20% Sn dengan recovery sekitar 0,2%. Proses kering
berikutnya menggunakan rotary dryer, penyaringan, elektrostatik separator,
magnetic separator untuk memisahkan kasiterit dari mineral berat dan kuarsa.
Konsentrat terakhir dapat ditingkatkan menjadi 72% Sn yang dapat dijual ke
pabrik peleburan timah. Analisis ekonomi proses perolehan kasiterit dilakukan
dengan menggunakan model arus kas diskonto untuk mengatasi biaya dan
manfaat dari proses

2.2 Timah (Sn)


Timah adalah logam yang lunak berwarna putih kebiruan-perak yang mudah
dibentuk, tidak mudah bereaksi, dengan titik leleh rendah sehingga banyak
digunakan oleh manusia (Taylor, 1979). Mineral utama penghasil timah adalah
Kasiterit (SnO2), sedangkan pirit, monazite, zircon, kuarsa, xenotime, illmite, dan
juga tourmaline merupakan mineral ikutan. Kasiterit yang terbentuk merupakan
7

proses oksida yang menghasilkan lapisan oksida sehingga tidak mudah untuk
berkarat. Menurut Sukandarrumidi (2007), semua timah putih komersial berasal
dari mineral kasiterit, stanit, dan tealit. Mineral kasiterit terhambur pada batuan
tersebut dan baru dapat terlepas dari batuan induknya apabila batuan tersebut
mengalami pelapukan. Pelapukan dan konsentrasi mekanik membentuk endapan
alluvial maupun elluvial, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama bijih kulit
atau kaksa. Kasiterit termasuk resisten terhadap pengangkutan air, sehingga
memungkinkan dapat terkumpul sebagai endapan placer. Dari hasil analisa
laboratorium, secara umum mineral Kasiterit (SnO2) mempunyai kandungan
oksigen (O2) 21,4% dan Tin (Sn) 78,6%. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan
rumus kimia SnO2. Stannum oksida atau kasiterit atau bijih timah adalah satu bahan
galian timah oksida, SnO2 yang berwarna hitam atau merah kecoklatan. Kasiterit
biasanya mengandung mineral ikutan seperti pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit,
plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, kuprit, xanotim, dan monasit selain
mineral utama timah. Dan dari hasil percobaan bahwa kasiterit Indonesia
mempunyai komposisi kimia meliputi timah (Sn) sebesar 57,62%, natrium (Na)
4,05%, silicon (Si) 1,00%, aluminium (Al) 1,03%, fosfor (P) 1,87%, titanium (Ti)
1,35%, Besi (Fe) 2,42%, lantanum (La) 0,69%, serium (Sr) 1,48%, serta logam lain-
lainnya. Mineral ikutan timah adalah sebutan untuk mineral-mineral yang selalu
hadir pada proses penambangan dan pencucian bijih timah. Mineral ikutan yang
terkandung pada kasiterit juga merupakan mineral yang ekonomis.
Mineral utama pembawa timah dan mineral ikutan timah memiliki
karakteristik serta sifat yang bervariasi yang dapat dilihat pada penjelasan berikut
ini (Elsner, 2010).
1. Kasiterit
Kasiterit adalah mineral pembawa Sn atau mineral penghasil logam timah yang
paling ekonomis di dunia, sehingga tidak salah jika mineral kasiterit disebut
sebagai mineral utama pembawa timah. Karakteristik dari mineral kasiterit dapat
dilihat pada Tabel 2.1
8

2. Zirkon
Zirkon merupakan mineral yang memiliki karakteristik seperti batu mulia,
sehingga digunakan sebagai ornamen perhiasan pada porselen dan keramik.
Karakteristik dari mineral zirkon dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3. Ilmenit
Ilmenit merupakan mineral sumber titanium yang begitu ekonomis. Ilmenit
adalah besi hitam-titanium oksida dengan rumus kimia FeTiO3. Karakteristik
dari mineral ilmenit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
4. Monasit
Monasit merupakan mineral logam tanah jarang yang paling ekonomis selain
mineral bastnaesit. Monasit merupakan mineral sumber thorium, lanthanum.
Dan serium yang menjadikan monasit sebagai radioaktif. Karakteristik dari
mineral monasit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
5. Xenotim
Xenotim merupakan mineral pospat berwarna kuning keabuan yang
mengandung logam tanah jarang ittrium. Dapat dilakukan proses ekstraksi untuk
mengambil yutrium yang banyak digunakan sebagai paduan untuk baja.
Karakteristik dari mineral xenotim dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Berikut adalah ringkasan dari karakteristik dari mineral kasiterit, zircon,
ilmenit, monasit, dan xenotim yang dimuat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Karakteristik mineral
Nama Mineral
No Klasifikasi
Kasiterit Zirkon Ilmenit Monasit Xenotim
Rumus SnO2 ZrSiO4 FeTiO3 CeLaPO4 YPO4
1
Kimia
Berat Jenis 7,68 4,68 4,72 4,6-5,7 4,4–5,3
2
(g/cm3)
Hitam, Bening Hitam, coklat Kuning cerah, Kuning
coklat kekuningan, orange, Keabuan
3 Warna kekuningan, merah, coklat kemerahan
coklat
kemerahan
Sifat Nonmagnet Nonmagnet Paramagnetik Paramagnetik Magnetik
4
Magnet
Sifat Konduktor Nonkonduktor Konduktor Nonkonduktor Nonkonduktor
5
Listrik
Kekerasan 6-7 7,5 5-5,5 5-5,5 4–5
6
(Mohs)
Sumber : Elsner, 2010
9

2.4 Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan Bahan Galian (ore dressing) merupakan proses pengolahan bijih
(ore) secara mekanik, sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral
pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimia-fisika permukaan
mineral (Tobing, 2005). Pengolahan bahan galian adalah istilah umum yang biasa
dipergunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil tambang yang berupa
bijih mineral, batuan atau bahan galian lainnya yang ditambang atau diambil dari
endapan-endapan dalam pada kulit bumi untuk dipisahkan menjadi produk berupa
satu macam atau lebih bagian mineral yang dikehendaki yang terdapat bersama di
alam.
Bijih yang dilakukan pengolahan bahan galian akan dapat ditingkatkan
kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh
keuntungan antara lain adalah :
1. Mengurangi ongkos transport dari tempat pengelohan sampai tempat peleburan.
Hal ini terjadi karena mineral pengotor (gangue mineral) sudah dipisahkan
sehingga tidak ikut terangkut.
2. Mengurangi biaya peleburan karena dengan naiknya kadar bijih maka logam
berharga semakin banyak untuk setiap berat yang sama, sehingga dalam satuan
waktu tertentu logam hasil peleburan akan lebih banyak jika dibanding dengan
peleburan bijih kadar rendah.
3. Megurangi bahan imbuh/flux selama peleburan. Semakin tinggi kadar bijih
berarti kadar mineral pengotor semakin kecil, sehingga flux yang dibutuhkan
juga semakin sedikit.
4. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai
kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk diambil
metalnya.
5. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada
kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.
Mineral processing sering kali merupakan kompromi antara peningkatan
efisiensi metalurgi dan biaya milling (Wills, 2006). Hal ini terutama berlaku untuk
bijih dengan nilai kandungan rendah, di mana biaya penggilingan rendah sangat
10

penting dan proses unit yang murah diperlukan, terutama pada tahap awal, di mana
volume material yang diolah relatif tinggi.
Menurut Syardilla (2014), bijih dari tambang umumnya masih berukuran
relatif besar, sehingga mineral berharga belum terliberasi, maka perlu direduksi
ukurannya dengan menggunakan alat peremuk (crusher) dan alat penggerus
(grinding mill). Supaya hasil peremukan dan penggilingan mempunyai ukuran yang
sama, maka perlu dilakukan pengelompokan ukuran (sizing) yaitu dengan cara
pengayakan (screening) maupun classifying, kemudian akan dilakukan pemisahan
untuk konsentrat dan tailing. Alat-alat yang digunakan pada pengolahan bahan
galian contohnya adalah untuk alat peremuk menggunakan Jaw Crusher, alat
penggerus menggunakan Rod Mill, alat pengayakan menggunakan Rotary Screen
dan Vibrating Screen, dan alat pemisahan konsntrat dengan tailing menggunakan
Humphrey Spiral yang nantinya konsentratnya akan masuk kedalam Shaking Table
untuk tahap pemisahan akhir.

Gambar 2.1 Diagram alir pengolahan bahan galian


(Sumber : Wills, 2006)
Mengingat proses pengolahan bahan galian di dalam kegiatan pertambangan,
merupakan jembatan antara proses penambangan dan proses ekstraksi logam atau
industri lainnya, maka sifat-sifat bahan galian untuk proses pengolahan bahan
galian sangat diperlukan.
Kegiatan pengolahan bahan galian memiliki beberapa tujuan untuk
meningkatkan value mineral yaitu :
1. Mengontrol ukuran feed agar sesuai dengan proses berikutnya.
11

2. Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam.


3. Mengontrol agar bijih mempunyai kadar yang relatif seragam.
4. Membebaskan mineral berharga.
5. Menurunkan kadar pengotor sekaligus menaikan kadar mineral berharga.

2.5 Shaking Table


Menurut Taggart (1976), Shaking table merupakan alat konsentrasi mineral
yang memanfaatkan gerakan fluida dan hentakan meja untuk memisahkan mineral-
mineral dari pengotornya. Proses konsentrasi metode tabling merupakan proses
pemisahan secara gravitasi dengan prinsip utama perbedaan berat jenis mineral-
mineral logam berharga dan pengotornya.
Pemisahan tersebut dibantu dengan fluida dalam hal ini adalah air yang
berperan sebagai pengantar gaya yang diberikan oleh meja tersebut. Karena
menggunakan media air, Shaking Table termasuk dalam proses basah.
Shaking Table banyak digunakan meningkatkan konsentrasi dari timah, besi,
tungsten, tantalum, mika, barium, titanium, zirkon, dan untuk logamlogam berharga
seperti emas, perak, thorium, uranium, dan lainnya. Seperti yang dapat dilihat pada
gambar struktur mesin wet shaking, mesin tersebut terdiri dari meja yang dapat
miring, yang akan dilalui oleh feed dan air. Feed masuk dan akan disebarkan
sepanjang meja. Air akan dikeluarkan sepanjang bagian water filling slot. Secara
umum, mineral-mineral yang dapat diproses pada alat shaking table berukuran lebih
halus dibandingkan dengan ukuran mineral yang diproses pada metode jigging.

Gambar 2.2 Shaking Table


(Sumber : Will’s, 1981)
12

Shaking table mempunyai komponen-komponen utama yang mendukung dan


membantu proses kerjanya. Komponen-komponen shaking table dijelaskan sebagai
berikut.
1. Head Motion
Head motion tertutup merupakan komponen utama atau dasar dari shaking
table. Seperangkat head motion yang terdiri dari beberapa bagian antara lain kedua
pitman yang terbuat dari besi tempa, toggle yang terbuat dari besi cor, dan roller
bearing yang dilindungi oleh minyak pelumas yang mengendalikan gaya gesek
tertentu (Wills,1981).

Gambar 2.3 Head Motion


(Sumber : Will’s, 1981)

Keterangan Gambar :
A. Drive Shaft E. Toogle
B. Eccentric F. Stationary block
C. Pitman G. Crosspin
D. Toogle H. Guides
Mekanisme kerja alat head motion diawali dengan proses ketika shaking table
sedang tidak dioperasikan spiral pegas (spring) dalam kondisi memanjang atau
meregang dan toggle dalam keadaan mendatar. Saat shaking table mulai
dioperasikan, kedua pitman bergerak secara eksentrik, sehingga toggle dalam
keadaan miring. Akibatnya meja bergerak ke belakang atau mundur sampai pitman
13

bergerak miring mencapai titik paling atas dan spiral pegas merapat. Lalu pitman
kembali bergerak turun, sehingga toggle dalam keadaan mendatar lagi dan spiral
pegas kembali merenggang. Akibatnya meja kembali bergerak maju ke depan.
Gerakan maju mundur terus berulang ketika shaking table dioperasikan.
2. Riffle
Riffle berperan penting dalam peningkatan kapasitas pada operasi shaking
table. Riffle adalah media penahan yang ditempelkan di atas meja dengan pola
tertentu. Tipe riffle bermacam-macam sesuai dengan penggunaan masing-masing
proses tabling, biasanya riffle terbuat dari kayu mahoni atau dari jenis kayu keras
di atas permukaan meja yang dilapisi linoleum. Riffle berfungsi untuk menahan
partikel-partikel berat agar tidak ikut terbawa aliran air pencuci dengan membentuk
arus eddy yang akan membantu proses konsentrasi mineral umpan dan akan
membentuk aliran turbulen yang mengakibatkan terjadinya efek stratifikasi.
Hubungan riffle dengan ukuran partikel dijelaskan bahwa, jika tinggi riffle terlalu
rendah (jika dibandingkan terhadap diameter partikel), maka partikel akan mudah
terbawa laju aliran air pencuci menuju ke zona tailing. Apabila tinggi riffle sangat
tinggi, maka arus tidak mampu mengaduk dan mengangkat partikel yang berada
di lapisan terbawah di antara riffle.

Gambar 2.4 Riffle pada Shaking Table


(Sumber : Will’s, 1981)

3. Motor Penggerak (Drives)


Motor penggerak merupakan komponen sumber penggerak shaking table
dengan sumber energi berupa listrik. Putaran rotor pada motor ini harus bersifat
14

stabil. Motor penggerak mempunyai batang baja yang disambungkan ke meja agar
meja bergerak sesuai rotor.
4. Kotak Umpan (Feed Box)
Kotak umpan merupakan kotak yang terletak di ujung kiri atas dari meja.
Kotak ini berfungsi sebagai tempat jatuh umpan dari feeder ke atas permukaan meja
melalui celah-celah pada bagian bawah dinding kotak umpan yang selanjutnya
umpan di alirkan menuju permukaan meja.
5. Kotak Air (Water Box)
Kotak air (water box) berada diantara kotak umpan dan saluran air yang
berfungsi mengalirkan air bersih ke atas permukaan meja melalui celah di bagian
bawah kotak tersebut. Selain itu, saluran air dengan celah-celah mengatur aliran air
bersih tersebut yang akan membantu membersihkan dan mendorong mineral
mineral berat yang terjebak dalam pengotor selama lintasan riffle. Air Pencuci
merupakan air yang ditambahkan untuk memberikan pengaruh sluicing effect pada
material dan mengatur keceperatan aliran fluida yang ada di shaking table.
Shaking Table juga dibagi kedalam 2 jenis berdasarkan ukuran partikel yang
biasanya dimasukkan. Yang pertama adalah Sand Table. Alat ini digunakan untuk
memisahkan pertikel yang berukuran 3 mm hingga 100µm. Untuk ukuran yang
lebih kecil dari 100 µm digunakan Slime Table. Alat ini berbeda dengan Sand Table
kerena bukannya memiliki beberapa riffle namun Slime Table memliki kombinasi
cekungan kedalam dan riffle pada permukaan mejanya. Pada pemisahan partikel,
panjang dorongan dari mesing atau amplitudo alat yang digunakan menjadi salah
sati variabel penting. Jarak dorongan yang biasa digunakan bervariasi antara 10-25
mm berdasarkan bijih yang akan dipisahkan, dengan kecepatan putaran antara 240
hingga 350 rpm. Secara umum feed yang halus membutuhkan kecepatan putaran
yang lebih tinggi dan panjang dorongan yang lebih pendek. Kecepatan yang tinggi
akan memberikan dorongan lebih tinggi sebelum meja dipantulkan kembali.
Dengan kecepatan yang lebih tinggi dan pukulan yang lebih pendek maka partikel
akan menempuh jarak maju lebih jauh dibandingkan dengan jarak mundurnya.
Shaking table memiliki beberapa variabel yang mempengaruhi proses
pemisahan mineral. Variabel-variabel itu adalah sebagai berikut.
15

1. Kemiringan Dek
Kemiringan meja memang berperan penting dalam operasi shaking table yang
berkisar 1-6°. Kemiringan meja dapat diatur dengan memutar keran sekrup di
bagian bawah meja dan keran sekrup. Dek yang terlalu miring akan mempengaruhi
kecepatan aliran air dan bila kecepatan aliran air tersebut terlalu cepat maka partikel
ringan akan terbawa air semuanya sehingga yang tertinggal hanya mineral berat.
Dengan begitu hasil yang didapatkan adalah produkta yang berkadar tinggi tetapi
kapasitasnya sedikit. Untuk kemiringan yang kecil sehingga kecepatan aliran air
lambat maka produkta yang didapat berkadar rendah dengan kapasitas besar.
2. Kecepatan Air Pencuci
Kecepatan air pencuci harus diatur agar tidak terlalu cepat maupun terlalu
lambat. Jika kecepetan air pencuci terlalu cepat, maka konsentrat akan keluar
jalurnya. Sedangkan jika kecepatan air pencuci terlalu lambat maka tailing akan
masuk ke jalur konsentrat.
3. Jumlah dan Panjang Stroke
Pengaruh terhadap proses pemisahan adalah stroke yang panjang untuk
material kasar dan stroke kecil untuk material halus.
4. Perbandingan Solid dan Liquid Feed
Bila terlalu encer pemisahan akan baik dan sebaliknya bila kental maka
semua partikel akan masuk ke konsentrat.
5. Kecepatan Feed
Bila terlalu cepat pengumpananya dan kemiringan dek kecil, maka proses
pemisahan akan berjalan kurang baik karena umpan tertumpuk dan akan masuk ke
konsentrat.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam


mempermudah menganalisa dan mengoptimalkan suatu penelitian. Adapun
tahapan dalam metode penelitiannya ialah sebagai berikut :

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Kegiatan penelitian ini berlokasi di PT Bumako yang merupakan mitra dari
PT Timah Tbk secara administratif terletak di Kecamatan Pemali, Kabupaten
Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Secara geografis terletak pada koordinat
1˚52’34,64” LS dan 106˚ 3’7,88” BT. PT Babel Utama merupakan perusahaan
pengolahan tailing timah yang merupakan sisa hasil produksi (SHP) dari TB
Pemali PT Timah Tbk.
Untuk menuju PT Babel Utama Korpora dapat ditempuh melalui jalur darat
dari Kota Pangkal Pinang yang berjarak ± 47 km dengan estimasi waktu ± 60
menit dan dari Kota Sungailiat dengan jarak ± 15 km dengan estimasi waktu ± 15
menit dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Kegiatan penelitian dilaksanakan sejak tanggal 19 April – 7 Mei 2021
sementara jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan selama ± 30 hari terangkum
dalam tabel di bawah ini, yaitu :
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian

Minggu ke-
No Kegiatan
I II III IV
1 Orientasi Lapangan
2 Pengambilan Data Lapangan
3 Analisis Laboratorium
4 Pengolahan Data Lapangan
5 Penyusunan Laporan
Berikut ini juga merupakan peta lokasi sekaligus peta luasan SHP dari TB
Pemali yang diolah oleh PT Bumako.

16
17

s
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian

3.2 Alat dan Bahan


Kegiatan penelitian ini menggunakan berbagai macam alat dan bahan yang
menunjang kegiatan penelitian sebagai berikut:
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam membantu kegiatan penelitian dari penulis
sebagai berikut :
a. Alat Tulis d. Kamera
b. Shaking Table e. Timer
c. XRF Portable
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik sample, tali
rapiah, gabus, dan feed yang berasal dari SHP yang sudah melalu pengolahan
sampai dengan Humphrey Spiral. Feed yang sudah mengalami proses pengolahan
lalu masuk ke Shaking Table melalu Feed Box. Material ini lah yang akan diteliti
oleh penulis.
18

3.3 Langkah Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa langkah, meliputi :
1. Observasi Lapangan
Tahapan dimulainya kegiatan pengamatan secara langsung terhadap kondisi
lapangan agar lebih mudah dalam identifikasi masalah dan proses pengambilan
data selanjutnya dapat lebih memahami alur kegiatan pengolahan mineral.
2. Studi Literatur
Studi literatur ini untuk memperkuat cara memperoleh data-data yang akan
diambil, diolah dan dianalisis saat penelitian, sehingga diperlukannya tinjauan
pustaka dan landasan teori terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, baik
teori yang berasal dari hasil penelitian sebelumnya, laporan ilmiah maupun
literatur-literatur lainnya.
3. Pengumpulan Data
Merupakan tahapan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian, data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diamati dan diukur langsung selama penelitian
di lapangan yang masih berbentuk data mentah. Adapun data-data yang
diambil adalah sebagai berikut :
a. Sampling feed.
b. Melalukan pengaturan dan pengukuran parameter-parameter shaking
table ; Kemiringan Meja dan Kecepatan Air Pencuci.
c. Melakukan uji sampling pada produk shaking table berupa konsentrat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang berasal dari literatur dan
data perusahaan yang berguna dalam menunjang pelaksanaan penelitian,
bersifat saling melengkapi dan diperoleh dari pihak perusahaan, jurnal,
skripsi dan penelitian terdahulu.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan diolah secara manual
melalui dasar teori yang sudah diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang
19

menunjang, maka dalam tahapan ini dilakukan proses pengolahan dan analisis
data berdasarkan data di lapangan (data primer). Pengolahan data dilakukan
dengan perhitungan matematis, data-data yang sudah diolah selanjutnya akan
dilakukan analisis menggunakan data yang telah diolah guna mengetahui
permasalahan yang ada berikut pemecahannya, serta menarik kesimpulan dari
hasil pengolahan dan analisis data tersebut. Aspek-aspek yang dibahas dalam
penelitian ini yaitu :
a. Melakukan pengukuran dan perhitungan terhadap parameter alat
(kemiringan meja dan kecepatan air pencuci).
b. Pengambilan sample produk.
c. Melalukan sampling produk (konsentrat timah).
5. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada tahapan
sebelumnya, maka pada tahapan ini dilakukan pembahasan hasil berdasarkan
data yang teleh diolah dan dianalisis, sehingga dapat dimunculkan kesimpulan
dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran yang dapat direkomendasikan
untuk perusahaan yang dapat diterapkan di lapangan, adapun diagram alir
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 di halaman selanjutnya.
20

Mulai Studi Literatur

Orientasi Lapangan
dan Dokumentasi

Data Primer : Data Sekunder :


1. Sampling feed 1. Arsip perusahaan
2. Variabel kemiringan 2. Kadar feed
meja
3. Variabel kecepatan air
pencuci
4. Uji sampling
produk

Pengambilan data yang


didapatkan

Hasil :
1. Kadar konsentrat dan recovery hasil pengaturan
variabel kemiringan meja
2. Kadar konsentrat dan recovery hasil pengaturan
variabel kecepatan air pencuci
3. Kadar konsentrat hasil pegaturan variabel kombinasi

Kesimpulan

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mengaplikasikan Standar Baru Pengaturan Variabel Shaking Table


Pengaturan variabel shaking table bertujuan untuk mendapatkan kadar Sn
yang tinggi, variabel yang diuji dalam penelitian ini meliputi kemirinngan meja dan
kecepatan air pencuci, dimana masing masing variabel dilakukan uji coba sebanyak
3 variasi dan uji kombinasi dari ke-2 variabel tersebut sebanyak 9 variasi.
4.1.1 Pengaturan Variasi Kemiringan Meja
Pengaturan kemiringan meja dilakukan dengan menggunakan 3 variasi.
Kemiringan tersebut diatur dengan tuas putar disisi meja. Kemiringan meja dihitung
dengan perubahan ketinggian pada salah satu struktur yang ada pada shaking table
tersebut. Untuk perhitungan variasi kemiringan meja terlampir pada Lampiran B,
perhitungan debit feed dan debit produk terdapat pada Lampiran D, dan perhitungan
recovery terdapat pada Lampiran E.

Gambar 4.1 Pengaturan variabel kemiringan meja


Tabel 4.1 Hasil variasi kemiringan meja
Feed Konsentrat
Kemiringan Recovery
NO Debit Kadar Debit Kadar
(o) (%)
(Kg/jam) (%) (Kg/jam) (%)
1 1,14 6,73 55,3 62
2 1,11 300 2 8,92 51,6 76
3 1,00 15,84 22,7 60

25
26

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat, bahwa material dengan kadar feed
2% Sn mengalami kenaikan kadar konsentrat disetiap kemiringan meja bertambah.
Kadar konsentrat tertinggi terdapat pada variasi kemiringan 1,14o mempunyai kadar
Sn 55,3% dengan recovery 62%, diikuti oleh variasi kemiringan 1,11o mempunyai
kadar Sn 51,6% dengan recovery 76%, dan yang terakhir variasi kemiringan 1,00o
mempunyai kadar Sn 22,7% dengan recovery 60%.
4.1.2 Pengaturan Variasi Kecepatan Air Pencuci
Pengaturan variasi kecepatan air pencuci dilakukan sebanyak 3 variasi.
Kecepatan air pencuci diatur dengan cara memutar kran air pencuci yang berada
diatas kotak air pencuci. Kecepatan dihitung dengan cara menggunakan media tali
rapiah sepanjang 1 meter yang diikatkan ke gabus. Dalam penelitian ini terdapat
asumsi bahwa berat tali rapiah dan gabus adalah 0 kg (tidak ada berat). Untuk
pengaturan variasi kecepatan air pencuci terlampir pada Lampiran C, perhitungan
debit feed dan debit produk terdapat pada Lampiran D, dan perhitungan recovery
terdapat pada Lampiran E.

Gambar 4.2 Pengaturan variabel kecepatan air pencuci


Tabel 4.2 Hasil variasi kecepatan air pencuci
Kecepatan Feed Konsentrat
Air Recovery
NO Debit Kadar Debit Kadar
Pencuci (%)
(Kg/jam) (%) (Kg/jam) (%)
(m/s)
1 0,68 8,64 51,6 74
2 0,83 300 2 6,48 62 67
3 1,04 5,04 67,4 56
27

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat, bahwa material dengan kadar feed
2% Sn mengalami kenaikan kadar konsentrat disetiap kecepatan air pencuci
bertambah. Kadar konsentrat tertinggi terdapat pada variasi kecepatan air pencuci
1,04 m/s dengan kadar Sn 67,4%, diikuti oleh variasi keceptan air pencuci 0,83 m/s
dengan kadar Sn 62%, dan yang terakhir variasi kecepatan air pencuci 0,68 dengan
kadar Sn 51,6%.
4.1.3 Pengaturan Variasi Kombinasi
Pengaturan variasi variabel kombinasi ini dilakukan berdasarkan variasi-
variasi pada variabel-variabel sebelumya yang telah dilakukan, yaitu kombinasi
antara kemiringan meja dan panjang stroke. Berdasarkan pada variasi-variasi
sebelumnya, maka dapat dilakukan variasi kombinasi sebanyak 9 variasi. Untuk
perhitungan debit feed dan debit produk terdapat pada Lampiran D, dan perhitungan
recovery terdapat pada Lampiran E.

Tabel 4.3 Hasil variasi kombinasi


Kecepatan Feed Konsentrat
Air Kemiringan Recovery
No
Pencuci Meja (o)
Debit Kadar Debit Kadar
(%)
(m/s) (kg/jam) (%) (kg/jam) (%)
1 0,68 1,14 6,73 55,3 62
2 0,68 1,11 8,92 51,6 76
3 0,68 1,00 15,84 22,7 60
4 0,83 1,14 6,48 64 69
5 0,83 1,11 300 2 7,36 61,6 75
6 0,83 1,00 12,96 22,6 48
7 1,04 1,14 5,04 67,4 56
8 1,04 1,11 8,64 51,8 74
9 1,04 1,00 12,24 38,63 78

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat, bahwa material dengan kadar feed
2% Sn mengalami kenaikan dan penurunan kadar konsentrat disetiap kecepatan air
pencuci maupun kemiringan meja yang berubah. Kadar konsentrat tertinggi
terdapat di uji nomor 7 yaitu sebesar 67,4% Sn, selanjutnya uji nomor 5 sebesar
64% Sn, dan diikuti uji nomor 5 sebesar 61,6% Sn.
28

4.2 Analisis Variabel Alat Terhadap Kadar dan Recovery Sn yang Optimal
Berdasarkan hasil percobaan pada alat shaking table, kadar dan recovery Sn
yang didapat nantinya dapat diperoleh hubungan antara recovery kemiringan meja
dan kecepatan air pencuci terhadap efektifitas pemisahan mineral bijih timah sisa
hasil pencucian pada alat shaking table.
4.2.1 Analisis Pengaruh Kemiringan Meja
Percobaan ini menghasilkan data-data berupa recovery pemisahan, kadar Sn
konsentrat pada pengoperasian shaking table. Hasil dari percobaan variasi
kemiringan ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat
dibuat diagram sebagai berikut.

Pengaruh Variasi Kemiringan Meja


80
76
70

60 62 60
55,3
50 51,6

40

30

20 22,7

10

0
1,14 1,11 1

Kadar Sn (%) Recovery (%)

Gambar 4.3 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi kemiringan meja

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa bijih timah yang diproses
dengan varian kemiringan 1,11° memiliki nilai recovery yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa kemiringan mempengaruhi recovery dan kadar Sn yang ada.
Hasil dari ketiga varian tersebut dapat kita lihat terjadi perubahan pada kadar dari
mineral timah tersebut. Kadar terbaik dimiliki oleh meja dengan kemiringan 1,14°.
Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berat jenis dari timah yang tergolong berat
pada feed tersebut. Akan tetapi mineral penganggu yang cukup berat juga
memungkinkan akan masuk ke jalur konsentrat timah. Hal ini terbukti dari analisis
29

kemiringan meja yang diturunkan menjadi 1,11o dan 1,00o menyebabkan


permukaan meja semakin datar dan mineral penganggu akan masuk ke jalur timah
dikarenakan berat dari mineral penganggu tersebut tersebut. Variasi kemiringan
meja 1,11o dianggap sebagai variasi kemiringan meja terbaik dalam analisis ini.
Walaupun variasi kemiringan meja 1,14 o memiliki kadar tertinggi, akan tetapi
variasi kemiringan meja 1,11o menghasilkan konsentrat lebih banyak yang
dibuktikan dengan debit dari variasi tersebut sebesar 8,9 Kg/jam.
Hal ini juga dipengaruhi oleh semakin curamnya kemiringan suatu meja,
maka kemungkinan mineral kasiterit yang memiliki berat jenis yang berat juga akan
ikut jatuh ke arah penampungan tailing, selain itu karena antara mineral kasiterit
dan mineral pengotor telah terpisah dengan baik, sehingga menyebabkan
berkurangnya recovery Sn pada konsentrat
4.2.2 Analisis Pengaruh Kecepatan Air Pencuci
Percobaan ini menghasilkan data-data berupa recovery pemisahan, kadar Sn
konsentrat pada pengoperasian shaking table. Hasil dari percobaan variasi
kecepatan air pencuci ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dari tabel
tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.

Pengaruh Variasi Kecepatan Air Pencuci


80
74
70
67 67,4
60 62
56
50 51,6

40

30

20

10

0
0,68 0,83 1,04

Kadar Sn (%) Recovery (%)

Gambar 4.4 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variasi kecepatan air
pencuci
30

Berdasarkan Gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa bijih timah yang diproses
dengan varian kecepatan air pencuci sebesar 0,68 m/s memiliki nilai recovery yang
tinggi yaitu sebesar 74% namun dengan kadar Sn paling rendah yaitu 51,6% Sn.
Hal ini disebabkan karena semakin cepat kecepatan air pencuci akan menyebabkan
mineral penganggu akan terbawa arus keluar dari jalur konsentrat. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan konsentrat bijih timah lebih berat dari mineral penganggunya
yang akan masuk ke jalur middling dan jalur tailing. Hal ini menunjukkan bahwa
kecepatan air pencuci mempengaruhi recovery dan kadar Sn yang dihasilkan.
Dalam percobaan varian kecepatan air pencuci sebesar 1,04 m/s memiliki
kadar Sn paling tinggi yaitu 67,4% Sn namun dengan recovery paling rendah yaitu
56%. Hal ini dikarenakan umpan tercuci dengan baik, sehingga umpan yang berisi
konsentrat dengan mineral terganggu terpisah.
4.2.3 Analisis Pengaruh Variabel Kombinasi
Percobaan ini menghasilkan data-data berupa recovery pemisahan, kadar Sn
konsentrat pada pengoperasian shaking table. Hasil dari percobaan kombinasi ini
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat dibuat diagram
recovery-kadar Sn vs kombinasi seperti berikut.

Pengaruh Variabel Kombinasi


90
80 78
74 73 75 74
70 69 67,4
64 61,6
60 60
56
50 51,6 51,8
48
40 38,63
30 32,17

20 22,7 22,6

10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kadar Sn (%) Recovery (%)

Gambar 4.5 Hubungan kadar Sn dan recovery terhadap variabel kombinasi


31

Berdasarkan Gambar 4.5 didapatkan nilai recovery paling tinggi pada uji coba
No. 9 dengan kadar 38,63% Sn dan recovery 78% dan diikuti uji coba No. 5 dengan
kadar 61,6% Sn dengan recovery 75%, dan recovery terendah didapatkan pada uji
coba No. 6 dengan kadar 22,6% Sn dan recovery 48%. Kadar konsentrat tertinggi
didapatkan dari uji coba No. 7 dengan kadar 67,4% Sn dengan recovery 56%.
Untuk mendapatkan kadar yang tinggi, kemiringan meja semakin besar dan
kecepatan air pencuci semakin cepat maka kadar Sn yang didapatkan akan semakin
tinggi namun recovery bisa menjadi rendah dikarenakan banyaknya mineral
kasiterit yang ikut terbuang ke kolam tailing. Hal ini disebabkan oleh semakin
miring permukaan meja maka mineral kasiterit bisa masuk kedalam jalur middling
maupun tailing. Hal ini juga berlaku terhadap semakin cepatnya kecepatan air
pencuci bisa menyebabkan mineral kasiterit ikut terbawa arus air pencuci sehingga
keluar dari jalur konsentrat.
Berdasarkan Tabel 4.3 dan uraian di atas, bahwa pengaturan optimal terdapat
pada uji coba no. 5 dengan kemiringan 1,11° dan kecepatan air pencuci 0,83 m/s,
dikarenakan kadar pada konsentrat tergolong cukup tinggi dari sembilan uji coba
dan recovery tinggi sehingga mineral berharga timah tidak banyak terbuang saat
proses pemisahan berlangsung.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada bab hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan variabel shaking table dilakukan pada kemiringan meja, panjang
stroke dan kombinasi antara kemiringan meja dan panjang stroke. Pada uji coba
variabel kemiringan meja dilakukan sebanyak 3 variasi yaitu 1,14°, 1,11° dan
1,00°, sedangkan untuk kecepatan air pencuci juga dilakukan sebanyak 3 variasi
yaitu 0,68 m/s, 0,83 m/s ,dan 1,04 m/s, sedangkan untuk variabel kombinasi
dilakukan sebanyak 9 kali uji coba.
2. Kadar dan recovery Sn yang optimal pada shaking table dengan kadar feed >2%
Sn, kemiringan yang optimal yaitu pada 1,11o dengan kadar konsentrat 51,6%
Sn dan recovery 76%, sedangkan untuk kecepatan air pencuci yang optimal yaitu
pada kecepatan air 0,83 m/s dengan kadar konsentrat 62% Sn dan recovery 67%.
Untuk variabel kombinasi kondisi optimal terdapat uji coba no. 4 dengan
kemiringan 1,11° dan kecepatan air pencuci 0,83 m/s, dikarenakan kadar pada
konsentrat tergolong cukup tinggi dari sembilan uji coba dan recovery tinggi
sehingga mineral berharga timah tidak banyak terbuang saat proses pemisahan
berlangsung.

5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran
yang berhubungan dengan penggunaan variabel shaking table, sebagai berikut :
1. Sebaiknya untuk pengturan variabel kombinasi pada shaking table dengan feed
2% Sn, menggunakan kecepatan air pencuci 0,83 m/s dengan kemiringan meja
1,11o.
2. Sebaiknya feed dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
pengolahan untuk memudahkan petugas dalam mengontrol variabel-variabel
alat.

28
29

3. Sebaiknya ditambahkan screen pada hopper tempat masuknya feed, agar ukuran
butiran lebih seragam dan pengolahan dapat berjalan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas dkk. 2020. Studi Pengolahan Mineral Zircon (ZrO²) Menjadi Zirconia pada
PT. Kalimantan Zircon Industri di Desa Gohong Kecamatan Kahayan Hilir
Kabupaten Pulang Pisau. Jurnal Himasapta, Vol. 5, No. 2 .
Drzymala, J. 2007. Mineral Processing: Foundations of Theory and Practice of
Minerallogy. Wroclaw: Wroclaw University of Science and Technology.
Elsner, H. 2010. Heavy Minerals of Economic Importance. Germany:
Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) Joe’s Blog. 2014.
Maharani, S dkk. 2020. Pengaruh Kemiringan Shaking Table Terhadap Kadar dan
Recovery Cassiterite. Jurnal Pertambangan. Fakultas Teknik Sriwijaya.
Prayitno, Eko dkk. 2018. Efektivitas Penggerusan Bijih Timah Primer
menggunakan Ball Mill di PT Menara Cipta Mulia Desa Senyubuk
Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Mineral. Jurusan Teknik Pertambangan.
Universitas Bangka Belitung.
Richma, Ansi. 2013. Manual Book Dasar Teori Bahan Galian. Institut Teknologi
Bandung. Jawa Barat.
Sukandarrumidi. 2007. Geologi Mineral Logam. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Taggart, A. F. 1976. Handbook of Mineral Dressing Ores and Industrial
Minerals. New York. Chicester. Brisbane. Toronto.
Taylor, R.G. 1979. Geology of Tin Deposits, Volume 11 1st Edition. Elvisier
Science.
Vabela, Lola dkk. 2018. Pengaruh Variabel Shaking Table Terhadap Kadar dan
Recovery Sn Sisa Hasil Pencucian di Unit Metalurgi PT Timah Tbk Muntok
Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Mineral. Jurusan Teknik Pertambangan.
Universitas Bangka Belitung.
Wills, B. A dkk. 2006. Mineral Processing Technology an Introduction to The
Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery 7th Edition.
Elsevier Science & Technology Books. Australia.
Wills, B. A. 1981. Mineral Processing Technology, Pergamon Press, Oxford, pp
116-153.

29
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI ALAT

Gambar A.1 Shaking Table

Tabel A.1 Spesifikasi Alat Shaking Table

SPESIFIKASI ALAT SHAKING TABLE

TIPE Fine Sand Deck


KAPASITAS:
PASIR KASAR 1 - 1.8 Ton/Jam
PASIR HALUS 0.5 - 1.0 Ton/Jam
LUMPUR 0.3 - 0.5 Ton/Jam
DIMENSI 4500 X 1850 X 1550 mm
UKURAN BUTIR ≤ 0.5 𝑚𝑚
MOTOR PENGGERAK + PULLEY
DAN GEARBOX HEADMOTION 1.1 KW
(DAYA MOTOR)
PONDASI MEJA Beton

30
31

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN KEMIRINGAN MEJA

Tabel B.1 Kemiringan Meja


No Kemiringan Meja (°)
1 1.11
2 1.03
3 1.00
Pengukuran sudut kemiringan meja dilakukan berdasarkan pada perbedaan
tinggi antara dua kaki meja yang pada salah satu kaki meja mengalami perubahan
setiap dilakukan pemutaran pada sekrup meja, sedangkan meja yang tidak
mengalami perubahan digunakan sebagai titik 0°.

Gambar B.1 Sekrup pengatur kemiringan meja

Sekrup tersebut apabila diputar ke arah kanan maka kemiringan meja akan
bertambah besar, sebaliknya apabila sekrup diputar ke arah kiri maka kemiringan
meja akan semakin kecil. Cara pengukuran sudut kemiringan meja : Melakukan
pemutaran sekrup yang terletak disamping meja ke arah kiri dengan melakukan satu
putaran penuh,kemudian baru dilakukan pengukuran tinggi kaki meja dengan
menggunakan alat bantu seperti meteran dan papan yang lurus. Papan yang lurus
32

digunakan sebagai alat bantu untuk titik 0 dasar meja dalam mengukur ketinggian
meja.

Gambar B.2 Sketsa Pengukuran ketinggian kaki meja A dan B

Berdasarkan sketsa di atas, dapat diukur berapa ketinggian masing-masing


kaki setelah dilakukan tiga kali uji coba sebagai berikut :

1. Uji coba 1
Tinggi kaki meja A titik 0 = 23 cm
Tinggi kaki meja B = 19,92 cm
2. Uji coba 2
Tinggi kaki meja A titik 0 = 23 cm
Tinggi kaki meja B = 20,2 cm
3. Uji coba 3
Tinggi kaki meja A titik 0 = 23 cm
Tinggi kaki meja B = 20,3 cm
4. PxLxT alat = 4500 x 1825 x 1525 mm

Berdasarkan data diatas dapat dihitung berapa derajat kemiringan meja


berdasarkan perbedaan tinggi kaki meja dengan menggunakan rumus pytagoras
sebagai berikut :
Rumus Pytagoras :

𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔


Tan = 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 Sin = 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 Cos = 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
33

1. Depan = 23 cm – 19,92 cm
= 3,08 cm
3,08 𝑐𝑚
Tan = 155 𝑐𝑚

= 0.0198
Arc Tan 0.0198 = 1.14°
2. Depan = 23 cm – 20 cm
= 3 cm
3 𝑐𝑚
Tan = 155 𝑐𝑚

= 0.0193
Arc Tan 0.0193 = 1.11°
3. Depan = 23 cm – 20.3 cm
= 2.7 cm
2.7 𝑐𝑚
Tan =
155 𝑐𝑚

= 0.0174
Arc Tan 0.0174 = 1.00°
34

LAMPIRAN C
PERHITUNGAN KECEPATAN AIR PENCUCI

Gambar C.1 Pengaturan Kecepatan Air Pencuci

Cara melakukan pengaturan kecepatan air pencuci dapat dilakukan dengan


cara memutar kran air pencuci seperti pada gambar C.1. Jika kran diputar ke arah
atas maka kecepatan akan semakin rendah, sebaliknya apabila kran diputar ke arah
bawah maka kecepatan akan semakin cepat.
Cara menghitung kecepatan air pencuci adalah dengan mengikat gabus
dengan tali rapiah sepanjang 1 meter dan biarkan terbawa arus air pencuci. Untuk
mengetahui berapa kecepatannya yaitu 1 meter dibagikan dengan waktu gabus
untuk sampai ujung tali rapiah.

Tabel C.1 Kecepatan Air Pencuci


No Kecepatan Air Pencuci (m/s)
1 0,68
2 0,83
3 1,04
35

LAMPIRAN D
PERHITUNGAN DEBIT FEED DAN DEBIT PRODUK

D.1 Perhitungan Debit Pada Kemiringan Meja


Tabel D.1 Debit feed dan Debit produk pada variabel kemiringan meja
PERBANDINGAN UJI 1 UJI 2 UJI 3
Debit Feed (kg/jam) 300
Debit
Debit Konsentrat
(kg/jam) 8,92 13,73 15,84
(kg/jam)

1. Uji 1 : Debit Konsentrat


• Debit 1 : 9 gram/5 detik
• Debit 2 : 12 gram/5detik
• Debit 3 : 14 gram/5 detik
• Debit 4 : 13 gram/5 detik
• Debit 5 : 14 gram/5 detik
Total = 62 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
12,4 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,0124
= 0,001389

= 8,92 kg/Jam
2. Uji 2 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 21 gram/5 detik
• Debit 2 : 19 gram/5detik
• Debit 3 : 17 gram/5 detik
• Debit 4 : 20 gram/5 detik
• Debit 5 : 19 gram/5 detik
Total = 96 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
19,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
36

0,0192
= 0,001389

= 13,73 kg/jam
3. Uji 3 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 25 gram/5 detik
• Debit 2 : 22 gram/5detik
• Debit 3 : 20 gram/5 detik
• Debit 4 : 22 gram/5 detik
• Debit 5 : 21 gram/5 detik
Total = 110 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
22 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,012
= 0,001389

= 15,84 kg/Jam

D.2 Perhitungan Debit Pada Kecepatan Air Pencuci


Tabel D.2 Debit feed dan Debit produk pada variable kecepatan air pencuci
PERBANDINGAN UJI 1 UJI 2 UJI 3
Debit Feed (kg/jam) 300
Debit
Debit Konsentrat
(kg/jam) 8,64 6,48 5,04
(kg/jam)

1. Uji 1 : Debit Konsentrat


• Debit 1 : 13,6 gram/5 detik
• Debit 2 : 10,3 gram/5detik
• Debit 3 : 12,3 gram/5 detik
• Debit 4 : 11,4 gram/5 detik
• Debit 5 : 12,4 gram/5 detik
Total = 60 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
12 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
37

0,012
= 0,001389

= 8,64 kg/Jam
2. Uji 2 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 8,6 gram/5 detik
• Debit 2 : 9,4 gram/5detik
• Debit 3 : 9,6 gram/5 detik
• Debit 4 : 8,1 gram/5 detik
• Debit 5 : 9,3 gram/5 detik
Total = 45 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
9 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,009
= 0,001389

= 6,48 kg/jam
3. Uji 3 : Debit Konsentrat
• Debit 1 : 7,5 gram/5 detik
• Debit 2 : 6,64 gram/5detik
• Debit 3 : 5,6 gram/5 detik
• Debit 4 : 7,4 gram/5 detik
• Debit 5 : 7,86 gram/5 detik
Total = 35 gram/5 detik
1 𝐾𝑔
35𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rata-rata = 1 𝐽𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,035
= 0,001389

= 5,04 kg/Jam
38

D.3 Perhitungan Debit Pada Variabel Kombinasi


Tabel D.3 Debit feed dan Debit produk pada variabel kombinasi
UJI UJI UJI Uji Uji Uji Uji Uji Uji
PERBANDINGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Debit Feed
300
(kg/jam)
Debit
Debit
(kg/jam)
Konsentrat 8,64 13,68 15,84 6,48 9,36 12,96 5,04 8,64 12,24
(kg/jam)

Uji 1 : Debit Konsentrat


1 𝑘𝑔
12 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,012
= 0,001389

= 8,64 kg/jam
Uji 2 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
19 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,019
=
0,001389

= 13,68 kg/jam
Uji 3 : Konsentrat
1 𝑘𝑔
22 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,022
= 0,001389

= 15,84 kg/jam
Uji 4 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
9 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,009
= 0,001389
39

= 6,48 kg/jam
Uji 5 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
13 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,013
= 0,001389

= 9,36 kg/jam
Uji 6 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
18 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,018
= 0,001389

= 12,96 kg/jam
Uji 7 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
7 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,007
= 0,001389

= 5,04 kg/jam
Uji 8 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
12 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,012
= 0,001389

= 8,64 kg/jam
Uji 9 : Debit Konsentrat
1 𝑘𝑔
17 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
Debit = 1 𝑗𝑎𝑚
5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

0,017
= 0,001389

= 12,24 kg/jam
40

LAMPIRAN E
PERHITUNGAN RECOVERY

E.1 Recovery Variabel Kemirigan Meja


Tabel E.1 Kadar dan Recovery Sn pada variabel kemiringan meja
Feed Konsentrat
Kemiringan Recovery
NO Debit Kadar Debit Kadar
(o) (%)
(Kg/jam) (%) (Kg/jam) (%)
1 1,11 6,73 55,3 62
2 1,11 300 2 8,92 51,6 76
3 1,00 15,84 22,7 60

Rumus Recovery :
𝐶.𝑐
R =𝐹.𝑓 𝑥 100%

Keterangan :
C : berat konsentrat
c : kadar Sn dalam konsentrat
F : berat umpan
f : kadar Sn dalam umpan

Uji 1 : Recovery
6,973.55,3
R= 𝑥 100%
300.2

= 62%
Uji 2 : Recovery
8,92.51,6
R= 𝑥 100%
300.2

= 76%
Uji 3 : Recovery
15,84.22,7
R= 𝑥 100%
300.2

= 60%
41

E.2 Recovery Variabel Kecepatan Air Pencuci


Tabel E.2 Kadar dan Recovery Sn pada variable kecepatan air pencuci
Kecepatan Feed Konsentrat
Air Recovery
NO Debit Kadar Debit Kadar
Pencuci (%)
(Kg/jam) (%) (Kg/jam) (%)
(m/s)
1 0,68 8,64 51,6 74
2 0,83 300 2 6,48 62 67
3 1,04 5,04 67,4 56

Rumus Recovery :
𝐶.𝑐
R= 𝑥 100%
𝐹.𝑓

Keterangan :
C : berat konsentrat
c : kadar Sn dalam konsentrat
F : berat umpan
f : kadar Sn dalam umpan

Uji 1 : Recovery
8,64.51,6
R= 𝑥 100%
300.2

= 74%
Uji 2 : Recovery
6,48.62
R= 𝑥 100%
300.2

= 67%
Uji 3 : Recovery
5,04.67,4
R= 𝑥 100%
300.2

= 56%
42

E.3 Kadar dan Recovery Variabel Kombinasi


Tabel E.3 Kadar dan Recovery Sn pada variable kombinasi
Kecepatan Feed Konsentrat
Air Kemiringan Recovery
No Debit Kadar Debit Kadar
Pencuci Meja (o) (%)
(kg/jam) (%) (kg/jam) (%)
(m/s)
1 0,68 1,14 6,73 55,3 62
2 0,68 1,11 8,92 51,6 76
3 0,68 1,00 15,84 22,7 60
4 0,83 1,14 6,48 64 69
5 0,83 1,11 300 2 7,36 61,6 75
6 0,83 1,00 12,96 22,6 48
7 1,04 1,14 5,04 67,4 56
8 1,04 1,11 8,64 51,8 74
9 1,04 1,00 12,24 38,63 78

Rumus Recovery :
𝐶.𝑐
R =𝐹.𝑓 𝑥 100%

Keterangan :
C : berat konsentrat
c : kadar Sn dalam konsentrat
F : berat umpan
f : kadar Sn dalam umpan

Uji 1 : Recovery
6,73.55,3
R= 𝑥 100%
300.2

= 62%
Uji 2 : Recovery
8,92.51,6
R= 𝑥 100%
300.2

= 76%
43

Uji 3 : Recovery
15,84.22,7
R= 𝑥 100%
300.2

= 60%
Uji 4 : Recovery
6,48.64
R= 𝑥 100%
300.2

= 69%
Uji 5 : Recovery
7,36.61,6
R= 𝑥 100%
300.2

= 75%
Uji 6 : Recovery
12,96.22,6
R= 𝑥 100%
300.2

= 48%
Uji 7 : Recovery
5,04.67,4
R= 𝑥 100%
300.2

= 56%
Uji 8 : Recovery
8,64.51,8
R= 𝑥 100%
300.2

= 74%
Uji 9 : Recovery
12,24.38,63
R= 𝑥 100%
300.2

= 78%
44

LAMPIRAN F
KEGIATAN PENELITIAN

Gambar F.1 Proses pengambilan sampel produk dengan cara menampung


konsentrat yang keluar dari pipa konsentrat dengan plastic sampel

Gambar F.2 Penimbangan sampel menggunakan timbangan digital


45

Gambar F.3 Tuas pengatur kemiringan meja

Gambar F.4 Kran pengatur kecepatan air pencuci


46

Gambar F.5 Penggunaan spliter untuk sampel feed

Gambar F.6 Pengambilan titik koordinat menggunakan GPS


47

Gambar F.7 Hasil titik koordinat pada GPS

Gambar F.8 Proses analisis dengan XRF Portable

Anda mungkin juga menyukai