PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
HARDUS PADENDENAN
201669020
Proposal Penelitian Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada
Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Disusun Oleh :
HARDUS PADENDENAN
201669020
Diperiksa Oleh :
Penyangga I Penyangga II
Disetujui Oleh :
Dosen Pengampu
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmatnya sehingga proposal penelitian ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan dalam
penuyempurnaan proposal ini.
Harapan penulis semoga proposal penelitian ini dapat menambah
pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dan para pembaca. Akhir kata semoga
proposal ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penulis
COVER
HALAMAN TUJUAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... x
DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................ xi
I JUDUL PENELITIAN .................................................................... 1
II LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
III PERMASALAHAN ........................................................................ 2
IV BATASAN MASALAH ................................................................. 2
V TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................... 3
5.1 Tujuan ........................................................................................ 3
5.2 Manfaat ...................................................................................... 3
VI HIPOTESIS ..................................................................................... 3
VII TINJAUAN REGIONAL ................................................................ 4
7.1 Fisiografi Regional .................................................................... 4
7.2 Stratigrafi Regional ................................................................... 5
7.3 Struktur Geologi Regional ......................................................... 8
VIII TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
8.1 Geomorfologi ............................................................................ 11
8.2 Petrologi .................................................................................... 19
8.3 Struktur Geologi ........................................................................ 36
8.4 Tsunami ..................................................................................... 50
8.5 Pengindraan Jauh dan ArcGis ................................................... 53
IX METODE PENELITIAN ................................................................ 56
9.1 Waktu dan Tempaat ................................................................... 56
i
DAFTAR TABEL
II LATAR BELAKANG
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan air laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan air laut
tersebut dapat dipicu oleh terjadinya gempa bumi, letusan gunung berapi bawah
laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Posisi Indonesia yang berada di antara tiga lempeng besar dunia yaitu Eurasia,
Indo-Australia dan Pasifik telah mengakibatkan Indonesia menjadi sangat rentan
terhadap bencana, salah satu bencana yang sering melanda Indonesia adalah
tsunami. Dari karakteristik geofisik tersebut, ancaman bahaya tsunami di tanah air
merupakan ancaman yang sangat serius, terlebih prediksi kapan terjadinya gempa
masih sangat sulit untuk diketahui, padahal sekitar 60 % penduduk Indonesia
bermukim di wilayah pesisir.
Manokwari merupakan salah satu kota pesisir yang pemah terlanda oleh
beberapa gelombang tsunami. Gempa bumi yang terjadi di Pulau Biak pada
tanggal 17 Februari 1996 telah melahirkan gel om bang tsunami setinggi 2 m,
sedikitnya 108 orang meninggal, meratakan 134 rumah penduduk di Manokwari,
menghancurkan 119 rumah, dan merusak ringan 144 rumah (Djunire, 2009). Pada
tanggal 10 Oktober 2002 gempa bumi terulang kembali, melahirkan tsunami dan
membawa korban 8 orang, 632 luka, dan 1000 rumah hancur (USGS, 2002),
menggenangi beberapa desalkampung di Manokwari, yaitu Wirsi, Anggrem,
Arkuki, Borobudur, Wosi, dan Maruni setinggi lebih dari 1 m, menghancurkan
daerah permukiman dan infrastruktur yang ada (Djunire, 2009). Sejak Manokwari
III PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi geologi pada daerah penelitian ?
2. Bagaimana merancang sistem informasi geografis yang bisa menampilkan
peta daerah kerentanan tsunami pada daerah penelitian ?
IV BATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka batasan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode geologi yang hendak digunakan adalah pengamatan permukaan
2. Penelitian hanya membasas daerah kerentanan tsunami berdasarkan
kajian geomorfologi berbasis SIG
VI HIPOTESIS
Indonesia merupakan negara yang lebih berpotensi terhadap gempa dan
tsunami mengingat lokasinya yang berada di pertemuan tiga lempeng besar
tektonik, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.
Dari karakteristik geofisik tersebut, Manokwari merupakan salah satu kota
pesisir yang pernah terlanda oleh beberapa gelombang tsunami, yaitu pada tahun
1996 dan tahun 2002 yang memakan banyak korban jiwa dan kerusakan
infrastruktur yang cukup signifikan, sehingga dapat diperkirakan bahwa
manokwari merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi tsunami, di Papua
Barat.
0
5. Ketektonikan kuarter
Keterdapatan endapan litoral Formasi Manokwari yang berumur
plistosen pada ketinggian sekitar 300 m diatas permukaan laut, di dekat
lembangan yang terisi bahan endapan tebal kuarter alluvium dan litoral
(Dataran Arfak) menunjukan pengangkatan berpewat yang besar selama
zaman kuarter. Gerakan ketektonikan Holosen ditunjukkan oleh undak
alluvium yang tertoreh tegak dan dibatasi oleh sesar dan kelurusan di
Dataran Arfak dan juga oleh terumbu koral terangkat. Di daerah yang
bergunung di bagian baratdaya, alur sungai yang lurus-lurus dengan batas
yang tajam, gawir sesar, dan sangat seringnya terjadi longsoran juga
merupakan hasil ketektonikan Upakini.
1
a. Morfografi
Morfografi adalah aspek deskriptif geomorfologi dari suatu daerah
seperti dataran, perbukitan, pegunungan dan plato.
b. Morfometri
Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu daerah yang
menunjukkan kenampakan beda tinggi suatu tempat dengan tempat yang
lainnya pada suatu daerah dan juga curam landainya lereng yang
disebabkan oleh perbedaan proses geologi baik endogen maupun
eksogen di daerah tersebut serta litologi dan tingkat resistensi batuan
penyusun daerah tersebut.
2. Morfogenesis (Morphogenesis)
Morfogenesis adalah asal dan perkembangan bentuk lahan, proses
yang membentuknya dan yang bekerja padanya. Bentuk lahan adalah bagian
dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografi khas, akibat pengaruh
kuat dari proses eksogen dan proses endogen pada material batuan dalam
ruang dan waktu kronologis tertentu. Pada Klasifikasi Van Zuidam 1983
bentuk lahan dapat dibedakan menjadi delapan kelas (Tabel 8.1)
Morfogenesis dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Morfostruktur pasif
Morfostruktur pasif adalah litologi, baik tipe batuan maupun
struktur batuan yang berhubungan dengan dedudasional seperti mesa,
kuaste, hogback dan kubah.
b. Morfostruktur aktif
Morfostruktur aktif adalah proses dinamika endogen yang meliputi
volkanisme, tektonik lipatan dan sesar, seperti gunungapi, punggungan
antiklin dan gawir sesar.
c. Morfodinamika
Morfodinamika adalah dinamika eksogen yang berhubungan dengan
angin, air, gerak es dan gerakan massa. Seperti gumuk, punggungan
pantai.
2
Tabel 8.1 Klasifikasi unit geomorfologi bentuk lahan (van Zuidam, 1983)
3. Morfokronologi
Morfokronologi yaitu untuk mengetahui tingkat kedewasaan suatu
bentang alam yang saling berhubungan. Contoh teras sungai muda dan teras
sungai tua, pematang pantai muda dan pematang pantai tua.
4. Morfoaransemen
Moroaransemen adalah susunan serta hubungan bentuk lahan dan
proses pembentuknya. Pembagian satuan geomorfologi suatu daerah
ditentukan melalui analisis pada peta topografi dengan melihat pola-pola
kontur dan kemudian melakukan sayatan morfometri pada peta topografi
dan pengamatan data lapangan untuk mengetahui morfogenesa suatu
bentang alam.
Pewarnaan peta geomorologi, untuk membedakan baik itu satuan
asalnya maupun bentuk lahannya dengan menggunakan dasar pewarnaan.
Pembagian morfogenesa didasarkan atas material penyusun dan proses
geologi yang mempengaruhi pembentukan bentuk lahan Aspek genetic
menggambarkan asal usul pembentukan dan perkembangan morfologi serta
proses proses yang bekerja.
3
Aspek relief (morfologi) menunjukkan gambaran umum relief daerah
yang terdiri dari aspek deskriptif seperti dataran, perbukitan serta aspek
morfometri yaitu berupa besar sudut lereng dan ketinggian. Klasifikasi relief
berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (Van Zuidam—Cancelado, 1979).
Penentuan relie dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(𝑁−1)𝑥 𝐼𝐾 Keterangan : …………………………….(8.1)
𝛽 x 100%
𝐽 𝑥 𝑆𝑃
𝛽 : Sudut Lereng
N : Jumlah Kontur
IK : Interval Kontur
J : Jarak Horizontal Garis Sayatan (J x SP)
Konversi ke (m)
SP : Skala Peta
Tabel 8.2 Klasifikasi relief berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (van Zuidam-Cancelado, 1979)
4
Tabel 8.3 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional,(van Zuidam, 1983)
5
Tidak teratur, lereng menengah curam,
Area with several mass to-pografi bergelombang-berbukit,
D11
movement tersayat menengah (slides, slump, and
flows).
Topografi dengan lereng curam-sangat
D12 Badlands
curam, tersayat menengah.
Tabel 8.4 Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial (van Zuidam, 1983)
6
Topografi datar tidak teratur lemah, oleh
F9 Fluvial-deltaic karena banjir dan peninggian dasar oleh
fluvial, dan pengaruh marine.
7
e. Radial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar
dari satu titik pusat, biasanya mencirikan daerah gunungapi atau kubah.
f. Annular, bentuknya melingkar mengikuti batuan lunak suatu kubah
yang tererosi puncaknya atau struktur basin dan mungkin intrusi stock,
bertipe subsekuen, cabangnya dapat obsekuen atau resekuen.
g. Multibasinal, pola yang terbentuk oleh banyaknya cekungan-cekungan
atau danau-danau kecil, biasanya terbentuk pada daerah rawa atau karst
topografi.
h. Contorted, merupakan pola yang berbentuk tidak beraturan kadang
terlihat ada pola trellis. Biasanya berkembang di daerah metamorf yang
bertekstur kasar, batuan beku atau pada batuan berlapis yang memiliki
resistensi yang sama.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat erosi sungai adalah tingkat
resistensi batuan terhadap pelapukan dan erosi, kemiringan lereng, iklim,
tingkat ketebalan vegetasi, aktivitas organisme, waktu dan permeabilitas
batuan. Menurut Lobeck (1939) stadia daerah dapat dikelompokkan
menjadi 4 yaitu:
a. Stadia muda, dicirikan dengan keadaan permukaan yang masih rata,
pada umumnya sedikit sekali sungai serta susunan stratigrafinya relatif
teratur serta lembahnya sempit dan dangkal, gradient sungai besar, arus
sungai deras, lembah berbentuk V, erosi vertical lebih besar dari pada
erosi lateral, dijumpai air terjun dan kadang-kadang danau.
b. Stadia dewasa, dicirikan dengan lembah yang besar dan dalam,
reliefnya relatif curam, stratigrafinyaa sudah kacau serta proses erosi
yang dominan, gradient sungai sedang, aliran sungai berkelok-kelok
atau meander, tidak dijumpai air terjun maupun danau, erosi vertikal
berimbang dengaan erosi lateral, lembahnya berbentuk V.
c. Stadia tua, dicirikan oleh erosi lateral lebih kuat dari pada vertikal,
lembah sungai lebar dan dangkal, tak dijumpai meander lagi, terbentuk
pulau-pulau tapal kuda, arus sungai tidak kuat.
d. Stadia rejuvenation (muda kembali), dicirikan dengan perkembangan
permukaan yang relatif datar kembali dan terlihat adanya perajangan
sungai kembali.
8.2. Petrologi
Petrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk
kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi
batuan dan hubungan dengan proses-proses dan sejarah geologinya.
Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi dan
merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur.
Tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan
hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi batuan.
Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara
genesa dapat dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :
9
Gambar 8.2 Jantera batuan (Sukendar Asikin, 1976)
(Sumber : Modul Mineralogi dan Petrologi, Hal. 29)
0
B. Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (Hughes ,
1962 ), dan dibagi dalam empat golongan , yaitu :
Batuan beku asam , bila batuan beku tersebut mengandung
lebih 66 % SiO2.Contoh batuan ini Granit dan Riolit.
Batuan beku menengah atau Intermediet, bila batuan tersebut
mengandung 52% -66% SiO2.Contoh batuan ini adalah Diorit
dan Andesit.
Batuan beku basa, bila batuan tersebut mengandung 45% -
52% SiO2. Contoh batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung
kurang dari 45% SiO2 . Contoh batuan tersebut adalah Peridotit
dan Dunit.
1
Batuan ekstrusi, terdiri dari semua material yang dikeluarkan
kepermukaan bumi baik di daratan ataupun dibawah permukaan
laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada yang bersifat
encer atau bersifat kental dan panas biasa disebut lava.
Batuan intrusi, sangat berbeda dengan batuan ektrusi. Tiga
prinsip tipe bentuk intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar
dan geometri adalah:
Bentuk tidak beraturan, pada umumnya diskordan dan
biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan
(Batholite dan Stock).
Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda.
Yang mempunyai bentuk diskordan (memotong batuan)
disebut korok/dyke, dan yang berbentuk konkordan
(merobos sejajar dengan batuan) diantaranya sill dan
lakolit.
Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang
kecil. Bentuk khas dari grup ini adalah intrusi silinder
atau pipa.
Kenampakan masing-masing tipe terobosan batuan beku dapat
dilihat pada Gambar 8.4
2
Gambar 8.4 Tipe-tipe batuan terobosan
(Sumber : Modul Mineralogi dan Petrologi, Hal. 86)
3
d. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnnya).
e. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh
mineralmineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam
silika.
f. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen
batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini
terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan
samping di dalam magma yang menerobos.
g. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-
fragmen dari lava itu sendiri.
2. Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau
mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan.
Selama pembentukan tekstur dipengarui oleh kecepatan dan stadia
kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,
kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut
merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini
tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity),
ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982;
Huang, 1962).
a. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa
kristal dan masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu :
Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa
kristal
Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan
gelas
Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusum oleh masa
gelas
4
b. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku,
dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan
mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua
kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat
halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan
menjadi ukuranukuran :
Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
c. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal
dalam suatu batuan.
Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral
mempunyai bidang kristal yang sempurna
Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral
dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna
Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral
dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang tidak sempurna
Secara tiga dimensi dikenal :
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga
dimensinya sama panjang.
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang
dari satu dimensi lain.
Proposal Metodologi Penelitian 2
5
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam
suatu batuan dari ukuran dikenal :
Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral
mempunyai ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari:
- Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineral berukuran seragam dan euhedral. Bentuk
butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral
yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan
mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas
sehingga mineralmineral tersebut sampai membentuk
kristal secara sempurna.
- Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral.
Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang
sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat
mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang
tersedia sudah tidak memadai untuk memadai untuk
dapat membentuk kristal secara sempurna.
- Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral.
Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali
merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat mineral -
mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi
rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk
paling akhir dari rangkaian proses pembentukan
batuan beku.
Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran
butir tidak sama, antara lain terdiri dari :
6
- Porfiritik , adalah tekstur batuan beku dimana kristal
besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar kristal
yang lebih halus.
- Vitroverik , apabila fenokris tertanam dalam masa
dasar berupa gelas.
3. Komposisi Mineral
Menurut Walker T. Huang (1962), komposisi mineral dikelompokkan
menjadi tiga kelompok mineral yaitu :
a. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma
dan kehadirannya sangat menentukkan dalam penamaan batuan.
Mineral felsic (mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata
2,5-2,7), yaitu :
Kuarsa ( SiO2 )
Kelompok felspar, terdiri dari seri felspar alkali (K, Na)
AlSi3O8. Seri felspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas,
anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri
dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, biwtonit dan
anortit.
Kelompok felspatoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari
nefelin, sodalit, leusit.
Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna
gelap dan densitas rata-rata 3,0-3,6), yaitu :
Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite
Kelompok piroksen, terdiri dari enstatite, hiperstein,
augit, pigeonit, diopsid.
Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit.
Kelompok Amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit,
hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.
7
b. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat
dari hasil pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap
mineral-mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tidak
ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat
terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya
terbentuk dari hasil ubahan mineral mafik (terutama kelompok
olivin dan piroksen).
Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk
dari hasil ubahan mineral kelompok plagioklas.
Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan
sebagai hasil pelapukan batuan beku.
c. Mineral Tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi
magma, umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam golongan
ini antara lain Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit,
Apatit dan lain-lain.
8
Diagram 8.1 Diagram Alir Deskripsi Batuan Beku
(Sumber : Modul Praktikum Petrologi 2015, Hal. 14)
9
yang Kristalin, umumnya monomineralik dan tergolong ke dalam batuan
Sedimen Non Klastik seperti rijang, kalsit, gipsum, dll.
a. Penggolongan Batuan Sedimen
Penggolongan batuan sedimen telah dikemukakan oleh beberapa
ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskripsi antara lain oleh Pettijon,
1975 dan W.T. Huang, 1962. Yang membagi batuan sedimen dalam dua
golongan yaitu:
1. Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendapan kembali
rombakan atau pecahan batuan asal, baik yang berasal dari batuan
beku, batuan metamorf/ubahan maupun batuan sedimen itu sendiri
yang lebih tua. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari
pelapukan mekanis (disintegrasi) amupun secara kimiawi
(dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu
cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen
mengalami proses diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang
berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama
dan sesudah lithifikasi ini merupakan suatu proses yang merubah
suatu sedimen menjadi batuan keras.
2. Batuan sedimen Non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk
dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari
agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement). Lihat juga
klasifikasi Pettijhon,1975, Folk,1954, Shepard,1954.
b. Pemerian Batuan Sedimen Klastik
Pemerian batuan sedimen klastik terutama didasarkan pada tekstur,
komposisi mineral dan struktur.
1. Tekstur
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran
dan bentuk butir serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun
dan terikat oleh semen disamping masih didapati rongga diantaranya.
0
Pembentukan tekstur dikontrol oleh media dan cara transportasinya
(Jackson, 1970). Pembahasan tekstur meliputi :
2. Ukuran butir (grain size)
Pemerian ukuran butir didasarkan oleh pembagian besar butir yang
disampaikan oleh wentworth, 1922, seperti dibawah ini :
1
sedimen klastik sedang sampai kasar. Ada lima variasi tingkat
kebundaran atau keruncingan, yaitu :
Membundar sempurna (well rounded), hampir semua
permukaan cembung atau equidimensional.
Membundar (rounded), pada umumnya permukaan-permukaan
butiran bundar, ujung-ujung dan tepi butiran lengkung.
Agak membundar (subrounded), permukaan umumnya datar
dengan ujung-ujung yang membundar.
Agak menyudut (sub angular), mempunyai permukaan secara
umum datar dengan ujung-ujungnya tajam.
Menyudut (angular), mempunyai permukaan kasar dengan
ujung-ujung butiran tajam dan meruncing.
5. Kemas (fabric)
Kemas mempunyai makna seberapa banyak rongga di antara butiran
masih di dapatkan. Sedimen yang terkemas secara baik, tertutup
berarti semakin sedikit rongga yang tersisa di antara butiran. Atau
sebaliknya kemass terbuka mempunyai kecenderungan masih
menyisakan rongga di antara butiran.
6. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu:
Fragmen, adalah bagian butiran yang ukuran lebih besar, dapat
berupa pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang dan zat
organik.
Matrik, bagian batuan yang berupa butiran berukuran lebih kecil
dari pada fragmen dan terletak diantaranya sebagai masa dasar.
Matrik juga dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
Semen, merupakan material pengisi rongga antar butiran batuan
dan bahan pengikat antar komponen batuan sedimen.
7. Struktur
Struktur sedimen merupakan perlapisan normal dari batuan sedimen
yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
2
pembentuknya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu
pengendapan maupun setelah proses pengendapan (Pettijohn &
Potter, 1964; Koesoemadinata 1981).
Macam-macam perlapisan :
Massif, bila tidak menunjukkan struktur dalam batuan (Pettijohn &
Potter, 1964) atau ketebalan lebih dari 120 cm. (Mc. Kee & Weir,
1953)
Perlapisan sejajar, bila bidang pelapisannya saling sejajar.
Laminasi, termasuk perlapisan sejajar dengan ukuran kurang dari 1
cm. Terbetuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah
teratur dari halus ke kasar pada arah vertical, terbentuk dari arus pekat.
Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap
bidang lapisan yang berada di atas atau dibawahnya dan dipisahkan
oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.
8.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang merupakan produk dari proses
metamorfisme (perubahan) dari batuan yang telah ada sebelumnya, yang
karena proses metamorfisme mengalami perubahan, baik tekstur maupun
komposisi mineralogi.
a. Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang dilihat berdasarkan
pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral dan individu penyusun
batuan metamorf.
Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfisme, tekstur
batuan metamorf dibagi menjadi:
1. Kristaloblastik, merupakan teksur pada batuan metamorf yang
terbentuk oleh sebab proses metamorfisme itu sendiri. Dicirikan
dengan tidak terlihatkan tekstur asalnya.
2. Relict, merupakan tekstur pada batuan metamorf yang masih
menunjukkan sisa tekstur dari batuan asalnya.
3
Tekstur berdasarkan Bentuk Mineral. tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
1. Lepidoblastik, yaitu tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh
mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar.
2. Granoblastik, yaitu tekstur yang terdiri dari mineral-mineral yang
membentuk butiran seragam.
3. Nematoblastik, yaitu tekstu yang terdiri dari mineral-mineral
berbentuk prismatik menjarum yang memperlihatkan orientasi
sejajar.
4. Porfiroblastik, yaitu tekstur dimana suatu kristal besar tertanam
pada masa dasar yang relatif halus.
b. Struktur
Secara umum, struktur batuan metamorf terdiri atas foliasi dan non-
foliasi.
1. Foliasi
Foliasi adalah struktur pararel yang ditimbulkan oleh mineral-
mineral pipih sebagai akibat proses metamorfosa. Foliasi ini
meskipun tidak sempurna, dapat memperlihatkan mineral-mineral
prismatik yang menunjukkan orientasi tertentu.
2. Non-Foliasi
Struktur non-foliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan
adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf.
c. Klasifikasi dan Penamaan Batuan Metamorf
Kebanyakan penamaan batuan metamorf didasarkan pada
kenampakan struktur dan teksturnya serta beberapa nama batuan juga
didasarkan pada jenis penyusun utamanya atau dapat pula dinamakan
berdasarkan fasies metamorfismenya.
Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan
metamorf yang lainnya yang banyak dikenal antara lain:
1. Amphibolit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai
kasar dan mineral utama penyusunnya adalah ampfibol (hornblende)
4
dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral
prismatiknya terorientasi.
2. Eclogit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai
kasar dan mineral utama penyusunnya adalah piroksen ompasit
(diopsid kaya sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
3. Granulit, yaitu batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang
tersusun oleh mineral utama kuarsa dan feldspar serta sedikit piroksen
dan garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan
struktur Gneissic.
4. Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya
hampir semuanya berupa mineral kelompok serpentin.
5. Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat
(kalsit atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
6. Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80 %
kuarsa.
7. Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama
talk.
Tabel 8.6 Klasifikasi Batuan Metamorf berdasarkan W.T. Huang (1962)
5
Kontak
N Bituminous
Karbon atau Anthracite Coal
O Coal
Regional
N
Kuarsa, Kontak
fragmen atau Conglomerate Metaconglomerate
F
batuan Regional
O
Kontak
L
Kalsit atau Limestone Marble
I
Regional
A
Kontak
S
Kuarsa atau Sandstone Quartzite
I
Regional
6
Gambar 8.5 Struktur batuan beku (Dyke, sill, laccoliths, batholith)
(Sumber : Slide.ly/buzz/view/f36cad51682b6b73d23fc65ab50e1423)
Pillow basalt adalah lava basatik (hasil dari ekstrusi magma) yang
membentuk gumpalan yang sangat banyak hingga menjadi
tumpukan besar di bawah laut.
7
Gambar 8.7 Struktur batuan beku (Columnar joimt)
(Sumber : https://www.popularmechanics.com/science/environment/a19754974/devils-
postpile-giants-causeway-how-they-form/)
8
Mud crack adalah struktur yang terbentuk di permukaan batuan
sedimen akibat adanya pengeringan lumpur sehingga menyebabkan
retakan lumpur yang berbentuk susunan poligon.
9
Parallel lamination adalah struktur yang terbentuk pada tubuh
lapisan batuan sedimen yang memiliki ketebalan lapisan < 1 cm.
0
3. Struktur pada batuan Metamorf terdiri dari :
Slaty cleavage adalah tipe struktur yang menunjukkan belahan
kontinyu dimana individu butiran kristal terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata telanjang. Contoh batuan: Slate.
1
seluruh batuan maupun membentuk zona berulang dengan jarak
antar zonanya kecil, beberapa sentimeter atau kurang. Contoh
batuan: Sekis
2
fragmen litik yang memiliki komposisi yang sama dengan komposisi
matriksnya. Contoh batuan: Mylonite.
b. Struktur Sekunder
Struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk setelah terbentuknya
batuan. Struktur sekunder terdiri dari :
1. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat
suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami
pergeseran. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai
berikut :
Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk
pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya
utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan
arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
Extension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
3
Gambar 8.18 Shear Joint & Tension Joint
(sumber : https://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/penelusuranInformasi/File-Pdf/geologi-
struktur.pdf )
2. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua,
yaitu :
Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas.
4
Lipatan Antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas
berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya.
5
Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
6
Gambar 8.24 Lipatan Klin Bands
(Sumber : https://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/penelusuranInformasi/
File-Pdf/geologi-struktur.pdf)
3. Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami
pergeseran. Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung
pada arah relatif pergeserannya.
Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan
tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas di mana hanging
wall block telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah
terhadap footwall block.
7
Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional
horisontal pada batuan yang bersifat retas, di mana hanging wall
block berpindah relatif ke arah atas terhadap footwall block dengan
sudut patahan > 45°.
Thrust Fault adalah patahan reverse faul” yang sudut patahannya <
45°. Pergeseran dari sesar Thrust fault dapat mencapai hingga
ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua
dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.
8
Strike slip Fault adalah jenis patahan yang pergerakannya parallel
atau horisontal. Patahan jenis ini terbagi menjadi dua yaitu Left-
lateral strike-slip fault (Dekstral) merupkan patahan horizontal yang
bergerak ke arah kiri dan Right-lateral strike-slip fault (Sinistral)
adalah patahan horisontal yang bergerak ke arah kanan.
9
8.5. Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu berarti "pelabuhan", dan nami
pelabuhan" Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang karena
panjang gelombang tsunami sangat besar pada saat berada di tengah laut, para
0
- Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
- Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
- Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
- Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan
gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan
besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat
memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi,
letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun
juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah
permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat
dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu
untuk membangkitkan tsunami. Tsunami dapat terbentuk manakala lantai
samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada
di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi,
kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut
subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk
menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah
lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
B. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa
vulkanik (gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi
pada tahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada
di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang
beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai
ancaman ini.
1
C. Longsor bawah laut
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung
laut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal
dengan nama tsunamic submarine landslide.
D. Hantaman Meteor di Laut
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab
terjadinya tsunami.
8.5.2. Upaya Meringankan Bahaya Tsunami
Banyaknya korban jiwa karena tsunami diseabkan banyak faktor
seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gempa dan tsunami,
terbatasnya peralatan, peramalan, peringatan dini dan masih banyak lagi.
Untuk mengurangi bahaya bencana tsunami diperlukan perhatian khusus
teradap 3 hal yaitu:
1. Srtuktur Pantai
Didaerah pantai dimana gempa biasa teradi sabaiknya dibangun
struktur bangunan penahan ombak berupa dinding pantai yang
merupakaan bangunan pertahanan terhadap tsunami. Jika ketinggian
tsunami melebihi 5 meter, prasarana ini kurang begitu berungsi. Pohon-
pohon pantai seperti tanaman bakau juga cukup efektif untuk mereduksi
energi tsunami, terutama dengan ketinggian luring dari 3 meter.
2. Pemetaam Wilayah
Korban terbanyak bencana tsunami adalah perkampungan padat di
daerah pantai disamping daerah wisata pantai cara paling efektif
mengurangi korban bahaya tsunami adalah dengan memindahkan
wilayah pemukiman pantai ke daerah bebas tsunami (tsunami-free
area). Menurut catatan sudah banyak peristiwa tsunami yang menyapu
habis pemukiman nelayan disekitar pantai mereka terperangkap dan
tidak sempat menyelamatkan diri ketika tsunami datang. Kedatangan
tsunami yang begitu cepat sangat tidak memungkinkan penduduk di
daerah pesisir pantai untuk meloloskan diri perkiraan tentang daerah
2
penggenangan tsunami (tsunami inundation area) diperlukan untuk
merancang daerah pemukiman yang aman bagi penduduk.
3. Sistem yang Terpadu
Sistem pencegahan tsunami (tsunami prevention system) akan meliputi
hal-hal sebagai berikut: peramalan, peringatan evakuasi, pendidikan
masyarakat latihan, kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana,
dan kesigapan paska bencana.
8.6. Pengindraan Jauh dan ArcGis
8.6.1. Pengindraan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu, seni dan Teknik untuk mengumpulkan
informasi taentang obyek dan gejala denagan alat perekam tanpa kontak
fisik dengan obyek dan gejala tersebut. Alat perekam tersebut meliputi
kamera, detektor inframerah, scenner, penerima frekuensi gelombang mikro
dan system radar (Bates dan Jackson, 1987 : 560, Lillesand dan Kiefer,
1979).
Keadaan yang dapat dimati terutama keadaaan geomorfologi litologi
dan struktur geeologi dengan mengetahui keadaan geologi tersebut maka
akan dapat diketahui pula keaddaan geologi yang alain seperti stratigraafi,
hidrogeologi, lingkungan geologi, dan saebagainya
A. Pembagian Citra Pengindraan Jauh
Dalam interpretasi geologi yang biasa digunakan adalah :
1. Foto Udara
2. Citra Lansat
B. Aplikasi Dalam Bidang Geologi
I1mu penginderaan jarak jauh merupakan suatu awal dalam
melakukan suatu kegiatan explorasi pada suatu daerah_ Penginderaan
jarak jauh juga sangat memhantu para geologist dalam pengambilan data
di lapangan, hal ini dikarenakan ilmu penginderaan jarak jauh dapat
memberikan hampir data suatu daerah tanpa langsung terjun kelapangan.
Dalam ilmu kebumian aplikasi pengindraan jarak jauh dapat dikategorikan
dalam beberapa kategori yaitu. Aplikasi untuk atmosfer, hidrosfer, litosfer,
3
geosfer, hiosfer, lingkungan, kriosfer, dan sistem pengumpulan data.
Bidang bahasannya sangat bervariasi sesuai dengan disiplin ilmu
kebumian, antara lain Archeology. Antrophology, Kartografy, Geology
(survei, sumber daya mineral), tataguna lahan (perkotaaan, pertanian,
survei tanah, kelembapan tanah dan evaxotranspirmsi, prediksi hasil,
infentarisasi hutan), teknik sipil (studi lokasi, samber daya air), studi pantai
(erosi, perubahan garis pantai, batimetri, sedimentasi pemantauan
pencemaran)
8.6.2. ArcGis
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI
(Environment Science & Research Institue) yang merupakan kompilasi
fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS
desktop, server, dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI
Pada tahun 2000. Produk Utama Dari ARCGIS adalah ARCGIS desktop,
dimana arcgis desktop merupakan software GIS professional yang
komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu : ArcView
(komponen yang focus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan
dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial) dan
ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk
keperluan analisi geoprosesing) Software ArcGIS pertama kali
diperkenalkan kepada publik oleh ESRI pada tahun 1999, yaitu dengan kode
versi 8.0 (ArcGIS 8.0).
A. Komponen ArcGis
ArcGIS Desktop sendiri terdiri atas 5 applikasi dasar yaitu:
1. Aplikasi ArcMap
2. Aplikasi ArcCatalog
3. Aplikasi ArcToolbox
4. Aplikasi ArcGlobe
5. Aplikasi ArcScene
4
B. Keunggulan ArcGis
ArcGIS itu sangat berguna dalam berbagai bidang kehidupan dan lebih
unggul daripada sistem informasi biasa. Misalnya :
1. Pelayanan kesehatan contohnya dapat mengembangkan sebentuk peta
ilustrasi sehingga dapat memudahkan user untuk membuat peta dalam
suatu wilayah yang mengilustrasikan distribusi atau penyebaran terhadap
suatu penyakit, kematian bayi, dsb.
2. Dalam bidang agriculture : user dapat mengetahui bagaimana cara untuk
meningkatakan suatu produksi berdasarkan data yang ada.
3. Dalam bidang marketing sehingga kita dapat cara meningkatakan/
mengoptimalisasikan pemasaran.
4. Dalam bidang Geografi : Misalnya kita dapat mengetahui lokasi rawan
yang terjadi dari bencana alam.
Dengan adanya GIS maka akan mempermudah user untuk
menganalisis, mencari suatu informasi serta membantu user dalam
pengambilan keputusan berdasarkan data/ fakta yang terjadi. GIS juga dapat
menghasilkan data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan
sebenarnya dengan cepat dan dalam. GIS juga merupakan kesatuan sistem
yang terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer
dan perangkat lunaknya saja, tetapi harus tersedianya data geografis yang.
Data yang ditangani GIS merupakan data spasial, yaitu sebuah data yang
memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan
mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data yang
lain. GIS dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengolahan sumber
daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
IX Metode Penelitian
Metode penelitian dihadirkan agar penelitian yang dilakukan memiliki
tahapan-tahapan penelitian yang jelas dan teratur, sehingga tahapan yang
dilakukan selama penelitian dapat mencapai apa yang diharapkan dari tujuan
penelitian tersebut.
5
Berdasarkan tujuan penellitian maka metodologi penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Geografis yaitu metode pengindraan
jauh menggunakan data SRTM dan Citra dari Google Earth tahun 2019 yang di
unduh secara gratis dari internet yang dipakai untuk interpretasi visual
monoskopik geomorologis sebagai pembanding serta dilakuakan analisis
bentuklahan (landform) terutama dari aspek morfogenesis untuk mengetahui
kerentanan tsunami dan aspek morfometri.
6
Sawaibu dan teluk Wosi yang menghubungkan Ke Samudera Pasifik,
Secara Geografis lokasi penelitian terletak pada koordinat 134° 2’ 00’’ -
134° 8’ 00’’ BT dan 0° 51’ 00’’ - 0° 55’00’’ LS.
7
3. Data spasial daerah Manokwari
4. Foto Udara (Google Earth)
5. Sotware ArcGis 10.4.1
6. Software Global Mapper19
7. Kertas HVS A4
8. Reverensi Penelitian (Jurnal)
9.3. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai target yang maksimal dalam kegiatan penelitian dan
penyusunan proposal ini maka dilakukan beberapa prosedur atau tahapan
penelitan sistematis dan terencana yang terdiri atas:
9.3.1. Tahapan Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan pendahuluan sebelum melakukan
pengambilan data lapangan dan pemetaan detail. Adapun tahap persiapan
ini terdiri atas beberapa sub tahapan kegiatan, yaitu :
1. Tahap Pembuatan Proposal Penelitian
Tahap ini meliputi kegiatan pembuatan proposal penelitian kepada
pihak Jurusan Teknik Geologi Universitas Papua, dimana proposal ini
sebagai syarat kelulusan pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
2. Tahap Studi Pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan sebelum melakukan
penelitian dan pengambilan data di lapangan, meliputi studi pustaka dan
studi regional daerah penelitian untuk mengetahui gambaran umum
tentang data geologi pada daerah penelitian. Studi pendahuluan ini juga
termasuk studi literatur yaitu untuk menginterpretasi visual geomorologi
melalui data pengindraan jauh foto udara hitam-putih pankromatik,
menggunakan stereoskop cermin, sehingga mempermudah dalam
kegiatan penelitian.
3. Tahap Persiapan Perlengkapan Lapangan
Tahap persiapan perlengkapan ini meliputi persiapan kelengkapan
alat alat yang akan digunakan dalam penelitian di lapangan.
8
9.3.2. Tahapan Pengambilan Data Lapangan
Dalam pengambilan data lapangan terdiri atas 2 jenis data yang
digunakan antara lain :
a. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan
terhadap objek penelitian meliputi pengamatan geologi, geomorfologi,
dan aktifitas manusia, dll.
b. Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dari pustaka, baik
berupa peta ataupun data-data geospasial yang berhubungan langsung
dengan tujuan penelitian meliputi peta geologi, data SRTM, Citra
Satelit, dll.
9.3.3. Tahapan Pengolahan Data dan Analisis data
a. Tahapan pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian analisis
data lapangan baik data primer maupun data sekunder, yang dilakukan
dengan metode sederhana, melalui pembobotan dan scoring dari
parameter-paremeter yang dinilai meliputi ketinggian lahan (elevasi),
jarak dari garis pantai dan kerentatan bentuk lahan.
b. Analisis data menggunakan analisis megaskopis (petrologi)
berdasarkan penentuan nama fasies batuan karbonat menggunakan
klasifikasi Embry & Klovan (1971) dan penentuan fasies lingkungan
pengendapan menurut James, (1979) dalam Flugel, (2004), serta
meliputi pembuatan peta lokasi penelitian, dan pembuatan proposal
penelitian.
9.3.4. Tahapan Kesimpulan
Setelah didapatkan hasil, kemudian menentukan kesimpulan. Lalu
hipotesis yang telah ada kemudian ditinjau kembali apakah benar atau
tidak sesuai dengan kesimpulan yang ada.
9
DAERAH KERENTANA TSUNAMI,
KABUPATEN MANOKWARI
STUDI PUSTAKA
STUDI REGIONAL
- Petrologi
- Fisiografi
- Struktur Geologi
- Stratigrafi
- Geomorfologi
- Struktur
- Tsunami dan SIG
HIPOTESIS/INTERPRETASI
RENTAN TSUNAMI
Atau Benar/Salah
TIDAK RENTAN
TSUNAMI
KESIMPULAN
0
geomorfologis menggunakan stereoskop cermin. Data SRTM dan Citra
Google Erath juga dipakai untuk interpretasi visual monoskopik
geomorfologis sebagai pembanding.
9.5. Pengolahan dan Analisis Data
9.5.1. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian analisis data
lapangan baik data primer maupun data sekunder, yang dilakukan dengan
metode sederhana, melalui pembobotan dan scoring dari parameter-
paremeter yang dinilai meliputi ketinggian lahan (elevasi), jarak dari garis
pantai dan kerentatan bentuk lahan.
9.5.2. Analisis Data
Penilaian bahaya tsunami dilakukan melalui analisis bentuklahan
(landform) terutama dari aspek morfogenisis untuk mengetahui kerentanan
dan aspek morfometri. Kajian ini dilengkapi dengan observasi lapangan
untuk mengecek hasil interpretasi dan menetukan titik-titik GPS genangan
tsunami yang pernah dicapai dari kejadian terakhir. Penentuan tingkat
bahaya tsunami dilakuakan dengan metode sederhana, melalui pembobotan
dan skoring dari parameter-parameter yang dinilai yaitu elevasi dan jarak
dari garis pantai serta kerentanan bentuklahan.
Dari semua data yang sudah dikumpulkan baik dari data primer
maupun data sekunder yang telah dianalisis sehingga nantinya
menghasilkan peta geologi, peta ketinggian lahan, peta buffer jarak dari
garis pantai, dan peta bentuk lahan yang rentan tsunami yang selanjutnya
dinilai kerentanan tsunami didasarkan pada rumus berikut :
H = E + D + L dimana, …………………………………(9.1)
E = (W1 x S1)
D = (W2 x S2)
L = (W3 x S3)
1
Keterangan : H : Bahaya Tsunami
E : Ketinggian Tempat (Elevasi)
D : Jarak Dari Garis Pantai
L : Bentuk Lahan (Kerentanan)
W1 : Bobot Untuk Elevasi
W2 : Bobot Untuk Jarak Dari Garis Pantai
W3 : Bobot Untuk Kerentanan Bentuk Lahan
S1 : Skor Untuk Elevasi
S2 : Skor Untuk Jarak Dari Garis Pantai
S3 : Skor Untuk Kerentanan Bentuk Lahan
Sehingga tahapan akhir dari analisis data akan menghasilkan peta
kerentanan tsunami pada daerah penelitian.
X OUTLINE PENELITIAN
Cover
Halaman Tujuan
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Diagram
Daftar Persamaan
I Judul Penelitian
II Latar Belakang
III Permasalahan
IV Batasan Masalah
V Tujuan Dan Manfaat
VI Hipotesis
VII Tinjauan Regional
VIII Tinjauan Pustaka
2
IX Metode Penelitian
X Outline Penelitian
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
3
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Geologi Regional Lembar Manokwari.pdf
Brahmantyo Budi, dan Bandono, 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landffrom)
untuk Pemetaan Geomorfologi pada skala 1:25.000 dan Aplikasinya
untuk Penataan Ruang
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/198304032008012-
NANIN_TRIANA_SUGITO/TSUNAMI.pdf (TUSNAMI.pdf,
diakses 01 April 2019)
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/246772148?extension=pdf&
ft=1554114938<=1554118548&user_id=253544275&uahk=BbN
0Q_85DLq860PWMC0mVZ_yzU (Modul Mineralogi dan
Petrologi.pdf, diakses 01 April 2019)
BIODATA PENULIS
Nama : Hardus Padendenan
Tempat/Tanggal Lahir : Tadongkon, 20 September 1998
Agama : Kristen Protestan
No. Hp : +6282238495457
Email : hardusnaruchigo@gamail.com
Nama Orang Tua : Yuli Tangke (Ayah)
Erna Rantelinggi (Ibu)
Riwayat Pendidikan : SD YPPK Elim Malanu (2004)
SMP Negeri 6 Kota Sorong (2010)
SMA Negeri 3 Kota Sorong (2013)
Universitas Papua (Jurusan Teknik Geologi) (2016)