LAPORAN PEMETAAN
DESA LAMEURU KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE
SELATAN
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
Oleh
Kelompok 4 Grid 3
1. Muh.Hasan
2. Rika Yustika
3. Supriadin
4. Andri Ade Irawan
KENDARI
2018
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LAPORAN PEMETAAN
DESA TONDOWATU KABUPATEN KONAWE UTARA
PROPINSI SULAESI TENGGARA
Halaman tujuan
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat melulusi mata kuliah pemetaan
geologi merupakan syarat melulusi jenjang kuliah strata 1 (S-1), Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian,Universitas Halu Oleo.
Oleh
Kelompok 4 Grid 3
1. Muh.Hasan
2. Rika Yustika
3. Supriadin
4. Andri Ade Irawan
KENDARI
2018
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PEMETAAN
DESA TONDOWATU KABUPATEN KONAWE UTARA
PROPINSI SULAESI TENGGARA
Mengetahui
Dosen pengampuh
Tiada kata yang paling pantas untuk diucapkan melainkan puji syukur
kehadirat Allah SWT karean berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan Pemetaan ini tepat pada waktunya. Dan tak
lupa mengucapakan salawat serta salam kepada junjungan Nabi besar muhamad
yang telah membimbing dan membina sehingga pemetaan ini dapat kami
Akhir kata kami memohon maaf bila ada kata-kata kurang berkenaan
bagi pembaca dan pembaca dapat memberikan saran yang sifatnya membangun
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
HALAMAN TUJUAN.........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR FOTO..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1.3 Manfaat
4.2 Stratigrafi
7.1 Kesimpulan
7.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Data Stasiun
Tabel Cuaca
Data Kekar
Stereonet)
Rekonstruksi Sesar
Peta Struktur Geologi (Kertas A3 dan Kalkir)
Perhitungan Ketebalan
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan batuan sebagai
tersebut perlu dilakukan suatu penelitian, salah satu caranya adalah pemetaan
Pemetaan ini juga merupakan penerapan dari ilmu geologi yang didapat di
bangku kuliah, yang pada kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan, sehingga
yang berjumlah empat sampai lima orang. Ada pun pemetaan tersebut berlokasi di
dan informasi geologi secara rinci dan lengkap, serta ditunjang dengan teori-
peta geologi.
pemetaan yaitu morfologi dan proses-proses geologi apa saja yang menyebabkan
terbentuknya suatu bentang alam tertentu di daerah pemetaan, Litologi apa saja
pengendapan, dan hubungan stratigrafi dan Struktur geologi apa saja yang
Adapun maksud dari pemetaan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah pemetaan geologi dan sebagai bentuk aplikasi dan pelatihan lapangan dari
pemetaan.
1.3 Manfaat
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada
dipeta
dicapai daengan menggunakan roda dua maupun roda empat, yang jarak
tempuhnya ± 1 Jam dari Universitas Halu Oleo, Fakultas Ilmu Dan Teknologi
Adapun tahapan pemetaan ini terbagi menjadi beberapa tahap yaitu sebagai
berikut :
1.6 Peneliti Terdahulu
3. Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
Skala 1:250000.
GEOLOGI REGIONAL
bagian: ujung utara, bagian tengah, dan ujung selatan. Lembar Kolaka menempati
Ada lima satuan morfologi pada bagian tengah dan ujung selatan Lengan
Morfologi pegunungan
pola yang hampir sejajar berarah barat laut–tenggara.Arah ini sejajar dengan pola
oleh batuan ofiolit.Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan
yang panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang
bersudut tajam.
selatan Lengan Tenggara Sulawesi.Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah
Morfologi pedataran
tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar Kolaka dan Sistem
Sesar Konaweha).Kedua sistem ini diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh
adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua dataran tersebut (Surono dkk,
Akibat dari penurunan ini tentu berdampak buruk pada dataran tersebut, di
antaranya pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir
sungai-sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang pada musim
kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai
dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam
merupakan tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-timur.
Morfologi karst
merupakan bagian Formasi Eemoiko, Formasi Laonti, Formasi Buara dan bagian
formasi ini adalah Plistosen dan lingkungan pengendapannya pada daerah darat-
payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang masuk
dan batupasir.Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisan relatif kecil yaitu
< 15o yang dijumpai membentuk antiklin dengan sumbu antiklin berarah barat
daya – timur laut.Umur formasi ini diperkirakan Pliosen dan terendapkan pada
umumnya berasal dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batu pasir malih,
baik, dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi oleh kontak struktur
dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah batuan
sekis amphibolit, sekis klorit, rijang, pualam dan batugamping meta. Sekis
berwarna putih, kuning kecoklatan, kehijauan kelabu; kurang padat sampai sangat
padat serta memperlihatkan perdaunan.Setempat menunjukkan struktur chevron,
lajur tekuk (kink banding) dan augen serta di beberapa tempat perdaunan
terlipat.Rijang berwarna kelabu sampai coklat; agak padat sampai padat, setempat
sampai kelabu gelap, coklat sampai merah coklat, dan hitam bergaris putih; sangat
hablur yaag tergabung dengan mineral lempung dan mineral kedap (opak).Batuan
terutama tersusun oleh kalsit, dolomit dan piroksen; mineral lempung dan mineral
bijih dalam bentuk garis.Wolastonit dan apatit terdapat dalam jumlah sangat
piroksen.Satuan ini mempunyai kontak struktur geser dengan satuan yang lebih
bawah.
kalsilutit yang telah menghablur ulang dan berbutir halus (lutit); perlapisán sangat
baik dengan ketebalan lapisan antara 10-15 cm; di beberapa tempat dolomitan; di
tempat lain mengandung lensa rijang setempat perdaunan. Rijang berwarna kelabu
sampai kebiruan dan coklat kemerahan; pejal dan padat. Berupa lensa atau sisipan
coklat kemerahan; padat dan setempat gampingan; berupa sisipan dalam serpih
dan napal, ketebalan sampai 10 cm. Berdasarkan kandungan fosil batugamping,
serpentinit, gabbro, basal, dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan
yang ditandai oleh kemiringan perlapisan batuan hingga 80o dan adanya puncak
antiklin yang memanjang utara barat daya – tenggara.Umur dari formasi ini
diperkirakan Trias.
kuarsit.Kuarsit, putih sampai coklat muda; pejal dan keras; berbutir (granular),
terdiri atas mineral granoblas, senoblas, dengan butiran dan halus sampai
besi bercelah diantara kuarsa, jumlahnya sekitar 3%.Umur dari formasi ini adalah
Trias.
Kompleks Mekongga (Pzm) terdiri atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss
samabutiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang. Jenis
batuan ini terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan gneiss muskovit.Bersifat kurang
tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar
Lawanopo, sistem sesar Konaweha, sesar Kolaka, dan banyak sesar lainnya serta
liniasi. Sesar dan liniasi menunjukkan sepasang arah utama tenggarabarat laut
(332 ), dan timur laut barat daya (42 ). Arah tenggara barat laut merupakan arah
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung
Toronipa.Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar Matano, sementara
ujung tenggaranya bersambung dengan sesar Hamilton yang memotong sesar naik
Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo oleh Hamilton (1979)
bodin, yang diukur pada tiga lokasi, menunjukan keberagaman azimuth rata-
Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta
pergeseran pada bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar ini
sampai sekarang.
Gambar2.2.3 :Peta Sruktur Regional Pulau Sulawesi
yakni lempeng benua yang berasal dari Australia dan lempeng samudra dari
sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan
selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga molasa ini menindih tak selaras
Mintakat Benua Sulawesi Tenggara dan Kompleks Ofiolit tersebut. Pada akhir
kenozoikum lengan ini di koyak oleh Sesar Lawanopo dan beberapa pasangannya
Geologi umum atau geologi lokal daerah Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi
Tenggara yaitu ;
2.2.1 Geomorfologi
satuan morfologi ini disusun oleh batuan termalihkan hanya sebagian kecil
disusun oleh batuan lainnya. Satuan ini tertutupi oleh vegetasi yang sedang
tersebar di bagian utara, tengah sampai di selatan daerah ini dan sebagian lainnya
Satuan ini tertutup oleh lahan perkebunan seperti kakao, cengkeh, mente,
vanili dan tanaman lainnya dan sebagian masih merupakan hutan yang bervegatasi
sedang - lebat.
Satuan morfologi kras tersebar di bagian timur yaitu sekitar daerah Moramo
Wolasi.
Satuan ini berada pada ketinggian ± 75 m – 500 m diatas permukaan air laut.
Pada satuan ini banyak dijumpai gua-gua kapur dan sungai bawah tanah serta
umumnya tertutupi oleh tanaman keras, satuan ini menempati sekitar 15 % dari
Konda dan Ranomeeto. Satuan ini menempati sekitar 25 % dari keseluruhan luas
dilakukan terhadap Peta Geologi Lembar Kolaka (T.O Simanjuntak dkk, 1994,
P3G) dan Peta Lembar Geologi Lasusua Kendari (Rusmana dkk, 1993), batuan
satuan yang terdiri dari batuan tua ke batuan lebih muda adalah sebagai berikut ;
Satuan batuan ini tersebar dibeberapa lokasi di daerah Konawe Selatan yaitu
daerah Boroboro, Wolasi, Kolono dan sekitar Angata. Satuan batupasir malih ini
terdiri dari batupasir termalihkan dengan berbagai variasi, ukuran butir yaitu
serpih hitam, serpih merah, filit, batu sabak dan setempat kuarsit.
Satuan ini telah mengalami tektonik yang sangat kuat dan berulang-ulang.
mengalami perombakan yang kuat. Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai, satuan
ini dapat disebandingkan dengan Formasi meluhu berumur Trias - Trias Akhir,
satuan ini memiliki ketebalan tidak kurang dari 1000 m. Beberapa ahli
mengetahui satuan ini disebut sebagai batuan “tak perinci” (Sukamto, 1995)
Kabupaten Konawe Selatan yaitu di sekitar daerah Moramo, dan Kolono. Satuan
ini didominasi oleh batugamping yang termalihkan, lemah, selain itu satuan ini
sehingga batuan dari satuan ini umumnya telah tersesarkan dan terkekarkan.
Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan, satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi Laonti yang berumur Trias Akhir. Satuan yang memiliki
ketebalan ± 500 m ini memiliki hubungan yang saling menjemari dengan Formasi
3. Satuan Ultrabasa
disekitar daerah Torobulu, Moramo dan Daerah Trans Tinanggea bagian Selatan.
Satuan ini terdiri dari peridotit, dunit, gabro, basal dan serpentinit.
Secara umum satuan ultrabasa ini telah mengalami pelapukan yang kuat,
sehingga soil di sekitar daerah yang tersusun oleh batuan ini sangat tebal. Batuan
ultrabasa ini diperkirakan merupakan batuan tertua dan alas di mandala Sulawesi
Paleogen dan secara tak selaras tertindih oleh batuan sedimen tipe Molasa Neogen
4. Satuan Konglomerat
Satuan ini tersebar pada bagian selatan yaitu di sekitar Tinanggea bagian
selatan, satuan ini terdiri dari konglomerat, batupasir, lempung dan serpih.
Satuan Konglomerat menindih secara tidak selaras satuan batuan yang ada di
5. Satuan Kalkarenit
Satuan ini tersebar di bagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
daerah Lapuko dan Tinanggea. Satuan ini terdiri dari kalkarenit, batugamping,
6. Satuan Batulempung
sebelah Selatan Lapuko, yang terdiri dari lempung, napal pasiran dan batupasir.
Satuan ini memiliki hubungan yang saling menjemari dengan satuan kalkarenit.
dangkal.
7. Satuan Batupasir
Satuan ini tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
daerah Palangga, Tinanggea dan Motaha. Satuan ini terdiri dari batupasir,
transisi dan menindih secara tak selaras semua batu-batuan yang berada
dibawahnya.
Satuan ini tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
daerah Torobulu. Satuan ini terdiri dari batugamping koral, dan batugamping
dangkal. Satuan ini memiliki hubungan yang menjemari dengan satuan batupasir
dan menindih secara tidak selaras satuan batuan yang berada dibawahnya.
9. Satuan Aluvial
Satuan ini tersebar disekitar aliran sungai besar, pantai dan rawa di daerah
Konawe Selatan. Endapan Aluvial yang ada merupakan endapan sungai, pantai
dan rawa, berupa kerikil, kerakal, pasir, lempung dan Lumpur. Endapan alluvial
merupakan satuan batuan penyusun yang paling muda dan menindih secara tidak
selaras seluruh batuan yang berada dibawahnya berumur Resen dengan ketebalan
2.2.3 Struktur
Daerah ini tidak dapat dipisahkan dengan proses tektonik yang telah dan
kekar dan sesar. Lipatan dapat dijumpai dibeberapa tempat dimana batupasir
malih tersingkap, namun sangat sulit untuk menentukan arah sumbu lipatannya
Kekar dijumpai hampir seluruh satuan batuan penyusun daerah ini, kecuali
alluvium dan batuan kelompok batuan Molasa yang tidak terkonsolidasi dengan
baik. Sesar utama yang terjadi di daerah ini dapat dijumpai di daerah Kolono,
yang mana sesar Kolono ini hampir memotong seluruh batuan kecuali Aluvial.
BAB IV
suatu daerah merupakan hasil dari aktivitas yang terjadi bumi (endogen) maupun
yang beaal dari luar bumi (oksigen). Bentuk dari pada bentang alam yang
kondisi sungai (klasifikasi sungai, pola aliran sungai dan stadia sungai), dan jenis
Dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan dua aspek
berada pada bagian Utara mengarah Timur.dan termasuk dalam kawasan hutan,
adalah 250-500 m, dengan relief satuan morfologi tersebut mencapai 27° (Van
dan erosi. Proses pelapukan yang terjadi pada satuan morfologi ini adalah proses
pelapukan fisika, kimia dan biologi.. Pelapukan fisika yang berlangsung pada
satuan morfologi ini ditandai dengan dijumpainya perubahan fisik batuan baik itu
ukuran maupun bentuk. Proses pelapukan kimia yang terjadi di daerah penelitian
tinggi rata-rata lokasi penelitian pedataran alluvium adalah <5 bentuk relief
alluvium.
diketahui bahwa proses pelapukan yang terjadi pada satuan morfologi ini
Jenis erosi permukaan yang terjadi di daerah penelitian berupa erosi rill.
Erosi Rill yang dicirikan pada lokasi penelitian berupa alur cekungan yang
berbentuk relatif linear dan belum mengalami pelebaran ke samping. Jenis erosi
rill ini dijumpai di sekitar daerah aliran sungai adenga. Batuan yang menyusun
satuan bentang alam ini terdiri dari satuan batupasir dan sebagian terdapat
fragmen konglomerat yang sudah mengalami transportasi oleh air dan mengikuti
Proses pelapukan yang terjadi pada satuan morfologi ini adalah proses
pelapukan fisika dan biologi. Proses pelapukan yang dominan pada satuan
morfologi ini adalah proses pelapukan biologi sedangkan proses pelapukan yang
tidak dominan yaitu proses pelapukan fisika. Pelapukan biologi yang berlangsung
pada satuan bentang alam ini ditandai dengan dijumpainya perubahan biologi
batuan baik itu ukuran maupun warna batuan.Pelapukan biologi juga terjadi
didaerah penelitian ditandai dengan adanya tekanan dari tubuh maupun akar dari
suatu tumbuhan terhadap batuan penyusun daerah penelitian sehingga batuan akan
endapan alluvium.
4.2 Stratigrafi
dilakukan terhadap Peta Geologi Lembar Kolaka (T.O Simanjuntak dkk, 1994,
P3G) dan Peta Lembar Geologi Lasusua Kendari (Rusmana dkk, 1993), batuan
terdiri dari batua tua ke batuan lebih muda adalah sebagai berikut :
Satuan Aluvial
Satuan ini tersebar disekitar aliran sungai besar, pantai dan rawa di daerah
Konawe Selatan. Endapan Aluvial yang ada merupakan endapan sungai, pantai
dan rawa, berupa kerikil, kerakal, pasir, lempung dan Lumpur. Endapan alluvial
merupakan satuan batuan penyusun yang paling muda dan menindih secara tidak
selaras seluruh batuan yang berada dibawahnya berumur Resen dengan ketebalan
tidak lebih dari 20 meter.
BAB V
Bahan galian yang ada dalam area pemetaan ini adalah pasir biogenik. Pasir
biogenik terdiri dari fragmen eksoskeleton dari organisme laut. Kontributor umum
dari komponen jenis ini adalah koral, foraminifera, landak laut, sponge, moluska,
ganggang, dll. Jenis pasir seperti ini biasanya dikenal sebagai pasir koral,
meskipun dalam banyak kasus pasir tersebut tidak mengandung fragmen koral
sama sekali. Pasir biogenik biasanya berwarna terang dan tersebar luas di daerah
dekat katulistiwa. Koral biasanya hanya hidup di lingkungan air hangat, tetapi ada
juga beberapa taxons lain yang dapat hidup dengan baik di lingkungan yang lebih
batugamping.
Pasir adalah bahan galian yang terdiri atas material granular yang lebih halus
dari pasir disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai kerikil. Pada
umumnya pasir terdiri dari mineral silikat atau fragmen batuan silikat. Sejauh ini
mineral yang paling umum ditemukan sebagai penyusun pasir adalah mineral
kuarsa. Namun, pasir adalah material campuran yang terjadi secara alami, yang
Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawah oleh air atau angin yang
STUDI KASUS
Jawab :
Pembentukan air terjun ini terbentuk karena aktivitas erosi dari aliran
air, mengalir diatas lapisan batuan yang lunak akan memiliki tingkat erosi
yang lebih tinggi, Kejadian tersebut menyebakan peningkatan
kecepatan. Air sungai yang membentuk arus yang lebih cepat ke arah
bawah menuju ke dasar sungai. Seiring dengan waktu, air sungai tersebut
perlahan-lahan membentuk ngarai atau jurang pada hilir sungai, dengan
membawa material dengan skala besar yang mana material tersebut
terkena larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 yang bereaksi ketika
mengenai udara yanga memiliki tekana C02 yang rendah, sehingga
menyebabkan beberapa CO2 akan keluar dari larutan, hal ini yang
menyebabkan material tersebut terendaokan hingga mebentuk pundak-
pundak didasar sungai hingga terbantuknya air terjun.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
berikut:
pedataran.
Selatan, dengan ketinggian diatas 75 m dari permukaan air laut, Satuan ini
7.2 Saran
Saran dari penulis yaitu adanya keaktifan dalam proses pembuatan laporan
referensi. Serta saran untuk pihak Jurusan agar memperbanyak alat geologi
Blyth, F. G. H., 1976, Geological Maps and their Interpretation, 2nd. Ed. ;
Edward Arnold, London, 48 p.
McClay, K., 1987, The Mapping of Geological Structures ; Geol. Soc. London
Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes & Hallstead
Press, John Wiley & Sons, New York, 161 p.
Thorpe, R. and Brown, G., 1985, The Field Description o. f Igneous Rocks ; Geol.
Soc. London Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes
& Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 154 p.
Tucker, M. E., 1982, The Field Description of Sedimentary Rocks ; Geol. Soc.
London Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes &
Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 112 p.
LAMPIRAN