Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM PETROGRAFI

Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo


Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang


sudah dalam keadaan membeku atau keras. Batuan merupakan benda alam yang
menjadi penyusun utama dari material bumi. Beberapa batuan terutama tersusun dari
sejenis mineral saja, dana sebagian kecilnya dibentuk oleh gabungan mineral, bahan
organic, serta bahan-bahan vulkanik lainnya dan juga kombinasi semua komponen
tersebut. Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan
kimia, dengan tekstur partikel unsure dan proses yang membentuk. Ciri-ciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuan partikel yang membentuk mereka dimana
transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.

Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan
hasil transformasiatau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Batuan metamorf menyusun sebagian besar
dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia
dan mineral (fasies metamorf). Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh
tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Di dalam
identifikasi batuan metamorf tidak cukup dengan identifikasi secara petrologi,
sehingga harus dilakukan juga identifikasi secara petrografi Maka, berdasarkan latar
belakang tersebut perlu dilakukannya praktikum mengenai batuan metamorf.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum petrografi acara batuan metamorf adalah untuk


mengetahui prosedur pengamatan dari penentuan jenis batuan metamorf berdasarkan
mineral-mineral pembentuknya.

Tujuan dari praktikum petrografi acara batuan metamorf yaitu :

1. Untuk memahami prosedur penentuan jenis batuan metamorf berdasarkan


mineral-mineral pembentuknya.
2. Untuk mengetahui tatacara penentuan nama batuan metamorf tersebut dalam
pengamatan mikroskop polarisasi.

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dimuat dalam table
sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Alat dan Bahan beserta kegunaannya

No Alat dan Bahan Fungsi


1 Mikroskop Polarisasi Nikon Sebagai objek pengamatan
2 Pensil Sebagai alat tulis dan gambar
3 Pensil Warna Mewarnai gambar
4 Kamera Untuk dokumentasi kegiatan
praktikum
5 Kertas A4 (LKP) Tempat menuliskan data hasil
6 Sampel Sayatan Batuan praktikum
Sebagai objek pengamatan
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

1.4 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada pada praktikum petrografi acara batuan
metamorf adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Membersihkan mikroskop menggunakan kapas
3. Mensentringkan mikroskop dengan mengatur analisator sampai didapatkan
terang maksimum dan jika analisator dimasukkan maka diperoleh gelap
maksimum
4. Mengambil sayatan mineral kemudian diletakkan di meja objek dan dijepit
menggunakan specimen clip
5. Mengatur meja objek menggunakan pengarah kasar dan halus sampai mineral
jelas kenampakannya
6. Setelah posisi mineral berada pada medan pandang yang jelas selanjutnya
mineral mulai untuk diamati

1.5 Manfaat

Manfaat diadakan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat memahami dan
mengerti tentang cara mendeskripsi mineral pada batuan metamorf.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Metamorf

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-


kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat
dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami
aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan
struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik
(seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme.
Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan
mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur.
Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-
lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur,
misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik
(seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih
berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan
ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang
berkembang kurang baik. Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan
jenis batuan lain yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya.

Namun untuk batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam


penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam
struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral).
Pada metamorfisme tingkattinggi akan berkembang struktur migmatit. Setelah
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang


berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur
skistose. Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

a. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus


(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat
rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar 1.1 Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur

b. Phylitic

Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan
mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

Gambar 1.2 Struktur Phylitic


PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

a. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau

lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar.

Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar 1.3 Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

b. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai


bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa)
dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya
disebut gneiss.

Gambar 1.4 Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur


PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

2.2 Struktur Non Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari


butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain :

a. Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan


umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Gambar 1.5 Sruktur Granulose

b. Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan


umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat
metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

c. Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik.


Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan
goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer.
Batiannya disebut mylonite (milonit).
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

Gambar 1.6 Struktur Milonitic

d. Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya


telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan
yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).

2.3 Tekstur Kristaloblastik

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik. Berbagai kenampakan tekstur
batuan metamorf :

a. Tekstur Porfiroblastik : sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya


kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik : tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik : tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.

Tekstur Nematoblastik : tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral


prismatik yang sejajar dan terarah.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

d. Tekstur Idioblastik : tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk


euhedral.
e. Tekstur Xenoblastik : sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
 Tekstur Palimpset

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.

a. Tekstur Blastoporfiritik : tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang


porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit : tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
c. Tekstur Blastopsamit : sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran
butirnya sama dengan pasir.
d. Tekstur Blastopellit : tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung (Setiawan, 2013 ).
 Gneiss mengacu pada kelas tinggi, batuan kasar metamorf yang dari setiap
komposisi yang memiliki lembaran terbagi atas :
a. Paragneiss : sebuah jenis batugneiss metasedimentary.
b. Orthogneiss : sebuah batugneiss meta-beku.

Kompleks plutonik kompleks dan Blobby dapat menjadi sangat berlapis akibat
deformasi seperti :

Lineasi : ditunjukkan lembaran linear foliasi batuan; biasanya didefinisikan oleh


salah satu mineral linear, seperti hornblende, atau biji-bijian menggeliat, seperti
kuarsa. fragmen dengan lembran murni linear disebut tectonites L dan bentuk dengan
deformasi constrictional (tersebar luas akibat regangan ellipsoid).
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

a. Foliation: ditunjukkan lembaran planar; biasanya didefinisikan oleh mineral


platy seperti mika atau diratakan biji-bijian seperti kuarsa. Ini adalah istilah
yang lebih umum yang meliputi belahan bidang mineral dan
schistosity. Batuan dengan lembaran murni planar disebut S tectonites dan
terbentuk akibat deformasi perataan (regangan oblate ellipsoid). Kebanyakan
batuan metamorf adalah LS tectonites yang terbentuk dari sejarah struktur
yang lebih umum.
b. Belahan bidang : sebuah foliasi dibentuk oleh mineral platy seperti
mika. Paling sering digunakan untuk menggambarkan kelas rendah dari mika
(pelitic) dari batuan seperti batutulis. Belahan bidang bisa sangat planar,
seperti di batutulis ini dari kaki bukit Sierra Nevada:

Gambar 1.7 Singkapan Metamorf

atau bisa bergelombang, seperti di batu Tibet ini:

Gambar 1.8 Sampel Batuan Metamorf


PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

Dalam keadaan yang menguntungkan kita dapat menentukan sesar geser, seperti
dalam Ock ini:

Gambar 1.9 Foliasi

Pada sayatan tipis, gneiss memiliki mineral mika yang membentuk foliasi dan
perpecahan yang jelas dan berselang-seling terlihat:

Gambar 1.10 Gneiss Granulite

pembelahan crenulation: merupakan jenis khusus dari belahan bidang yang terbentuk
sebagai akibat dari pemendekan pada sudut yang rendah ke belahan bidang yang
sudah ada :

Gambar 1.11 Gneiss Granulite Karena Pengaruh Struktur


PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

Schistosity : menunjukkan foliasi yang lumpier dari belahan bidang; biasanya


dibentuk oleh kombinasi dari mineral mika dan mineral yang memiliki fase
pembentukkan yang lebih equant seperti feldspar dan kuarsa. Paling sering
digunakan untuk menggambarkan kelas menengah batuan sekis yang dijumpai
hampir pada setiap komposisi massal .
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Hasil dari praktikum petrografi acara batuan metamorf adalah sebagai berikut

No. Urut :1
No. Peraga :1
Jenis batuan : Batuan Metamorf
Pembesaran objektif : 4x
Pembesaran okuler : 10x
Pembesaran total : 40x
Bilangan skala : 0,025
Kedudukan : x = 12 ; y = 29

Foto 3.1 Kenampakan sayatan Sketsa 3.1 Kenampakan sayatan

batuan nikol silang batuan nikol silang


PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

Foto 3.2 Kenampakan sayatan Sketsa 3.2 Kenampakan sayatan

batuan nikol sejajar batuan nikol sejajar

Kenampakan Mikroskopis :

Sampel batuan yang diamati memiliki warna absorbsi kuning kecoklatan dan
warna interferensi coklat kehitaman. Tekstur yang dapat diamati pada batuan ini
adalah kristaloblastik karena tekstur batuan asal sudah tidak terlihat lagi, dan struktur
yang dapat diamati adalah foliasi karena terdapat penjajaran mineral.

Komposisi Mineral :

1. Klorit
a. Nikol sejajar

Warna absorbsi putih kekuningan, paleokrisme dwikroik, bentuk anhedral,


intensitas tinggi, tidak ada belahan, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada, relief rendah,
tidak ada inklusi dan ukuran 0,25 mm.

b. Nikol silang

Warna interferensi hijau keunguan dan memiliki bias rangkap orde III(0,045).
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

2. Clinopiroxyne
a. Nikol sejajar :

Warna absorbsi putih kekuningan, paleokrisme dwikroik, bentuk anhedral,


intensitas tinggi, belahan satu arah, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada, relief tinggi,
tidak ada inklusi dan ukuran 0,25 mm.

b. Nikol silang :

Warna interferensi biru keunguan, bias rangkap orde III (0,040), orientasi optik
length fast, sudut gelapan 36° dan memiliki jenis gelapan bergelombang.

3. Garnet
a. Nikol sejajar :

Warna absorbsi kuning kecoklatan, paleokrisme dwikroik, bentuk anhedral,


intensitas tinggi, tidak ada belahan, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada, relief tinggi,
tidak ada inklusi dan ukuran 0,75 mm.

b. Nikol silang :

Warna interferensi hitam kecoklatan, bias rangkap orde I (0,020) dan tidak
memiliki orientasi optik.

4. Quarsa
a. Nikol sejajar :

Warna absorbsi putih kekuningan, paleokrisme monokroik, bentuk euhedral-


subhedral, intensitas tinggi, tidak ada belahan, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada,
relief rendah, tidak ada inklusi dan ukuran 0,20 mm.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

b. Nikol silang :

Warna interferensi putih, bias rangkap orde I (0,09), orientasi optik tidak ada
sudut gelapan 40° dan memiliki jenis gelapan bergelombang.

Persentase Mineral :

No Nama Mineral 1 (%) 2 (%) 3 (%) Total (%)

1 Klorit 40 35 45 40

2 Clinopiroxyne 4 5 6 5

3 Quarsa 3 7 5 5

4 Garnet 10 8 12 10

Nama Batuan : Sekis (Travis, 1955).


PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

3.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum petrografi yang telah dilakukan mengenai batuan


metamorf diperoleh hasil yaitu pada sampel pertama dengan nomor urut satu dan
nomor peraga satu, berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop polarisi
diperoleh perbesaran objektif sebesar 4x dan perbesaran okuler 10x sehingga
diperoleh perbesaran total sebesar 40x, nilai bilangan skala sebesar 0,025, dengan
kedudukan mineral terletak pada X = 12, Y = 29. Memiliki kenampakan mikroskopis
yaitu dimana memperlihatkan warna absorbsi kuning kecoklatan dan warna
interferensi coklat kehitaman. Tekstur yang dapat diamati pada batuan ini adalah
kristaloblastik karena tekstur batuan asal sudah tidak terlihat lagi, dan struktur yang
dapat diamati adalah foliasi karena terdapat penjajaran mineral. Komposisi mineral
terdiri atas klorit, clinopyroxyne, garnet dan kuarsa.

Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop yang telah dilakukan yakni


meliputi pengamatan nikol silang dan nikol sejajar mineral-mineral tersebut memiliki
cari-ciri yakni mineral klorit pada pengamatan nikol sejajar memiliki warna absorbsi
putih kekuningan, paleokrisme dwikroik, bentuk anhedral, intensitas tinggi, tidak ada
belahan, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada, relief rendah, tidak ada inklusi dan
ukuran 0,25 mm. Sedangkan pada pengamat nikol silang memiliki warna interferensi
hijau keunguan dan memiliki bias rangkap orde III (0,045). Mineral Clinopiroxyne
pada pengamatan nikol sejajar memiliki warna absorbsi putih kekuningan,
paleokrisme dwikroik, bentuk anhedral, intensitas tinggi, belahan satu arah, indeks
bias nmin>ncb, pecahan ada, relief tinggi, tidak ada inklusi dan ukuran 0,25 mm dan
pada pengamatan nikol silang memiliki warna interferensi biru keunguan, bias
rangkap orde III (0,040), orientasi optik length fast, sudut gelapan 36° dan memiliki
jenis gelapan bergelombang. Mineral Garnet pada pengamatan nikol sejajar memiliki
warna absorbsi kuning kecoklatan, paleokrisme dwikroik, bentuk anhedral, intensitas
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

tinggi, tidak ada belahan, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada, relief tinggi, tidak ada
inklusi dan ukuran 0,75 mm serta pada nikol silang memiliki warna interferensi
hitam kecoklatan, bias rangkap orde I (0,020) dan tidak memiliki orientasi optik.
Mineral Quarsa berdasarkan pengamatan nikol sejajar memiliki warna absorbsi putih
kekuningan, paleokrisme monokroik, bentuk euhedral-subhedral, intensitas tinggi,
tidak ada belahan, indeks bias nmin>ncb, pecahan ada, relief rendah, tidak ada inklusi
dan ukuran 0,20 mm sedangkan pada pengamatan nikol silang memiliki warna
interferensi putih, bias rangkap orde I (0,09), orientasi optik tidak ada sudut gelapan
40° dan memiliki jenis gelapan bergelombang.

Berdasarkan klasifikasi Travis, 1955 nama batuan ini yaitu sekis. Batuan sekis
merupakan batuan metamorf regional yang terbentuk pada derajat metamorfosa
tingkat menengah. Batuan ini banyak mengandung lapisan mika, grafit, hornblende
dimana mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan Kristal yang mengkilap. Kegunaan dan
manfaat batuan sekis yaitu sebagai sumber mika yang utama dimana mika
merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam industry elektronika.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum petrografi acara batuan metamorf adalah sebagai


berikut :

1. Penentuan jenis batuan metamorf dapat ditentukan dengan mengetahui


kenampakan mikroskopik, struktur, tekstur dan komposisi mineral batuan
didapatkan yakni kuarsa, clinopiroxyn, garnet dan klorit
2. Nama batuan metamorf tersebut dalam pengamatan mikroskop polarisasi
yakni Sekis

4.2 Saran

Saran bagi praktikum petrografi ini adalah agar mikroskop polarisasi


jumlahnya dapat diperbanyak agar para praktikan mampu mengamati secara efektif
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara :Batuan Metamorf Nama : Hedi Prasetyo Wibowo
Hari / Tanggal :Senin, 04 Deseember 2017 NIM :R1C115029

DAFTAR PUSTAKA

Chaerul, Muh. 2016. Petrografi. Universitas Haluoleo. Kendari

Irfan Ria Ulva., 2007. Penuntun Praktikum Laboratorium Mineral Optik Jurusan
Teknik Geologi Universitas Hasanuddin,

Makassar. Graha Setia Doddy. Batuan dan Mineral, Bandung.

Schusters., Simon, 1977. Rocks and Minerals, Simon & Schusters Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai