Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemberian
nama (deskripsi) dan aspek ganesa interpretasi. Pengertian luas dari petrologi
adalah mempelajari batuan dengan menggunakan mata telanjang, optik atau
mikroskopis, kimia dan radio isotop.
Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi
dan diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain itu juga oleh susunan mineral
dan susunan kimianya (fasies metamorfik). Batuan jenis ini dapat terbentuk
secara mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi, mengalami suhu tinggi
dan tekanan besar dari lapisan batuan di atasnya. Batuan metamorf atau
batuan malihan merupakan batuan yang terbentuk akibat proses perubahan
temperatur dan tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur dan tekanan, batuan sebelumnya akan berubah
tekstur dan struktur sehingga membentuk batuan yang baru dan dengan
tekstur dan sturktur yang baru pula. Contoh dari batuan tersebut adalah batu
sabak atau slate yang merupakan perubahan batulempung. Batu mermer yang
merupakan perubahan dari batugamping. Apabila semua batu-batuan yang
sebelumnya terpanaskan dan kembali meleleh maka akan membentuk magma
yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan kemudian menjadi
batuan yang baru lagi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah :
1. Mempelajari dan mengenal batuan metamorf foliasi dan non foliasi
2. Mempelajari bagaimana cara mendiskripsikan batuan metamorf foliasi
dan non foliasi
3. Mengenal contoh-contoh batuan dari batuan metamorf foliasi dan non
foliasi
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Loupe
4. Skala pembanding
5. Komparator
1.3.2 Bahan
1. Enam belas sampel batuan metamorf
2. Modul praktikum
3. Lembar pendeskripsian
4. HCL
1.4 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Diamati contoh sampel batuan Metamorf yang akan dideskripsikan.
3. Difoto contoh batuan Metamorf beserta skala pembandingnya.
4. Digambarkan bentuk dari contoh sampel batuan Metamorf di lembar
pendeskripsian.
5. Dimulai pendiskripsian pada batuan Metamorf dengan menentukan
sifat-sifat mulai dari warna, struktur, dan tekstur pada masing-masing
contoh sampel batuan Metamorf tersebut.
6. Ditentukan apakah termasuk ke jenis batuan sedimen karbonat klastik
atau nonklastik.
7. Diberi nama dari contoh batuan Metamorf tersebut dengan
berdasarkan hasil pendeskripsian.
8. Diberi penjelasan genesa dari sampel batuan tesebut.
9. Diulangi langkah 1 sampai 8 untuk sampel berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk
akibat proses perubahan temperature dan atau tekanan dari batuan yang telah
ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tekstur dan struktur sehingga membentuk batuan
yang baru dan dengan tekstur dan sturktur yang baru pula. Contoh dari batuan
tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan
batulempung. Batu mermer yang merupakan perubahan dari batugamping.
Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batupasir. Apabila semua batu-
batuan yang sebelumnya terpanaskan dan kembali meleleh maka akan
membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan
kemudian menjadi batuan yang baru kembali (Staff Asisten Mineralogi dan
Petrologi. 1995).
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi
tentang suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat
dengan jelas memberi nama batuan tersebut. Sifat fisika
dankimiayangumumdikenal dalam mengidentifikasi batuan biasanya dibagi
dalam 4 kategori sifat, yaitu Warna, Tekstur, Struktur, Komposisi mineral
pembentuk batuan. Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan
ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan
dapat dijadikan petunjuk tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu
lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut. Tekstur umum yang sering
dijumpai pada batuan metamorf : Kristaloblastik , dan tekstur relik (sisa).
Secara umum penamaannya diawali dengan blasto, misalnya blastoporfiritik.
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.
Macam-macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam
batuan tersebut, antara lain dibedakan menjadi 2 macam : Berfoliasi, bila pada
batuan metamorf terdapat penjajaran mineral, Non-foliasi, bila pada batuan
metamorf tidak terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam
batuan tersebut (Amin, Mustaghfirin. 2014).
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa adanya mengalami
fasa cair dengan temperature berkisar dari 200oC–6500oC. Perubahan dalam
batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan
terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya. Metamorfisme
adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena
pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi
tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk
pelapukan dan diagenesa (Saphe Benyamin, dkk. 2011).
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
Komposisi mineral batuan asal, Tekanan dan temperatur saat proses
metamorfisme, Pengaruh gaya tektonik, Pengaruh fluida. Berbagai macam
proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa
atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur.Tekstur pada batuan
metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya
tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau
blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi
menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi
kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi
oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-
bidang tertentu yakni bidang sekistsis (Soetoto, S.U. 2001).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini fokus bahasannya adalah batuan metamorf yang
bertujuan untuk dapat mengenal, mengetahui dan dapat melakukan
oendeskripsikan sampel batuan metamorf secara baik dan benar. Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa batuan metamorf ini
merupakan batuan hasil ubahan dari batuan aslinya yang melalui proses dalam
keadaan padat akibat adanya pengaruh peningkatan suhu dan tekanan. Secara
singkatnya batuan metamorf ini terbentuk akibat proses perubahan temperatur
atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan metamorf
terbentuk setelah mengalami suatu proses yang dinamakan metamorfisme.
Proses metamorfisme disini adalah proses perubahan mineral dan tekstur atau
struktur batuan dalam keadaan padat akibat terjadinya peningkatan tekanan
dan temperatur dalam kerak bumi namun tanpa mengubah komposisi
kimianya. Akibat adanya peningkatan temperatur inilah batuan sebelumnya
akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru
dengan tekstur dan struktur yang baru pula.
Batuan metamorf ini terbagi menjadi dua jenis yaitu batuan metamorf
foliasi dan nonfoliasi. Dimana perbedaan dari kedua jenis batuan metamorf ini
adalah untuk jenis batuan metamorf foliasi diketahui bahwa adanya struktur
planar, adapun maksud dari struktur planar disini adalah keterdapatan
mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar yang merupakan
akibat dari pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses
metamorfisme. Namun berbeda halnya dengan jenis batuan metamorf non
foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan metamorf yang tidak
memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada sampel batuan dalam
keadaan sejajar. Perbedaan yang ditunjukkan oleh dua jenis batuan metamorf
ini terlihat jelas jika telah diketahui karakteristiknya masing-masing.

Gambar 1. Slate
Pada sampel batuan metamorf pertama, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan pertama merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan metamorf
foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun keterdapatan
mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini
memiliki warna fresh abu-abu kekuningan sedangkan warna lapuknya coklat
kehitaman. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau warna yang
masih segar sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah mengalami
perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan
strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur slatyc-
leavage yang ditandai dengan sampel batuan berasal dari batuan sedimen
(lempung) yang mengalami perubahan ke metamorfik, sangat halus dan keras,
belahannya terlihat rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan
warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Sedangkan untuk teksturnya yaitu
palimsest blastopellit, yang merupakan suatu tekstur sisa dari batuan sedimen
yang mempunyai ukuran butir lempung (pelit). Dengan komposisi mineral
penyusun pada sampel batuan ini hanya terdapat mineral stress yaitu mika.
Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil dalam kondisi tertekan,
dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Berdasarkan ciri-
ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel batuan
ini merupakan Slate dengan batuan asalnya yaitu batuan sedimen (lempung).
Slate ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan sedimen (lempung) yang
mengalami kontak metemorfisme sebagai akibat proses intrusi batuan beku dan
membentuk slate dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk dari gradasi
bertipe bioklstik dari berbagai unsur.

Gambar 2. Sekis
Pada sampel batuan metamorf kedua, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kedua merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan metamorf
foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun keterdapatan
mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini
memiliki warna fresh abu-abu sedangkan warna lapuknya kuning. Dimana
warna fresh ini merupakan warna asli atau warna yang masih segar sedangkan
warna lapuk merupakan warna yang sudah mengalami perubahan atau telah
tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa
sampel batuan ini memiliki struktur schistosa yang ditandai dengan sampel
batuan dihasilkan dari metamorphose regional, sangat jelas keeping-kepingan
mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit, dan mineral lain yang
berserabut. Sedangkan untuk teksturnya yaitu ktistaloblastik granoblastik, yang
merupakan tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam. Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini yaitu mineral stress dan
juga mineral antistress. Mineral stressnya berupa mika sedangkan mineral
antistress berupa kuarsa. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil
dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular,
prismatik sedangkan mineral antistress adalah mineral yang terbentuk bukan
dalam kondisi tertekan, umumnya berbentuk equidimensional. Berdasarkan
ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel
batuan ini merupakan Sekis dengan batuan asalnya yaitu batuan sedimen.
Sekis ini terbentuk pada suhu dan tekanan yang cukup tinggi selama
pembentukannya, dan mengalami proses yang sangat jauh sehingga bentuknya
pun jauh berbeda dengan slate ataupun filit.

Gambar 3. Filit
Pada sampel batuan metamorf ketiga, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketiga merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan metamorf
foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun keterdapatan
mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini
memiliki warna fresh abu-abu kehijauan sedangkan warna lapuknya coklat.
Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau warna yang masih segar
sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah mengalami perubahan
atau telah tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya,
diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur filitik yang ditandai pada
sampel batuan dengan rekristalisai lebih kasar dari slatyc leavage, lebih
mengkilap daripada batusabak, mineral mika lebih banyak disbanding slatyc
leavage. Sedangkan untuk teksturnya yaitu ktistaloblastik idioblastik yang
merupakan tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk euhedral (baik). Dengan komposisi mineral penyusun
pada sampel batuan ini yaitu mineral stress dan juga mineral antistress.
Mineral stressnya berupa hornblende dan mika sedangkan mineral antistress
berupa kuarsa. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil dalam kondisi
tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik sedangkan
mineral antistress adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi
tertekan, umumnya berbentuk equidimensional. Berdasarkan ciri-ciri sampel
yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel batuan ini
merupakan Filit dengan batuan asalnya yaitu batuan beku. Filit ini terbentuk
dari batuan asal yaitu batuan beku yang telah mengalami perubahan mineral
yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

Gambar 4. Filit
Pada sampel batuan metamorf keempat, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan keempat merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan metamorf
foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun keterdapatan
mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini
memiliki warna fresh abu-abu sedangkan warna lapuknya coklat. Dimana
warna fresh ini merupakan warna asli atau warna yang masih segar sedangkan
warna lapuk merupakan warna yang sudah mengalami perubahan atau telah
tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa
sampel batuan ini memiliki struktur filitik yang ditandai pada sampel batuan
dengan rekristalisai lebih kasar dari slatyc leavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak disbanding slatyc leavage. Sedangkan
untuk teksturnya yaitu ktistaloblastik idioblastik yang merupakan tekstur pada
batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk euhedral
(baik). Dengan komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya
terdapat mineral stress yaitu hornblende. Mineral stress ini merupakan mineral
yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau
tabular, prismatik. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat
disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan Filit dengan batuan asalnya
yaitu batuan beku. Filit ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan beku yang
telah mengalami perubahan mineral yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

Gambar 5. Eklogit
Pada sampel batuan metamorf kelima, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kelima merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
abu-abu sedangkan warna lapuknya coklat. Dimana warna fresh ini merupakan
warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna lapuk merupakan
warna yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur dengan
pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini
memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah susunan yang terdiri dari
mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan/tidak
menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk teksturnya yaitu
ktistaloblastik porfiroblastik yang seperti tekstur porfiritik pada batuan beku
dimana terdapat massa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf
fenokrisnya disebut porfiroblast. Dengan komposisi mineral penyusun pada
sampel batuan ini yaitu mineral stress dan juga mineral antistress. Mineral
stressnya berupa hornblende dan mika sedangkan mineral antistress berupa
kuarsa, garnet, dan feldspar. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil
dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular,
prismatik sedangkan mineral antistress adalah mineral yang terbentuk bukan
dalam kondisi tertekan, umumnya berbentuk equidimensional. Berdasarkan
ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel
batuan ini merupakan Eklogit dengan batuan asalnya yaitu batuan beku.
Eklogit ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan beku yang akibat adanya
perubahan suhu dan tekanan menjadikan batuan asal berubah menjadi batuan
metamorf.
Gambar 6. Kuarsit
Pada sampel batuan metamorf keenam, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan keenam merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
abu-abu sedangkan warna lapuknya kuning. Dimana warna fresh ini
merupakan warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna lapuk
merupakan warna yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur
dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel
batuan ini memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah susunan yang
terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak
ditemukan/tidak menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk
teksturnya yaitu palimsest blastopsamit yang merupakan suatu tekstur sisa dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir (psemit). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya mineral antistress
berupa kuarsa, pirit dan kalsit. Mineral antistress adalah mineral yang
terbentuk bukan dalam kondisi tertekan, umumnya berbentuk equidimensional.
Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Kuarsit dengan batuan asalnya yaitu
batuan sedimen (batupasir). Kuarsit ini terbentuk melalui proses metamorfisme
quartz-rich batupasir yang terbentuk karena perubahan mineral yang
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
Gambar 7. Amphibolit
Pada sampel batuan metamorf ketujuh, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketujuh merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
hitam sedangkan warna lapuknya abu-abu. Dimana warna fresh ini merupakan
warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna lapuk merupakan
warna yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur dengan
pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini
memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah susunan yang terdiri dari
mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan/tidak
menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk teksturnya yaitu
ktistaloblastik idioblastik yang merupakan tekstur pada batuan metamorf
dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk euhedral (baik). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya mineral stress
berupa hornblende dan plagioklas. Mineral stress ini merupakan mineral yang
stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular,
prismatik. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat
disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan Amphibolite dengan batuan
asalnya yaitu batuan beku. Amphibolit ini terbentuk dari batuan asal yaitu
batuan beku yang dikarenakan oleh proses suhu dan tekanan.
Gambar 8. Serpentinit
Pada sampel batuan metamorf kedelapan, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kedelapan merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
hijau sedangkan warna lapuknya hitam. Dimana warna fresh ini merupakan
warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna lapuk merupakan
warna yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur dengan
pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini
memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah susunan yang terdiri dari
mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan/tidak
menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk teksturnya yaitu palimsest
blastoporfiritik yang merupakan sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku)
yang masih nampak. Dengan komposisi mineral penyusun pada sampel batuan
ini yaitu mineral stress dan juga mineral antistress. Mineral stressnya berupa
serpentin sedangkan mineral antistress berupa olivine dan orthoklas. Mineral
stress ini merupakan mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik sedangkan mineral
antistress adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tertekan,
umumnya berbentuk equidimensional. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah
dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan
Serpentinit dengan batuan asalnya yaitu batuan beku. Serpentinit ini terbentuk
dari batuan asal yaitu batuan beku yang telah mengalami perubahan mineral
yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan karena proses perubahan materialnya.
Gambar 9. Slate
Pada sampel batuan metamorf kesembilan, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kesembilan merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan
metamorf foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun
keterdapatan mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar.
Sampel batuan ini memiliki warna fresh abu-abu sedangkan warna lapuknya
kuning. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau warna yang masih
segar sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah mengalami
perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan
strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur slatyc-
leavage yang ditandai dengan sampel batuan berasal dari batuan sedimen
(lempung) yang mengalami perubahan ke metamorfik, sangat halus dan keras,
belahannya terlihat rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan
warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Sedangkan untuk teksturnya yaitu
palimsest blastopellit, yang merupakan suatu tekstur sisa dari batuan sedimen
yang mempunyai ukuran butir lempung (pelit). Dengan komposisi mineral
penyusun pada sampel batuan ini hanya terdapat mineral stress yaitu mika.
Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil dalam kondisi tertekan,
dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Berdasarkan ciri-
ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel batuan
ini merupakan Slate dengan batuan asalnya yaitu batuan sedimen (lempung).
Slate ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan sedimen (lempung) yang
mengalami kontak metemorfisme sebagai akibat proses intrusi batuan beku dan
membentuk slate dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk dari gradasi
bertipe bioklstik dari berbagai unsur.
Gambar 10. Slate
Pada sampel batuan metamorf kesepuluh, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kesepuluh merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan
metamorf foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun
keterdapatan mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar.
Sampel batuan ini memiliki warna fresh kekuningan sedangkan warna
lapuknya coklat keabuan. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau
warna yang masih segar sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah
mengalami perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada
pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur
slatyc-leavage yang ditandai dengan sampel batuan berasal dari batuan
sedimen (lempung) yang mengalami perubahan ke metamorfik, sangat halus
dan keras, belahannya terlihat rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus,
memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Sedangkan untuk
teksturnya yaitu palimsest blastopellit, yang merupakan suatu tekstur sisa dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung (pelit). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya terdapat mineral
stress yaitu mika. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil dalam
kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik.
Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Slate dengan batuan asalnya yaitu batuan
sedimen (lempung). Slate ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan sedimen
(lempung) yang mengalami kontak metemorfisme sebagai akibat proses intrusi
batuan beku dan membentuk slate dengan proses pembentukannya yaitu
terbentuk dari gradasi bertipe bioklstik dari berbagai unsur.
Gambar 11. Slate
Pada sampel batuan metamorf kesebelas, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kesebelas merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan metamorf
foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun keterdapatan
mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini
memiliki warna fresh coklat kemerahan sedangkan warna lapuknya hitam
keabuan. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau warna yang masih
segar sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah mengalami
perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan
strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur slatyc-
leavage yang ditandai dengan sampel batuan berasal dari batuan sedimen
(lempung) yang mengalami perubahan ke metamorfik, sangat halus dan keras,
belahannya terlihat rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan
warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Sedangkan untuk teksturnya yaitu
kristaloblastik lepidoblastik yang dicirikan dengan susunan mineral dalam
baatuan saling sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular. Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya terdapat mineral
stress yaitu mika. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil dalam
kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik.
Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Slate dengan batuan asalnya yaitu batuan
sedimen (lempung). Slate ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan sedimen
(lempung) yang mengalami kontak metemorfisme sebagai akibat proses intrusi
batuan beku dan membentuk slate dengan proses pembentukannya yaitu
terbentuk dari gradasi bertipe bioklstik dari berbagai unsur.
Gambar. 12. Kuarsit
Pada sampel batuan metamorf keduabelas, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan keduabelas merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
putih susu sedangkan warna lapuknya putih kekuningan. Dimana warna fresh
ini merupakan warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna lapuk
merupakan warna yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur
dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel
batuan ini memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah susunan yang
terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak
ditemukan/tidak menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk
teksturnya yaitu palimsest blastopsamit yang merupakan suatu tekstur sisa dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir (psemit). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya mineral antistress
berupa kuarsa dan kalsit. Mineral antistress adalah mineral yang terbentuk
bukan dalam kondisi tertekan, umumnya berbentuk equidimensional.
Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Kuarsit dengan batuan asalnya yaitu
batuan sedimen (batupasir). Kuarsit ini terbentuk melalui proses metamorfisme
quartz-rich batupasir yang terbentuk karena perubahan mineral yang
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
Gambar 13. Marmer
Pada sampel batuan metamorf ketigabelas, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketigsbelas merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
putih keabuan sedangkan warna lapuknya abu-abu keputihan. Dimana warna
fresh ini merupakan warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna
lapuk merupakan warna yang sudah mengalami perubahan atau telah
tercampur dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa
sampel batuan ini memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah
susunan yang terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini
tidak ditemukan/tidak menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk
teksturnya yaitu palimsest blastopellit, yang merupakan suatu tekstur sisa dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung (pelit). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya mineral antistress
berupa kuars dan feldspar. Mineral antistress adalah mineral yang terbentuk
bukan dalam kondisi tertekan, umumnya berbentuk equidimensional.
Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Marmer dengan batuan asalnya yaitu
batuan sedimen karbonat (batugamping). Marmer ini terbentuk dari batuan asal
yaitu batuan sedimen pada daerah laut yang dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan yang mengalami reaksi apabila diteteskan HCl.
Gambar 14. Slate
Pada sampel batuan metamorf keempatbelas, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan keempatbelas merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan
metamorf foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun
keterdapatan mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar.
Sampel batuan ini memiliki warna fresh hitam keabuan sedangkan warna
lapuknya kuning. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau warna
yang masih segar sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah
mengalami perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada
pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur
slatyc-leavage yang ditandai dengan sampel batuan berasal dari batuan
sedimen (lempung) yang mengalami perubahan ke metamorfik, sangat halus
dan keras, belahannya terlihat rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus,
memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Sedangkan untuk
teksturnya yaitu kristaloblastik lepidoblastik yang dicirikan dengan susunan
mineral dalam baatuan saling sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.
Dengan komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya terdapat
mineral stress yaitu mika. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil
dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular,
prismatik. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat
disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan Slate dengan batuan asalnya
yaitu batuan sedimen (lempung). Slate ini terbentuk dari batuan asal yaitu
batuan sedimen (lempung) yang mengalami kontak metemorfisme sebagai
akibat proses intrusi batuan beku dan membentuk slate dengan proses
pembentukannya yaitu terbentuk dari gradasi bertipe bioklstik dari berbagai
unsur.
Ganbar 15. Kuarsit
Pada sampel batuan metamorf kelimabelas, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kelimabelas merupakan batuan metamorf non foliasi. Batuan
metamorf non foliasi yang ditunjukkan dengan keadaan struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan keterdapatan mineral-mineral pada
sampel batuan dalam keadaan sejajar. Sampel batuan ini memiliki warna fresh
putih keabuan sedangkan warna lapuknya hitam keabuan. Dimana warna fresh
ini merupakan warna asli atau warna yang masih segar sedangkan warna lapuk
merupakan warna yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur
dengan pengotor. Pada pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel
batuan ini memiliki struktur granulose yang merupakan sebuah susunan yang
terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak
ditemukan/tidak menunjukkan cleavage (belahan). Sedangkan untuk
teksturnya yaitu palimsest blastopsamit yang merupakan suatu tekstur sisa dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir (psemit). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini yaitu mineral stress dan
juga mineral antistress. Mineral stressnya berupa serpentin sedangkan mineral
antistress berupa kuarsa dan pirit. Mineral stress ini merupakan mineral yang
stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular,
prismatik sedangkan mineral antistress adalah mineral yang terbentuk bukan
dalam kondisi tertekan, umumnya berbentuk equidimensional. Berdasarkan
ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan bahwa sampel
batuan ini merupakan Kuarsit dengan batuan asalnya yaitu batuan sedimen
(batupasir). Kuarsit ini terbentuk melalui proses metamorfisme quartz-rich
batupasir yang terbentuk karena perubahan mineral yang dipengaruhi oleh
suhu dan tekanan.
Gambar 16. Slate
Pada sampel batuan metamorf keenambelas, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan keenambelas merupakan batuan metamorf foliasi. Batuan
metamorf foliasi diketahui dengan terlihat adanya struktur planar ataupun
keterdapatan mineral-mineral pada sampel batuan dalam keadaan sejajar.
Sampel batuan ini memiliki warna fresh kuning kecoklatan sedangkan warna
lapuknya coklat kehitaman. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau
warna yang masih segar sedangkan warna lapuk merupakan warna yang sudah
mengalami perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada
pengamatan strukturnya, diketahui bahwa sampel batuan ini memiliki struktur
slatyc-leavage yang ditandai dengan sampel batuan berasal dari batuan
sedimen (lempung) yang mengalami perubahan ke metamorfik, sangat halus
dan keras, belahannya terlihat rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus,
memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Sedangkan untuk
teksturnya yaitu palimsest blastopellit, yang merupakan suatu tekstur sisa dari
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung (pelit). Dengan
komposisi mineral penyusun pada sampel batuan ini hanya terdapat mineral
stress yaitu mika. Mineral stress ini merupakan mineral yang stabil dalam
kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular, prismatik.
Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan dapat disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Slate dengan batuan asalnya yaitu batuan
sedimen (lempung). Slate ini terbentuk dari batuan asal yaitu batuan sedimen
(lempung) yang mengalami kontak metemorfisme sebagai akibat proses intrusi
batuan beku dan membentuk slate dengan proses pembentukannya yaitu
terbentuk dari gradasi bertipe bioklstik dari berbagai unsur.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, praktikan telah mengetahui
tentang bagaimana batuan Metamorf dapat terbentuk, yaitu sebagai
akibat pengendapan dari material hasil rombakan batuan asalnya, baik
itu batuan beku, maupun batuan sedimen yang dipengaruhi oleh suhu
dan tekanan.
2. Praktikan dapat melakukan pendeskripsikan dari sampel batuan
metamorf yang disediakan pada saat praktikum, dimana sampel tersebut
ditentukan terlebih dahulu apakah termasuk ke golongnan batuan
metamorf foliasi ataupun non foliasi. Selanjutnya diidentifikasi jenis dan
karakteristik lainnya seperti warna, struktur, tekstur, komposisi
mineralnya serta batuan asal dan genesanya.
3. Setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat mengenal beberapa
jenis dari batuan Metamorf, contohnya seperti batuan kuarsit termasuk
ke jenis batuan metamorf non foliasi. Sedangkan untuk jenis batuan
metamorf foliasi contohnya seperti batu sabak, gneiss dan sebagainya.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk melakukan pendeskripsian sampel batuan dilakukan
penjelasan dan pemahaman materi yang baik agar pada saat melakukan
pendeskripsian praktikan tidak kebingungan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mustaghfirin.2014. Batuan SMK Geologi Pertambangan. Jakarta:


Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Soetoto, S.U . 2001 .Laboratorium Geologi Dinamika. Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Saphe Benyamin, dkk. 2011. Geologi Fisik SI 1211. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Staff Asisten Mineralogi dan Petrologi. 1995. Diktat Praktikum Petrologi.
Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi. UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai