Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan, temperatur atau
keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi
kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar
antara 200-800 derajat C.
Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik
tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan, temperatur atau keduanya akan
mengubah mineral dan hubungan antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui.
Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung pada jenis
batuan asalnya.
Tipe-tipe Metamorfosa
Terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan dan temperatur secara bersama-sama, biasanya
terjadi di jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang meliputi daerah
yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah ke P & T tinggi.
Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi
Terjadi di daerah pergeseran yang dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan
daripada temperatur, yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar
(dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
Metamorfosa burial
Terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah
samudera, tempat dimana lempeng (litosfer) terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan
umumnya berkomposisi basa dan ultra basa.
Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf dan proses pertumbuhan
mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson,
1970) :
Secretionary growth
pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat
adanya tekanan pada batuan tersebut.
Concentionary growth
proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat ruang pertumbuhan.
Replacement
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang
lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang menunjukan bahwa
mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak
mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya
besar dan euhedral.
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf. Dalam
hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress mineral dan antistress mineral.
Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena
tekanan atau merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan
kyanit.
Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin kecil bila terkena
tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan terhadap tekanan. contoh : andalusit, kordierit,
augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur juga
meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan
geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher &
Frey, 1994). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : struktur
foliasi dan struktur non foliasi (Gambar 1).
Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral prismatik,
seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :
Slaty cleavage :
struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate, mineral mika
mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak).
Phylitic :
rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap daripada
batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan
mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut
phyllite (filit).
Schistose :
struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih orientasinya
menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity, batuannya disebut schist
(sekis).
Gneisose :
struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih orientasinya
tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity, batuannya disebut gneis.
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional
dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.
Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :
Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat metamorfosa
kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit).
Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus, sudah
terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit).
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf. Tekstur batuan metamorf
berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa.
tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan
asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan
blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa),
misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asal nya masih
bisa dikenali) atau dengan memberi awalan “meta” untuk memberikan nama batuan metamorf bila
masih dikenali sifat dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dsb.
Tekstur kristaloblastik
setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran
blastik, dipakai untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur
mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal
1. Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral
2. Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik, misalnya lepidoblastik
dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik dan granoblastik.
Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi
(pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu :
Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineral-mineral yang
berukuran lebih kecil.
Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak melingkupi
beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar material yang berasal
dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
Berasal dari batupasir atau batuan beku felsik (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2
tinggi dan MgO serta FeO rendah, hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.
Berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3 (batugamping, dolomit), hasil metamorfosa
berupa marmer, bila batuan asal (batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan
terbentuk mineral tremolit, diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain,
bila batuan asal mengandung cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot,
hornblenda yang hampir mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan
beku basa.
Berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan metamorfnya disebut metabasite,
batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan Al2O3 maka mineral metamorfosanya
berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau) dan hornblenda (fasies amfibolit), untuk T
lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan plagioklas.
Berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai
pada daerah metamorf yang mengandung glaukofan.
Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan metamorf.
Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan tekstur,
misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya.
Penamaan batuan metamorf bisa berdasarkan struktur, misal sekis, gneiss, dll. Untuk
memperjelas dalam penamaan, banyak digunakan kata tambahan yang menunjukan ciri khusus
batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contoh sekis klorit), atau
nama batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss).
Bisa juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan fasies
metamorfiknya (contoh granulit). Tabel 4 di bawah ini bisa digunakan untuk membantu dalam
determinasi batuan metamorf.
Batusabak (Slate)
Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan : muskovit, biotit,
kordierit, andalusit. Warna : abu-abu gelap yang mengkilap. Struktur : foliasi (sekistose) mulai
tampak namun belum jelas (slaty cleavage). Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa
selang-seling mineral pipih dan mineral granular dengan butiran yang halus. Metamorfosa :
regional.
Filit (Phyllite)
Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral bijih. Warna :
terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu sabak. Struktur :
foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan
dengan batu sabak (tekstur filitik). Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik
dengan mulai terlihat perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran
mulai lebih kasar daripada batusabak. Metamorfosa : regional.
Sekis (Schist)
Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk) dll.
Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam, mengkilap.
Struktur : foliasi (sekistose tertutup).
Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral
granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar. Metamorfosa : regional.
Geneis (Gneis)
Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa. Warna : sesuai dengan batuan
asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose. Struktur : foliasi (sekistose
terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral
granular. Metamorfosa : regional.
Migmatit (Migmatite)
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan sifat yang
heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan granitis, batuan
yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil
dari insitu partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis.
Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi
rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika
berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky,
butiran halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.
Kuarsit (Quartzite)
Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan : muskovit, biotit, k-felsfar, mineral bijih.
Warna : putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya. Struktur : masif,
kadang-kadang berfoliasi. Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
Metamorfosa : regional dan termal.
Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin, piroksen.
Warna : hijau terang – hijau kekuningan. Struktur : masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa
dari peridotit. Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit). Metamorfosa :
regional.
Amfibolit (Amphybolite)
Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan : kuarsa, epidot, klorit,
biotit, garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning. Struktur : masif
atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta lava basal.
Granulit (Granulite)
Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika. Warna : bervariasi
dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran sedang-
kasar.
Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa :
regional
Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral bijih
atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan merah. Struktur :
masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
Metamorfosa : kontak dan regional
Hornfels (Hornfels)
Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar. Warna : terang, merah, coklat,
ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi. Tekstur : hornfelsik,
granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik, dengan tekstur mosaik, butiran
ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus. Metamorfosa : kontak.
Slate (sabak)
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale
atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi
(slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit.
Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Shale
Gneissa (gneiss)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar,
mika dan amphibole.
Skistosa (sekis)
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende.
Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang
diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat
kristal garnet
Marble (marmer)
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak
dan tanpa foliasi.
quartzite (kuarsit)
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone)
mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi
kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada
batupasir terhapus oleh proses metamorfosis.
Milonitik (milonit)
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-
mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan
ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya
terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun
memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain
itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini
dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses
metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan
batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
Hornfelsik (hornfels)
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan
intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels
bersifat padat tanpa foliasi.