Anda di halaman 1dari 10

BAB II

DASAR TEORI
2.1.Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang tebentuk oleh proses metamorfosa
pada batuan yang telah ada sebelumnya sehingga mengalami perubahan
komposisi mineral, struktur, tekstur batuan, tanpa mengubah komposisi
kimia, dan tanpa berubah fase ( tanpa pernah mencapai fase cair ). Proses
metamorfosa adalah suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan
tekanan, temperature, fluida ataupun variasi ketiga faktor tersebut.
(Staf Asisten Mineralogi UGM, 1995)
2.2.Deskripsi Batuan
1)

Tekstur
Tekstur adalah kenampakan hubungan antar komponen penyusun batuan
yang mencerminkan sejarah pembentukannya.
a.

Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal.

b.

idioblastik : mineral dominan euhedral

hypidioblast : mineral dominant anhedral


Tekstur

berdasarkan

ketahanan

terhadap

proses

metamorfosa.
i.

Relict, tekstur batuan metamorf masih menunjukkan tekstur


batuan asalnya.

ii.

Kristaloblastik, tekstur khas hasil proses metamorfosa


dimana tekstur batuan asal sudah tidak tampak, karena mineral
mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi.

c.

Tekstur berdasarkan bentuk mineral


i.

Lepidoblastik : terdiri dari mineral berbentuk tabular

ii.

Nematoblastik : terdiri dari mineral berbentuk


prismatic

iii.

Granoblastik :terdiri dari mineral equidimensional,


granular, anhedral, batas batas sutured.

iv.

Granuloblastik : terdiri dari mineral equidimensional,


granular, anhedral, batas batas unsutured.

v.

Porfiroblastik : terdiri dari mineral berukuran tidak


seragam, beberapa berukuran lebih besar dibandingkan yang
lain.
(Staf Asisten Mineralogi UGM, 1995)

2)

Mineralogi
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa
mineral yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral baru yang
terbentuk akibat proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan
menjadi 3 yaitu :
1. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan metamorf
seperti kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen,
olivine, dan bijih besi.
2. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sediment dan batuan
metamorf seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit
dan dolomite.
3. Mineral Indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit,
silimanit, stautolit, kordiorit, epidot dan klorit
(Staf Asisten Petrologi Undip, 2007)

3)

Struktur
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum
struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan
nonfoliasi.
Struktur foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa.
Foliasi ini dapat terjadi karena adanya penjajaran mineral-mineral
menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity),

permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal


tersebut (Jacson, 1970). Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah
planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut
slate (batusabak).

Gambar 1. Struktur Slaty Cleavage

2. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi
terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan
mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite
(filit)

Gambar 2. Struktur phylitic

3. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic
atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir
sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar 3. Struktur Schistosic

4. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral
yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineralmineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral
tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran
mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
Batuannya disebut gneiss.

Gambar 4.Struktur Gneissic

(Staf Asisten Petrologi Undip, 2007)


Struktur non foliasi
Terbentuk

oleh

mineral-mineral

equidimensional

dan

umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi


yang umum dijumpai antara lain :
1. Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan


equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya
disebut hornfels (batutanduk)

Gambar 5.Struktur Hornfelsic

2. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran
kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur
kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya
disebut cataclasite (kataklasit).
3. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral - mineral primer. Batuannya disebut
mylonite (milonit).

Gambar 6. Struktur Milonitic

4. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik
tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah
kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur
ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit)
(Staf Asisten Petrologi Undip, 2007)
2.3.Proses Terbentuknya Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah
ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate)
akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak
bumi (Ehlers and Blatt, 1982).
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan
oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses
pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas
kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Prosese metamorfosa
merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur
kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara
2000 C - 8000 C, tanpa melalui fase cair.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adadalah
perubahan temperature, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas
(Huang, 1962).
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab,
antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan
gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya
gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada
batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu
1500 C +

500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg -

carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane.


Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan

adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher


& Frey, 1994).
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi
dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati
tekanan

permukaan

yang

besarnya

beberapa

bar

saja.

Sedangkan

metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan
tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif
yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik
dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis
atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis
(Huang WT, 1962).
2.4.Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa
yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada
daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).

Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan
metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang
terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai
ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang
sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.

Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur
pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif,

kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi


antara mineral dengan fluida.

Metamorfosa Dasar Samudera


Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera
di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan
metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa.
Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi
kimia antara batuan dan air laut tersebut

2) Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit
berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini
dapat dibedakan menjadi :

Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena
pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh
deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut
contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi,
reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta
penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.

Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.


Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek
hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada
kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada
zone dike.

Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada
patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang
mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang

dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault


gauge, atau milonit.

Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada
jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga
menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan
juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat
kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).

Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan
mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan
mineral stabil pada temperature yang lebih rendah

Gambar 7. Tipe-tipe metamorfosa

2.5.Penamaan Dan Klasifikasi Batuan Metamorf


Kebanyakan penamaan batuan metamorf didasarkan pada kenampakan
struktur dan teksturnya dan beberapa nama batuan juga didasarkan jenis
penyusun

utamanya

atau dapat pula dinamakan

berdasrkan fasies

metamorfiknya

10

Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur , batuan metamorf


yang lainnya yang banyak dikenal antara lain:
Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang

sampai kasar dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol (hornblende)


dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral
prismatiknya terorientasi.
Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai

kasar dan mineral pewnyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid


kaya sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
Granulit,

yaitu

tekstur

batuan

metamorf

dengan

tekstur

granoblastik yang tersusun oleh mineral utama kuarsa dan feldspar serta
sedikit piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat
menunjukkan struktur gneissic.
Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya

hampir semuanya berupa mineral kelompok serpentin.


Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral

karbonat (kalsit atau dolomit) dan umumnya berstektur granoblastik.


Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral

calcsilikat seperti garnet, epidot.


Kuarsit, batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80%

kuarsa.

Soapstone, batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.

Rodingit, batuan metamorf dengan komposisi cale-silikat yang


terjadi akibat alterasi metasomatik batuan beku ultrabasa yang mengalami
serpentinisasi

11

Anda mungkin juga menyukai