ANALISA KUANTITATIF
Disusun oleh :
Aulia Sabria Damayani
21100115120007
SEMARANG
MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Melakukan pembacaan gamma ray dari data well log
Mengidentifikasi cross over dari well log untuk mengetahui
keberadaan reservoir
Menentukan jenis fluida yang berada pada reservoir
Melakukan perhitungan untuk analisa kuantitaif
Melakukan prospeksi terhadap data yang diberikan dari analisa
kuantitatif
1.2 Tujuan
Mampu menentukan Shale base line dan Sand base line dari data well
log
Dapat mengidentifikasi indikasi hidrokarbon pada reservoir pada data
well log
Dapat menerapkan perhitungan secara kuantitatif dari data well log
Mampu mengetahui cadangan hidrokarbon pada reservoir yang
prospek dan yang tidak prospek dari perhitungan secara kuantitatif
dengan bantuan Ms.Excel
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 5 dan 12 Maret 2018
Waktu : 15.30 – 17.30 WIB
Tempat : Ruang Seminar (302), Gedung Pertamina
Sukowati, Departemen Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2. Proses tektonik kedua terjadi pada Akhir Kapur – Awal Tersier, pada episode
ini dihasilkan struktur geologi yang diakibatkan oleh gaya tarik (tension), yaitu
berupa graben dan blok sesar yang terbentuk baik di Cekungan Sumatera
maupun di Cekungan Sunda. Secara umum arah trend dari sesar dan graben
berarah utara – selatan dan barat laut- tenggara.
Petroleum system adalah seluruh elemen dan proses pada suatu cekungan sedimen
yang diperlukan untuk terakumulasinya hidrokarbon (Bailei, A.D., 1992, vide
Pusdep Pertamina). Hidrocarbon Play adalah suatu model yang memperlihatkan
kombinasi seluruh elemen petroleum system yang yang menghasilkan akumulasi
hidrokarbon pada level stratigrafi (perangkap) tertentu (Perrodon, 1983, vide
Pusdep Pertamina). Secara geografi, pembentukan hidrokarbon tidak tersebar
secara merata pada cekungan di daerah ini. Akumulasi dari hidrokarbon tersebut
dikontrol oleh beberapa factor, yaitu struktur, fasies, ketebalan pengendapan dan
kedekatan source rock yang sudah cukup matang. Beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi untuk memperoleh minyak dan gas bumi di antaranya :
Akar dan batu lempung Formasi Telisa. Formasi Lemat mengalami perubahan
fasies yang cepat ke arah lateral sehingga bertindak sebagai batuan induk yang
baik dengan kandungan material organiknya 1,2-3%. Landaian suhu berkisar 4,8 –
5,3 oC/100 m, sehingga kedalaman pembentukan minyak yang komersil terdapat
pada kedalaman 2000-3000 m.
Formasi yang paling banyak menghasilkan yang diketahui hingga saat ini adalah
Formasi Talang Akar, dengan kandungan material organik yang berkisar antara
0.5–1.5 %. Diperkirakan di bagian tengah cekungan Formasi Talang Akar telah
mencapai tingkat lewat matang. Minyak di cekungan Sumatera Selatan berasal
dari batuan induk yang banyak mengandung lignit (batubara) karena banyak
mengandung kerogen wax. Formasi Telisa mempunyai kandungan material
organik yang berkisar antara 1–1.38 % di Subcekungan Jambi, sedangkan di
Subcekungan Sumatera Selatan tidak ada data yang menujukkan bahwa formasi
ini dapat bertindak sebagai batuan induk. Sistem pemanasan (kitchen) batuan
induk di Cekungan Sumatera Selatan adalah akibat panas yang dihasilkan oleh
bidang-bidang sesar yang terbuka pada graben/half graben, sehingga cukup untuk
menghasilkan hidrokarbon.
2. Migrasi
3. Batuan Reservoir
Lapisan batupasir yang terdapat dalam Formasi Lemat, Formasi Talang Akar,
Formasi Palembang Bawah dan Palembang Tengah dapat menjadi batuan
reservoar pada Cekungan Sumatera Selatan. Pada Sub Cekungan Jambi, produksi
terbesar terdapat pada batuan reservoar Formasi Air Benakat. Batupasir alasnya
mempunyai porositas 27%, batupasir delta porositasnya 20% dan batupasir laut
dangkal mempunyai porositas 10%. Batupasir konglomeratan dari Formasi Talang
Akar merupakan reservoir kedua yang memproduksi minyak dengan porositas
30%. Batugamping Formasi Baturaja berproduksi minyak hanya di bagian
tenggara Subcekungan Jambi dengan porositas 19%. Formasi Telisa memiliki
interval reservoar dan lapisan penutup bagi reservoar Foramasi Baturaja. Pada
Sub Cekungan Palembang produksi minyak terbesar terdapat pada batuan
reservoar Formasi Talang Akar dan Baturaja. Porositas lapisan batupasir berkisar
antara 15-28 %. Reservoir dari Formasi Lower Palembang dan Formasi Middle
Palembang merupakan penghasil minyak terbesar kedua setelah dua formasi yang
disebutkan di atas. Batugamping Formasi Baturaja menghasilkan kondensat dan
gas di tepi sebelah barat dan timur dari subcekungan Palembang. Selain itu di
Cekungan Sumatera Selatan juga ditemukan reservoir hidrokarbon pada batuan
dasar Pra-Tersier yang merupakan fenomena menarik. Hingga saat ini beberapa
sumur eksplorasi yang terbukti menghasilkan hidrokarbon pada reservoir batuan
beku (granodiorit) dan metamorf (slate) yang berumur Mesozoikum (Pra-Tersier).
Hidrokarbon terperangkap pada zona-zona rekahan yang terbentuk akibat aktivitas
tektonik yang sangat intensif pada jaman Miosen Tengah dan mencapai
puncaknya pada Plio-Pleistosen.
Batuan penutup pada umumnya merupakan laisan lempung yang tebal dari
Formasi Telisa, Formasi Palembang Bawah dan Formasi Palembang Tengah.
Selain itu, terjadinya perubahan fasies ke arah lateral atau adanya sesar-sesar
dapat juga bertindak sebagai penutup atau tudung. Lempung pada Formasi Telisa
menjadi penutup pada reservoar karbonat Formasi Baturaja.
pada batugamping terumbu Formasi Baturaja, bentuk kipas Formasi Lemat, dan
bentuk membaji Formasi Palembang Bawah dan Formasi Talang Akar.
BAB III
rumus Tf={
Nilai BHT merupakan Bottom Hole Temperature yang nilainya dapat dilihat
dari Log header yaitu 185 degF. Kemudian nilai Temp Rmf juga dilihat dari
Log header bernilai 89 degF. Untuk nilai Temp surface merupakan suhu
permukaan umumnya bernilai 80 degF.
air. Kemudian Rw pada zona air di rata- rata untuk mendapatkan Rw pada
zona gas dan minyak.
4) Lalu cari nilai Sw Picket Plot pada zona air dengan rumus dimana
nilai m didapatkan dari persamaan trend line yang ber nilai 2,078
5) Selanjutnya isi nilai Rw pada pada zona Hc dengan nilai yang sama pada
zona air yaitu 0,8724
6) Kemudian isi nilai Sw pada zona Hc dengan rumus yang sama pada zona air
=
5) Sw Simandoux = ((0,4*Rw Ratio)/( Фe ^2))*((SQRT((5*( Фe ^2))/(Rw*Rt))
+((Vsh/3,5)^2)-(Vsh/3,5)))
Cutt Off
1) Setelah semua metode diseleaikan hingga nilai Permeabilitas kemudian
langkah terahir yaitu dengan cara melakukan penseleksian di setiap metode
ataujuga disebut dengan prospeksi. Seleksi ini ditujukan untuk mengetahui
daerah mana yang memiliki prospek hidrokarbon.
2) Metode Cut Off ini dengan melakukan pemilahan menggunakan rumus IF
yang dilakukan pada setiap metode seperti berikut:
=IF(AND(Vsh<0,35;Porositas Efektif>0,15;Sw Archie
<0,65);"prospek";"tidak prospek") maka dengan begitu akan otomatis keluar
prospek atau tidak nya pada kolom.
3.2 Hasil Intepretasi
Berdasarkan analisis kuantitatif perhitungan dibedakan berdasarkan jenis fluida
yang ditemui yaitu minyak, gas, dan air. Sedangkan pada Well log yang bukan
merupakan reservoir diabaikan. Pada software MS Excell, data yang dihasilkan,
diketahui jumlah lapisan yang digambarkan pada hasil berjumlah 31 lapisan berisi
gas, 4 lapisan berisi minyak, dan 41 lapisan berisi air. Selanjutnya dilakukan
analisis kuantitatif dengan 3 metode yaitu Archie, metode Picket Plot , dan metode
Ratio. Dari pengolahan data, didapatkan hasil sebagai berikut:
Untuk metode Ratio didapatkan bahwa lapisan reservoir yang berisi gas
sebagian prospek dan sebagian tidak prospek, namun sebagian besar masih
menunjukkan adanya prospek yang bagus, dengan ketebalan lapisan yang
masih dapat dipertimbangkan. Sedangkan untuk lapisan minyak, dengan
metode ini menunjukkan hasil yang cukup bagus, yaitu prospek, dengan
lapisan batuannya yang relatif tebal. Dan untuk zona air, memiliki ketebalan
yang sangat tebal dan dengan metode ini menunjukkan jika sebagian besar
tidak prospek, kemungkinan akibat kedalaman yang cukup dalam sehingga
tidak ekonomis.
Untuk Metode Picket Plot menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan
metode Ratio. Dengan didapatkan bahwa lapisan reservoir yang berisi gas
sebagian prospek dan sebagian tidak prospek, namun sebagian besar masih
menunjukkan adanya prospek yang bagus, dengan ketebalan lapisan yang
masih dapat dipertimbangkan. Sedangkan untuk lapisan minyak, dengan
metode ini menunjukkan hasil yang cukup bagus, yaitu prospek, dengan
lapisan batuannya yang relatif tebal. Dan untuk zona air, memiliki ketebalan
yang sangat tebal dan dengan metode ini menunjukkan jika sebagian besar
tidak prospek.
Untuk metode Archie menunjukkan hasil yang relatif buruk. Dengan zona gas
yang relatif tebal, dengan metode ini menunjukkan banyak sekali zona yang
tidak prospek, hal ini dikira kurang cocok karena keberadaan lapisan reservir
yang tebal. Selanjutnya untuk zona minyak dengan pendekatan Sw Archie
menunjukkan prospek yang baik, namun dengan pendekatan Sw Indonesia dan
Simandoux menunjukkan tidak prospek, sehingga hal ini perlu dikaji ulang.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pada data Well Log terdapat beberapa reservoir dengan kandungan fluida
yang berupa gas, minyak, dan air.
Dengan metode Picket Plot, Archie dan Ratio menunjukkan adanya lapisan
gas yang sebagian besar memiliki prospek dan hanya sebagian kecil yang
tidak prospek.
Dari ketiga metode sama-sama menggunakan Sw Archie, Indonesia, dan
Simandoux dan dari metode Ratio dan Picket Plot menunjukkan adanya
lapisan minyak yang prospek, dengan ketebalan lapisan yang lumayan.
Sedangkan dengan metode Archie terdapat Sw Indonesia dan Sw
Simandoux yang menunjukkan tidak prospek, sehingga metode ini dapat
disebut kurang cocok untuk dipakai karena tidak saling berkesuaian.
Dari prospeksi yang telah dilakukan didapatkan metode Ratio dan Picket
plot yang paling cocok untuk digunakan, karena hasil yang dihasilnya
saling berkesuaian.
DAFTAR PUSTAKA
www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/620/jbptitbpp-gdl-rinaldonim-30956-3-2008ta-
2.pdf ( Diakses pada jumat 30 Maret 2018 pukul 20.20 WIB)