Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1; Maksud

Melakukan observasi lapangan secara langsung bentuklahhan delta dan


pantai.
Menginterpretasikan morfogenesa dari morfologi bentuklahan delta dan
pantai secara lansung di lapangan.
Menentukan jenis delta dan panatai yang ada di lapangan berdasarkan
klasifikasi bentuklahan delta dan pantai.

1.2; Tujuan

Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan morfologi bentuklahan delta


dan pantai.
Mampu memahami proses pembentukan morfogenesa dari morfologi
bentuklahan delta dan pantai secara lansung di lapangan.
Mampu mengidentifikasi jenis delta dan panatai yang ada di lapangan
berdasarkan klasifikasi bentuklahan delta dan pantai.

1.3; Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Geomorfologi Acara Lapangan Bentuklahan Delta dan Pantai telah


dilaksanakan pada:
hari / tanggal
: Minggu, 22 Mei 2016
waktu
: 06.30-13.00 WIB
tempat
: Delta Bodri, Pantai Muara Kencan, Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentuklahan Delta


Delta merupakan daerah yang penting untuk penduduk yang berfungsi untuk
tempat tinggal, daerah pertanian dan perikanan. Istilah delta pertama kali
digunakan oleh Herodotus (sejarawan Yunani) pada 490 SM yang melihat bahwa
bentuk endapan Sungai Nil di Mesir menyerupai huruf D (atau Delta dalam
bahasa Yunani). Delta berkaitan sekali dengan bencana banjir di pesisir,
gelombang air laut, erosi gelombang air laut dan badai angin menuju ke laut.
Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya delta yaitu :
iklim, debit air, produk sedimen, energi gelombang, proses pasang surut, arus
pantai, kelerengan paparan dan bentuk cekunan penerima dan proses tektonik.
A. Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Delta :

Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi dalam
semua komponen dari system sungai. Pada daerah tropis, penyediaan
volume air permukaan besar. Pelapukan fisika dan kimia berpengaruh
terhadap tingkat sedimentasi. Pada lingkungan pengendapan beriklim
tropis juga dijumpai pengawetan material organic seperti gambut yang
terdapat didaerah delta.

Debit Air
Debit

sungai

tergantung

dari

faktor

iklim

yang

dapat

mempengaruhi bentuk geometri dari delta. Kecenderungan air sangat


penting terhadap kecepatan dan pola pertumbuhan suatu delta. Delta
dengan debit air dan sedimennya tinggi serta konstan tiap tahunnya (Delta
Missisipi), menghasilkan suatu tubuh pasir yang panjang dan lurus serta
umumnya membentuk sudut yang besar terhadap garis pantai. Sebaliknya
bila produk sediment serta variasi debit air tiap tahunnya berbeda, maka
terjadinya perombakan tubuh-tubuh pasir yang tadinya diendapkan, oleh
proses-proses laut dan cenderung membentuk tubuh delta yang sejajar
dengan garis pantai.

Produk Sedimen

Pengaruh produk sediment dalam pembentukan suatu delta


sangatlah besar artinya. Delta tidak akan terbentuk jika produk
sedimennya terlalu kecil.

Energi Gelombang
Perkembangan suatu garis pantai pada muara sungai sangat
dipengaruhi oleh energi gelombang sepanjang pantai tersebut. Energi
gelombang merupakan mekanisme penting dalam merubah dan mencetak
sediment delta yang berada dilaut menjadi suatu bentuk tubuh pasir
didaerah pantai.

Proses Pasang Surut


Beberapa delta mayor didunia didominasi oleh aktifitas pasang
yang

kuat.

Diantaranya

adalah

delta

Gangga-Brahmanaputra

di

Bangladesh dan delta Ord di Australia.

Arus Pantai
Arus pantai mengorientasikan tubuh-tubuh pasir hingga berbentuk
sejajar atau hampir sejajar dengan arah aliran sungai.

Kelerengan Paparan
Kelerengan paparan benua sangat berperan dalam menentukan pola
perpindahan delta, yang terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Bentuk Cekungan Penerima dan Proses Tektonik


Bentuk cekungan penerima merupakan pengontrol terhadap
konfigurasi delta serta pola perubahannya. Daerah dengan tektonik yang
aktif dengan akumulasi sediment yang sedikit, sulit terbentuk delta.
Sebaliknya untuk daerah dengan tektonik pasif dan akumulasi sediment
yang banyak akan terbentuk delta yang baik pula.

B.

Syarat-syarat Terbentuknya Delta

Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan yang minimum


Jumlah bahan yang dibawa sungai sebagai hasil erosi cukup banyak
Laut pada daerah muara sungai cukup tenang

Pantainya relative landai


Bahan-bahan hasil sedimentasi tidak terganggu oleh aktifitas air laut
Tidak ada gangguan tektonik (kecuali penurunan dasar laut seimbang
dengan pengendapan sungai, misal Delta Missisipi)

C. Unsur-unsur Dasar Delta

Sungai : sebagai sarana pengangkut material


Distributary Plain : bagian delta yang berada didaratan, umumnya
merupakan rawa-rawa
Delta Front / Delta Slope : bagian delta yang berada didepan delta plain,
dan merupakan laut dangkal
Pro Delta : bagian terdepan dari delta yang menuju laut lepas

D. Klasifikasi Delta

Menurut Fisher, dkk (1969), dasar klasifikasinya adalah :


a; proses fluvial dan influks sediment
b; Proses laut (gelombang dan arus bawah permukaan)
Fisher membagi delta menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu :
-Cuspate Delta
-Lobate Delta
-Elongate Delta/Bird Food Delta

Menurut Galloway (1975)


Galloway membagi delta berdasarkan dominasi proses fluvial, gelombang
dan pasang surut, yaitu :
-Bird Food Delta : jika pengaruh fluvial paling dominan
-Cuspate Delta : jika pegaruh gelombang paling dominant
-Estuarine Delta : jika pengaruh pasang surut paling dominant

2.2. Bentang Alam Pantai


Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya
dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan
(Thornbury, 1969). Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk morfologi pantai

tersebut antara lain adalah pengaruh diatropisme, tipe batuan, stuktur geologi,
pengaruh perubahan naik turunnya muka air laut, serta pengendapan sediment asal
daratan / sungai, erosi daratan dan angin.
Pada daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan
menjadi 3 (tiga), yaitu :
a.

Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut
dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.

b. Shore Line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relative berbentuk baris dan
relative merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa.
c.

Coast (pantai), yaitu daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat
pengaruh air laut.
Ada beberapa klasifikasi pantai dengan dasar yang bermacam-macam pula dari
berbagai penyusun yang berbeda. Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi pantai
dari yang sifatnya klasik (1919) sampai sifanya modern (1980), berikut
pembagiannya :

A. Klasifikasi Pantai Secara Klasik


Klasifikasi ini dikemukakan oleh Johnson (1919) yang didasarkan pada
karakteristk geomorfik yang disebabkan oleh ayunan muka laut. Keuntungan
klasifikasi pantai ini adalah pembagiannya yang sederhana sedangkan
kelemahannya yaitu sulit dalam penerapannya, karena kebanyakan pantai telah
dipengaruhi oleh penenggelaman selama transgresi laut kala Pleistosen. Johnson
(1919) mengelompokkan pantai menjadi :
1. Pantai Tenggelam (Submergence Coast)
Pantai yang dibentuk karena penenggelaman daratan atau naiknya muka laut.
Dicirikan oleh garis garis pantai yang tidak teratur, adanya pulau-pulau didepan
pantai, teluk yang dalam, dan lembah-lembah yang turun. Contoh pantai ini
adalah :

a.

Pantai Ria : pantai yang sebelum tenggelam telah mengalami erosi darat terutama
proses fluviatil

b. Pantai Fyord : pantai yang sebelum tenggelam mengalami proses glasiasi


Kenampakan pada peta topografi :

garis pantai tidak teratur

garis kontur berkelok-kelok tidak teratur

pantainya relative curam, ditandai dengan adanya garis kontur yang relative rapat

perkampungan disekitar pantai umumnya tidak sejajar dengan garis pantai

2. Pantai Naik (Emergence Coast)


Pantai yang dibentuk oleh majunya garis pantai atau pun turunnya muka laut.
Pantai ini dicirikan oleh garis pantai yang relative lurus, relief-relief rendah,
terbentuknya undak-undakan pantai dan gosong pantai atau tanggul-tanggul
dimuka pantai.
Kenampakan pada peta topografi :

garis pantai yang relative lurus, ditandai dengan kontur yang lurus

pantai yang relative landai, ditunjukkan oleh garis kontur yang renggang

jika dijumpai perkampungan umumnya relative sejajar dengan garis pantai

3. Pantai Netral
Pantai yang tidak mengalami penenggelaman ataupun penaikan dan biasanya
dicirikan oleh adanya garis pantai yang relative lurus-lurus, pantainya landai dan
ombak tidak besar. Beberapa contoh pantai ini antara lain :
a.

Pantai Delta

b. Pantai dataran fluviatil


c.

Pantai gunung api

d. Pantai terumbu karang


e.

Pantai sesar
Kenampakan pada peta topografi :

adanya delta plain, alluvial plain, dll

biasanya garis kontur renggang

bentuk garis pantainya relative lurus melengkung

sungai dimuara mempunyai banyak cabang, yang seolah-olah mempunyai pola


sungai berbentuk pohon (dendritik).

4.

Pantai Campuran
Pantai yang mempunyai kenampakan lebih dahulu terbentuk daripada yang lain.
Seperti kenampakan undak pantai, lembah yang tenggelam, yang merupakan hasil
dari naik turunnya permukaan air laut.
Kenampakan pada peta topografi :

adanya dataran pantai, teras-teras (emergence)

adanya teluk-teluk dengan kontur yang relative rapat (submergence)

perkampungan tidak teratur

B. Klasifikasi Pantai Secara Genetik dan Deskriptif


Klasifikasi ini disusun oleh Valentine (1952). Ia mengemukakan bahwa kestabilan
muka laut dipengaruhi oleh fluktuasi iklim dan ketidakstabilan diastropik selama

masa Kuarter. Valentine menggabungkan pengaruh muka laut dan dinamika pantai
dalam pemikirannya untuk klasifikasi pantai yang sebagian secara genetic dan
sebagian secara deskriptif (Sharma, 1986).

C. Klasifikasi Pantai Secara Tenaga Geomorfik


Shepard (1963) dikutip Sunarto (1991) mengelompokkan pantai menjadi pantai
primer (muda) dan pantai sekunder (dewasa). Pantai primer terbentuk oleh tenagatenaga dari darat (erosi, deposisi darat, gunungapi, sesar dan lipatan). Pantai
sekunder terjadi dari hasil proses laut, meliputi : erosi laut, deposisi laut dan
bentukan oganik. Kelebihan klasifikasi ini adalah pembagiannya yang lengkap,
tetapi klemahannya sulit ditrapkan unuk menentukan pantai primer yang telah
berubah karena proses-proses laut, sehingga pantai ini tidak jelas termasuk pantai
primer atau sekunder (Sharma, 1986).
1. Macam-macam Pantai Primer
a.

Pantai karena erosi dari daratan. Erosi baik oleh sungai maupun glacial sebelum
mengalami pengangkatan.

pantai erosi fluvial yang tenggelam, misalnya Pantai Ria

tenggelamnya lembah-lembah glacial, misalnya Pantai Fyord

b. Pantai yang dibentuk oleh pengendapan asal darat


-

pantai hasil pengendapan fluvial, misalnya pantai delta, pantai darata alluvial
yang turun (Pantai Semarang)

pantai pengendapan glacial, misalnya sebagai morena yang tenggelam atau


sebagai drumline yang tenggelam

pantai yang karena pengendapan pasir oleh angin (prograding sand dune)

meluasnya tumbuh-tumbuhan pada pantai atau rawa bakau yang luas (contohnya
pantai didekat Townsvill, timur laut Queensland, Australia)

c.

Bentuk pantai akibat aktifitas vulkanisme

pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini. Cirinya jika lavanya basa
bentuk pantai tidak teratur, kalau asam bentuk pantai lebih teratur

pantai amblesan volkanik dan pantai kaldera

d. Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diatrophism atau tektonik


-

pantai yang terbentuk karena patahan

pantai yang terbentuk karena lipatan

2. Macam-macam Pantai Sekunder


a.

Bentuk pantai karena erosi laut

pantai yang berliku-liku karena erosi gelombang

pantai terjal yang lurus karena erosi gelombang

b. Bentuk pantai karena pengendapan laut


-

pantai yang lurus karena pengendapan gosong pasir (bars) yang memotong teluk

pantai yang maju karena pengendapan laut

pantai dengan gosong pasir lepas pantai (offshore bars and longshore spit).

D. Klasifikasi Pantai Secara Klimato-Genetik


Davies (1980) dikutip Sunarto (1991) mengklasifikasikan pantai secara
klimato-genetik. Klasifikasi ini didasarkan pada hubungan antara energi
gelombang

dengan

morfologi

pantai,

serta

memperhatikan

signifikansi

peninggalan sejarah dan aspek-aspek geologis dalam evolusi pantai. Berdasarkan


aspek klimato-genetik, pantai dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Pantai Lintang Rendah


Pantai ini dicirikan oleh energi gelombang rendah dan lingkungan angin pasat.
Sediment pantai banyak, sehingga banyak pantai berbatu didaerah tropis. Ada
beberapa pantai yang terjadi dari kkarang dan ganggang. Terdapat hubungan
antara variasi morfologi pantai dengan wilayah hujan.Mangrove tumbuh didaerah
beriklim tropik panas-basah, sedangkan gemuk pantai terdapat dilingkungan yang
briklim tropik panas-kering.
2. Pantai Lintang Tengah
Pantai ini terdapat dilingkungan gelombang berenergi tinggi, karena aktifitas
gelombang dan abrasi bertenaga tinggi itu maka cliff dan bentukan yang
berasosiasi dapat berkembang dengan baik.
3. Pantai Lintang Tinggi
Pantai ini dicirikan dengan gelombang berenergi rendah. Kebanyakan merupakan
sisa-sisa pembentukan. Gisik terbentuk dengan dominasi kerikil dan kerakal.
Perkembngan morfologi cliff dipengaruhi kuat oleh gerakan massa batuan dalam
skala besar.

BAB III
METODOLOGI
3.1

Alat dan Bahan


Pelaksanaan praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto acara

Bentuklahan Delta dan Pantai ini menggunakan beberapa alat dan bahan
untuk menunjang kelengkapan dan penyelesaian praktikum. Adapun alat
dan bahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat tulis lengkap
BCL
Benang
Kertas A3
Kertas HVS
Kertas kalkir
Penggaris
Alat coring
Lakban
Sekop
3.1.2 Bahan
Pipa peralon diameter 10 cm

3.2

Metodologi

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan.

Melakukan pengamatan morfologi bentuklahan delta


dan pantai secara keseluruhan.

Membuat sketsa morfologi bentuklahan delta dan


pantai secara keseluruhan.

Menginterpretasikan morfogenesa dari morfologi


bentuklahan delta dan pantai.

Membuat parit uji dengan menggunakan sekop.

Mengamati, mensketsa, dan mengukur tebal laminasi


endapan pasir pada Delta Bodri

Mennginterpretasikan pembentukan laminasi pada


endapan pasir Delta Bodri

Melakukan coring untuk mengetahui struktur


endapan Delta Bodri secara vertikal.

Mensketsa struktur vertikal endapan Delta Bodri


dengan skala 1:1.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai