Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ilmu geofisika merupakan bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
dengan mengunakan prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika digunakan untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan bumi yang melibatkan pengukuran diatas
permukaan dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan yang berada
di bawah permukaan bumi. Maka dari pengukuran tersebut akan dapat diketahui
bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik secara vertikal
ataupun secara horizontal.Metode geofisika pada umumnya dibagi menjadi 2
macam, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Medan
alami dalam hal ini seperti halnya radiasi gelombang gempa bumi, medan
gravitasi bumi, medan magnetik bumi dll. Sedangkan metode aktif adalah suatu
metode yang dilakukan dengan membuat medan buatan kemudian mengukur
respons yang dilakukan oleh bumi. Dalam hal ini medan buatan adalah suatu
getaran atau gelombang yang dapat menimbulkan suatu respon seperti ledakan
dinamit, pemberian arus listrik, dll. Sedangkan apabila dijelaskan secara khusus
maka metode geofisika dapat dibagi menjadi beberapa macam seperti contohnya
metode seismik, metode gravitasi, metode magnet bumi, dll.
Metode magnet merupakan salah satu metode digunakan dalam teknik
geofisika. Pengukuran dengan menggunakan metode magnet yang paling banyak
dilakukan

adalah

dengan

menggunakan

alat

PPM

(Proton

Precession

Magnetometer). Metode ini pada dasarnya dilakukan berdasarkan pengukuran


anomali geomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas, atau
permeabilitas magnetik suatu jebakan dari daerah magnetik di sekelilingnya.
Disini perbedaan permeabilitas itu sendiri pada dasarnya diakibatkan oleh

perbedaan distribusi mineral

yang bersifat ferromagnetik, paramagnetik,

diamagnetik.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan


menggunakan metode magnetik.

Bagaimana mendeteksi letak dan batas litologi dari analisis anomali medan
magnet dan diperkuat dengan data gradien vertikal medan magnetik total
yang dapat memberikan respon jika terjadi perbedaan litologi pada suatu
daerah.

I.3 Tujuan
Penelitian geofisika dengan menggunakan metode magnetik ini bertujuan
untuk :
Untuk mengetahui unsur-unsur penyusun struktur geologi yang berada di
bawah permukaan daerah tersebut.
Untuk menentukan nilai anomali magnetik maksimum dan minimum
daerah tersebut guna menentukan kelayakan untuk dilakukan eksplorasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metode Magnetik


Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang
memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh
kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah
permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat
dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang
tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal,
maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda
Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas,
dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang
prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D. Dalam magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan
dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data
pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks.
Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu jauh
lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui
darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa
diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan
menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain,
geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat
langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada
permukaan (Dobrin dan Savit, 1988).

2.2 Sifat Magnetik Batuan


Setiap batuan yang terdiri dari bermacam-macam mineral, yang
memiliki sifat magnetik dan susceptibilitas yang berbeda, masing-masing
dikelompokkan kedalam:
1. Diamagnetisme
Dalam batuan diamagnetik atomatom pembentuk batuan
mempunyai kulit elektron berpasangan dan mempunyai putaran yang
berlawanan dalam tiap pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar
orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang menghasilkan medan magnet
lemah yang melawan medan magnet luar tadi. Mempunyai suseptibilitas
(k) negatif dan kecil dan suseptibilitas (k) tidak tergantung dari pada
medan magnet luar. Contoh: bismuth, grafit, gipsum, marmer, kuarsa,
garam (Tabel 1).
Tabel 1. Suseptibilitas mineral diamagnetisme
Mineral
Bismut
Karbon (Berlian)
Karbon (Grafit)
Tembaga
Timbal
Mercuri
Perak
Air

Diamagnetisme (x 10-5)
-16.6
-2.1
-1.6
-1.0
-1.8
-2.9
-2.6
-0.91

2. Paramagmetisme
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh
yakni ada elektron yang putarannya tidak berpasangan dan mengarah
pada arah putaran yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, putaran
tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah

dengan medan tersebut sehingga


momen

magnetik

yang

memperkuatnya.

Akan

tetapi

terbentuk terorientasi acak oleh agitasi

termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai


sifat:
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.

Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.


Contoh:

piroksen, olivin, garnet, biotit,

amfibolit, dll (Tabel 2).


Tabel 2. Suseptibilitas mineral paramagnetisme

3. Ferromagnetik

Minera
Tungste
l
Cesium
n
Alumini
Lithium
um
Magnes
Sodium
ium

Paramagnetisme
6.8 -5
(x10 )
5.1
2.2
1.4
1.2
0.72

Sifat yang dimiliki oleh material ini adalah susceptibilitas positif dan jauh
lebih besar dari satu, serta nilai susceptibilitasnya bergantung pada
temperatur. Nilai susceptibilitas mineral ini adalah (100<k<(1.6x106))x10-6
em, contoh: besi, nikel, dan kobal. Bahan-bahan feromagnetik intensitas
magnetisasi besarnya sejuta kali lebih besar daripada bahan-bahan
diamagnetik dan paramagnetik.

Secara lebih spesifik batuan terbagi menjadi tiga macam, yaitu batuan
sedimen, batuan beku, batuan metamorf yang memiliki susceptibilitas
yang berbeda, berikut nilai susceptibilitas masing-masing batuan :
1. batuan sedimen, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (04000)x10-6 emu dengan rata-rata (10-75)x10-6 emu, contoh: dotomine,
limestone, sandstone dan shales.

2. batuan beku, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (0-97)x10-6


emu dengan rata-rata (200-13500) emu, contoh granite,rhyolite, basalt,
dan andesit.
3. batuan metamorf, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas(05800)x10-6

emu

dengan

rata-rata(60-350)x10-6

emu,

contoh

amphibolite, shist,phyllite, gneiss, quartzite, serpentine dan slate.

2.3 Medan Magnet Utama


Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan
luas lebih dari 104 km2. Proses rata-rata ini tidak menghilangkan beberapa
medan periodik yang berasal dari luar demikian juga spektrum panjang
gelombang dari medan magnet utama dan medan magnet local.
Ada beberapa teori yang membahas penyebab medan magnet utama,
diantaranya teori magnetisasi permanen, teori perputaran muatan listrik, teori
perputaran benda masif, induksi badai magnet dan teori exsitasi diri dynamo.
Perputaran dari efek dynamo dengan cakram diandaikan sebagai inti bumi
yang berputar relatif terhadap gulungan kawat, sehingga timbul medan listrik
yang kemudian menimbulkan arus listrik dalam koil. Beda potensial pada
cakram :

E.dr vxB.dr Brdr 2 Ba

(1)

Impedansi dari rangkain tersebut tergantung dari tahan total R dan induksi
diri dari koil L sehingga

1
I
Ba 2 IR L
2
t

(2)

jika M adalah induksi bersama dari cakram dan koil, maka hubungan
medan dengan arus adalah

a 2 B MI

B M

R B
t 2

M 2L
B B0 exp t

2L

(3)

(4)

Pertambahan yang begitu besar pada t yang besar adalah tidak sesuai
dengan kenyataan. Penyelesaian persamaan (4) diperoleh dengan anggapan
kecepatan sudut konstan, tanpa memperhatikan intensitas medan magnet.
Karena gaya Lorentz berlawanan dengan arah rotasi sehingga torsi penggerak
konstan. Apabila medan magnet bertambah besar maka torsi juga bertambah
sehingga berkurang sampai mencapai kesetimbangan pada kecepatan 0.
Magnitudo dari medan magnet tidak bergantung tetapi hanya bergantung
pada torsi pengerak.

Gambar 1. Sistem efek dynamo.


2.4 Anomali Medan Magnet Total Bumi
Di dalam penelitian dengan metode magnetik, pada umumnya proses
pengambilan data dilakukan dengan menggunakan magnetometer (misalnya,
PPM). Instrumen ini mengukur besarnya (magnetude) medan magnet total
tanpa memandang arah vektornya. Anomali medan magnetik total bumi
merupakan medan magnet yang dibangkitkan oleh anomali atau batuan
termagnetisasi pada kerak bumi sebagai akibat adanya induksi medan utama

magnetik bumi. Anomali ini dihitung dari pengukuran medan magnet total
dikurangi medan utama magnetik bumi tersebut (Menggunakan nilai IGRF
yang sesuai dengan lokasi penelitian).
Medan utama magnetik bumi (main field) BM dan medan magnet benda
penyebab anomali medan magnet BA memberikan sumbangan dalam medan
magnet total bumi sehingga medan magnet total bumi pun berubah dan dapat
ditulis dengan
BT = BM + BA

(5)

Jika BT menggambarkan medan magnet total pada suatu titik dan BM


medan magnet utama bumi pada suatu titik yang sama, seperti yang disajikan
dalam gambar di bawah ini, maka anomali medan magnet total diberikan oleh:

T | B T | | B M |

(6)

Gambar 2. Penggambaran vektor anomali medan magnet total bumi


Jika B menggambarkan medan akibat benda anomali, maka medan
magnetik total adalah BT = BM + B sehingga persamaan 3 menjadi:

T | B M B | | B M || B | ..(7)
Jika |BM| > |B| maka dapat digunakan pendekatan

T | B M B | | B M | ...(8)
2

B M 2 B M B | B M |

BM BM

1
1
2
(B M B) | B M |
2
BM BM

B M B
f B
| BM |
(9)

Dengan demikian T dapat didekati sebagai proyeksi B (anomali medan


magnetik bumi) pada arah medan magnetik bumi (f).
2.5 Alat dan Prinsip kerja
Metode dilakukan dengan berdasarkan pada hasil pengukuran anomaly
geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas, atau
permeabilitas magnetik tubuh cebakan dari daerah di sekelilingnya, metode ini
memakai alat geomagnet.
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan
magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi
benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Variasi yang terukur (anomali)
berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi intensitas medan
magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan
keadaan geologi. Penggunaan utama pada metode magnetik ini banyak
difokuskan pada survei awal dalam peninjauan ekplorasi minyak bumi, panas
bumi, mineral, penelitian geologi regional, dan penelitian-penelitian geologi
ekplorasi dalam lainnya. Dalam bidang geologi teknik survey ini membantu
dalam mengidentifikasi struktur bawah permukaan yang sangat berpengaruh
dalam kaitannya dengan perencanaan bangunan.

Gambar 1. Alat Geomagnet Sistem GSM-19T

Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet


raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet
yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada
bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi
suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik
secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung

dari

suseptibilitas

magnetik

masing-masing

batuan.

Harga

suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan

semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak.
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan
interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan
mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet
yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi
pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau
mungkin juga bagian atas mantel.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang
mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran
vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar
vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat
residual kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi
terhadap waktu lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa
dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan
dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral
serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda arkeologi.
Pada prinsipnya didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan
magnet di permukaan bumi yang diakibatkan oleh variasi distribusi benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi.
Variasi sifat kemagnetan diindikasikan sebagai variasi besarnya suseptibiltas
mineral penyusun batuan terhadap batuan sekitarnya.
Variasi intensitas magnetik yang terukur ditafsirkan sebagai bentuk distribusi
bahan magnetik di bawah permukaan kemudian dijadikan dasar pendugaan
keadaan geologi bawah permukaan bumi.

2.6 Pengolahan Data

Pertama adalah kita mencari nilai rata-rata dari data PPM yang kita
dapatkan pada penelitian tersebut.Data itu juga disebut data intensitas medan
total. Intensitas medan magnet total ini dikurangi dengan koreksi variasi harian
dan koreksi IGRF sebesar 45300T. Anomali medan magnet total yang
diperoleh dilakukan peng-grid-an untuk mendapatkan peta anomali medan
magnet total. Permodelan dilakukan dengan mengunakan program SURFER8.
Dan selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mendapatkan informasi lokasi
penelitian.
Perhitungan PPM
Dicari PPM rata-rata yang didapat dari nilai PPM yang diukur tiap titik
sebanyak tiga kali dengan rumus:
PPM ratarata=

jumlah PPM pada tiap titik


jumlah pengambilan data

Perhitungan Koreksi Diurnal


Koreksi Diurnal (harian) adalah penyimpangan intensitas medan magnet
bumi yang disebabkan oleh adanya perbedaan waktu pengukuran dan efek
sinar matahari dalam satu hari. Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukan
terhadap data magnetik terukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnet
luar atau variasi harian.
Perhitungan dari koreksi diurnal ini dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Microsoft office (excel), dimana nilai koreksi diurnal ini
dihitung dengan menggunakan

t t
H D n aw H ak H aw
t ak t aw

Dimana :

tn
= t pd titik n
Hakh
= Nilai medan magnet di titik akhir
Hawl
= Nilai medan magnet di titik awal
Perhitungan Koreksi IGRF
Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan
magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi.
Harga rata-rata intensitas medan magnet utama bumi untuk daerah Jawa timur,
yaitu sebesar 45300 nT. Nilai inilah yang akan digunakan dalam pengolahan
terhadap koreksi IGRF
Pengolahan terhadap koreksi IGRF ini menggunakan perangkat lunak
Microsoft office (excel), dimana nilai koreksi IGRF ini dapat dihitung dengan
persamaan

H H H D H O

Ha
Hrata-rata
Hvar
HIGRF

= Anomali medan magnetik total


= Nilai rata-rata H di tiap stasiun
= Koreksi variasi harian
= Koreksi IGRF (45300nT)

Data lapangan
Koreksi variasi
Koreksi IGRF
Anomali medan magnet total

Pembuatan peta anomali


medan magnet total

Pemodelan

selesai

Gambar 6.Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik

2.7 Interpretasi Data


Hasil pengukuran magnetometer adalah berupa penjumlahan dari medan
magnet bumi utama yang dibangkitkan oleh outer core dan dihilangkan dengan
koreksi IGRF, variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi
kerentanan magnet batuan, medan magnet remanen yang merupakan sasaran
survey geomagnetik, dan variasi harian akibat aktivitas matahari yang
dihilangkan dengan koreksi variasi harian.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengolahan data standar yaitu hasil yang diperoleh merupakan data anomali
magnetik total (dalam nT) setelah dikoreksi variasi harian dan IGRF. Setelah
diperoleh nilai medan magnetik hasil koreksi harian dan IGRF, selanjutnya data
tersebut dapat dikonturkan dengan menggunakan bantuan software Surfer8
sehingga akan terlihat anomali medan magnetik pada daerah yang disurvey.
Secara umum proses penelitian dapat digambarkan sebagai berikut
Mulai

Studi Literatur
Identifikasi Masalah

Penentuan Lokasi dan Survey Awal

Pengambilan Data
Pengolahan Data

Interpretasi
Selesai

Gambar 7.Diagram penelitian

2.8 Keunggulan dan Kelemahan


Kelebihan metode magnetik dibanding metode yang lain :
1. Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan
untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hidritermal yang kaya
akan mineral ferromagnetic, struktur geologi.
2. Mineral-mineral ferromagnetik akan kehilangan sifat kemagnetannya bila
dipanasi mendekati temperature curie oleh karena itu efektif digunakan untuk
mempelajri daerah yang dicurigai mempunyai potensi geothermal.
3. Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak seumit gaya berat.

Kelebihan metode magnetic dibanding metode yang lain :


Setiap batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau penamaannya
sama, dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik akibat
peristiwa geologi yang dialaminya. Sehingga bias memberikan data yang didapat
bias berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya di bawah permukaan.
2.9 Aplikasi Metode Magnetik
1. Eksplorasi Minyak Bumi dengan Metode Magnetik
2. Eksplorasi Panas Bumi dengan Metode Magnetik
3. Eksplorasi Bijih Besi dengan Metode Magnetik
4. Eksplorasi Air dengan Metode Magnetik

BAB III
STUDI KASUS

Identifikasi Struktur Geologi Bawah Permukaan Dasar Laut Berdasarkan


Interpretasi Data Anomali Magnetik di Perairan Teluk Tolo Sulawesi

Paper ini bertujuan untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan yang
berkembang di lokasi penelitian dengan menggunakan metode magnetik.
Penggunaan Metode ini karena memanfaatkan prinsip susceptibilitas batuan,
sehingga perbedaan nilai K batuan yang mencolok dapat mengindikasikan adanya
struktur geologi pada daerah tersebut.Teluk Tolo, Sulawesi memiliki setting
geologi yang cukup kompleks dimana tempat pertemuan ketiga lempeng mayor
antara lain lempeng indo-australia yang bergerak ke utara, lempeng pasifik yang
bergerak ke barat dan lempeng eurasia yang bergerak ke selatan dan tenggara.
(Hall dkk,2008). Karena kompleksitas tersebut, menyebabkan lokasi tersebut
tidak stabil sehingga dapat menjadi lokasi yang rawan terhadap bencana geologi.

Gambar 3.1 Peta Geologi Sulawesi (Simandjuntak dkk,1983)

Koreksi data meliputi IGRF dan variansi harian untuk mendapatkan gambaran
anomali total. Untuk data yang akan di gunakan dalam analisa adalah data
anomali residual yang diperoleh dari pemisahan anomali total dengan anomali
regional melalui metode Trend Surface Analysis. Hasil pegukuran di lapangan di
plot dan dibuat kedalam peta kontur anomali untuk mengetahui variasi anomali
magnetik pada lokasi penelitian. Analisis dilakukan dari 3 sayatan pada peta
anomali yang telah di plot. Sayatan A-A`, B-B` dan C-C`.

Gambar 3.2 Peta Anomali Magnetik Teluk Tolo

Gambar 3.3 Sayatan A-A`

Gambar 3.4 Sayatan B-B`

Gambar 3.5 Sayatan C-C`

Gambar 3.6 Plot Struktur Patahan pada Peta Anomali di Teluk Tolo

Hasil pengukuran anomali magnetik pada lokasi didapatkan bahwa batuan pada
lokasi penelitian terdiri dari Granit, sedimen kuarsa, malihan kuarsit dan gabbro

intrusif pada kedalaman 50 200 m dari permukaan dengan nilai susceptibilitas


sebagai berikut:
-0,001 kedalaman 40 -110 : sedimen kuarsa tebal 70 m
0,004 kedalaman 100-200 : malihan kuarsit
0,03 kedalaman 155 m : batuan granit
0,07 kedalaman 130 m : gabbro > intrusi setempat

Setelah dilakukan analisis, dapat disimpulakan bahwa nilai magnetik yang


berdekatan sangat kontras pada daerah tersebut menjadi indikasi patahan pada
kedalaman 45 m di bawah permukaan membentuk sesar normal pada ketiga
sayatan.
Pendugaan Model Sumber Anomali Magnetik Bawah Permukaan di Area
Pertambangan Emas Rakyat Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar,
Labupaten Banyumas.

Desa Paningkaban merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas


yang memiliki potensi sebaran emas yang cukup banyak di bawah permukaan
tanah. Sebaran endapan emas tersebut dijumpai pada jalur endapan aluvial pada
lereng-lereng Gunung Slamet.
Pendugaan anomali magnetik bertujuan untuk mengetahui lokasi sebaran
endapan emas pada pertambangan tradisional di Desa Paningkaban, Gumelar,
Banyumas. Hasil yang di analisis merupakan hasil anomali magnetik residual
dengan membuat 2 sayatan yaitu sayatan A-B dan C-D.

Gambar 3.7 Peta Kontur Anomali Magnetik

Gambar 3.8 Peta Kontur Anomali Magnetik dengan Sayatan

Pembuatan permodelan sayatan tersebut menggunakan software Mag2DC


for Windows dengan membuat 2 lintasan yakni lintasan A-B dan lintasan C-D.
Setelah dilakukan pebuatan sayatan dan pencocokan kurva anomali observasi
pada software maka diperoleh bentukan sayatan A-B dan C-D sebagai berikut:

Gambar 3.9 Peta Kontur Anomali Magnetik dengan Sayatan

Interptretasi litologi bawah permukaan pada lokasi penelitian berdasarkan


nilai susceptibilitasnya terdiri dari beberapa jenis yang di buat kedalam beberapa
model antara lain:

Tabel 1. Interpretasi pemodelan data anomali magnetik lintasan A-B

Tabel 2. Interpretasi pemodelan data anomali magnetik lintasan C-D

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Purwokerto-Tegal, diketahui bahwa


formasi batuan penyusun lokasi penelitian terdiri dari Formasi Halang, Formasi
Tapak, Endapan lahan, serta satuan Intrusi andesit. Dijumpai indikasi intrusi
andesit yang diperkirakan berasal dari magma yang bergerak naik kepermukaan

melalui zona patahan akibat proses tektonik membawa mineral-mineral sulfida


dan bereaksi dengan batuan sedimen disekitarnya. Hasil dari intrusi tersebut di
interpretasikan menjadi sumber pembawa mineralisasi emas pada lokasi penelitian
yang ditemukan pada urat-urat pirit halus mengisi rekahan batuan.
Kesimpulan dari paper tersebut yakni potensi emas pada derah penelitian
berada pada utara dan selatan lintasan AB pada koordinat 10859'45,6''BT;
724'58,8''LS dan pada kedalaman 36 meter serta pada 10859' 46,4''BT; 725'3,2''
LS dan kedalaman 113 m. Sedangkan pada lintasan CD terletak pada bagian barat
dengan posisi geografis 10859'45,6'' BT ;724'58,8''LS kedalaman 113 m serta
bagian timur pada 0859'58,9''BT; 724'58,7'' LS dan kedalaman 107 m.

Anda mungkin juga menyukai