PENDAHULUAN
adalah
dengan
menggunakan
alat
PPM
(Proton
Precession
diamagnetik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana mendeteksi letak dan batas litologi dari analisis anomali medan
magnet dan diperkuat dengan data gradien vertikal medan magnetik total
yang dapat memberikan respon jika terjadi perbedaan litologi pada suatu
daerah.
I.3 Tujuan
Penelitian geofisika dengan menggunakan metode magnetik ini bertujuan
untuk :
Untuk mengetahui unsur-unsur penyusun struktur geologi yang berada di
bawah permukaan daerah tersebut.
Untuk menentukan nilai anomali magnetik maksimum dan minimum
daerah tersebut guna menentukan kelayakan untuk dilakukan eksplorasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diamagnetisme (x 10-5)
-16.6
-2.1
-1.6
-1.0
-1.8
-2.9
-2.6
-0.91
2. Paramagmetisme
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh
yakni ada elektron yang putarannya tidak berpasangan dan mengarah
pada arah putaran yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, putaran
tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah
magnetik
yang
memperkuatnya.
Akan
tetapi
3. Ferromagnetik
Minera
Tungste
l
Cesium
n
Alumini
Lithium
um
Magnes
Sodium
ium
Paramagnetisme
6.8 -5
(x10 )
5.1
2.2
1.4
1.2
0.72
Sifat yang dimiliki oleh material ini adalah susceptibilitas positif dan jauh
lebih besar dari satu, serta nilai susceptibilitasnya bergantung pada
temperatur. Nilai susceptibilitas mineral ini adalah (100<k<(1.6x106))x10-6
em, contoh: besi, nikel, dan kobal. Bahan-bahan feromagnetik intensitas
magnetisasi besarnya sejuta kali lebih besar daripada bahan-bahan
diamagnetik dan paramagnetik.
Secara lebih spesifik batuan terbagi menjadi tiga macam, yaitu batuan
sedimen, batuan beku, batuan metamorf yang memiliki susceptibilitas
yang berbeda, berikut nilai susceptibilitas masing-masing batuan :
1. batuan sedimen, biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (04000)x10-6 emu dengan rata-rata (10-75)x10-6 emu, contoh: dotomine,
limestone, sandstone dan shales.
emu
dengan
rata-rata(60-350)x10-6
emu,
contoh
(1)
Impedansi dari rangkain tersebut tergantung dari tahan total R dan induksi
diri dari koil L sehingga
1
I
Ba 2 IR L
2
t
(2)
jika M adalah induksi bersama dari cakram dan koil, maka hubungan
medan dengan arus adalah
a 2 B MI
B M
R B
t 2
M 2L
B B0 exp t
2L
(3)
(4)
Pertambahan yang begitu besar pada t yang besar adalah tidak sesuai
dengan kenyataan. Penyelesaian persamaan (4) diperoleh dengan anggapan
kecepatan sudut konstan, tanpa memperhatikan intensitas medan magnet.
Karena gaya Lorentz berlawanan dengan arah rotasi sehingga torsi penggerak
konstan. Apabila medan magnet bertambah besar maka torsi juga bertambah
sehingga berkurang sampai mencapai kesetimbangan pada kecepatan 0.
Magnitudo dari medan magnet tidak bergantung tetapi hanya bergantung
pada torsi pengerak.
magnetik bumi. Anomali ini dihitung dari pengukuran medan magnet total
dikurangi medan utama magnetik bumi tersebut (Menggunakan nilai IGRF
yang sesuai dengan lokasi penelitian).
Medan utama magnetik bumi (main field) BM dan medan magnet benda
penyebab anomali medan magnet BA memberikan sumbangan dalam medan
magnet total bumi sehingga medan magnet total bumi pun berubah dan dapat
ditulis dengan
BT = BM + BA
(5)
T | B T | | B M |
(6)
T | B M B | | B M || B | ..(7)
Jika |BM| > |B| maka dapat digunakan pendekatan
T | B M B | | B M | ...(8)
2
B M 2 B M B | B M |
BM BM
1
1
2
(B M B) | B M |
2
BM BM
B M B
f B
| BM |
(9)
dari
suseptibilitas
magnetik
masing-masing
batuan.
Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan
semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak.
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan
interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan
mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet
yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi
pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau
mungkin juga bagian atas mantel.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang
mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran
vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar
vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat
residual kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi
terhadap waktu lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa
dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan
dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral
serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda arkeologi.
Pada prinsipnya didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan
magnet di permukaan bumi yang diakibatkan oleh variasi distribusi benda
termagnetisasi di bawah permukaan bumi.
Variasi sifat kemagnetan diindikasikan sebagai variasi besarnya suseptibiltas
mineral penyusun batuan terhadap batuan sekitarnya.
Variasi intensitas magnetik yang terukur ditafsirkan sebagai bentuk distribusi
bahan magnetik di bawah permukaan kemudian dijadikan dasar pendugaan
keadaan geologi bawah permukaan bumi.
Pertama adalah kita mencari nilai rata-rata dari data PPM yang kita
dapatkan pada penelitian tersebut.Data itu juga disebut data intensitas medan
total. Intensitas medan magnet total ini dikurangi dengan koreksi variasi harian
dan koreksi IGRF sebesar 45300T. Anomali medan magnet total yang
diperoleh dilakukan peng-grid-an untuk mendapatkan peta anomali medan
magnet total. Permodelan dilakukan dengan mengunakan program SURFER8.
Dan selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mendapatkan informasi lokasi
penelitian.
Perhitungan PPM
Dicari PPM rata-rata yang didapat dari nilai PPM yang diukur tiap titik
sebanyak tiga kali dengan rumus:
PPM ratarata=
t t
H D n aw H ak H aw
t ak t aw
Dimana :
tn
= t pd titik n
Hakh
= Nilai medan magnet di titik akhir
Hawl
= Nilai medan magnet di titik awal
Perhitungan Koreksi IGRF
Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan
magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi.
Harga rata-rata intensitas medan magnet utama bumi untuk daerah Jawa timur,
yaitu sebesar 45300 nT. Nilai inilah yang akan digunakan dalam pengolahan
terhadap koreksi IGRF
Pengolahan terhadap koreksi IGRF ini menggunakan perangkat lunak
Microsoft office (excel), dimana nilai koreksi IGRF ini dapat dihitung dengan
persamaan
H H H D H O
Ha
Hrata-rata
Hvar
HIGRF
Data lapangan
Koreksi variasi
Koreksi IGRF
Anomali medan magnet total
Pemodelan
selesai
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Interpretasi
Selesai
BAB III
STUDI KASUS
Paper ini bertujuan untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan yang
berkembang di lokasi penelitian dengan menggunakan metode magnetik.
Penggunaan Metode ini karena memanfaatkan prinsip susceptibilitas batuan,
sehingga perbedaan nilai K batuan yang mencolok dapat mengindikasikan adanya
struktur geologi pada daerah tersebut.Teluk Tolo, Sulawesi memiliki setting
geologi yang cukup kompleks dimana tempat pertemuan ketiga lempeng mayor
antara lain lempeng indo-australia yang bergerak ke utara, lempeng pasifik yang
bergerak ke barat dan lempeng eurasia yang bergerak ke selatan dan tenggara.
(Hall dkk,2008). Karena kompleksitas tersebut, menyebabkan lokasi tersebut
tidak stabil sehingga dapat menjadi lokasi yang rawan terhadap bencana geologi.
Koreksi data meliputi IGRF dan variansi harian untuk mendapatkan gambaran
anomali total. Untuk data yang akan di gunakan dalam analisa adalah data
anomali residual yang diperoleh dari pemisahan anomali total dengan anomali
regional melalui metode Trend Surface Analysis. Hasil pegukuran di lapangan di
plot dan dibuat kedalam peta kontur anomali untuk mengetahui variasi anomali
magnetik pada lokasi penelitian. Analisis dilakukan dari 3 sayatan pada peta
anomali yang telah di plot. Sayatan A-A`, B-B` dan C-C`.
Gambar 3.6 Plot Struktur Patahan pada Peta Anomali di Teluk Tolo
Hasil pengukuran anomali magnetik pada lokasi didapatkan bahwa batuan pada
lokasi penelitian terdiri dari Granit, sedimen kuarsa, malihan kuarsit dan gabbro