PENDAHULUAN
Petrologi berasal dari kata latin yaitu petro yang berarti batu dan logos yang
berarti ilmu. Sehingga secara harfiah petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
terdapatnya, dan cara terbentuknya batuan. Di alam terdapat empat jenis batuan yaitu
batuan beku, batuan piroklastik, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Adapun
berbagai macam batuan yang terendapkan seperti tipe Vulcanic Massive Sulfide (VMS)
VMS atau Vulcanic Massive Sulfide merupakan bagian kelompok besar dari
endapan sulfida masif atau semi masif yang terbentuk sebagai akibat masuknya
larutan hidrotermal ke lantai samudera. Beberapa bagian dari endapan ini meliputi
sedex, sedimen, hosted, atau shale-hosted straform massive sulfides. Endapan ini
mengandung lensa konkoidal dari sulfida masif, yang tersusun atas 60% atau lebih
mineral sulfida. Secara stratigrafi ditutupi oleh stockwork diskorian dan di urat-urat
mineralisasi sulfida yang terdapat pada batuan yang mengalami alterasi hidrotermal.
Endapan tipe Kuroko yang berupa larutan pengendapan dari logam-logam sulfida dan
sulfat. Proses pembentukannya erat dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan
1
mengenali jenis-jenis batuan yang ada maka diperlukan pengamatan secara langsung
di lapangan. Selain itu pengamatan ini dilakukan dengan berbagai metode klasifikasi
batuan dan menggunakan jenis-jenis alat yang berdea. Sehingga pengamat sekaligus
Penelitian ini bermaksud untuk mengamati batuan dan mineral yang ada di
daerah penelitian. Batuan dan mineral yang diteliti merupakan batuan yang
kenampakannya jelas di permukaan. Dalam hal ini, pengamatan tentang batuan dan
mineral pada batuan yang tersingkap akan diketahui sebaran jenis VMS tipe Kuroko.
Endapan mineral yang diamati juga akan diklasifikasikan dan ditentukan nama serta
Tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan fieldtrip ini adalah :
1. Mengetahui sebaran jenis VMS tipe Kuroko serta pembentukan jenis batuannya
2. Mengetahui kandungan yang ada di dalam endapan VMS tipe Kuroko didaerah
penelitian.
2
1.3 Lokasi, Waktu, dan Kesampaian Daerah
09.00 WITA dan tiba di penginapan pada pukul 22.00 WITA, di Kecamatan
Sesean, Kabupaten Toraja Utara (Gambar 1.5), Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar
1.3). Pada hari Sabtu tanggal 22 November 2015, Praktikum Lapangan hari pertama
Daerah praktikum lapangan berjarak sekitar 330 km dari Kota Makassar ke arah
Utara, sekitar 17 km kearah Timur–Laut Kota Rantepao, yang dapat ditempuh sekitar
3
Gambar 1.1 Peta Daerah Penelitian
4
1.4 Batasan Masalah
Dalam laporan ini kami hanya membahas mengenai pembentukan dari sebaran
endapan VMS tipe Kuroko, pendeskripsian mengenai sifat-sifat fisik dari endapan VMS
1.5.1 Alat
1. Kompas Geologi
Alat ini berfungsi untuk mengukur arah pada suatu titik ataupun kelurusan
kedudukan perlapisan, alat ini juga digunakan untuk mengukur kekar pada
scanline.
2. Palu Geologi
5
Alat ini berfungsi untuk mengambil sampel di lapangan dengan cara memecah
atau mencungkil.
3. Lup
Alat ini digunakan untuk mengamati tekstur dan mineral penyusun batuan.
4. Peta Regional
5. Roll Meter
6
6. Kamera Digital
Alat ini digunakan untuk mengambil gambar struktur geologi seperti patahan,
7. Jas Hujan
Alat ini digunakan untuk melindungi tubuh beserta barang yang dibawa ke
8. Topi rimba
7
9. Buku Lapangan
Alat ini digunakan untuk menuliskan data sementara yang diperoleh saat
berada dilapangan. Mulai dari data-data hasil pengukuran strike dan dip,
Alat ini digunakan dilapangan sebagai pengalas saat menulis laporan sementara
8
1.5.2 Bahan
2. Spidol
regional, diantaranya :
Penelitian tentang endapan Kuroko di Desa Sangkaropi dilakukan oleh Dr. Ir.
Irzal Nur, MT. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa unit - unit batuan di
daerah Sangakaropi terbagi atas delapan anggota yaitu batuan Granitik, Breksi Tufa
Andesitik, batuan Dasit, Tufa asam, Piroklastika Riolitik dan lava, batuan Basal, Serpih
Kalkareus, dan Piroklastika Andesitik dan lava. Kemudian disimpulkan juga bahwa
Kuroko.
Sangkaropi dan Rumanga Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh Ulva Ria Irvan.
9
Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa proses alterasi terjadi dalam tiga fase.
Fase – fase ini dipengaruhi H2O pada konsentrasi Al2O3 rendah dan K2O tinggi,
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
orogenik, salah satunya adalah orogen pulau Sulawesi Bagian Selatan. yang terdiri dari
beberapa unit fisiografi yaitu Selat Makassar, dataran antara Teluk Mamuju dengan
Teluk Mandar, Depresi Saddan, Pegunungan Latimojong, bagian Tenggara zona Palu
daerah kompleks dari lengan tenggara Sulawesi, Pegunungan Verbeek dan daerah
Menurut Djuri dan Sujatmiko, 1974 (Peta Geologi Lembar Mejene dan Bagian
Barat Palopo Sulawesi Selatan) batuan tertua yang merupakan alas daerah ini adalah
dan Breksi serta beberapa intrusi menengah hingga basa. Kelompok batuan ini
Karena proses struktur berupa perlipatan, ketebalan formasi ini tidak dapat diketahui.
Latimojong tertindih tidak selaras oleh Formasi Toraja yang terdiri dari TET (Tertiary
Eocene Toraja) dan TETL (Tertiary Eocene Toraja Limestone). TET tersusun oleh
11
TETL tersusun oleh Batugamping dari fosil Foraminifera Planktonik. Kedua satuan
Kegiatan gunung api bawah laut terjadi pada kala Oligosen, batuannya terdiri
dari aliran lava bersusunan Basalt hingga Andesit, Breksi vulkanik, Batupasir dan
atas TOL diendapkan secara tidak selaras batuan sedimen laut dangkal yang
Miocene Breccia) yang tersusun oleh Napal, Batugamping yang tersisip mengandung
batuan ini berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Bagian atasnya bergabung
dengan satuan batuan TMC (Tertiary Miocene Conglomerate) dan TMPSS (Tertiary
Gloukonit dan Serpih. TMPSS tersusun oleh Batupasir bersusun Andesit, Batulanau,
Konglomerat dan Breksi. Ketebalan batuan ini sekitar 1000 meter dan berumur Miosen
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan
pijar, yang kita kenal dangan nama magma. Adapun pembagian genetic btuan beku
1. Batuan Ekstrusi
permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini
12
mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang
2. Batuan Intrusi
Kelompok batuan intrusi terdiri dari semua material yang membeku sebelum
pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian
tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan sedimen ini dapat digolongkan lagi
menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia,
dan batuan sedimen organik. Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses
Besar butir dari batuan sedimen klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai
(reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil
dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan
tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan
baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fase cair
13
2.3 Geologi Daerah Penelitian
Selatan berada pada koordinat 119º 56’ 00’’ - 119º 59’ 00’’ BT dan 2º 51’ 00’’ - 2º 53’
00’’ LS. Endapan tipe Kuroko di daerah ini merupakan endapan polimetalik Cu-Pb-Zn
yang menunjukkan hubungan genetik yang sangat kuat dengan vulkanisme asam
bawah laut berumur Miosen dalam Tufa Hijau. Berdasarkan studi stratigrafi-vulkanik
dan paleontologi, diketahui bahwa vulkanisme asam bawah laut tersebut berhubungan
dengan mineralisasi Kuroko di daerah Sangkaropi. Endapan bijih tipe Kuroko (bijih
dengan mineralisasi tipe Kuroko di Jepang, yang dinamakan sulfida masif tipe Kuroko,
yang merupakan tubuh-tubuh bijih sulfida masif dalam busur kepulauan moderen, di
Kuroko, Timur Laut Jepang. Dari semua endapan tersebut berasosiasi dengan batuan
Kaolin disepanjang zona sesar dan berhubungan dengan alterasi Tufa Andesitik dan
Tufa Dasitik. Tufa Zheolite umumnya memiliki kilap lempungan (earthy luster) dan
resisten. Walaupun sebagian Tufa Zheolite ini memperlihatkan warna (pastel shades)
kuning, coklat, merah, atau hijau, tetapi umumnya berwarna putih atau abu-abu.
endapan bijih Kuroko tersingkap di dua lokasi, yaitu Rumanga dan Sangkaropi.
Sangkaropi ini adalah terletak diantara serpih coklat yang berinteraksi dengan Andesit
14
(di bagian bawah) dan Breksi Tufa Andesit (di bagian atas). Sedangkan endapan
Kuroko di daerah Rumanga terletak di antara Breksi Tufa Andesit di bagian bawah dan
6,91 %), rendahnya Pb (sekitar 3,32%), dan sangat sedikitnya Zn dan Ba. Sedangkan
endapan Kuroko Rumanga dicirikan oleh tingginya kadar Pb (sekitar 3,82 - 9,80%), Zn
(sekitar 2,32 - 26,50%), Ba (sekitar 1,50 - 58,20%), serta rendahnya Cu (sekitar 2,095
- 2,76%).
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Genesis
endapan polimetalik stratabound tak terbentuk sampai sedikit terbentuk. Endapan tipe
ini secara genetik berhubungan dengan aktivitas volkanik bawah laut selama periode
Miosen, 13 – 13.5 juta tahun yang lalu. Istilah Kuroko berasal dari bahasa Jepang yang
berarti bijih hitam. Genesis dari endapan bijih tipe Kuroko adalah terjadinya sirkulasi
konveksi panas dari air laut yang masuk ke batuan vulkanik (yang panas). Tingkat
dan pelarutan logam-logam dari batuan vulkanik. Sedikit air magmatik atau air
meteorik juga akan tercampur dengan sirkulasi air laut.Berdasarkan studi stratigrafi-
dengan mineralisasi Kuroko di Jepang, yang dinamakan “sulfida masif tipe Kuroko”
yang merupakan tubuh- tubuh bijih sulfida masif dalam busur kepulauan moderen, di
Kuroko, timur laut Jepang. Dari semua itu endapan tersebut berasosiasi dengan batuan
16
1.2 Deskripsi Batuan dan Mineral
1. Batuan Beku
1. Warna Segar, warna dari batuan yang belum tercampur dengan batuan
2. Warna Lapuk, warna dari batuan yang telah tercampur denga batuan atau
lingkungan sekitarnya.
5. Warna, terbagi atas segar yang merupakan warna yang belum tercampur
6. Tekstur, tekstur batuan beku yang terdiri dari kristalinitas, granularitas, dan
fabrik.
1. Kristalinitas :
kristal.
c. Hipohyalin, batuan beku yang tersusun atas kristal dan gelas. Kristal
pendinginan menengah.
2. Granularitas :
17
c. Faneritik, batuan beku berbutir besar. > 5mm.
3. Fabrik, hubungan antar butir yang terdapat pada batuan atau dapat
10. Nama Batuan, penentuan nama dari batuan berdasarkan data-data yang
2. Batuan Sedimen
1. Warna, terbagi atas segar yang merupakan warna yang belum tercampur dengan
dengan lingkungannya.
2. Tekstur, tekstur batuan sedimen yang terdiri dari klastik dan nonklastik.
3. Klastik, terbentuk dari batuan yang telah ada dan mengelami pelapukan.
18
1. Fragmen, bagian butiran yang berukuran besar berupa pecahan mineral
dan sebagainya.
fragmen.
10. Nama Batuan, penentuan nama dari batuan berdasarkan data-data yang telah
3. Batuan Metamorf
1. Warna Segar, warna dari batuan yang belum tercampur dengan batuan
2. Warna Lapuk, warna dari batuan yang telah tercampur denga batuan atau
lingkungan sekitarnya.
19
1.2.2 Deskripsi Mineral
tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral
cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut. Kilap secara garis besar
satu atau lebih pada arah tertentu. Macam-macam belahan yaitu belahan
belahan baik (Good) apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya, belahan
jelas (Distinct) apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata,
belahan tidak jelas (Indistinct) apabila arah belahan mineral masih terlihat,
belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
4. Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Beberapa jenis pecahan mineral yaitu Concoidal bila
bidang pecahan yang kasar, contohnya mineral magnetit atau mineral besi,
20
Hackly bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang kasar tidak
5. Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar suatu keping
warna bubuk tersebut. Cerat dapat berupa warna asli mineral, dapat pula
berbeda.
dengan mineral tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah skala
mohs.
7. Berat jenis adalah suatu bilangan murni (tidak mempunyai satuan), yaitu angka
yang menyatakan berapa kali berta suatu benda jika dibandingkan dengan
berat air yang mempunyai volume sama dengan benda itu. Dengan kata lain,
ialah perbandingan antara berat jenis benda tersebut dengan berat jenis air.
kelenturan mineral). Tenacity terdiri atas Brittle (rapuh) bila mineral mudah
retak atau dihancurkan, Elastis bila mineral dapat kembali kekeadaan semula
setelah dibentuk, Fleksibel bila mudah dibentuk tetapi tidak dapat kembali
kekeadaan semula, Sectile bila dapat diiris dengan pisau, dan Ductile bila
10. Komposisi kimia merupakan susunan unsur-unsur kimia yang dimiliki oleh
mineral.
11. Sistem Kristal adalah cara untuk mengklasifikasikan bentuk kristal berdasarkan
geometri sel unit yaitu berdasarkan letak atom dalam sumbu xyz.
21
12. Golongan mineral adalah pengelompokan mineral berdasarkan kemiripan
22
BAB IV
4.1 Stasiun 01
Singkapan berukuran 5,2 meter x 5,6 meter. Jarak pengamat terhadap singkapan yaitu
Singkapan yang ditemukan merupakan lapisan ketiga dari lapisan endapan VMS tipe
kuroko. Adapun warna singkapan yang kami temukan yaitu warna segar abu-abu dan
warna lapuk coklat. Pada lapisan ini banyak sekali mengandung pirit dan kalkopirit
23
4.2 Stasiun 02
6,33 meter x 5,4 meter. Jarak pengamatan terhadap singkapan yaitu 4,7 meter dengan
kemudian mengalami proses litifikasi dan kompaksi sehingga terbentuklah batuan. Dari
yaitu adanya kesan butiran. Material penyusun dari endapan ini berukuran sangat
praktikan masih merupakan batuan insitu karena belum berpindah tempat dari posisi
aslinya.
24
4.3 Stasiun 03
Stasiun 3 terletak pada bagian perlapisan menengah dari areal pertambangan, sekitar
20 meter dari stasiun 2. Pada stasiun ini, objek pengamatan merupakan sebuah
singkapan yang telah dibuka oleh pertambangan. Hal ini ditunjukkan melalui sudah
tidak adanya vegetasi yang terdapat pada daerah sekitar singkapan serta banyak
Singkapan yang menjadi objek pengamatan praktikan masih merupakan batuan insitu
karena belum berpindah tempat dari posisi aslinya. Geometri dari singkapan adalah 28
Lebar singkapan sebesar 3,25 meter dan tinggi singkapan sebesar 21,54 meter.
Arah penggambaran sebesar N 5° E, dengan jarak 2,37 meter. Pada stasiun ini batuan
yang ditemukan hampir seluruhnya mengandung mineral Pirit, Kalkopirit, serta Kuarsa.
25
4.4 Stasiun 04
Mining. Pada stasiun tersebut ditemukan sebuah adit yang berukuran 2,4 meter X 1,7
Adit merupakan lubang horizontal dimana salah satu ujungya pepat, yang
dikerjakan untuk kepentingan pencarian data dari daerah penyelidikan. Ada kesamaan
antara trowongan dan adit. Namun bila adit untuk kegunaan untuk mencari data.
Sedangkan terowongan dibuat untuk kegunaan primer. Adit ini digunakan oleh
pertambangan Makale Toraja Mining untuk mencari arah penyebaran mineral yang
akan ditambang. Pada dinding adit ditemukan mineral sekunder yaitu Malacite dengan
26
4.5 Stasiun 05
Stasiun 05 terletak pada titik koordinat S: 02º 51’ 37’’ dan E: 119º 57’ 07’’ pada
arah penggambaran N 27º E. Singkapan pada stasiun ini memiliki dimensi dengan
lebar adit 1,61 meter, tinggi adit 1,79 meter, dan panjang atau kedalaman adit yang
diukur secara horisontal yaitu sebesar 7,5 meter. Adit atau terowongan buntu pada
stasiun 05 terdapat mineral zeolite pada dinding dari adit. Disarankan pula untuk tidak
mengambil sampel pada stasiun ini dikarenakan dinding-dinding adit yang tidak terlalu
kuat.
dalam batuan tufa yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik setelah
27
4.6 Stasiun 06
Pada stasiun 06 merupakka adit bekas pertambangan Makale Toraja Mining. Adit
merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam tahap eksplorasi untuk
mengetahui mineral apa saja yang terkandung pada endapan, berupa terowongan
Adit kedua mengandung mineral sama dengan adit pertama yaitu mineral
zeolite. Mineral zeolite terdapat pada dinding-dinding adit. Pada adit telah terjadi
alterasi dengan mineral yang telah menjadi clay. Terdapat genangan-genangan air
asam tambang pada adit ini dan adit ini lebih dalam dari adit pertama. Mineral-
mineral yang termasuk dalam group Zheolite pada umumnya dijumpai dalam batuan
tufa yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik setelah mengalami proses
alterasi.
28
4.7 Stasiun 07
asam tambang (AAT). Air asam tambang merupakan air bekas limbah tambang yang
telah tercampur atau terasosiasi dengan bahan galian tambang. Ciri dari air asam
tambang yang menjadi objek penelitian adalah berwarna merah sedikit kejinggaan dan
memberikan efek warna yang sama kepada lingkungan sekitar (parit aliran).
Dari hasil penalaran diasumsikan bahwa air asam tambang yang terdapat di areal
pertambangan Sangkaropi memiliki kandungan besi (Fe), hal ini diketahui dari air yang
berwarna kemerahan (telah terjadi oksida besi). Hasil penalaran ini didukung dengan
temuan bahwa mineral yang terdapat di areal pertambangan didominasi oleh pirit dan
29
4.8 Stasiun 08
E=X°Y’Z”. Pengamatan dilakukan pada pukul 10.30 WITA. Stasiun 8 terletak di sekitar
± 50 meter dari stasiun 7. Pada stasiun ini, objek pengamatan merupakan core bit
hasil eksplorasi. Core bit merupakan hasil data eksplorasi berupa material di dalam
Pada stasiun 08, core bit yang dijumpai telah mengeras serta telah terpotong
dan terpecah-pecah. Kondisi core bit yang dijumpai pada lokasi penelitian tidak terurus
dan dipenuhi oleh dedaunan kering serta didalam corebox terdapat beberapa sampah
30
4.9 Stasiun 09
Stasiun pengamatan yang merupakan stasiun ke-9 bukan lagi berada pada areal
pertambangan Makale Toraja Mining. Pada stasiun ini ditemukan adanyan perubahan
tanah tempat pengamatan telah berubah menjadi Clay. Stasiun ini merupakan zona
alterasi. Zona ini merupakan zona perubahan susunan atau komposisi kimia mineral
yang disebabkan oleh naiknya aliran hidrotermal yang masuk menuju Host Rock.
Pada stasiun ini ditemukan adanyan bukti-bukti dari proses perubahan atau
alterasi seperti yang telah disebutkan berupa adanyanTufa Piroklastik grup. Tufa ini
31
4.10 Stasiun 10
Stasiun 10 yang berada pada koordinat S: 02º 51’ 36,59’’ dan E: 119º 57’ 23,08’’
pada ketinggian 1105 mdpl dengan arah penggambaran N 95º E. Singkapan pada
stasiun ini ditemukan kenampakan berupa bidang-bidang rekahan yang mencapai skala
regional.
Ditemukan pula kenampakan berupa fault plane atau bidang perpatahan. Bidang
diskontinuitas ini berupa slicen slide atau cermin patahan. Daerah ini juga merupakan
bidang perpatahan (sesar) yang memanjang hingga ke dasar permukaan. Foot wall
pada stasiun ini adalah bagian air atas terjun dan hanging wall adalah bagian dasar air
32
4.11 Stasiun 11
Stasiun 11 berada pada koordinat S: 02º 51’ 09,15’’ dan E: 119º 58’ 26,75’’ pada
ketinggian 1033 mdpl. Sedangkan struktur geologi yang diamati berada kurang lebih
10km dari daerah pengamatan. Struktur geologi ini berupa triangular passed.
pada desa Sangkaropi dan Bilolo digabungkan maka akan nampak suatu garb patahan
Poporan trend ini tersusun atas batuan beku. Kenampakan triangular passed
berupa sebuah bukit dengan bentuk bukit tersebut berupa segitiga yang memiliki
bidang-bidang yang tidak ditumbuhi vegetasi seperti pepohonan yang besar. Hal ini
33
4.12 Stasiun 12
Stasiun 12 berada pada koordinat S: 02º 52’ 15,42’’ dan E: 119º 50’ 42,88’
pada ketinggian 1108 mdpl, dengan arah penggambaran N 25º E. Stasiun ini
merupakan bidang diskontinuitas berupa perlipatan lapisan dengan strike dan dip
sebesar N 127º E/54,5º. Ditemukan bidang diskontinuitas yaitu patahan dan lipatan.
Patahan tersebut terbentuk karena batuan tidak mampu lagi menahan gaya
dalam celah (rekahan). Lipatan ini terlihat jelas di permukaan singkapan sehingga
34
4.13 Stasiun 13
Stasiun 13 berada pada koordinat S: 02º 52’ 15,42’’ dan E: 119º 56’ 43,63’’
pada ketinggian 1000 mdpl dengan arah penggambaran N 260º E. Pada bagian atas
Pada singkapan stasiun 13 ini mengandung mineral malachite dengan warna khasnya
yaitu hijau. Endapan pada singkapan stasiun ini adalah klastik dengan endapan
35
4.14 Stasiun 14
35º E. Pada stasiun merupakan sebuah morfologi berupa pegunungan. Pada stasiun ini
Pada stasiun ini objek yang pengamatan yang lain merupakan bidang
diskontinuitas yang diamati berupa scart seat. Scart seat ini merupakan kenampakan
Setiap scart seat akan tersusun medan yang membentuk kumpulan scart seat
pada trend tertentu yang dinamakan sebagai scartment. Pada pola penyebaran dari
36
4.15 Stasiun 15
administrasi Kabupaten Enrekang. Pada stasiun 15 tersusun oleh batuan serpih. Pada
batuan serpih terdapat bidang diskontinuitas berupa patahan normal dan lipatan.
Pada mulanya struktur yang pertama kali terbentuk adalah lipatan kemudian
disusul oleh struktur patahan. Patahan tersebut merupaka patahan turun. Yang dimana
paatahan tersebut membentuk sudut lebih dari 45o. singkapan tersebut memiliki slope
sebesar 87o.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Kegiatan
5.2.2 Dosen
38
5.2.3 Asisten
lapangan. Toleransi waktu yang cukup juga sebaiknya asisten berikan agar
5.2.4 Panitia
panitia dan kepada peserta praktikum agar rundown acara bisa terlaksana dengan
tepat waktu.
39