Anda di halaman 1dari 41

Nama Kelompok 4 :

Darmilan
Mulyawan Widiasman
Muhammad Kasim S
Nadila
Yulianingsih
A. Sistem Dispersi
Sistem dispersi adalah suatu zat yang
dicampurkan dengan zat lain, akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat ke
dalam zat lain.
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem
dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
larutan, dan koloid, serta suspensi.
1. SUSPENSI
Suspensi merupakan sistem dispersi
dimana partikel yang ukuannya relatif besar
tersebar merata di dalam medium
pendispersinya. Pada umumnya, dispersi
merupakan campuran yang heterogen. Contoh
yaitu endapan hasil reaksi atau pasir yang
dicampur dengan air.
2. Larutan

Larutan merupakan sistem dispersi yang


ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehinga
tidak dapat diamati antara partikel pendispersi
dengan partikel terdispersi, walaupun
menggunakan mickroskop dengan tingkat
pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikel adalah molekul atau
ion-ion sehingga larutan merupakan campuran
yang homogen dan sukar dipisahkan dengan
penyaringan atau alat sentrifigasi. Sebagai
contoh, jika kedalam air ditambahkan garam
dapur, air akan membeku kebawah 0ºC. Semakin
banyak garam yang ditambahkan semakin besar
penurunan titik bekunya.
Contoh Larutan

Percobaan pada Larutan

Off On
3.Koloid

Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam


bahasa yunani berarti “Lem”. Istilah koloid
pertamakali diperkenalkan oleh Thomas Graham
(1861) berdasarkan pengamatannya terhadap
gelatin yang merupakan kristal, tetapi sukar
mengalami difusi. Padahal umumnya kristal
mudah mengalami disfusi. Koloid atau disebut
juga dispersi koloid atau sistem koloid yang
merupakan sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar dari larutan, tetapi
lebih besar dari dispersi.
Contoh koloid

Percobaan pada koloid

Off On
Perbedaan suspensi, koloid dan larutan

Perbedaan Suspensi Koloid Larutan


Ukuran partikel >100 nm 1-100 nm <100 nm

Penampilan fisik Keruh, partikel Keruh-jernih, Jernih, partikel


terdispersi dapat partikel terdispersi terdispersi tidak
diamati langsung hanya dapat diamati dapat diamati
dengan mata dengan mikroskop dengan mikroskop
ultra ultra

Kestabilan (jika Mudah terpisah Sukar terpisah Tidak terpisah


didiamkan) (mengendap) (relatif stabil) (sangat stabil)
Cara pemisahan Filtrasi Tidal dapat disaring Tidak dapat disaring
(penyaringan)
B. Macam-Macam Koloid

Koloid memiliki bentuk


bermacam-macam, tergantung dari
fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas.
Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol
cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki
zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap
dan debu dalam udara).

Aerosol cair
Aerosol padat
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi
dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol
detergen, cat dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan,
susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat
cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam
kebakaran, kosmetik dan lainnya). Ada pula buih padat
yang merupakan gas yang terdispersi dalam padat
(Contoh: Styrofoam, batu apung, spons, marshmallow).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan
setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
No Jenis Koloid Fase Medium Contoh
terdispersi Pendispersi
1 Aerosol (padat) Padat Gas Asap,debu

2 Sol Padat Cair Agar agar

Sol padat Padat Padat Kaca


berwarna
3 Emulsi Cair Cair Susu, santan,
krim, lotion
4 Aerosol (cair) Cair Gas Kabut, awan
5 Emulsi padat Cair Padat Keju,
mentega,
mutiara
6 Buih / busa Gas Cair Krim kocok,
Busa sabun
7 Busa padat Gas Padat Karet busa,
Batu apung
C. Sifat-Sifat Koloid
Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas


sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-
1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid,
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati.
Percoban Efek Tyndall
 Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid


yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan
gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat
padat hanya berosilasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat
cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid
itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil
ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel
koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam
larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat
cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik
yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown
semakin lambat.
Pergerakan partikel
Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan


partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2.
Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid


bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid


dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi,
berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.
Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat


dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

•Pembuatan es krim digunakan gelatin untu mencegah terbentuknya kristal


Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion


pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang
tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran
semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat
dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

Pengaplikasian dialisis pada proses pencucian darah


Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan


partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
D. Pembuatan Koloid
Sistem koloid dapat dibuat secara
langsung dengan mendispersi suatu zat ke
dalam medium pendispersi. Selain itu, dapat
dilakukan dengan mengubah suspensi menjadi
koloid atau dengan mengubah larutan menjadi
koloid. Dari pengubahan ukuran partikel zat
terdispersi, cara pembuatan koloid dapat
dibedakan menjadi dua cara dispersi dan
kondensasi.
1. Cara dispersi
Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat
terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium
pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan
menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran
tertentu. Contoh, pembuatan sol belerang dalam air,
serbuk belerang dihaluskan dahulu dengan menggerus
bersama kristal gula secara berulang-ulang.
Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein
dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke
dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel-
partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid.
Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses
homogenisasi menggunakan mesin homogenisasi
Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah
partikel-partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau
endapan dengan menambah zat pemecah tertentu.
Contoh, endapan Al(OH) 3akan berubah menjadi koloid
dengan menambahkan AlCl3 kedalamnya. Endapan AgCl
akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan
larutan NH3 secukupnya.
Busur Bredig
Busur bredig adalah suatu alat yang khusus
digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini
dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan
dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian
diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi
loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya
loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air
membentuk suatu koloid logam.
2.Cara Kondensasi

Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat
koloid-koloid basa dari suatu garam yang hidrolisis
(direaksikan dengan air).

Contoh :
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan
FeCl3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3HCl
Reaksi redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan
oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi
atau reduksi.

Contoh :
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan SO2.
2H2S + SO2 2H2O + 3S
Pertukaran ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk
membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut (endapan)
yang dihasilkan pada reaksi kimia.

Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan As2O3.
3H2S + As2O3 As2S3 + 3H2O
E. Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat
koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pengolahan air adalah tawas (alumunium
sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon
aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur
koloidal sehingga lebih mudah disaring. Apabila tingkat
kekeruhan air terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif.
Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit
berfungsi sebagai pembasmi hama, sedangkan kapur
tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk
menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan
tawas.
Proses pengolahan air bersih
F. Kesimpulan
Sistem koloid adalah suatu campuran zat yang terdiri dari
fase terdispersi dan medium terdispersi. Perbedaan
antara sistem koloid, larutan dan suspensi meliputi
perbedaan jumlah fase, distribusi partikel, ukuran koloid,
penyaringan dan kestabilan. Sifat-sifat sistem koloid
meliputi: efek tyndall, gerak brown, adsorbsi, muatan
koloid, koagulasi, koloid pelindung, elektroforesis dan
dialisis. Pembuatan koloid dapat digunakan dengan dua
cara yaitu Kondensasi dan Dispersi. Selain itu, koloid
dapat digunakan untuk penyaringan, sehingga menjadi air
bersih dengan cara koagulasi dan adsorbsi.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai